Anda di halaman 1dari 1

berkebutuhan khusus harus tercukupi, baik karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

Sebab,

asupan gizi yang baik secara umum bisa mengurangi efek keterbatasan yang mereka miliki.

Sebaliknya, kekurangan nutrisi dalam tubuhnya bisa memperparah cacat yang dimiliki anak dan

menghambat perkembangan sel-sel otak anak serta dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

fisik maupun mental pada anak (www.gizikia.depkes.go.id, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Februari 2014,

peneliti melakukan pengambilan data di Dinas Kesehatan tentang status gizi anak SLB di Salatiga

serta data kesehatan lainnya mengenai anak berkebutuhan khusus, dan peneliti memperoleh hasil

bahwa tidak ada data kesehatan baik dalam pelayanan kesehatan, kesehatan reproduksi, serta

status gizi anak SLB (IMT), sehingga peneliti melakukan pengambilan data langsung ke sekolah

SLB “Wantuwirawan” Salatiga.

Siswa anak berkebutuhan khusus di SLB “Wantuwirawan” Salatiga yang terdiri dari SLB-A

(Tunanetra), SLB- B (Tunarungu), SLB-C (Tunagrahita), dan SLB-D (Tunadaksa). Jumlah total

siswa 90, terdiri dari siswa SD sampai siswa SMA. Dari total siswa yang aktif berangkat ke

sekolah sebanyak 72 siswa, karena siswa berkebutuhan khusus cenderung berangkat sekolah

sesuka hatinya. Jumlah anak SLB-A 10 siswa, SLB-B 20 siswa, SLB-C 33 siswa, dan SLB-D 9

siswa.

Peneliti melakukan wawancara singkat kepada Guru SLB “Wantuwirawan” Salatiga


mengenai gizi anak, dan diperoleh hasil bahwa banyak anak SLB yang mengalami gizi
kurang, dikarenakan faktor keadaan ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan orang tua
mengenai gizi anak. Dalam upaya membantu kecukupan asupan gizi pihak sekolah
mengadakan PMT (Pemberian Makanan Tambahan), seperti: memberikan susu, bubur
kacang hijau, buah-buahan, dan lain-lain. Kegiatan tersebut diadakan dalam dua minggu-
an atau sebulan sekali. Jika pihak sekolah

Anda mungkin juga menyukai