Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu: Ns.Erni Suprapti, M.Kep

Disusun oleh:

1. FITRIANI 20101440120042
2. GANDUNG PRASETYO 20101440120044
3. GUSTI OKTI SAPUTRI 20101440120045
4. HERU PRASETYO 20101440120048
5. INDRA BAYU WORO 20101440120049

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/
DIPONEGORO
Jl.H.O.S Cokroaminoto No.4 Barusari,Semarang selatan, Kota Semarang
Jawa Tengah 50245,Indonesia

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,Kami panjat
kan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan i
nayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang konsep
kebutuhan aktivitas .Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dala
m pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu denga
n tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca,agar kami dapat memp
erbaiki makalah tentang kebutuhan aktivitas dapat memberikan manfaat maupun inspirasi ter
hadap pembaca

Semarang, 21 April 2021

Penyusun

                                                                                                                      
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... 3
BAB 1............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................. 4
A.    LATAR BELAKANG..............................................................................................................................................4
B.     RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................................5
C.    TUJUAN MASALAH.............................................................................................................................................5
BAB 2............................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................. 5
A.    PENGERTIAN MOBILITAS DAN IMOBILITAS.......................................................................................................5
B.     SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN AKTIVITAS.................................................................8
C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS.....................................................................................9
D.    EFEK FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS IMOBILISASI.............................................................................................10
BAB 3  PENUTUP......................................................................................................................................... 16
A.    KESIMPULAN....................................................................................................................................................16
DAFTAR  PUSTAKA..................................................................................................................................................17

                                                                  

                                                                                                                                          
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbar
a Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbat
asan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal in
i salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti sa
at duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobil
isasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakka
n tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi a
ktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan
dari orang lain (Priharjo, 1997).

B.     RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian mobilitas dan iobilitas ?


2.Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas ?
3.Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas ?
4. Bagaimana efek fisiologis dan psikologis imobilitas?
                                                                                                            

C.    TUJUAN MASALAH

1.Mengetahui pengertian mobilitas dan iobilitas.


2.Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas.
3.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas.
4.Mengetahui efek fisiologis dan psikologis imobilitas.
BAB 2

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MOBILITAS DAN IMOBILITAS

1.      Mobilisasi
a)      Pengertian
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur den
gan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannnya. Mobi
lisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tu
juan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 199
5).
b)      Jenis Mobilisasi
Jenis mobilisasi ada dua yaitu sebagai berikut:
·         Mobilisasi Penuh
Bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi soal dan menjalankan p
eran sehari-hari.
·         Mobilisasi Sebagian
Bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan bebas karena dipengaruhi o
leh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.Hal ini dapat dijumpai pada kas
us cedera atau patah tulang.Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu
ü  Mobilitas Sebagian Temporer yaitu merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara.Hal itu dapat disebabkan oleh trauma pada
muskuloskeletal,contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
ü  Mobilitas Sebagian Permanen yaitu merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang
reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang.
2.      Imobilitas
a)      Pengertian
Keadaan dimana individu tidak dapat bergerak dengan bebas karena kondisi yang mengga
nggu pergerakan(aktivitas).misalnya trauma tulang belakang ,cedera otak berat disertai fraktu
r pada ekstremitas dan sebagainya.Imobilisasi merupakan pembatasan gerak atau keterbatasa
n fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini sa
lah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
b)      Jenis Imobilitas
Ada beberapa jenis imobilitas yaitu sebagai berikut
·         Imobilitas Fisik,merupakan pembatasan pergerakan secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,contohnya pada  pasien hemiplegi,dan fraktur.
·         Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya
pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
·         Imobilitas Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalamim pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri,sebagai contoh
keadaan stres berat dapat disebabkan karena adanya bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang
dicintai.                                                                                                                                         
·         Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial
karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
c)      Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas
·         Perubahan metabolisme
Mengakibatkan proses anabolisme menurun & katabolisme meningkat. Proses imobilitas juga
menyebabkan penurunan ekskresi urine & peningkatan nitrogen.
·         Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Mengakibatkan persediaan protein menurun & konsentrasi protein serum berkurang. Berkura
ngnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial menyebabkan oedem.
·         Gangguan pengubahan zat gizi
Disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubaha
n zat-zat makanan pada tingkat sel menurun shg sel tidak menerima glukosa, asam amino, le
mak dan oksigen untuk metabolism.
·         Gangguan fungsi gastrointestinal
Menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal karena imobilitas dapat menurunkan hasil ma
kanan yg dicerna, shg penurunan jumlah masukan yg cukup dpt menyebabkan mual, perut ke
mbung, dan gangguan proses eliminasi.
·         Perubahan system pernapasan
Mengakibatkan kadar hemoglobin menurun, eksoansi oaru menurun, dan terjadi lemah otot.
·         Perubahan kardiovaskuler
Berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan thromb
us.                                                                                                           5
·         Perubahan sistem musculoskeletal
ü  Gangguan muscular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dpt menyebabkan turunnya kekuatan otot
secara langsung. Contoh: otot betis seseorang yg dirawat lebih dari 6 minggu ukurannya akan
lebih kecil dan terasa lemah
ü  Gangguan skeletal
     Misalnya: akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
·         Perubahan sistem integument
Berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan te
rjadinya iskemia serta nekrosis jaringan dg adanya luka dekubitus.
·         Perubahan eliminasi
Penurunan jumlah urine yg mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah
jantung shg aliran darah renal.
·         Perubahan perilaku
Akan timbul rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus ti
dur, dan menurunnya koping mekanisme

B.     SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN AKTIVITAS

1.      Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan
mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang
kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan fibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah.Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari
epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2.      Otot dan Tendom
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
3.      Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4.      Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
soamtis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada
daerah radial tangan.
5.      Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segemen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan
sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler,ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial.Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,
lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan diantaranya :


1.      Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya
hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2.      Proses Penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi
sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas bagian bawah.
3.      Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat;
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4.      Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5.      Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan perkembangan

D.    EFEK FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS IMOBILISASI

1.   Dampak psikologis :
a.       Penurunan motivasi.
b.      Kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah.
c.       Perubahan konsep diri.
d.      Ketidaksesuaian antara emosi dan situasi.
e.       Perasaan tidak berharga dan tidak berdaya.
f.       Keseoian yang diekspresikan dengan perilaku menarik diri dan apatis.
2.            Dampak fisik :
a.       System musculoskeletal
·         Osteoporosis
Tanpa adanya aktifitas tanpa memberi beban kepada tulang, tulang akan mengalami
demineralisasi. Proses ini akan menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya
sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
·         Atrofi otot
Otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan
dan fungsi normalnya.
·         Kontraktur
Pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu memendek atau memanjang. Lama-
kelamaan kondisi ini akan menyebabkan kontraktur. Proses ini sering mengenai sendi,
tendon, dan ligament.
·         Kekakuan dan nyeri sendi.
Pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami ankilosa. Selain itu
tulang juga akan mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada
sendi yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi.
b.      Eliminasi urine
Masalah yang umum ditemui pada system perkemihan akibat imobilisasi antara lain :
·         Statis urine
Saat individu berada dalam posisi berbaring untuk waktu lama, gravitasi justru akan
menghambat proses tersebut. Akibatnya pengosongan urine akan terganggu dan terjadilah
statis urine (terhentinya atau terhambatnya aliran urine).
·         Batu ginjal
Terjadi akibat ketidakseimbangan antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan
kelebihan kalsium. Akibatnya urine menjadi basa, dan garam kalsium mempresipitasi
terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat imobilisasi, pelvis ginjal yang terisi
urine basa menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.
·         Retensi urine
Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk melemaskan otot perineum pada saat
berkemih. Selain itu, penurunan tonus otot kandung kemih juga menghambat kemampuan
untuk megosongkan kandung kemih secara tuntas.
·         Infeksi perkemihan
Urine yang statis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Selain itu sifat
urine yang basa akibat hiperkalsiuria juga mendukung proses tersebut. Organisme yang
umumnya menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli.
c.       Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi memengaruhi tiga fungsi system pencernaan,yaitu fugsi
ingesti,digesti,dan eliminasi. Dalam hal ini,masalah yang umum ditemui salah satunya adalah
konstipasi. Konstipasi terjadi akibat penurunan peristalsis dan imobilitas usus.jika konstipasi
terus berlanjut feses akan menjadi keras dan diperlukan upaya kuat untuk mengeluarkannya.
d.      Respirasi
·         Penurunan gerak penapasan
Kondisi ini dapat disebabkan oleh pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena
jarangnya otot tersebut digunakan, obat-obat tertentu dapat juga mengakibatkan kondisi ini.
·         Penumpukan secret
Normalnya sekret pada saluran pernapasan dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur
tubuh, serta dengan batuk. Pada kondisi imobilisasi, sekret berkumpul pada jalan napas akibat
gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbondioksida di alveoli. Selain
itu upaya batuk untuk mengeluarkan sekret  juga terhambat karena melemahnya tonus otot-
otot pernapasan.
·         Atelektasis
Pada kondisi tirah baring, perubahan aliran darah regional dapat menurunkan produksi
surfaktan. Kondisi ini ditambah dengan sumbatan sekret pada jalan napas, dapat
mengakibatkan atelektasis.
e.       System kadiovaskular
·         Hipotensi ortostatik
Hal ini terjadi karena system saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke
tubuh sewaktu individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama. Akibatnya
perfusi di otak mengalami gangguan, dan dapat mengalami pusing, berkunang-kunang,
bahkan pingsan.
·         Pembentukan trombus
Thrombus atau massa padat darah terbentuk  di jantung atau pembuluh darah biasanya
disebabkan oleh tiga faktor yakni gangguan aliran balik vena menuju jantung,
hiperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembuluh darah. Jika trombus lepas dari
dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi disebut embolus.
·         Edema dipenden
Edama dipenden dapat terjadi pada area-area yang menggantung, seperti kaki dan tungkai
bawah pada individu yang sering duduk berjuntai du kursi. Edema ini menghambat aliran
balik vena menuju jantung yang mengakibatkan lebih banyak edema.
f.        Metabolisme dan nutrisi
·         Penurunan laju metabolisme
Laju metabolisme basal adalah jumlah energy minimal yang digunakan untuk
mempertahankan proses metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolism basal,
mobilitas usus serta sekresi kelenjar digestif menurun seiring dengan penurunan kebutuhan
energy tubuh.
·         Balans nitrogen negative
Pada kondisi imobilisasi, terdapat ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan
katabolisme protein. Dalam hal ini, proses katabolisme melebihi anabolisme. Akibatnya
jumlah nitrogen yang diekskresikan meningkat dan menyebabkan balans nitrogen negative.
·         Anoreksida
Penurunan nafsu makan biasanya terjadi akibat penurunan laju metabolisme dan peningkatan
katabolisme yang kerap menyertai kondisi imobilisasi. Jika asupan protein kurang kondidi ini
bisa menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut pada status malnutrisi.
g.      System integument
·         Turgor kulit menurun
Kulit dapat mengalami antropi akibat imobilitas yang lama. Selain itu, perpindahan cairan
antar-kompartemen pada area tubuh yang menggantung dapat mengganggu keutuhan dan
kesehatan dermis dan jaringan subkutan.pada akhirnya kondisi ini akan menyebabkan
penurunan elastisitas kulit.     
·         Kerusakan kulit
Kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai nutrient menuju area tertentu. Ini
mengakibatkan iskemia dan nekrosis jaringan superficial yang dapat menimbulkan ulkus
dekubitus.
h.      System neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan
perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN MOBILITAS DAN
IMOBILITAS
1.      Pengkajian Keperawatan
ª      Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi alas an pasien yang menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas da
n imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan imobilitas.
ª      Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas misalnya adanya riwayat penyakit syst
em neurologis, riwayat penyakit system kardiovaskular, riwayat penyakit system pernapasan,
riwayat pemakaian obat.
ª      Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk
menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan dan spastic.
ª      Kemampuan Mobilitas
Dilakukan untuk menilai kemampuan gerak keposisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berp
indah tempat tanpa bantuan.
ª      Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
ª      Perubahan Intoleransi
Berhubungan dengan perubahan system pernapasan antar lain: suara napas, analisis gas darah
gerakan dinding torax, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas dan nyeri saat respi
rasi.
ª      Kekuatan Otot dan Gangguan koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapatditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
ª      Perubahan Psikologis
Disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku, p
eningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping.
2.      Diagnosis
ª      Gangguan mobilitas fisik akibat trauma fraktur
ª      Gangguan penurunan curah jantung
ª      Risiko cidera akibat orthostatic pneumonia
ª      Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
ª      Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
ª      Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru
ª      Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
ª      Gangguan eliminasi akibat imobilitas
ª      Retensi urine akibat gangguan mobilitas fisik
ª      Inkotinensia urine akibat gangguan mobilitas fisik
ª      Perubahan nutrisi akibat menurunnya nafsu makan
ª      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan
ª      Gangguan interaksi social akibat imobilitas
ª      Gangguan Meningkatkan konsep diri akibat imobilitas
3.      Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
ª      Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
ª      Meningkatkan fungsi kardivaskuler
ª      Meningkatkan fungsi respirasi
ª      Meningkatkan fungsi gastrointestinal
ª      Meningkatkan fungsi system perkemihan
ª      Memperbaiki gangguan psikologis
4.      Tindakan Keperawatan
a.       Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Dapat dilakukan dg pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat di
sesuaikan dg tingkat gangguan seperti:
·         Posisi fowler : Posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala tempat tidurlebih tin
ggi atau dinaikan
·         Posisi sim : Posisi miring ke kanan atau miring kiri
·         Posisi trendelenburg : Posisi berbaring di tempat tidur dg bagian kepala lebih rendah daripad
a bagian kaki
·         Dorsal recumbent : Posisi berbaring terlentang dg kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
·         Lithotomi : Posisi berbaring telentang dg mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas ba
gian perut
·         Genu pectoral : Posisi menungging dg kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian a
las tempat tidur

b.      Latihan ROM Pasif dan Aktif


Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas atau trauma memerlukan l
atihan sendi.
·         Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
·         Fleksi dan Ekstensi Siku
·         Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
·         Pronasi Fleksi Bahu
·         Abduksi dan Adduksi
·         Rotasi Bahu
·         Fleksi dan Ekstensi jari-jari
·         Infersi dan  Efersi kaki
·         Fleksi dan Pergelangan kaki
·         Fleksi dan Ekstensi Lutut
·         Rotasi Pangkal Paha
·         Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
5.      Evaluasi
Yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah
sebagai berikut:
·         Peningkatan fungsi system tubuh
·         Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
·         Peningkatan fleksibilitas sendi
·         Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukan
keceriaan.
BAB 3

 PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Mobilisasi dan imobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mu
dah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan ke
sehatannnya. Jenis mobilitas ada dua yaitu sebagai berikut mobilitas penuh dan mobilitas seb
agian Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor ,diantaranya adalah gaya hi
dup,proses penyakit atau cedera, kebudayaan,tingkat energi,usia dan status perkembangan.Im
obilitas adalah keadaan dimana individu tidak dapat bergerak dengan bebas karena kondisi ya
ng mengganggu pergerakan(aktivitas).misalnya trauma tulang belakang ,cedera otak berat dis
ertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Ada beberapa jenis imobilitas yaitu imobilitas f
isik,imobilitas intelektual, imobilitas emosional, dan imobilitas sosial.Adanya imobilisasi dal
am tubuh dapat mempengaruhi sistim tubuh , seperti perubahan padaa metabolisme tubuh , ke
tidakseimbangan cairan dan elektrolit , gangguan dalam kebutuhan nutrisi,gangguan fungsi g
astrointestinal,perubahan sistim pernapasan , perubahan kardiovaskuler , perubahan sistem m
uskuloskeletal , perubahan kulit , perubahan eliminasi , dan perubahan perilaku.

                                                                                                                                                  

DAFTAR  PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2.


Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Kon


sep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. J


akarta : Salemba Medika

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dasar Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Da


sar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai