Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan sekelompok individu yang disatukan oleh hubungan


darah, perkawinan dan adopsi yang berinteraksi satu dengan lainnya dan
berinteraksi sesuai dengan perannya masing-masing. Keluarga memiliki beberapa
tahap perkembangan, salah satunya adalah keluarga usia lanjut yang merupakan
tahap akhir perkembangan yang dimulai dari salah satu pasangan pensiun sampai
meninggal. Keluarga pada tahap ini harus beradaptasi dengan stresor perubahan
mulai dari berkurangnya pendapatan, hubungan sosial, produktifitas hingga fungsi
kesehatan.

WHO menyebutkan lansia merupakan seseorang yang memiliki usia 60


tahun keatas dan menjalankan proses penuaan (aging procces). Teori medis
geriatrik mengungkapkan perubahan biologis yang berhubungan dengan proses
penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia. Berbagai perubahan
terjadi di semua sistem tubuh, salah satunya sistem kardiovaskuler. Jantung dan
pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional, yang
meliputi pembesaran otot jantung (hipertrofi) serta penebalan dan kekakuan
pembuluh darah. Hal ini memberikan dampak meningkatnya risiko insiden
penyakit kardiovaskuler pada lansia salah satu diantaranya adalah hipertensi.

Hipertensi yang biasa disebut penyakit darah tinggi merupakan keadaan


dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Tekanan
darah melibatkan 2 pengukuran yaitu sistolik dan diastolik. Hipertensi sendiri
ditegakkan pada keadaaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat disimpulkan
sebagai keadaan tekanan darah meningkat melebihi 140/90 mmHg yang
mengakibatkan kerja jantung bekerja lebih keras dari biasanya.

Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Berdasarkan


data WHO (World Health Organization) tahun 2015, hampir 1 milyar orang
diseluruh dunia mempunyai hipertensi dan sekitar 8 juta orang meninggal
karenanya. Prevalensi hipertensi di Indonesia sendiri mencapai angka sebesar
30,9%. Data dari Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menunjukkan hasil
pengukuran tekanan darah pada penduduk yang berisiko (> 18 tahun) didapatkan
sebanyak 611.358 orang atau 11,55% dari 5.292.052 orang dinyatakan mengalami
hipertensi. Prevalensi hipertensi di Kota Semarang sendiri menjadi kasus yang
terbanyak dibandingkan dengan penyakit tidak menular lainnya yaitu sebanyak
29.335 kasus. Ini menggambarkan tingkat penderita hipertensi di Kota Semarang
sangat tinggi dan meningkat setiap tahunnya sesuai grafik 1.1.

Gambar 1.1 Grafik Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular Kota Semarang
tahun 2013-2016
50000
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
is A is ss n S S
or IM rd ie lai hem h em IN IN
ki t ko ns si
ke n T N
P rte
n
no TG NO
in
a kom e erte tro e M M
S
Ag De Hi
p
Hi
p ro
k D D
St

Data Puskesmas Rowosari menunjukkan penderita hipertensi di


Kecamatan Tembalang masuk urutan ketiga dalam 10 besar penyakit di
Puskesmas Rowosari. Berikut daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Rowosari.

1
Tabel 1.1 Daftar 10 Besar Penyakit Puskesmas Rowosari

NO Jenis Penyakit Jumlah

1 (JO6) Ispa 6.255

2 (M62) Gangguan Otot 4.589

3 (II0) Hipertensi 4.563

4 (J02) Pharingitis Akut 4.549

5 (K29) Gastritis 2.434

6 (EII) Dabetes Melitus 1.855

7 (R50) Demam 1.427

8 (J03) Tonsilitis 1.204

9 (A09) Diare 1.159

10 (HI0) Konjungtifitis 1.090

Dalam mencegah semakin meningkatnya penderita hipertensi Puskesmas


Rowosari pendataan penduduk dengan PIS-PK (Program Indonesia Sehat

2
Pendekatan Keluarga) dan menjalankan Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis).
Hipertensi sering disebut The Silent Killer, karena pasien hipertensi
biasanya tidak mengetahui tubuhnya sedang menderita tekanan darah tinggi
karena tidak adanya tanda dan gejala seperti penyakit-penyakit lain, sehingga
gejala yang muncul dianggap seperti gangguan biasa. Hipertensi juga dapat
merusak organ tubuh yang lain sehingga penderita akan mengalami komplikasi
seperti kerusakan jantung, ginjal, otak, mata dan organ yang lain hingga bisa
menyebabkan kematian. Tekanan darah yang selalu tinggi akhirnya disebutkan
menjadi faktor risiko timbulnya penyakit lain seperti stroke serta merupakan
penyebab utama dari gagal jantung kronis.

Perawatan keluarga merupakan salah satu upaya keperawatan yang


berfokus pada keluarga sebagai klien dengan memahami secara mendalam tentang
asuhan keperawatan keluarga. Perawat keluarga memiliki peran sebagai educator
dan caregiver dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga lansia
dengan hipertensi. Perawat dapat memberikan pendidikkan kesehatan tentang
manfaat pijat terapi pijat refleksi kaki sekaligus memberikan terapi komplementer
pijat refleksi kaki. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dapat mengelola
hipertensi di tingkat keluarga dengan mengajarkan berbagai upaya untuk
mengontrol tekanan darah, salah satunya dengan terapi komplementer pijat
refleksi kaki.

Refleksiologi adalah pengobatan holistik berdasarkan prinsip bahwa


terdapat titik pada kaki, tangan dan telinga yang terhubung ke bagian tubuh atau
organ lain melalui sistem saraf. Tekanan di titik tersebut akan merangsang
pergerakkan energi di sepanjang saluran saraf yang akan membantu
mengembalikan homeostasis (keseimbangan) energi tubuh. Pijat refleksi juga
mengurangi rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membuat badan lebih
rileks dan bisa mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan.

3
Terapi pijat refleksi menggunakan teknik kompresi pada otot yang dapat
merangsang aliran darah vena dalam jaringan subkutan dan mengakibatkan retensi
darah menurun dalam pembuluh perifer. Tekanan ini juga menyebabkan pelebaran
arteri sehingga suplai darah ke daerah yang dipijat meningkat, terjadi efektifitas
kontraksi otot dan membuang sisa metabolisme sehinggga membantu mengurangi
ketegangan otot, merangsang relaksasi dan kenyamanan. Pengaruh langsung pijat
refleksi terhadap elastisitas dinding pembuluh darah adalah dengan memberikan
teknik manipulasi dari struktur jaringan lunak dapat menenangkan serta
mengurangi stres psikologis sehingga hormon morpin endogen seperti endorphin,
enkefalin dan dinorfin meningkat dan kadar hormon stres seperti cortisol,
norepinephrine dan dopamin di dalam tubuh menurun. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga berdampak pada penurunan
tekanan darah.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi kaki


mampu menurunkan tekanan darah. Salah satunya adalah penelitian Chanif dan
Khoiriyah pada tahun 2016 tentang “Efektifitas Terapi Pijat Refleksi Kaki
terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan darah
baik sistolik maupun diastolik secara signifikan dengan rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 14,63 mmHg dan penurunan tekanan darah
diastolik sebesar 12,55 mmHg serta tekanan darah MAP sebesar 13,36 mmHg.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
“Penerapan Pijat Refleksi Kaki untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari Semarang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah studi
kasus ini adalah “Bagaimana penerapan terapi pijat refleksi kaki dapat
menurunkan tekanan darah pada lamsia hipertensi ?”.

4
C. Tujuan Studi Kasus
Menggambarkan penerapan terapi pijat refleksi kaki untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi melalui pendekatan asuhan
keperawatan keluarga.

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Masyarakat :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menurunkan tekanan
darah lansia hipertensi melalui terapi pijat refleksi kaki.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
kuhusnya terapi komlementer dengan pijat refleksi kaki sebagai salah
satu intervensi keperawatan dalam manajemen risiko jantung (NIC :
4050) untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan risiko gangguan
fungsi kardiovaskuler dengan faktor risiko hipertensi (00239).
3. Bagi Penulis :
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur terapi
pijat refleksi pada asuhan keperawatan klien hipertensi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi dan kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional
serta sosial individu yang ada di dalamnya dengan adanya ketergantungan dan
hubungan untuk mencapai tujuan umum.

2. Tipe Keluarga
a. Nuclear family (keluarga inti) yang terdiri dari orang tua dan anak yang
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah.
b. Extended family (keluarga besar) yang terdiri dari keluarga inti yang ditambah
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah.
c. Dyad family yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu rumah
tanpa anak.
d. Single parent family yang terdiri dari satu orang tua dan anak.
e. Single adult yang merupakan rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
f. Single adult yang merupakan rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.

3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif yang berhubungan dengan fungsi internal yang merupakan
dasar kekuatan keluarga. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri
yang positif, peran dijalankan dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi sosialisasi. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan
sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya dan
perilaku melalui interaksi dalam keluarga.

6
c. Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia
d. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti pangan,
sandang dan papan serta yang lainnya.
e. Fungsi perawatan keluarga untuk menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan pelayanan kesehatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang lebih baik.

4. Peran Perawat Keluarga


a. Pendidik yaitu memberikan pendidikkan kesehatan agar keluarga dapat
melakukan perawatan keluarga kesehatan secara mandiri.
b. Koordinator yaitu mengatur program kesehatan/terapi dari berbagai disiplin
ilmu pada perawatan berkelanjutan.
c. Pelaksana yaitu memberikan perawatan langsung pada klien dan keluarga.
d. Pengawas kesehatan yaitu melakukan kunjungan rumah secara teratur untuk
mengindentifikasi kesehatan keluarga
e. Konsultan yaitu perawat sebagai nara sumber untuk keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Kolaborasi yaitu bekerjasam dengan tim kesehatan lainnya.
g. Fasilitator yaitu membantu keluarga mengatasi kendala perawatan kesehatan
h. Penemu kasus yaitu mencegah wabah dengan mengidentifikasi kasus
kesehatan secara dini.
i. Modifikasi lingkungan yaitu menciptakan lingkungan yang sehat.

B. Lansia
1. Pengertian
Lanjut usia dapat dikatakan usia emas kerena tidak semua dapat mencapai usia
tersebut. Lanjut usia memerlukan tindakan keperawatan baik preventif
maupun promotif agar dapat menikmati masa usia emas dengan bahagia.
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan kehidupan manusia.
2. Klasifikasi
a. Pralansia yaitu seorang yang berusia 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu sseseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

7
c. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial yaitu lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Perubahan Pada Lansia
` Pada lansia terjadi beberapa perubahan yang merupakan suatu proses
penuaan. Beberapa teori tentang penuaan yang digolongkan dalam kelompok
teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori biologis
Teori yang merupakan teori biologis antara lain :
1) Secara genetik material di dalam inti sel memiliki jam genetik yang
terkait dengan frekuensi mitosis. Sel-sel pada manusia mampu membelah
sekitar 50 kali dan setelah itu akan mengalami deteriorasi.
2) Teori intra seluler
Sel-sel saling berinteraksi satu sama lainnya. Semakin bertambah umur
sel-sel akan mengalami degenerasi dan tidak bisa lagi berfungsi secara
harmoni.
3) Teori mutagenesis somatic
Pembelahan sel akan menimbulkan mutasi spontan yang terus menerus
dan pada akhirnya mengarah pada kematian sel.
4) Teori eror katastrop
Struktur DNA, RNA dan sintesis protein akan menjadi eror. Masing-
masing eror akan saling menambah eror yang lainnya dan berkulminasi
dalam eror yang bersifat katastrop.
5) Teori pemakaian dan keausan
Deteriorasi akan timbul dengan pemakaian dan kausan yang berlangsung
secara terus menerus.

b. Teori psikososial
1) Disengagement theory

8
Suatu individu akan mengalami disengagement pada mutual withdrawl
(menarik diri) saat memasuki usia tua sehingga memungkinkan individu
untuk menyimpan lebih banyak aktivitas yang berfokus pada dirinya.
2) Teori aktivitas
Konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran
dan apabila hilang akan berakibat negatif pada dirinya.
3) Teori kontinuitas
Ciri-ciri kepribadian individu dan strategi kopingnya telah terbentuk lama
sebelum memasuki lansia karena kepribadian ini bersifat dinamis dan
berkembang secara kontinu.
4) Teori subkultur
Lansia yang kurang berinteraksi antar sesama cenderung berinteraksi
sesama lansia, status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan
dan kemampuan mobilitasnya.
5) Teori stratifikasi usia
Teori ini menerangkan bahwa adanya saling ketergantungan antara usia
dengan struktur sosial yang kesimpulannya lansia dan mayoritas
masyarakat senantiasa saling mempengaruhi dan selalu terjadi perubahan
dalam masyarakat.
6) Teori penyesuaian individu dengan lingkungan
Teori ini menerangkan bahwa ada hubungan antara kompetisi individu
dan lingkungannya yang berupa segenap proses yang merupakan ciri
fungsional individu.

4. Masalah Kesehatan pada Lansia


Lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang mencolok dalam
kaitan gangguan yang bersifat kronis. Berdasarkan atas dasar proses penuaan
yang berhubungan dengan fisiologis terdapat tujuh golongan penyakit yang
banyak dilaporkan dalam literatur adalah atritis, hipertensi, gangguan
pendengaran, kelainan jantung sinusitis kronik, penurunan visus dan gangguan
pada tulang yang semuanya itu berdasarkan tempat dan ciri demografinya.

9
C. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
menurunya suplai oksigen dan nutrisi dan sering diartikan dimana tekanan darah
yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan berbeda dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan diastolik lebih dari 80 mmHg.
Hipertensi juga dijelaskan sebagai keadaan tekan darah sistolik ≥140 mmHg dan
diastolik ≥90 mmHg dengan dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda dan
dalam keadaan istirahat.

2. Etiologi
Lebih dari 90% kasus hipertensi belum bisa dipastikan penyebabnya dan biasa
dikenal sebagai hipertensi primer. Ada beberapa faktor yang diduga bisa
menyebabkan risiko hipertensi antara lain :
a. Usia Semakin bertambahnya usia semakin meningkatkat risiko hipertensi.
b. Keturunan. Seorang mempunyai risiko tinggi menderita hipertensi bila ada
anggota keluarga yang mengidap hipertensi
c. Merokok. Rokok merupakan salah satu gaya hidup penyebab meningkatnya
tekanan darah karena membuat sempit dinding arteri.
d. Obesitas. Oksigen dan nutrisi dialirkan darah diukur oleh tubuh sesuai dengan
berat badan. Berat badan yang berlebihan membutuhkan oksigen dan nutrisi
yang lebih banyak, sehingga volume darah juga harus lebih banyak. Volume
darah meningkat menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
e. Olahraga. Orang yang jarang berolahraga cenderung memiliki detak jantung
lebih cepat sehingga jantung harus bekerja lebih ekstra. Kerja jantung yang
berlebihan meningkatkan tekanan darah
f. Garam yang tinggi dalam makanan bisa menyebabkan penumpukan cairan
dalam tubuh kemudian meningkatkan tekanan darah.
g. Minuman dengan kandungan alkohol memicu kerusakan organ jantung.
h. Stres merupakan pemicu yang berpotensi tinggi meningkatkan tekanan darah.

Hipertensi yang disebabkan oleh kondisi tertentu disebut hipertensi sekunder


yang 10% dari total kasus hipertensi yang ada. Beberapa penyebab hipertensi
sekunder antara lain :

10
a. Diabetes
b. Penyakit ginjal
c. Kondisi yang mempengaruhi jaringan tubuh seperti lupus.
d. Obat-obatan seperti pil KB, analgesik, dekongestan.
e. Gangguan hormon tiroid.

3. Klasifikasi
Hipertensi dibagi 2 berdasarkan penyebabnya antara lain :
a. Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol homeostatik normal.
Hipertensi ini juga tidak memiliki penyebab medis atau hipertensi yang
belum/tidak diketahui penyebabnya namun beberapa teori menunjukkan faktor
genetik dan gaya hidup bisa menjadi faktor pendukung.
b. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik sebelumnya seperti gangguan ginjal atau gangguan tiroid.

4. Tanda dan gejala


Secara umum maupun secara klinis gejala hipertensi mudah kita temukan
yaitu pusing, mudah marah, telinga berdenging, sesak napas, rasa berat ditengkuk,
mimisan (jarang ditemukan), mudah lelah, mata berkunang-kunang dan sulit tidur.
Tapi terkadang gejala tersebut dianggap gangguan biasa sehingga sulit terdeteksi.
Hipertensi primer juga terkadang berjalan tanpa gejala dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi pada organ-organ seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

5. Pathofisiologi
Peningkatan cardiac output dan atau peningkatan tahanan pembuluh darah
perifer merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah. Hipertensi dipicu
beberapa faktor yaitu faktor genetik, asupan garam, tingkat stres dapat berinteraksi
yang menimbulkan gejala hipertensi. Stres menstimulasi saraf simpatis yang
meningkatkan curah jantung dan vasokontriksi arteriol sehingga merangsang
kelenjar anak ginjal melepas hormon adrenalin dan jantung berdenyut lebih kuat
dan cepat sehingga meningkatkan tekanan darah dalam tubuh.

Progesifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada umur 0- 30 tahun


(meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada umur 20-40
11
tahun (tahanan perifer meningkat) dan menjadi hipertensi pada 30-50 tahun dan
akhirnya terjadi komplikasi pada 40- 60 tahun. Kontriksi arteriol membuat darah
sulit mengalir sehingga meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
primer berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi
persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, persisten berubah menjadi
komplikasi, dimana kerusakan organ di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat.

6. Akibat Lanjut
Hipertensi bila tidak dikendalikan dapat merusak organ vital yaitu pembuluh
darah arteri, jantung, otak, ginjal dan mata. Komplikasi yang dapat diakibatkan
oleh hipertensi antara lain :
a. Asterosklerosis dimana hipertensi mempercepat tumpukan lemak pada lapisan
arteri

b. Aneurisma yaitu adanya penggelembungan pada arteri karena pembuluh darah


yang tidak elastis, ini biasa terjadi di arteri otak atau aorta bawah.

c. Stroke yaitu tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah sehimgga pasokan


darah ke otak terganggu
d. Dimensia adalah penurunan daya ingat, ini bisa meningkat tajam pada lansia.
e. Hipertensi bisa mempercepat penuaan pembuluh darah pada mata dan bisa
memnyebabkan kebutaan.

D. Pijat Refleksi Kaki


1. Pengertian
Pijat refleksi adalah cara pengobatan melalui titik pusat urat saraf yang
berhubungan dengan oragan-organ tubuh tertentu untuk melancarkan peredaran
darah. Pijat refleksi kaki adalah praktik memijat titik tertentu pada kaki yang
bermanfaat menghilangkan rasa sakit pada tubuh, mencegah berbagai penyakit,
meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres, meringankan gejala
migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis serta mengurangi
ketergantungan terhadap obat-obatan.

12
2. Jenis Terapi Pijat Refleksi
Beberapa jenis pijat refleksi dapat dilihat dari tekniknya. Berikut jenis dari
pijat refleksi :
a. Effluerage
Effluerage yaitu memijat dengan cara melumasi bagian yang akan dipijat
menggunakan massage oil dan pelembab tubuh/body lotion. Effluerage dapat
meningkatkan aliran darah dipembuluh darah dan aliran darah balik. Sisa
darah ditekanan darah perifer akan mengalir ke pembuluh darah dan jantung
lebih mudah sehingga suplai darah ke perifer meningkat dan mengurangi
pembentukan fibrosis. Effluerage dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
getah bening, mendorong relaksasi, meningkatkan kualitas tidur dan
mengurangi rasa sakit serta kontraksi otot yang abnormal.
b. Petrissage
Petrissage adalah sekelompok teknik mengangkat, peregangan, menekan
jaringan dibawahnya secara berulang untuk meningkatkan aliran darah.
Kompresi pada otot merangsang aliran darah vena dalam jaringan subkutan
dan mengakibatkan retensi darah menurun di pembuluh perifer dan
meningkatkan drainase getah bening. Petrissage menyebabkan pelebaran arteri
dan meningkatkatn suplai darah ke daerah yang dipijat. Petrissage juga dapat
membuang sisa metabolisme otot, mengurangi ketegangan otot dan
meningkatkan efektivitas kontraksi otot serta merangsang relaksasi dan
kenyamanan.
c. Tapotement
Tapotement adalah teknik memijat dengan perkusi atau menepuk secara
berulang. Teknik ini merangsang aliran darah ke daerah yang dipijat.
Merangsang vasokontriksi pada awalnya kemudian diikuti vasodilatasi yng
menghasilkan suhu yang hangat pada kulit. Menginduksi relaksasi otot,
meningkatkan fungsi pencernaan, meningkatkan fungsi pernafasan,
mengurangi rasa sakit, meningkatkan limfatik serta meningkatkan
kenyamanan.
d. Friction
Friction merupakan teknik memijat non spesifik dimana superficial pindah
struktur dibawahya bertujuan meningkatkan mobilitas jaringan, meningkatkan
aliran darah dan mengurangi rasa sakit. Teknik gesekan bagus untuk pasien
13
cidera ketika terjadi inflamasi. Teknik ini juga meningkatkan penyembuhan
jaringan dan memiliki efek analgesik yang kuat.

3. Manfaat pijat refleksi


Pijat refleksi dapat diterapkan untuk semua orang baik muda maupun tua, laki-
laki dan perempuan. Pijat refleksi bermanfaat untuk melancarkan peredaran
darah, selain itu juga dapat menambah energi. Pijat refleksi secara mekanis
mempunyai kemampuan melatih saraf dan otot tubuh sehingga tubuh terasa lebih
fit serta mampu menangkal penyakit. Ada beberapa manfaat pijat refleksi secara
umum antara lain :
a. Melancarakan aliran darah dan cairan di dalam tubuh.
b. Melancarkan sirkulasi nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh.
c. Menghilangkan rasa kaku, ketegangan otot, nyeri di jari-jari.
d. Memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh.
e. Meningkatkan hormon morpin endogen seperti endorphin, enkefalin dan
dinorfin.
f. Menurunkan hormon stres seperti cortisol, norepinephrine dan dopamin.

14
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus


Penulisan ini menggunankan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Studi kasus adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa dan aktivitas baik
tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau organisasi untuk mendapatkan
pengetahuan secara mendalam tentang peristiwa tersebut secara aktual. Studi kasus ini
bertujuan untuk menganalisis penerapan pijat refleksi kaki untuk menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi.

B. Subjek Studi Kasus


Subjek studi kasus ini adalah dua orang klien dengan kriteria inklusi :
1. Klien bersedia menjadi subjek
2. Klien berumur 50-65 tahun
3. Klien menderita hipertensi dengan hipertensi grade 1 dan 2
4. Klien tidak mengkonsumsi obat hipertensi.

Kriteria eksklusi klien :


1. Klien mempunyai luka pada bagian titik refleksi
2. Klien tidak dapat diajak komunikasi
3. Klien mempunyai riwayat penyakit penyerta seperti penyakit jantung,
diabetes melitus dan gangguan ginjal.
4. Klien menjalani terapi komplementer lain.
5. Klien yang sedang hamil.

C. Fokus studi

Penerapan terapi pijat refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah pada
klien dengan hipertensi.
15
D. Definisi Operasional Studi Kasus

1. Pijat refleksi kaki adalah praktik memijat titik tertentu pada kaki dalam jangka
waktu 30 menit selama 3 hari.

2. Tekanan darah adalah dorongan dari dinding pembuluh darah yang berasal dari
pompaan jantung dalam satuan mmHg pada angka sistolik dan diastolik dengan
nilai normal >90/60 mmHg sampai dengan <140/90 mmHg.

3. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mempunyai tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg.

E. Instrumen Studi Kasus


Pada penulisan ini penulis menggunakan alat pengukur tekanan darah
yaitu Spigmomanometer digital dan lembar observasi.

F. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan
pengkarakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian, langkah-langkah
pengumpulan data tergantung rencana dan teknik yang digunakan peneliti.
Langkah-langkah pengumpulan data :

1. Mengurus perijinan untuk melakukan studi kasus kepada pihak Puskesmas


Rowosari dan wilayah yang akan dijadikan tempat studi kasus.

2. Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu studi kasus kepada pihak puskesmas
dan wilayah yang akan dijadikan tempat penelitian.

3. Menentukan subjek sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Meminta persetujuan klien dengan bukti tanda tangan pada informed


concent.

5. Mendiskusikan prosedur terapi pijat refleksi kaki yang akan diterapkan pada
klien.

16
6. Mengukur dan mencatat tekanan darah klien sebelum diberikan terapi pijat
refleksi kaki.

7. Mengimplementasikan terapi pijat refleksi kaki pada klien selama 30-60


menit perhari selama 3 hari sesuai dengan waktu yang disepakati saat waktu
istirahat subjek.

8. Mengukur dan mencatat kembali tekanan darah klien setelah diberikan

terapi pijat refleksi kaki.

9. Mengolah dan menganalisis data.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


Studi kasus dilakukan di wilayah Puskesmas Rowosari Kota Semarang pada
tanggal 30 April sampai dengan 12 Mei 2018.

H. Analisis Data dan Penyajian Data


Analisa data penelitian menggunakan analisa dekskriptif. Analisa
deskriptif adalah cara yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendiskripsikan data yang sudah terkumpul untuk membuat suatu

kesimpulan. Analisa data ini dilakukan untuk mengetahui adanya

perubahan tekanan darah setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki pada

klien dengan hipertensi. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tekstular dan
tabel.

I. Etika Studi Kasus


Peneliti menerapkan prinsip etika penelitian yaitu meliputi:
1. Informed Consent
Subjek diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak
untuk mengikuti kegiatan penelitian. Sebelum dilakukan pengambilan
data pada subjek, peneliti menjelaskan kepada subjek tentang
penelitian yang dilakukan. Lembar persetujuan diberikan kepada

17
subjek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi, bila subjek
menolak, peneliti harus menghormati.
2. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak mencantumkan
nama subjek pada lembar observasi hanya ditulis dengan nama inisial
atau nomor dan kode tertentu.
3. Confidentiality
Penelitian menjaga kerahasiaan identitas subjek dan informasi yang diberikan.
Semua catatan dan data subjek disimpan sebagai dokumentasi penelitian.
4. Non maleficiency
Peneliti menjelaskan kepada subjek, bahwa penelitian yang dilakukan
tidak membahayakan bagi status kesehatan klien karena bukan
penelitian dengan perlakuan yang berakibat fatal. Peneliti sudah
tersertifikasi melalui pelatihan pijat refleksi kaki sehingga tindakan
yang diberikan telah sesuai standar.
5. Justice
Peneliti tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang tidak relevan.
Prinsip terbuka adil dan jujur dan kehati-hatian. Setiap subjek peneliti
mendapat perlakuan yang sama selama pelaksanaan penelitian.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Zaidin A.Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC; 2010

2. Harmoko. Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012

3. Brunner & Suddarth. Buku ajar keperawatan medikal bedah Edisi ke-8 volume 2.

Jakarta: EGC; 2013

4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Puskesmas Rowosari 2017.

5. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. Ilmu pijat pengobatan refleksi

relaksasi. Jakarta; 2015

6. Chanif dan Khoriyah. Efektifitas terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi. Semarang: Universitas Muhammadiyah; 2016

7. Ferry E, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009

8. Rindang, Yesi dan Oswati. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan

Darah pada Penderita Hipertensi Primer. Pekan Baru: Universitas Riau; 2015

9. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta: CV. Budi Utama; 2016.

https://books.google.co.id/books?id=3eU3DAAAQBAJ&printsec=frontco

10. Ruhito F, B. Mahendra. Pijat kaki untuk kesehatan. Jakarta: Penebar Plus ; 2011.

https://books.google.co.id/books?id=B6NadNLOetAC&printsec=frontcov

er&dq=pijat+kaki+untuk+kesehatan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjtopjiz

ajaAhUBRo8KHVVJBdsQ6AEILDAA#v=onepage&q=pijat%20kaki%20 untuk

%20kesehatan&

19
11. M.Ferry W. Panduan lengkap pijat. Jakarta: Penebar Plus ; 2011.

https://books.google.co.id/books?id=2PpuCgAAQBAJ&printsec=frontcov

er&dq=panduan+pijat+lengkap&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi86Yv8zqja

AhVGOI8KHahKBwMQ6AEIJzAA#v=onepage&q=panduan%20pijat%2

0lengkap&f=false

12. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

http://www.pintarbiologi.com/2016/08/tekanan-darahpengertian-faktor-

mempengaruhinya.html

20

Anda mungkin juga menyukai