Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular secara global telah mendapat perhatian serius.

Penyakit tidak menular sebagai salah satu target dalam Sustainable

Development Goals (SDGs) 2030. Bentuk perhatian ini tertuang pada Goal 3

yaitu Ensure healthy lives and well-being. Hal ini didasari pada fakta yang

terjadi bahwa meningkatnya usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup

juga diiringi dengan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular.(1)

Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian nomor satu di

dunia. Salah saatu penyakit tidak menular adalah diabetes melitus (DM).

World Health Organization (WHO) (2016) menyebutkan bahwa diabetes

melitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting karena diabetes

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi

target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (2)

Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan

diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.

Prevalensi diabetes melitus di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah

meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7%

menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan

peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas.

1
2

Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara

berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi.(2)

International Diabetes Federation (IDF) (2017) menyebutkan bahwa prevalensi

diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan yaitu peringkat ke enam dunia dengan

jumlah penderita sekitar 10,3 juta orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

terdapat peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) dari 6,9% pada tahun 2013

menjadi 8,5% pada tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai

lebih dari 16 juta orang. (3) World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan

jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta

pada tahun 2030. IDF memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia

dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. (4)

Estimasi jumlah penderita diabetes di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 adalah

sebanyak 652.822 orang.(5) Berdasarkan Hasil Riskesdas 2018, adapun permasalahan terkait

proporsi kepatuhan minum/suntik obat antidiabetes yaitu tidak sesuai petunjuk dokter yaitu

sebanyak 7.83%. Tiga alasan paling banyak penderita DM tidak minum/suntik obat

antidiabetes sesuai petunjuk dokter pada penduduk semua umur menurut karakteristik di

provinsi Jawa Tengah adalah penderita sudah merasa sehat (61,51%), tidak rutin berobat ke

fasilitas kesehatan (29.64), minum obat tradisional (20.25%).(6)

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang membutuhkan

perhatian terkait penanganan DM dikarenakan menurut data Riskesdas tahun 2018 tentang

prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur di Kabupaten

Magelang adalah sebanyak 1.33%. Proporsi kepatuhan minum/suntik obat antidiabetes yaitu

tidak sesuai petunjuk dokter yaitu sebanyak 7.87%.(6)

2
3

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di

dalam darah. (7) Diabetes dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM

Kehamilan dan DM yang berhubungan dengan kondisi lainnya. Diantara empat klasifikasi

DM tipe 2 yang banyak ditemui sekitar 90-95% dari pasien DM. Diabetes melitus tipe 2

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.(8) Diabetes melitus tipe 2

merupakan kasus yang sering ditemukan dan terhitung sekitar 90% kasus dari semua DM

yang ada di dunia.(9)

Diabetes disebut the silent killer karena hampir sepertiga orang dengan diabetes tidak

mengetahui mereka menderita diabetes mellitus (DM), sampai penyakit tersebut

berkembang menjadi serius yang berdampak pada organ atau sistem tubuh lainnya dan

mengakibatkan komplikasi.(10) Diabetes merupakan salah satu penyebab utama penyakit

kardiovaskuler, penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun. Diabetes menjadi

penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga

kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10

tahun.(2) Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi

penderita diabetes dan keluarga penderita, sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui

biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan.(11)

Komplikasi yang paling sering dialami penderita penyakit diabetes adalah komplikasi

pada kaki yang mengakibatkan penurunan sensitivitas kaki pada lansia. Pencegahan dan

penanganan komplikasi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan empat pilar

penatalaksanaan diabetes. (7) Adapun empat pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi,

terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi. Komponen latihan jasmani atau

3
4

olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan

kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin. Salah satu bentuk latihan jasmani adalah senam kaki diabetes. (12)

Senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil

kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, mengatasi keterbatasan jumlah insulin

pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan

rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur. Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai

latihan kaki. Latihan kaki juga dipercaya untuk mengelola pasien yang mengalami DM,

pasien DM setelah latihan kaki merasa nyaman, mengurangi nyeri, mengurangi kerusakan

saraf dan mengontrol gula darah serta meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.(11)

Anda mungkin juga menyukai