Anda di halaman 1dari 8

“GAKY” PENYAKIT AKIBAT KEKURANGAN ZAT GIZI MIKRO YANG

BERDAMPAK MAKRO

Maghriza Refina Hana Dianti


D-IV Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
refinamaghriza@gmail.com

Abstrak. Terdapat empat masalah gizi di Indonesia yaitu kurang energi


protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), dan masalah kurang vitamin A (KVA).
Tiga masalah yang disebut belakangan sering disebut sebagai masalah
gizi mikro yang dibutuhkan dalam jurnlah sedikit, tetapi meski sedikit,
sangat penting dan diperlukan untuk kesehatan manusia. Salah satu
kekurangan dari zat mikro tersebut adalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). Penyebab utama timbulnya masalah GAKY adalah
kekurangan yodium. Selain karena kurang yodium, masalah GAKY juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti: faktor geografi, faktor
lingkungan: goitrogen, cemaran limbah pabrik seperti Pb dan Hg, faktor
unsur kelumit (trace element) dan faktor Gizi (KEP dan KVA). GAKY
diketahui mempunyai kaitan erat dengan gangguan perkembangan mental
dan kecerdasan. Untuk mencegah terjadinya GAKY, seseorang
memerlukan yodium 100-150 μg per hari, hal ini dapat dipenuhi dengan
mengonsumsi 6-10 gram garam beryodium setiap hari dengan asumsi
kualitas garam beryodium mengandung lebih dari 40 ppm kalium yodat
(KIO3).
Kata kunci: GAKY, yodium, gondok

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja akan tetapi masyarakat juga perlu memperhatikan kualitas dan

kuantitas makanan yang dikonsumsi tiap harinya, sebab timbulnya masalah gizi

adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan

berbagai sektor terkait (Wari, 2015: 1). Terdapat empat masalah utama gizi di

Indonesia. Endang et al (2015: 64) menyatakan bahwa masalah gizi di Indonesia dan

di negara berkembang masih didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP),
masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan

masalah kurang vitamin A (KVA). Tiga masalah yang disebut belakangan sering

disebut sebagai masalah gizi mikro atau kelaparan tersembunyi (hidden hunger).

Dinamakan gizi mikro karena memang ukurannya kecil, yakni dalam mikro gram

(ug), dan dibutuhkan dalam jurnlah sedikit, tetapi meski sedikit, sangat penting dan

diperlukan untuk kesehatan manusia.

Kekurangan zat gizi mikro esensial mengakibatkan ketidakmampuan belajar

dengan baik, keterlambatan mental, kesehatan yang buruk, kapasitas kerja yang

rendah, kebutaan, dan kematian yang prematur. Hal ini mengakibatkan kehilangan

potensi sosial ekonomi dari masyarakat. Menurut publikasi Bank Dunia (World Bank,

1994), Kekurangan vitamin A, yodium, dan besi dapat menghabiskan 5% dari produk

domestik bruto (PDR) suatu negara. Pertemuan para pemimpin negara pada Woeld

Summit for Children di New York menetapkan tujuan spesifik dari program

penghilangan kekurangan zat gizimikro, yaitu penghapusan yang sesunggulmya

kekurangan yodium, vitamin A, dan pengurangan anemia gizi besi pada wanita

sebesar 1/3 dari tahun 1990 (Albiner, 2003: 2).

Salah satu kekurangan dari zat mikro tersebut adalah Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY). Mengutip dari jurnal Albiner Siagan (2003: 2) beliau

menyebutkan prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Asia

Tenggara berada di urutan teratas yaitu 30,9% jika dibandingkan dengan Afrika,

Amerika, Mediterania Timur, dan Asia Pasifik.

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan spektrum luas

dari gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental dengan


gambaran yang sangat bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh kembang manusia

akibat kekurangan yodium. Yodium adalah unsur gizi mikro yang berfungsi untuk

pembentukan hormon tiroid, tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), yang berguna

dalam proses pengembangan susunan saraf pusat dan proses tumbuh kembang

manusia (Julianti, 2002).

Penyebab GAKY

Penyebab utama timbulnya masalah GAKY adalah kekurangan yodium.

Secara epidemiologi kebutuhan yodium per orang per hari hanya 1-2 ug per kilogram

berat badan. Apabila tidak terpenuhi secara kontinyu dan berlangsung lama maka

akan menimbulkan gondok. Gondok dikatakan endemik apabila lebih dari 5%

penduduk atau anak sekolah berusia 6-12 tahun menderita gondok (Sukati, 2009:

101). Selain karena kurang yodium, masalah GAKY juga disebabkan oleh beberapa

factor seperti: faktor geografi, faktor lingkungan: goitrogen, cemaran limbah pabrik

seperti Pb dan Hg, faktor unsur kelumit (trace element) dan faktor Gizi (KEP dan

KVA) (Sukati, 2009: 102).

Prevalensi gondok berdasarkan letak geografis yang diolah berdasarkan

prevalensi gondok pada anak sekolah menunjukkan bahwa prevalensi gondok

tertinggi ditemukan di daerah dataran tinggi sebesar 30.3%, disusul daerah dataran

rendah (8.7%) dan di daerah rawa hanya sebesar 2.8%. Dengan uji proporsi

ditemukan perbedaan yang bermakna antara prevalensi gondok di daerah dataran

tinggi dan rendah serta perbedaan bermakna antara dataran tinggi dan rawa (Fredy,

1999). Djokomoelyanto (1998) mengemukakan bahwa dataran tinggi atau

pegunungan biasanya miskin akan yodium karena lapisan paling atas dari tanah yang
mengandung yodium terkikis dari waktu ke waktu. Sebaliknya tanah di dataran

rendah kemungkinan terkikis lebih kecil sehingga diduga kandungan yodium masih

normal.

Faktor lingkungan yang terpenting adalah agen goitrogen (Djokomoelyanto

1998). Zat penghambat penyerapan yodium atau disebut juga zat goitrogenik adalah

faktor penyebab lain dari gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) (Farida et al,

2014: 306). Sedangkan Djokomoelyanto (1998) menjelaskan bahwa goitrogen adalah

zat atau bahan yang dapat mengganggu pembentukan hormon tiroid, sehingga dapat

menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (gondok). Goitrogenik menghasilkan

substansi yang bersaing dengan kelenjar tiroid dalam mengambil yodium (Gibney,

2009: 207). Matovinovic (1998) menyatakan bahwa terdapat 2 jenis goitrogen yaitu;

goitrogen alami dan sintetis. Goitrogen alami yang paling penting adalah singkong

dan kubis. Sedangkan goitrogen sintetis adalah insektisida, organoklor (DDT, ODD,

dan Dieldrin), fungisida dan antibiotik (tetrasiklin). Farida et al (2015: 106)

menyatakan bahwa ada beberapa sayuran yang mengandung glikosida sianogenik,

prekursor tiosianat yang bersifat goitrogenik (istilah untuk zat penghambat yodium

masuk kedalam tubuh) yang menjadi faktor risiko Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium (GAKY).

Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian khususnya sayuran dapat

menurunkan kadar hormon tiroid dan selanjutnya akan memicu terjadinya kejadian

gondok. Hal serupa pernah terjadi di Amerika.Utara, di sekitar Danau Michigan

ditemukan banyak burung mati karena minum air danau yang tercemar pestisida yang

berasal dari buangan limbah pertanian (Sukati, 2009: 104).


Meningkatnya prevalensi atau kasus Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY) di dataran rendah seperti yang ditemukan pada survey nasional pemetaan

Gaky tahun 1996-1998 diduga ada hubungan dengan cemaran Pb dan Hg yang

berasal dari limbah pabrik atau dari cemaran emisi gas buangan kendaraan bermotor.

Penelitian di Jawa Timur yang dilakukan oleh Wirjatmadi (2004), menemukan bahwa

kadar Pb dan Hg dalam darah ibu hamil yang tinggal di dataran rendah melampaui

batas ambang yang diperbolehkan. Batas ambang yang diperbolehkan oleh WHO

untuk kadar Pb sebesar 150 ug/L dan kadar Hg sebesar 100 ug/L sebanyak 66,7%

Dampak GAKY

GAKY diketahui mempunyai kaitan erat dengan gangguan perkembangan

mental dan kecerdasan. Oleh karena itu, semakin besar angka prevalensi GAKY di

Indonesia maka akan menghambat pembangunan SDM di Indonesia (Multalazimah,

2009).

Pencegahan GAKY

Untuk mencegah terjadinya GAKY, seseorang memerlukan yodium 100-150

μg per hari, hal ini dapat dipenuhi dengan mengonsumsi 6-10 gram garam beryodium

setiap hari dengan asumsi kualitas garam beryodium mengandung lebih dari 40 ppm

kalium yodat (KIO3). Salah satu cara untuk mengetahui bahwa seseorang telah

mengonsumsi yodium dalam jumlah cukup dan tidak mengalami gangguan adalah

dengan mengukur kadar yodium dalam urin (Tri et al, 2011: 2).

Terdapat empat masalah gizi di Indonesia yaitu kurang energi protein (KEP),

masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan

masalah kurang vitamin A (KVA). Tiga masalah yang disebut belakangan sering
disebut sebagai masalah gizi mikro yang dibutuhkan dalam jurnlah sedikit, tetapi

meski sedikit, sangat penting dan diperlukan untuk kesehatan manusia. Salah satu

kekurangan dari zat mikro tersebut adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY). Penyebab utama timbulnya masalah GAKY adalah kekurangan yodium.

Selain karena kurang yodium, masalah GAKY juga disebabkan oleh beberapa faktor

seperti: faktor geografi, faktor lingkungan: goitrogen, cemaran limbah pabrik seperti

Pb dan Hg, faktor unsur kelumit dan faktor Gizi (KEP dan KVA). GAKY memiliki

dampak yang sangat besar bagi penderitanya karena GAKY diketahui mempunyai

kaitan erat dengan gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Jadi, seseorang

yang menderita GAKY maka perkembangan mental dan kecerdasannya akan

terganggu. GAKY dapat dicegah dengan cara memenuhi kebutuhan yodium tiap

harinya yaitu 100-150 μg per hari, yang dapat dipenuhi dengan mengonsumsi 6-10

gram garam beryodium setiap hari dengan asumsi kualitas garam beryodium

mengandung lebih dari 40 ppm kalium yodat (KIO3). Terdapat juga cara untuk

mengetahui bahwa seseorang telah mengonsumsi yodium dalam jumlah cukup dan

tidak mengalami gangguan adalah dengan cara mengukur kadar yodium dalam urin.
DAFTAR RUJUKAN

Djokomoelyanto. 1998 Gangguan Akibat Defisiensi Iodium dan Gondok Endemik.


dalam Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III : S.Noer (Ed). Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.

Fredy M.K. 1999. Analisis Spacial GAKY Pada Anak-anak SD/MI di Indonesia.
Thesis. Bogor: IPB

Gibney, J, et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Irawati, T. E. et al. 2011. Tingkat konsumsi Garam Beryodium dan Kaitannya dengan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Ibu Hamil. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 8 (1): 1—6

Julianti, HP. 2002. Faktor Risiko Kekurangan Yodium pada Wanita Hamil di Daerah
Gondok Endemik, Jurnal GAKY Indonesia (Indonesia Journal of IDD).

Khoirunnisa, Endang et al. 2015. Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi


Seimbang dengan Pertumbuhan Anak dalam Upaya Meningkatkan Gizi Anak.
Jurnal Ilmu Kebidanan, 3 (2): 63—68

Matovinovic, J. 1998. Yodium dalam RE Olson (Ed). Pengetahuan Gizi Mutakhir:


Mineral. Jakarta: Gramedia

Multalazimah. 2009. Status Yodium dan Fungsi Kognitif Anak Sekolah Dasar di SD
N Kiyaran I Kecamatan Cangkiran Kabupaten Sleman, Jurnal Penelitian Sains
dan Teknologi, 10 (1)

Ningtyas, F.W et al. 2015. Makanan Mentah, Goitrogenik dan Gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY) (Raw Food, Goitrogenic and IDD). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 18 (1): 105—110

Ningtyas, Farida et al. 2014. Eksplorasi Kearifan Lokal Masyarakat dalam


Mengonsumsi Pangan Zat Gaitrogenik terhadap Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium. Kesmas National Public Health Journal, 8 (7): 306—312

Siaginan, Albiner. 2003. Pendekatan Fortifikasi Pangan Untuk Mengatasi Masalah


Kekurangan Zat Gizi Mikro. USU Digital Library

Sukati. 2009. Hubungan Keadaan Geografi dan Lingkungan dengan Gangguan


Akibat Kurang Yodium (GAKY). Media Litbang Kesehatan. 19 (2): 101—108
Suyatno, Wari. 2015. Status Gizi Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 2 Jintung
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Tiara, Septa et al. 2016. Faktor Konsumsi Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Pada Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus
Di Mi Depokharjo Parakan Kabupaten Temanggung). Unnes Journal of Public
Health, 5 (2): 149-155

Wirjatmadi. B. 2004. Penyebaran Gondok di Daerah Dataran Rendah di Jawa Timur


Suatu Masalah karena Kekurangan Konsumsi Yodium. Media Gizi Indonesia, 1
(1)

Anda mungkin juga menyukai