Anda di halaman 1dari 5

TRANSISI MASALAH GIZI

Untuk Memenuhi Tugas Epidemiologi yang Dibimbing Oleh Bapak Juin

Oleh:

Maghriza Refina Hana Dianti

(P17111173026)

KEMETRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

D-IV GIZI

MALANG

2018
I. Pengertian Transisi Gizi
Suatu proses peruahan masalah gizi terkait dengan perubahan demografi,
pola penyakit yang terkait dengan perubahan pola hidup termasuk pola makan
akibat kemajuan teknologi transportasi dan otomasi, serta teknologi informasi
dan komunikasi

II. Faktor Yang Menyebabkan Transisi Gizi


a. Peningkatan sosial-ekonomi, adanya persiapan untuk globalisasi dan pengaruh
kemajuan teknologi menyebabkan banyaknya makanan kurang berserat dalam
bentuk “fast food” yang menyerbu pasar Indonesia baik dikota besar maupun
sekitarnya. Persiapan globalisasi dan pengaruh informasi menyebabkan
peningkatan perilaku tidak sehat yang akan banyak berpengaruh pada manusia
di masa mendatang terutama penduduk di perkotaan
b. Kesibukan kerja, stress dan kurang kesempatan berolahraga, lingkungan kerja
yang kurang sehat

III. Contoh Masalah Transisi Gizi


1. Transisi Masalah Gizi Buruk Menjadi Obesitas
Hasil temuan menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan vitamin A
dalam kegiatan Posyandu memiliki risiko gizi buruk yang lebih rendah
dibanding anak dengan tidak mendapatkan vitamin A. Pada zaman dahulu
banyak sekali kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan dampak lebih
lanjut yaitu menyebabkan gizi buruk. Namun pada saat ini kekurangan
vitamin A telah dapat dikendalikan sehingga angka gizi buruk pun juga
berkurang bahkan pada zaman saat ini obesitas juga menjadi masalah baru
gizi di Indonesia.
Begitu juga, pemeriksaan kandungan oleh ibu disaat hamil. Ibu yang
tidak memeriksakan kandungan pada saat hamil memiliki risiko anak
menderita gizi buruk dengan probabilitas sebesar 1756. Pada zaman
sekarang telah banyak dilakukan edukasi dan berbagai promosi gizi sehingga
angka gizi buruk dapat ditekan bahkan muncul kasus baru yaitu obesitas
karena kurang pengetahuan pula mengenai gizi.
Kemudahan akses dan transportasi menyebabkan bahan makanan apa
pun mudah untuk dijangkau tidak seperti jaman dahulu yang sangat susah
dalam transportasi dan fasilitas pendukungnya hal tersebut menyebabkan
banyak masalah gizi buruk terutama pada daerah terpencil. Kemudahan
transportasi dan fasilitas pendukungnya mampu membuat berbagai jenis
makanan mudah didapatkan oleh masyarakat, namun Pola makan yang salah
juga dapat menyebakan obesitas.
2. Transisi Masalah Gizi Banyaknya Penyakit Degeneratif
Masalah transisi gizi yang paling berat membebani kita saat ini adalah
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular. Dulu, penyakit jantung,
pembuluh darah, gagal ginjal, stroke, hipertensi, kencing manis, kanker, dan
lain-lain penyakit kronis akrab dengan populasi penduduk kaya. Kini,
penduduk dengan penghasilan menengah ke bawah juga sudah banyak yang
mengalami sakit serupa. Hal tersebut dikarenakan telah majunya
pembangunan di segala bidang.
Penyakit tidak menular ini merupakan dampak lebih lanjut dari gizi
lebih akibat pola makan yang salah dan pengetahuan yang kurang mengenai
gizi. Hal ini juga dikarenakan kemajuan diberbagai aspek kehidupan
sehingga masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik yang akan
menyebabkan masyarakat menjadi obesitas dan dampak leih lanjut akan
mengalami penyakit tidak menular.
3. Transisi Masalah Gizi GAKI dengan Hipertyroid
GAKI merupakan defisiensi yodium yang berlangsung lama akibat
dari pola konsumsi pangan yang kurang mengkonsumsi yodium sehingga
akan menggagu fungsi kelenjar tiroid untuk menyerap lebih banyak yodium.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat, sehingga secara
perlahan membuat kelenjar membesar (hiperplasi) sehingga menyebabkan
gondok (Hetzel, 1996). Iodium merupakan zat gizi yang mudah menguap
maka dari itu pada zaman dahulu banyak masyarakat yang menderita GAKI.
Namun dengan berbagai program pemerintah seperti fortifikasi yodium
dalam garam mampu menekan GAKI di Indonesia.
Namun pada zaman sekarang banyak pula ditemukan penyakit
hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respons jaringan-jaringan tubuh
terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini
dapat timbul spontan atau akibat pemberian hormon tiroid pada pengobatan
hipotiroid. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering
dijumpai yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksic. Hipertiroidisme
graves adalah penyakit yang timbul karena banyak faktor, predisposisinya
terdiri dari genetik dan lingkungan. Penyebab hipertiroidisme graves yang
disebabkan oleh faktor genetik sebesar 79% dan 21% disebabkan oleh faktor
lingkungan yang terdiri dari keterpaparan faktor stres, asap rokok, kelebihan
asupan yodium, dan beberapa obat yang semuanya telah diidentifikasi
sebagai faktor lingkungan yang relevan terhadap patogenesis hipertiroidisme
graves.

IV. Dampak Transisi Gizi


Menurut Soekirman (2014) transisi masalah gizi menimbulkan masalah
social-ekonomi dan politik akibat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tidak mendukung pembangunan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, H., 2009. Faktor Determinan Kejadian Gondok di Daerah Pantai Jawa
Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 3(2), pp.62-67.

Fuada, N. (2015). Identifikasi Faktor Perubahan Status Gizi Anak Balita Indonesia.
Jurnal Riset Kesehatan, 4(1), 708-715.

Munifa, 2012. Pola Makan dan Merokok Sebagai Faktor Resiko Kejadian
Hipertiroid. Tesis.
Saputra, W., & Nurrizka, R. H. (2012). Faktor demografi dan risiko gizi buruk dan
gizi kurang. Makara kesehatan, 16(2), 95-101.

Sindonews. 2015. Catatan Muktamar IDI Memotret Kondisi Kesehatan Indonesia.


(Online). https://nasional.sindonews.com/read/1062428/18/memotret-kondisi-
kesehatan-indonesia-1447790073, diakses pada 30 Agustus 2018

Soekirman. 2014. Transisi Masalah Gizi dan Kesiapan Tenaga Profesional Gizi dan
Profesi Lain Terkait. Jakarta: Kongres PERSAGI

Anda mungkin juga menyukai