Anda di halaman 1dari 2

Tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada

tahun 2016 meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan
2015. Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi
salah satutujuan dalam SDGs atau Sustainability Development Goals (Pusat Data dan
Indormasi Kementerian Kesehatan, 2018).
Secara global pada tahun 2016 terdapat kasus yang setara dengan 120 kasus per
100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China,
Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di
Kawasan Asia Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan
25% nya terjadi di kawasan Afrika (Pusat Data dan Indormasi Kementerian Kesehatan, 2018).
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden
countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC.
Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah
satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama
13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia
memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC (Pusat Data dan Indormasi
Kementerian Kesehatan, 2018). Menurut Riskesdas 2018 prevalensi TB Paru di Indonesia
sebesar 0,4%. Dan prevalensi di Jawa Timur penderita TB Paru pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dari pada tahun 2013.
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada
orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya.
Pada Susenas tahun 2017 kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per km 2 dengan
jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12%. Berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia

sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif
sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas (Pusat Data dan Indormasi

Kementerian Kesehatan, 2018).


Sekitar 75 % pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-
50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga
sekitar 20 – 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatan 15 tahun.
Selain merugika secara ekonomi, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara social,
seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. (Dirjen PPPL, 2014 dalam Toding, 2017)
Hubungan antara TB dan gizi kurang telah diketahui sejak lama. TB dapat memperberat
kondisi gizi kurang, dan kondisi gizi kurang melemahkan sistem daya tahan tubuh, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya perubahan dari TBlaten menjadi aktif TB. Pasien dengan
TB harus mendapat penilaian tentang status gizinya dan menerima perawatan dan dukungan
nutrisi yang sama dengan populasi dengan status gizi yang sama sesuai dengan rekomendasi
WHO (Toding, 2017).
Salah satu produk intervensi yang dapat dijadikan untuk produk intervensi adalah produk
susu. Karena susu mengandung tinggi protein dan sesuai dengan prinsip diet untuk pasien TB
Paru yaitu diet TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein). Bahan lain yang dapat dijadikan untuk
produk intervensi adalah kemangi karena dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017)
kemangi mengandung tinggi vitamin C untuk daya tahan tubuh pasien yaitu 30 mg/100 g bahan
makanan lebih tinggi dari pada jeruk nipis yang mengandung vitamin C sebesar 20 mg/100 g
bahan makanan. Sedangkan wortel dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2017) memiliki
pro vitamin A yang tinggi yaitu 3784 mcg/100 g bahan makanan dan lebih tinggi dari pada tomat
merah segar yang mengandung 2083/100 g bahan makanan. Vitamin A memiliki fungsi
memodulasi eritropoiesis, kekebalan terhadap penyakit menular dan infeksi, dan metabolisme
besi (Toding, 2017).
Berdasarkan hal tersebut akhirnya penulis akan merancang sebuah penelitian. Penelitian
tersebut berjudul Formulasi Susu Murni dengan Penambahan Wortel dan Daun Kemangi
sebagai Minuman untuk Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) Pada Remaja Putri (Kajian Nilai
Energi, Kadar Zat Gizi, dan Mutu Organoleptik).

Daftar Pustaka:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2017. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Pusat Data dan Indormasi Kementerian Kesehatan. 2018. Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Toding, Wilma Dian Marannu. 2017. Penatalaksanaan Nutrisi pada Tuberkulosis. Makassar:
Universitas Hassanudin

Anda mungkin juga menyukai