Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN KRISIS PADA PT BLUE

BIRD GROUP DALAM UPAYA


PEMULIHAN CITRA POSITIF DI
MASYARAKAT

Siva Fauzia Alivia (1735167002)


Hanna Adinda (1835160043)
LATAR BELAKANG

• Definisi tentang krisis yang dikemukakan oleh Robert P. Powell dalam


bukunya Crisis-A leadership Opportunity (2005) yang menyatakan bahwa
krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang
belum pernah terjadi sebelumnya, yang mendorong organisasi kepada suatu
kekacauan dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan
nyata. Setiap perusahaan harus selalu mengantisipasi terjadinya krisis. Karena
dengan mengantisipasinya suatu perusahaan akan siap menghadapi krisis itu.
Aktifitas-aktifitas yang pokok di dalam menangani krisis dapat dilakukan
sebagai upaya pencegahan sebelum terjadinya krisis. Sudah tentu manajemen
dalam menghadapi hal-hal ini harus mengambil suatu keputusan untuk
mencegah terjadinya korban, mengawasi kerusakan yang dapat terjadi dan
mengambil kembali kegiatan usaha agar terjamin usaha perusahaan.
DESKRIPSI KASUS

• Pada 22 Maret 2016, demo yang dilakukan atas nama Paguyuban Pengemudi
Angkutan Darat (PPAD) di berbagai titik Kota Jakarta berujung bentrok dengan
pengemudi ojek online. Sekitar 6.000 sopir taksi resmi Jakarta seperti Blue
Bird dan Express gelar aksi protes menentang layanan berbasis aplikasi Uber
dan Grab. Dalam sekejap, demo tersebut viral di dunia maya berkat sebuah
video yang memperlihatkan pengemudi taksi berseragam biru dari Blue Bird
melakukan intimidasi kepada pengendara taksi lain. Akhirnya, Blue Bird pun
menjadi bulan-bulanan warganet (netizen) karena perusahaan taksi ini dinilai
secara resmi mengizinkan pengemudinya melakukan demo.
Sejak demo tersebut, Blue Bird gencar melakukan berbagai upaya dalam rangka
memulihkan citranya sebagai perusahaan taksi yang senantiasa memberikan
kenyamanan dan keamanan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penulis adalah PT Blue Bird Group
secara umum dan terkhusus praktisi Public Relation yang berwenang dalam upaya
menangani krisis yang terjadi.
Sedangkan, untuk objek yang dikaji adalah mengenai manajemen pemulihan citra
yang dilakukan oleh PT Blue Bird Group pasca kasus kericuhan demo 22 Maret
2016, di Jakarta. Penelitian ini fokus mengungkap kiat-kiat crisis handling yang
dilakukan oleh PT Blue Bird Group dalam upaya menyelamatkan citra sekaligus
mempertahankan eksistensinya sebagai market leader yang memimpin persaingan
Taksi di Indonesia.
STRATEGI MANAJEMEN KRISIS

Krisis kepercayaan yang disebabkan oleh demonstrasi driver yang berujung ricuh
menyadarkan segenap jajaran Blue Bird Group untuk mengambil langkah proaktif
guna memulihkan nama baik serta kepercayaan publik di tengah lanskap bisnis
yang telah berubah.
Pada 22 Maret 2016, Blue Bird akhirnya menggelar press conference dimana
konten press conference berisi permohonan maaf dan janji menggratiskan layanan
taksi Blue Bird selama satu hari setelah aksi kepada seluruh pelanggan di wilayah
Jabodetabek. Hal itu adalah gerbang utama perjalanan Blue Bird Group dalam
upaya menangani krisis yang terjadi.
• Selain memberikan kompensasi gratis taksi Blue Bird selama satu hari, Public
Relations Blue Bird juga memanfaatkan komunikasi digital sebagai pusat
komunikasi dan krisis. Sehingga mampu membangun komunikasi yang engage
langsung kepada publik. Maka, salah satu strategi manajemen krisis lainnya yang
dilakukan oleh PT Blue Bird Grop adalah melalui program “Reimagining Blue
Bird”
• Sebuah iklan kampanye Blue Bird bertajuk “Berbenah untuk Berubah” disuarakan
melalui YouTube pada 25 September 2016 lalu. Video berdurasi dua menit itu
berhasil menyedot perhatian publik, khususnya warganet. Hingga 18 Juni 2020,
kini video tersebut telah ditonton sebanyak 175.000 kali
(https://www.youtube.com/watch).
• Dalam video tersebut, PT Blue Bird Group mengakui kesalahannya dan
berdedikasi untuk melakukan perubahan. Perubahan disini tidak hanya dari segi
pelayanan, tetapi juga model bisnis yang juga akan mengikuti perkembangan
zaman.
• “Beri kami kesempatan, karena kami ingin bersama-sama ikut pertandingan.
Kami sedang berbenah, karena kami ingin berubah.” (pesan yang disampaikan
oleh Blue Bird dalam kampanye Blue Bird “Berbenah untuk Berubah”).
KESIMPULAN

Mengelola reputasi memang tidaklah mudah, terlebih apabila nama perusahaan


tersebut telah tercoreng di mata publik. Krisis bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan
kepada siapa saja. Bahkan perusahaan raksasa dengan predikat ternama sekalipun
tidak kebal dari yang namanya krisis. Hal inilah yang pernah dirasakan oleh PT Blue
Bird Group, sebuah demonstrasi anarkis yang dilakukan atas nama Paguyuban
Pengemudi Angkutan Darat (PPAD), Manajemen krisis merupakan jalan keluar bagi
setiap organisasi atau perusahaan yang tertimpa krisis. Oleh karen itu, dibutuhkan
penanganan yang tepat agar bisnis tetap dapat terus bertahan. Hal itu terlihat jelas
dari krisis yang menimpa PT Blue Bird Group. Disini dapat disimpulkan bahwa Blue
Bird sangat sigap dan tidak tanggung-tanggung dalam mengatasi krisis yang
menimpanya. Blue Bird justru menjadikan krisis ini sebagai batu pijakan mereka
untuk melakukan lompatan besar menuju masa depan perusahaan yang lebih cerah.

Anda mungkin juga menyukai