Anda di halaman 1dari 2

PERTEMUAN I

Mata Kuliah Filsafat Barat

Oleh: Nasar Lundeto

Pada pembahsan awal dalam buku Islam, Athorotarianism And Underdevelopment


(Islam, otoritarianisme dan ketertinggalan mendeskripsikan persoalan Violence And Peace
(kekerasan dan perdamaian). Disini ahmad t kuru menjelaskan bahwa kekerasan sering terjadi
pada wilayah dominasi muslim secara proporsional, dengan beberapa data dukungan yang
kemudian diangkat ke permukaan seperti terorisme konflik militer dan lain sebagainya. Ahmet
menjabarkan data peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia yang pada dasarnya melibatakan
muslim didalamnya mislanya dari tahun 1994 hingga 2008, kelompok-kelompok islamis
melakukan 2/5 dari 204 pengeboman teroris yang memakan banyak korban di seluruh dunia.
Pada tahun 2009 ada 6 perang dan 30 konflik kecil di dunia 2/3 dari pihak-pihak yang berperang
(8 dari 12) dan 2/5 dari pihak-pihak yang berkonflik ringan (24 dari 60) merupakan Negara
mayoritas muslim atau kelompok-kelompok muslim.

Pencapaian terkait data yang dijabarakan dalam buku ini, lebih mengarah pada kekerasan
yang terjadi semata-mata hanya dilontarkan pada kaum muslim secara komrehensif sedangkan
konflik kekerasan yang tidak proporsional seperti kekerasan politik itu lebih mengara pada
kelompok non muslim. Disatu sisi kita sebagai penikmat buku ahmad t kuru ini, seakan diajak
berkencan dengan kekerasan sesungguhnya hanya dipantik dan lahir dari islam itu sendiri tanpa
menyisipkan sedikit konflik barat yang selama ini besar pengaruhnya terhadap konflik yang
terjadi berbagai Negara yang ada di dunia umumnya.

Dalam penjajahan dan pendudukan barat misalnya, konflik yang sebenarnya dipicu oleh
colonial barat semestinya yang menjadi bahan acuan dalam memberikan deskripsi terkait dengan
konflik kekerasan yang mendunia, antara barat dan timur, seharusnya dilihat dari bentuk sebab
akibat sesuatu itu terjadi. Sebuah contoh kecil dari pendapat Frants fanon bahwa kolonialisme
prancis tidak meninggalkan banyak pilihan selain menggunakan kekerasan bagi masyarakat al
jazair untuk melawan kolonialisme prancis demi mempertahankan eksistensi sebagai manusia
dan martabat Negara tersebut. Mohammad ayub juga menyatakan bahwa kolonialisme baratlah
yang mempopulerkan kaum islamis radikal dengan membuat ulama pasif tersingkir dimata
pemuda muslim, yang memandang bahwa islamis yang gagah dan berani melawan kolonialisme
dan pendudukan barat. Seperti yang terjadi di arab Saudi, membentuk kelompok salafi yang
konon merupakan sebuah kelompok garis keras.

Seorang pengamat barat beranggapan bahwa muslimlah yang seharusnya bertanggung


jawab atas penafsiran al-qur’an secara puritan. Kenyataannya bahwa yang semestinya
bertanggung jawab terkait hal itu adalah colonial inggris yang pada masa pemeriantahan osmani
di dua kota suci itu, inggris berhasil melengserkan kepemimpinan dari osmani yang dipimpin
oleh bangsa arab yang bersekutu dengan inggris yaitu Syarif Husain dengan dasar bahwa
kepeimpinan osmani dapat merusak dan mengganggu sistem colonial inggris dalam
pendudukaannya terhadap arab Saudi.

Sehingga dengan ini kiranya kita sebagai akademisi islam tentu tidak serta merta
mengonsumsi kajian keislaman apapun itu terlebih terkait dengan konflik yang saat ini sering
jadi perbincangan public diseluruh dunia yakni terorisme.

Anda mungkin juga menyukai