Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

MEREKONSTRUKSI TEKS ULASAN

Nama : Reni Rahmadiani


NIM : D1011231047
Prodi : Teknik Sipil
Kelas : Bahasa Indonesia Kelas B (Teknik Sipil B)
Dosen Pengampu : Drs. Ahmad Rabi’ul Muzammil., M.Si.
MELACAK AKAR TERORISME

Judul : Melawan negara teroris: Dominasi Amerika Serikat


terhadap Irak dan kedaulatan dunia (terjemahan dari Full
spectrum dominance: U.S. power in Iraq and beyond)
Penulis : Rahul Mahajan
Penerjemah : Anom
Penerbit : PT Mizan Publika, Jakarta
Tahun : 2005
Halaman : 260 halaman
Bahasa : Indonesia
Buku ini adalah versi terjemahan dari karya "Full Spectrum Dominance:
U.S. power in Iraq and beyond" yang diterbitkan pada tahun 2005, yang ditulis
oleh Rahul Mahajan. Salah satu hal yang luar biasa dari proses penerjemahan ini
adalah bahwa pengetahuan yang menarik dan bermanfaat yang terdapat dalam
buku ini kini dapat diakses oleh pembaca berbahasa Indonesia.
Rahul Mahajan, penulis buku "The New Crusade: America's War on
Terrorism" yang diterbitkan pada tahun 2002, adalah seorang doktor lulusan
University of Texas. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang aktivis anti-perang
yang aktif baik di tingkat lokal maupun nasional. Sebagai pendiri dari "No War
Collective" dan anggota National Board of Peace Action, sebuah organisasi
perdamaian terkemuka di Amerika Serikat, Mahajan telah berperan dalam
mempromosikan perdamaian dan menentang kekerasan. Dalam bukunya, Mahajan
menyajikan penilaian yang brilian dan gambaran menyeluruh tentang perang
melawan terorisme.
Pengalaman Rahul Mahajan sebagai seorang aktivis anti-sanksi terhadap
Irak, serta pemahamannya yang mendalam tentang kebijakan luar negeri Amerika
Serikat di bawah pemerintahan George W. Bush, menjadi landasan utama dalam
mengurai perdebatan panjang tentang terorisme dan upaya negara-negara untuk
melawannya.
Terorisme telah menjadi salah satu topik yang paling dominan dalam
perbincangan publik dan media selama dekade terakhir. Istilah-istilah seperti
"teror", "teroris", dan "terorisme" telah menjadi bagian yang sangat umum namun
juga kontroversial dalam bahasa kita. Di Indonesia, istilah ini bahkan sering kali
dihubungkan dengan agama tertentu, terutama karena berbagai peristiwa
pengeboman yang menghebohkan, seperti ledakan bom yang mengguncang
Legian, Bali, pada 11 September 2002, yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang mengidentifikasi diri mereka sebagai "Islam".
Serangan terhadap Menara Kembar World Trade Center dan Pentagon pada
tanggal 11 September 2001, serta respons yang diambil oleh pemerintah Amerika
Serikat, terutama dengan pengeboman di Afghanistan, telah membawa perubahan
dramatis dalam kebijakan luar negeri AS dan dinamika politik global. Peristiwa-
peristiwa ini dan konsekuensinya yang luas menjadi latar belakang utama bagi
buku "Melawan Negara Teroris", yang bertujuan untuk memberikan analisis yang
objektif dan menarik terhadap hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Dalam bukunya, Rahul Mahajan menyajikan analisis yang terperinci tentang
bagaimana Pemerintahan Bush mengatasi "perang melawan terorisme" dan
pelaksanaan invasinya ke Irak. Jika dalam karyanya yang sebelumnya, "The New
Crusade" (Perang Salib Baru), Mahajan mengulas perang Amerika Serikat di
Afghanistan, ekspansi militer AS di Asia Tengah, dan dasar resmi dari "perang
melawan terorisme" secara keseluruhan, buku "Melawan Negara Teroris" ini
memberikan kritik yang meyakinkan terhadap penaklukan Irak, serta kebohongan
dan distorsi yang digunakan oleh Pemerintahan Amerika Serikat dalam
membenarkan perangnya.
Buku ini terbagi menjadi dua bagian, masing-masing terdiri dari tiga dan
enam bab ulasan, serta satu bab tambahan sebagai simpulan. Sesuai dengan
judulnya, buku ini menyoroti dua isu utama, yaitu "Perang Terhadap Terorisme"
(halaman 1) dan "Perang Irak" (halaman 53). Rahul Mahajan memandang perang
terhadap terorisme lebih dari sekadar sebuah konflik langsung dengan terorisme
(halaman 1). Dengan pandangan ini, Mahajan menggambarkan bahwa tindakan
militer yang diambil oleh Pemerintahan Bush di Afghanistan, Irak, dan mungkin
negara-negara lain di masa depan, mungkin justru memperburuk daripada
meredakan ancaman kekerasan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan
demikian, penulis mengkritik kebijakan presiden beserta stafnya karena kurang
memperhatikan upaya diplomatis. Mahajan menyajikan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa retorika Pemerintahan Bush tentang "perang terhadap
terorisme" hanyalah suatu "rhetorical justification for militaristic solutions”.
Dalam bagian lain, Rahul Mahajan menegaskan bahwa perekonomian
Amerika Serikat sebenarnya tidak sepenuhnya tergantung pada minyak Irak.
Namun demikian, ia menjelaskan bagaimana kontrol yang kuat dari Amerika
Serikat terhadap salah satu cadangan minyak terbesar di dunia dapat memberikan
keuntungan besar bagi korporasi-korporasi raksasa Amerika dan memfasilitasi
investasi petrodolar dalam penjualan senjata serta meningkatkan sektor-sektor lain
dalam ekonomi Amerika Serikat (halaman 53).
Selain itu, buku "Melawan Negara Teroris" ini menyajikan banyak
informasi lain yang patut untuk diketahui. Contohnya, bagaimana peristiwa 11
September dijadikan sebagai justifikasi untuk ekspansi imperialisme Amerika
Serikat ke atas negara-negara berdaulat penuh, dan menjadi titik awal dari sebuah
era baru dalam imperialisme.
"Melawan Negara Teroris" merupakan sebuah kritik yang memukau dan
luar biasa terhadap "perang terhadap terorisme" dan invasi ke Irak. Penulis
berhasil menghadirkan sejumlah informasi tanpa terkesan berlebihan. Analisis
yang disajikan dalam buku ini sangat meyakinkan dan jelas. Dengan demikian,
buku ini dapat dianggap sebagai sebuah pengantar yang luar biasa terhadap
munculnya imperialisme baru.
Hal yang mengejutkan pembaca dalam buku ini adalah penulis tidak
menyalahkan aksi terorisme pada satu agama tertentu, berbeda dengan narasi
terorisme di Indonesia yang sering kali dihubungkan dengan agama Islam.
Dengan kata lain, bagi pembaca yang mencari bukti bahwa terorisme terkait erat
dengan satu agama tertentu, mereka akan kecewa. Terorisme tidak mewakili
agama tertentu.
Dalam ulasannya terhadap buku "Terror in the Mind of God: The Global
Rise of Religious Violence" (2000) yang disunting oleh Mark Juergensmeyer
(dalam edisi bahasa Indonesia oleh M. Sadat Ismail, "Teror atas Nama Tuhan:
Kebangkitan Global Kekerasan Agama" (2002, Nizam Press), Samsuri menyoroti
bahwa "Perang terhadap Terorisme" yang diumumkan oleh Presiden George W.
Bush merupakan langkah baru dalam sebuah perang kosmis, suatu konflik besar
yang tampaknya tak pernah berakhir. Dalam pidato George W. Bush di depan
Kongres AS pada 27 September 2001, disebutkan bahwa musuh yang dihadapi
oleh Amerika Serikat adalah untuk memperoleh dukungan dalam melawan
jaringan Al-Qaeda dan pemerintah Taliban di Afghanistan yang diduga
melindungi Osama bin Laden, pemimpin Al-Qaeda. Namun, "perang terhadap
terorisme" ini tidak berhubungan dengan agama tertentu. Pernyataan ini diperkuat
dengan kutipan berikut:
"to destruction and to the defeat of global terror network... We will starve
terrorists of funding, turn them one against another, drive them from place to
place until there is no refuge and no rest. And we will pursue nations that provide
aid or safe haven to tercorism. Every nation in every region now has a decision to
make: Either you are with us or you are with terrorists. From this day forward,
any nation that continues to harbor or support terrorism will be regarded by the
United States as a hostile regime.... (Stein, 2002)”.
Buku "Melawan Negara Teroris" sangat informatif dan tegas dalam
pendiriannya. Buku ini mengeksplorasi realitas-realitas penting dari dominasi
global AS saat ini dengan ketajaman analisis yang luar biasa. Analisis yang tajam
ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang apa yang dimaksud
dengan perang melawan terorisme dan kebijakan luar negeri AS. Dengan
membaca buku ini, pembaca dihadapkan pada suatu pemahaman baru, terutama
pemahaman bahwa perang terhadap terorisme tidak sama dengan perang terhadap
agama tertentu.

Anda mungkin juga menyukai