Anda di halaman 1dari 15

STRATIFIKASI LINGKUNGAN

STRATEGIS
Dede Rohman, S.IP., M.Si,

1
Stratifikasi Lingkungan Strategis:
Dunia: ancaman dan keamanan tingkat dunia yang
1
berpengaruh pada seluruh wilayah negara-bangsa
Regional: ancaman dan keamanan tingkat regional
2 yang berefek pada tingkat Dunia
Nasional: ancaman dan keamanan tingkat nasional yang
3
secara subtansial berpengaruh di tingkat regional/Dunia
Provinsial: ancaman dan keamanan tingkat provinsi
4
yang berefek pada tingkat nasional/Regional/Global
Lokal: ancaman dan keamanan tingkat lokal yang berefek
5 pada tingkat provinsial/ nasional/Regional/Global

2/22
Lingstra Dunia (1)

Pertama, dampak parktik globalisasi:


(1) terbukanya ekonomi nasional dapat melahirkan tantangan
terhadap kedaulatan negara,
(2) timbulnya kerawanan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan
akibat tekanan-tekanan negara maju, dan
(3) meningkatnya kerawanan sebagai akibat dari
penetrasi asing yang melewati batas-batas negara.
Misalnya, arus modal, arus barang, arus gagasan, mobilitas
penduduk, dan munculnya aktor-aktor non-negara.

3/22
Lingstra Dunia (2)

Kedua, dampak kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat


(AS). Berubahnya dan bertambahnya tiga pilar politik luar negeri
AS: demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup
menjadi perang terhadap terorisme, berimbas kepada negara-
negara yang dalam proses transisi dari pemerintah otoriter ke
demokrasi. Negara bekerjasama dengan AS untuk menciptakan
keamanan dunia, khususnya dalam mengatasi terorisme dan
kejahatan lintas negara lainnya. Negara harus pandai dalam
membuat kebijakan yang dapat memaksimalkan kepentingan
nasionalnya.

4/22
Lingstra Dunia (3)

Ketiga, dampak dari meningkatnya peran Perserikatan Bangsa-


Bangsa (PBB), khusunya di bidang keamanan. PBB bukan saja
menangani persoalan konflik antar negara (interstate conflict),
melainkan juga konflik di dalam suatu negara (intrastate conflict).
Negara menerima kehadiran pasukan multinasional (PBB) untuk
melakukan intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention),
seperti yang pernah terjadi di Indonesia ketika lepasnya Timor-
Timur pasca jajak pendapat pada akhir Agustus 1999.

5/22
Lingstra Dunia (4)

Keempat, dampak merebaknya isu-isu ancaman non-tradisional


berupa keamanan perbatasan. Merebaknya isu-isu ancaman
keamanan non-tradisional yang terjadi sejak berakhirnya Perang
Dingin telah mendorong negara-negara untuk ikut merespons
perkembangan tersebut. Isu-isu tersebut antara lain menyangkut
masalah terorisme terbuka, kejahatan lintas negara,
perdagangan obat-obat terlarang, perompakan, pembajakan di
laut, dan konflik perbatasan maritim.

6/22
Lingstra Dunia (5)

Kelima, dampak kemajuan teknologi persenjataan seperti


munculnya siber, senjata nuklir, dan senjata otonom
(Autonomous Weapons System–AWS) mendorong
meningkatnya belanja industri pertahanan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menimbulkan revolusi di bidang
kemiliteran (Revolution in military affairs–RMA) dan Reformasi
Sektor Pertahanan (Security Sector Reform–SSR). Pada
akhirnya RMA dan SSR akan ikut menentukan perkembangan
dan perubahan doktrin, organisasi militer, serta strategi perang.

7/22
Lingstra Regional (1)
Lingkungan strategis di tingkat regional, baik di kawasan Eropa,
Asia-Pasifik, Asia Tenggara, paling sedikit ditandai oleh lima
perkembangan dan kecenderungan strategis, yaitu:
Pertama, kebijakan keamanan dan pertahanan negara-negara
besar khususnya AS, RRT atau Cina, Jepang, dan Rusia;
Kedua, dinamika perkembangan dan kecenderungan kerjasama
keamanan multilateral seperti kerjasama kemanan di Atlantik
Utara “North Atlantic Treaty Organizations” (NATO), Uni Eropa,
ASEAN dan ARF, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.

8/22
Lingstra Regional (2)

Ketiga, dinamika kerjasama dan kompetisi ekonomi regional,


terutama mengenai prospek free-trade serta kompetisi mengenai
akses terhadap pasar dan resources (modal, sumber daya
manusia, teknologi, sumber daya alam);
Keempat, potensi konflik dan sengketa antar negara, khususnya
sengketa wilayah dan perbatasan; dan
Kelima, meningkatnya arti penting isu dan masalah kejahatan
lintas nasional.

9/22
Lingstra Nasional (1)
Negara-negara masih menghadapi persoalan kompleks:
Pertama, dinamika reformasi di segala bidang di lingkup
domestik. Tingkah laku sebagian pemimpin politik, baik di
eksekutif maupun di legislatif, lebih menonjolkan kepentingan
pribadi dan kelompoknya daripada kepentingan bangsa;
Kedua, transisi dari sentralisasi pemerintahan ke desentralisasi
masih menimbulkan riak-riak sosial, ekonomi dan politik di
berbagai daerah. Desentralisasi pemerintahan ditujukan untuk
kemakmuran dan keamanan masyarakat.

10/22
Lingstra Nasional (2)

Ketiga, adanya persoalan separatisme baik secara provinsial


maupun lokal, khususnya di Indonesia misalnya:
Separatisme Papua oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh yang dinilai
kontraproduktif dengan kedaulatan nasional Indonesia
Pemberontakan di Poso, Sulawesi Tengah
Pemberontakan di Maluku, Ambon

11/22
Lingstra Nasional (3)

Keempat, proses pemulihan ekonomi yang berjalan lamban,


disebabkan antara lain karena: pelarian dana ke luar negeri
untuk menghindari pajak oleh pengusaha besar nasional yang
berutang kepada negara, tidak sinkronnya persoalan
penanaman modal antara pusat dan daerah (provinsial dan
lokal), demonstrasi atau tuntutan buruh untuk menaikkan upah
tanpa diimbangi oleh produktifitas kerja, globalisasi menuntut
adanya ekonomi terbuka dan persaingan yang ketat di level
lokal, provinsial, dan nasional.

12/22
Lingstra Nasional (4)

Kelima, konflik-konflik sosial yang disebabkan oleh berbagai


faktor sosial, kebangsaan, dan kesukuan, seperti sentimen
kesukuan, sentimen keagamaan, rendahnya toleransi antar
masyarakat dan adanya kesenjangan ekonomi dan pemerataan
lapangan kerja di masyarakat lokal dan provinsial mendorong
situasi yang tidak aman (keamanan non-tradisional) dalam
negeri yang belum stabil di beberapa daerah;

13/22
Lingstra Nasional (4)

Keenam, terorisme di dalam negeri baik di tingkat lokal,


provinsial, maupun nasional. Perlu adanya kerja sama yang baik
dalam upaya penyelenggaraan keamanan nasional dan
kerjasama dengan institusi internasional untuk mengatasinya.
Misalnya, sebelum dibentuknya Densus 88, banyak aksi
terorisme bermunculan di dalam negeri Indonesia akibat
penyesuaian diri atas fenomena perang global melawan
terorisme yang dikobarkan oleh Amerika pasca runtuhnya
gedung WTC (2001).

14/22
TERIMA KASIH

15/22

Anda mungkin juga menyukai