Anda di halaman 1dari 13

Cyber Security di Regional Asia Tenggara dan Polarisasi Dunia

Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya dirasakan oleh negara-negara
maju di Benua Amerika dan Eropa. Perkembangan pada sektor ini pun dirasakan oleh negara-
negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Data dibawah ini menunjukan angka penggunaan
internet yang menunjukan peningkatan di kawasan Asia Tenggara dalam kurun waktu 4 tahun
sejak 2014. Data yang dimaksudkan tersebut menujukan peningkatan di tiap tahunnya dalam
penggunaan internet di Asia Tenggara. Berdasarkan data yang dimuat oleh we are social pada
sejak 2014, penetrasi internet di beberapa negara ASEAN dalam skala global menunjukan bahwa
Thailand berada di persentase 35%, Ialu Vietnam 39%,
Indonesia 29%, Filipina 36%, Malaysia 65%, dan Singapura berada di angka tertinggi yaitu
73%'. Enam dari sepuluh negara anggota ASEAN yang masuk kedalam laporan tersebut, telah
menunjukkan bahwa negara-negara anggota ASEAN sudah masuk ke fase kawasan yang
berdampingan dengan cyber.
Selanjutnya pada laporan di tahun 2015 secara garis besar penggunaan internet di kawasan Asia
Tenggara berada angka 33%. Pada tahun 2016 data penggunaan internet meningkat menjadi 41%
di kawasan Asia Tenggara. Dan pada tahun 2017 meningkat kembali menjadi 53%. Persentase
peranggota.
ASEAN menunjukkan bahwa penetrasi internet di kawasan tersebut di peringkat Teratas diisi
oleh Brune Darussalam dengan persentase 86%. Lalu dikuti oleh Singapura 82%, Malaysia 71%,
Thailand 67%, Filipina 58%, Vietnam 53%, Indonesia 51%, Kamboja 45%, Laos dan Myanmar
26% . Data ini menunjukan dari
4 tahun terakhir sejak 2014 sampai 2017, penetrasi penggunaan internet di negara kawasan Asia
Tenggara terus mengalami sebuah peningkatan baik dalam lingkup Penggunaan internet di Asia
Tenggara sendiri tidak bebas dari ancaman Kejahatan cyber, karena berdasarkan data yang
dihimpun oleh peneliti menunjukan berbagai kejahatan cyber telah terjadi di kawasan Asia
Tenggara. Contohnya pada berita yang dimuat oleh The ASEAN Post diberitakan bahwa
berbagai negara di kawasan Asia Tenggara mengalami serangan kejahatan cyber. Ada 7 bentuk
kejahatan cyber menurut interpol;

________________________________________
Simon Kemp. Social. Digital & Mobile in August 2014, diakses dari
https://wearesocial.com/so/special-reports/social-di gital-mobile-august-2014 pada 11 Sep. 19
pukul 15:19 WIB
Simon Kemp, Social, Digital & Mobile in 2015, diakses dari https://wearesocial.com/sg/special-
reports/digital-social-mobile-2015 pada 11 Sep. 19 pukul 15:30 WIB
(1) Unauthorized Access to Computer System and Sevice menyusup ke dalam sistem jaringan
computer tanpa izin atau tanpa sepengetahuan pemilik jaringan tersebut. (2) Illegal Contents,
seperti memasukkan data maupun informasi hoax ataupun konten tidak etis dan melanggar
hukum. (3) Data Forgery, maksudnya pemalsuan data pada dokumen penting. (4) Cyber
Espionage, kejahatan penyadapan tanpa izin. (5) Cyber Sabotage and Extortion, kejahatan
mengganggu, merusak, atau menghancurkan sistem jaringan yang terkoneksi dengan internet. (6)
Offense against Intellectual Property, kejahatan hak atas kekayaan intelektual dalam internet. (7)
Infringements of Privacy, kejahatan informasi pribadi dan rahasia seseorangs. Menurut Interpol
7 poin sebelumnya merupakan bentuk jenis-jenis dari kejahatan cyber. Contoh insiden kejahatan

cyber di beberapa negara di ASEAN adalah sebagai berikut, Malaysia diperkirakan kehilangan
USS900 juta antara tahun 2007 sampai 2012, dengan rata-rata 30 orang menjadi target sasaran
kejahatan cyber pada
setiap harinya. Angka-angka ini terus meningkat pada setiap tahunnya. Pada 2013. Singapura
mendapati kerugian per kapita tertinggi di dunia dalam kejahatan cyber yaitu USS1,158. Lalu
pada 2016 Filipina mengalami penyerangan yang mana saat itu Filipina mengalami pembobolan
data pemerintah terbesar. Di tahun yang sama Thailand juga mengalami penyerangan pada data
ekspatriat mereka. Beberapa
contoh kasus penyerangan yang terjadi di kawasan Asia Tenggara ini, telahmenunjukan bahwa
kawasan ini juga mendapat berbagai ancaman di bidang cyber.Pada berita penyerangan diatas
dapat dilihat bahwa Singapura mengalami serangan cyber terbesar di kawasan Asia Tenggara
maupun di dunia. Maka pada
tahun 2016 Singapura menyelenggarakan ASEAN Ministerial Conference on.

Pertanyaan Masalah
"Mengapa Singapura mendorong inisiasi kerjasama cyber di tingkat ASEAN?

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini pada akhirnya diharapkan akan memberikan manfaat baik
dari segi aspek praktis maupun teoritis.
________________________________________________
Deborah Rosabel, Digital in 2016, diakses dari htps://wearesocial com/se/special-reportsdi eital-
2016 pada 11 Sep. 19 pukul 15
5:33 WIB Simon Kemp, Digital in Southeast Asia in 2017, diakses dari
https://wearesocial.com/sg/blog/2017/02/digital-southeast-asia-2017 pada 11 Sep. 19 pukul
15:41
WIB
a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbang
pemikiran dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, lebih khusus bagi
pengembangan dalam disiplin ilmu hubungan Internasional.
b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi manfaat dan
menyumbang pemikiran terhadap ASEAN dalam rangka membangun
komunitas keamanan ASEAN sebagai bagian dari ASEAN COMMUNITY 2015.

Penelitian Terdaholu
Pertama, penelitian dari Agus Prihatyono pada tahun 2009 yang berjudul "Peran Indonesia dalam
ASEAN Security". Penelitian ini mengkaji tentang apa saja dan seberapa besar peran Indonesia
dalam usaha untuk ikut membangun Komunitas ASEAN, khususnya di bidang Keamanan
dimana Indonesia berperan sebagai pelopor dan motor dalam salah satu pilar Komunitas ASEAN
tersebut. Mengkaji dari awal kebijakan dikeluarkan hingga proses mewujudkan Komunitas
Keamanan ASEAN yang dilakukan Indonesia.' Dengan menggunakan pendekatan Security
Community untuk melihat perwujudan dari Komunitas Keamanan
ASEAN, peneliti mendeskripsikan bagaimana Indonesia berperan penting dalam mengkonstruksi
komunitas keamanan ini. Diawali dengan ide yang diajukan oleh Indonesia untuk membentuk
Komunitas Keamanan dalam ASEAN Community sebagai pelengkap dua pilar lainnya yaitu
Komunitas Ekonomi dan Komunitas Sosial Budaya. Peneliti melihat bahwa adanya tujuan
Indonesia untuk membangun karakter pluralistik dalam masyarakat Asia Tenggara melalui
komunitas ini. Namun melihat perkembangan kondisi politik dan keamanan ditingkat domestik
maupun regional yang cenderung berubah dan sulit di prediksi serta permasalahan yang dihadapi
olch negara-negara anggota dalam hubungan intra kawasan, maka ASC kemungkinan akan
menghadapi tantangan ataupun kendala dalam melaksanakan perangkat-perangkat kesepakatan
keamanan bersama di kawasan.
____________________________________________
s Ari Juliano Gema, Cybercrime: Sebuah Fenomena Di Dunia Maya, diakses dari
https://www.interpol.go.id/en/ftransmatic di-dunia-mavva pada 23 Okt. 19 pukul 23:29 WIB
Arief Subhan, Cyberattacks in Southeast Asia: Who's next?, diakes dari
https://theaseanpost.com/article/cyberattacks-southeast-asia-whos-next-O pada 11 Sep. 19 pukul
19:22 WIB
Christina Lago. Looking back on the biggest data breaches to impact ASEAN, diakses dari
https://sg.channelasia.tech/article/645512/looking-back-bigeest-data-breaches-impact-asean/pada
11 Sep. 19 pukul 19:42 WIB
Landasan Teori dan Konsep
Regional Security Complex Barry Buzan menjelaskan bahwa kawasan merupakan bagian dari
sub sistem
dalam hubungan keamanan yang signifikan dan terpisah, yang ditemukan pada kelompok
negara-negara yang memiliki kedekatan secara geografis. Buzan menyatakan: "a set of units
whose major processes of securitisation, desecuritisation, or both are so interlinked that their
securiry problems cannot reasonably be analysed or resolved apart from one another"13 Relasi
antar negara didalam sebuah kawasan dapat dilihat melalui dua pandangan, yaitu Amity dan
Ennmiry.''Amity dikatakan sebagai sebuah hubungan persahabatan dari negara-negara yang
diharapkan mampu menciptakan keamanan bersama

Regional Security Complex di defenisikan sebagai kelompok negara di dalam suatu kawasan
yang mana keamanan satu negara akan terkait dan berhubungan dengan keamanan negara
lainnya yang berada di dalam satu kawasan, sehingga dikatakan sebagai sebuah kompleksitas
keamanan.'"Kompleksitas keamanan ini terbentuk dari beberapa faktor seperti hubungan antar
negara, sejarah kawasan tersebut serta kondisi geopolitiknya. Kompleksitas keamanan kawasan
terdiri dari faktor-faktor tersebut menjadi pola hubungan Amity (persahabatan) dan Enmiry
(permusuhan) dikawasan yang merupakan hasil interaksi atau hubungan dalam Dalam
melakukan analisis kompleksitas keamanan kawasan, bisa digunakan.
1. Kondisi keamanan kawasan yang bersumber pada keamanan domestik di suatu negara. Jika
negara tersebut mengalami ketidakstabilan, dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi
keamanan negaranya.
2. Kondisi yang terbentuk dari hubungan antara negara dengan negara lain.

Masa depan ideologi


Seperti halnya pada abad ke-20, ideologi dalam hubungan antar bangsa masih menjadi salah satu
unsur penting. Persoalan yang dibadapai nanti adalah apa yang jadi idcologi masa depan.
Huntington membicarakan soal Clash of Civilisation antara Barat versus Islam atau Konfusius.
Graham Fuller dalam artikelnya The Next Ideology menegaskan, ideologi- ideologi masa depan
yang datang dari Dunia Ketiga akan menjadi penantang Barat.
_____________________________________________
ASEAN Member States Call for Tighter Cybersecurity Coordination in ASEAN diakses dari
Vattachnent/ASEAN%20Member%20States% 20Calls20for% 20Tichter% 20Cybersecurity
%20c
oordination% 20in%620ASEAN 11%200ct% 202016.pdf pada 11 Sep. 19 pukul 22:01 WIB
Kevin Kwang, Singapore Launches SS10m programme to help boost ASEAN cybersecurity
know-how, Channel News Asia, diakses
darihttps://www.chanelnewsasia.com/news/singapore/singapore-launches-s-10m-programme-to-
help- boost-asean-cybersecu-7736298 pada 14 Sep. 19 pukul 19:26 WIB
menilai, bentuk ideologi mendatang merupakan gabungan dari nilai dan lembaganya.
Munculnya ideologi baru itu merupakan konsekuensi dari keadaan vakum yang diakibatkan
pupusnya pengaruh gaya Marxisme-Leninisme di Uni Soviet. Untuk memahami bagaimana
ideologi masa depan ini, ia merumuskannya dalam nilai-nilai yang muncul dari ideologi Kedua
adalah keyakinan bahwa nilai etik dan politik demokrasi. Ia menyebutkan, kandidat yang
berperan potensial dari Dunia Ketiga untuk tampil adalah Indonesia, Aljazair, Brasil dan Afrika
Selatan. Dalam era masa datang, AS akan menghadapi tiga konvergensi. Pertama, pada era masa
depan, Barat yang dominan akan memasuki masa pengkajian ulang tentang cara
mengimplementasikan nilai-nilai filosofisnya, proses penyaringan cita-cita yang sekarang
berlaku tidaklah cukup. Tatanan lama tradisi Barat bukanlah model yang perlu
diperjualbelikan ke seluruh dunia. Kedua, Dunia Ketiga akan berkembang terus secara beraneka
ragam dengan berbagai negara meraih tahap baru "modernisasi" di berbagai waktu. Mereka yang
membuat secara ekonomi seperti Barat mungkin akan menyesuaikan pandangannya sederajat
pada pertama kalinya. Ketiga, sepertiga negara Dunia Ketiga takkan seperti itu dan akan
membutuhkan bantuan dan
dukungan untuk menghindari terseret kedalam tatanan dunia dalam konfrontasi antara tatanan
Barat dan non-Barat.

Corak Asia
John Naisbitt telah memberikan indikasi bahwa abad ke-21 tidak bisa lepas dari pengaruh Asia.
Krisis moneter yang menimpa Asia sejak 1997 telah menimbulkan keraguan akan kemampuan
Asia memainkan peran dalam ekonomi dan politik dunia. Namun tahun 1999 dapat disaksikan
betapa cepatnya pemulihan yang dialami Korea Selatan, Thailand dan Malaysia. Indonesia
memang tertinggal dalam pemulihan tersebut karena adanya krisis politik yang berlangsung
secara bersamaan dengan krisis politik. Menurut Naisbitt, saat ini sedang disaksikan semacam
kesadaran Asia. Ia menyebutnya sebagai perasaan sebenarnya dari Asia sehingga disebutnya
sebagai Asianisasi Asia. Naisbitt memberikan contoh bagaimana pada tahun 1960-an seorang
warga Inggris, Jerman dan Perancis menyebut dirinya sebagai orang Eropa. Kini sudah muncul
kesadaran dari berbagai warga negara di Asia menyebut dirinya sebagai orang Asia. Ini
mengindikasikan betapa
__________________________________
1'Barry Buzan dan Ole Weaver. 2003. Regions and Power: The Structure of International
Securiry: Cambridge University Press. United Kingdom. Hal 44.
'Barry Buzan. 1991. People. States and Fear. Second Edition. Harvester Wheatsheaf. London
Hal. 188-189. 1slbid, Hal. 190.
perkembangan teknologi dan globalisasi, banyak sekali negara-negara yang dapat ancaman
serius dengan adanya cybercrime tersebut. Selanjutnya penulis menjelaskan struktur organisasi
di Indonesia yang mengurus hal yang berkaitan dengan cybercrime di Indonesia. Dalam tulisan
ini pun Indonesia sudah melaksanakan kerjasama dengan organisasi regional yaitu ASEAN
dalam pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) pada tabun 2006. Pada pertemuan itu fokus
kepada ancaman cybercrime yang ditemakan menjadi "ARF Statement on Cooperation in
Fighting Cyber Attack and Terrorist Misuse of Cyber Space" yang kemudian workshop
dilakukan pada pertemuan di Vietnam Maret tahun 201220 Penulis disini menggunakan
Realisme sebagai landasan teori, lalu negara sebagai aktor dalam hubungan internasional serta
menggunakan konsep National Interest. Penulis dalam jurnal ini menggunakan penjelasan secara
Deskriptif dan teknik pengumpulan data secara Kualitatif. Kelima, jurnal yang dibuat oleh
Shawn W. Lonergan dengan judul "Cooperation Under the Cybersecurity Dilemma"21. Jurnal
ini berawalan mengenai pada sekarang ini keamanan negara di dunia maya memiliki tantangan
penting bagi pada akademisi, pembuat kebijakan serta masyarakat luas. Karena sifat baru dan
unik dari domain ini, para akademisi telah beralih ke pelajaran sejarah dan pemahaman untuk
domain cyber. Secara khusus, wacana ini berpusat pada perbandingan domain cyber dengan
contoh-contoh inovasi teknologi sebelumnya,

.
terutama teori dan konsep yang terkait dengan senjata nuklir yang disempurnakan
selama Perang Dingin. Salah satu aspek dari dialog ini telah difokuskan pada penerapan konsep
pengendalian senjata nuklir untuk pengaturan persenjataan dunia maya. Jurnal ini juga
berpendapat bahwa ia menilai utilitas perbandingan Nuclear- Cyber dan mengeksplorasi
kesamaan antara domain cyber dan senjata nuklir. Serta mengeksplorasi hambatan-hambatan
untuk mengendalikan senjata cyber dalam kerangka kontrol senjata nuklir yang diterima secara
luas. Setelah pendahuluan mengenai hal diatas, penulis dari jurnal ini melanjutkan pada sub-bab
Perbandingan Nuclear-Cyber. Dua hal itu memiliki
perbandingan seperti penyerangan menggunakan senjata nuklir lebih mudah di identifikasi
pelakunya, berbeda dengan serangan cyber yang memerlukan waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan untuk mengidentifikasi serangan tersebut. Perbedaan antara keduanya juga dapat
dilihat melalui efek dari serangan yang mana

______________________________________________________
2KJ Holsti. 1992. Intemational Polinics: A Framework of Analysis. London Prentice Hall
Interational Inc. Hal.209.
2'T. May Rudy. 2005. Administrasi dan Organisasi Intemnasiona. Refika Aditama. Bandung.
Hal.
sthicd Hal 27. 25Tbid. Hal 27-28.
senjata Nuklir dapat menghancurkan suatu wilayah dengan waktu singkat, berbeda dengan
serangan cyber yang sifatnya perlahan namun juga memiliki efek yang berkepanjangan.
Selanjutnya tidak ada metrik untuk mengukur segimana kekuatan yang dimiliki oleh aktor dalam
cyber, sementara untuk mengukur kekuatan nuklir dari berbagai negara dapat dihitung melalui
seberapa banyak nya tidak seperti senjata nuklir, kemampuan cyber belum terbatas pada aktor
pemerintahan. Aktor non pemerintahan seperti perusahaan, unsur memiliki keterkaitan. Dalam
penelitian ini, pengajuan kebijakan kerjasama

keamanan cyber yang dilakukan oleh Singapura merupakan sebuah dependen.


Sedangkan pencetusan kerjasama yang dilakukan oleh ASEAN merupakan sebuah
variabel independen. Level Analisa dari penelitian ini adalah negara-bangsa,
dimana fokus dari analisa ini berlandaskan pada alasan Singapura mengajukan
kerjasama dalam bidang keamanan cyber yang nantinya diterapkan dalam segara
regional ASEAN. Maka hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi adalah
induksionis.

Tipe Penelitian
Menimbang dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dimunculkan diatas, maka tipe
penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah dengan jenis penelitian cksplanatif. Penelitian
eksplanatif disini merupakan jenis penelitian yang memiliki tujuan untuk menemukan penjelasan
mengenai mengapa
suatu kejadian atau gejala terjadi, lebih kepada variabel sebab akibat.
Teknik Analisa Data
Teknik Analisa yang digunakan disini merupakan induksi. karena peneliti disini akan
mengumpulkan data yang memiliki korelasi signifikan lalu dikelompokkan serta dianalisis.
Segala bentuk kronologis yang akan mempengaruhi proses pembentukan akan menjadi hasil
akhir dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dilihat dari data yang telah dilampirkan pada
latar belakang diatas maka peneliti membentuk sebuah generalisasi dari kerjasama yang
dilakukan oleh ASEAN dipengaruhi oleh kebijakan Singapura demi terbentuknya sebuah
kebijakan kerjasama keamanan cyber di ASEAN.
______________________________________
10 Ibid.4
21 Dikutip dan Diartikan dari : Shawn W. Lonergan, Cooperation Under the Cybersecurity
Dilemma. htps://www.usma.edu/scusa/SiteAssetsSitePages/Round%6 20Tables/Cyber% 20-
9620Cooperation%620Under% 20the% 20Cybersecurity%20Dilemma.pdf

Urgensi Telaah Lingkungan Strategis:


(1)mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa penting, khususnya
berkaitan dengan bidang militer, politik, sosial, ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi beserta ancamannya dan cara-cara menghadapinya,
(2)mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan lingkungan strategis
yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa strategis,
(3)memberi informasi mengenai orientasi masa depan negara terkait bacaannya terhadap
perubahan lingkungan strategis dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri, dan
(4)memberikan sinyal kepada negara tentang apa yang harus dilakukan dengan segera,
seperti: mempercepat atau memperlambat proses keamanan nasional, melakukan
kerjasama dengan negara lain di sektor-sektor strategis, misalnya membangun aliansi.

Hubungan Lingkungan Strategis dan Kebijakan Luar Negeri


1. Melalui telaah lingkungan strategis, negara memiliki keharusan untuk membaca
kecenderungan perkembangan lingkungan strategis dan melakukan penyesuaian secara tepat.
2. Lingkungan Strategis baik pada tingkat global, regional maupun nasional akan berpengaruh
pada keseluruhan arah kebijakan politik luar negeri dan kebijakan keamanan nasional.
3. Lingkungan strategis juga mempengaruhi pembangunan kemampuan diplomasi untuk
menunjang pencapaian kebijakan luar negeri suatu negara, pembangunan kekuatan, serta
kebijakan strategis yang akan diambil dan akan dioperasionalkan untuk menghadapi perubahan
serta dampak dari perubahan lingkungan strategis.

Pemahaman atas lingkungan strategis ini sangat diperlukan untuk membangun postur
pertahanan dan kebijakan keamanan nasional sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis,
sekaligus dihasilkannya kebijakan keamanan nasional yang mampu mempertahankan dan
memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara: SSR (Security Sector Reform) dan RMA
(Revolution in Military Affair)
_________________________________________
10 Ibid.4 Dikutip dan Diartikan dari : Shawn W. Lonergan, Cooperation Under the
Cybersecurity
Dilemma. htps://www.usma.edu/scusa/SiteAssetsSitePages/Round%6 20Tables/Cyber% 20-
9620Cooperation%620Under% 20the% 20Cybersecurity%20Dilemma.pdf
(1). Aspek trigatra (statis/alamiah): posisi dan lokasi geografi negara,
keadaan dan kekayaan alam, keadaan dan kemampuan penduduk.
(2). Aspek pancagatra (dinamis) : sosial kemasyarakatan atau
"ideopoleksosbudhankam-ideologi. politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan (baik militer maupun non-militer) yang mampu
memberikan pengaruh pada pencapaian tujuan nasional.

Karakter Lingkungan Strategis


dalam lingkungan strategis yang terus berubah, aktor-aktor HI akan selalu dihadapkan
pada tiga situasi umum: pesimistik, optimistik, atau ultra-optimistik yang memicu
kepastian dan ketidakpastian internasional

Pesimistik, yaitu keadaan dunia yang dibentuk dari perasaan cemas dan tidak aman
akibat dari munculnya banyak konflik dan pertentangan
Optimistik, yaitu keadaan dunia yang dibentuk oleh situasai yang damai baik damai
secara positif maunpun damai secara negatif
UItra-Optimistik : keadan dunia yang dibentuk dari semangat berlebihan terhadap keunggulan
suatu
bangsa di seulurh dunia, misalnya Ultra-Optimistik Jerman di masa PD 1 dan PD 2

Faktor-Faktor Lahirnya Studi Lingkungan Strategis:


Lingkungan strategis diarahkan untuk merespon ancaman- ancaman, kekuatan-kekuatan, dan
benturan kepentingan Lingkungan Strategis mendorong hadirnya kebutuhan untuk melaksanakan
reformasi industri keamanan & pertahanan Melaksanakan (Security Sector Reform-SSR) dalam
rangka penyesuaian terhadap perkembangan ancaman terkini Melaksanakan revolusi hubungan
militer (Revolution in Military Affairs-RMA): memicu hadirnya dilema keamanan
______________________________________________

2 Ibid5

Tujuan memahami lingkungan strategis adalah untuk:


1. Mengenali kekuatan dan kelemahan internal negara
2. Memahami peluang dan tantangan eksternal negara
3. Dengan demikian negara dapat mengantisipasi perubahan-
perubahan strategis terkini dan masa depan, teruma berkenaan
dengan berkembangnya ancaman keamanan: lokal, nasional,
regional, dan global.

Menurut Naisbitt, saat ini sedang disaksikan semacam kesadaran Asia. la menyebutnya
sebagai perasaan sebenarnya dari Asia sehingga disebutnya sebagai Asianisasi Asia. Naisbitt
memberikan contoh bagaimana pada tahun 1960-an seorang warga Inggris, Jerman dan
Perancis menyebut dirinya sebagai orang Eropa. Kini sudah muncul kesadaran dari berbagai
warga negara di Asia menyebut dirinya sebagai orang Asia. Ini mengindikasikan betapa
kuatnya perasaan Asia diantara berbagai negara yang berbeda. Ia menilainya akan
memberikan kekuatan pada abad ke-21.
Dalam karyanya, Megatrends in Asia, Naisbitt menyebutkan ada delapan trend yang terjadi di
Asia pada akhir abad ke-20. Pertama, peralihan dari negara bangsa kedalam bentuk jaringan.
Ini berkaitan dengan peralihan Asia yang didominasi Jepang menjadi kawasan yang
didominasi jaringan Cina yang jumlahnya mencapai 57 juta jiwa. Etnik Cina ini hidup di luar
jumlah yang mencapai 1,2 milyar di RRC.

_______________________________________

Dilemma. htps://www.usma.edu/scusa/SiteAssetsSitePages/Round%6 20Tables/Cyber% 20-


9620Cooperation%620Under% 20the% 20Cybersecurity%20Dilemma.pdf

Kecenderungan kedua, peralihan dari ekonomi yang dipicu ekspor menjadi ekonomi yang
dipacu konsumer. Pertumbuhan ekonomi yang dirangsang oleh ekspor yang berlangsung
selama ini telah memunculkan standar hidup masyarakat asal ekspor. Masyarakat inilah yang
kemudian menuntut kebutuhan baru bidang manufaktur yang kemudian mendorong industri.
Ketiga, Naisbitt menyebutkan sebagai peralihan dari pengaruh Barat kepada cara Asia.
Tradisi Asia telah menjadi kebutuhan sesudah kemajuan ekonomi mewarnai Asia. Kemudian
muncul kebutuhan akan pemerintahan, bisnis dan pendidikan yang bergaya Asia karena lebih
menempatkan tradisi masing-masing secara lebih terhormat.
Keempat, di Asia juga muncul kecenderungan apa yang disebut sebagai peralihan dari
kontrol pemerintah menjadi kontrol pasar. Dinamika ekonomi yang diperkenalkan dalam
beberapa dekade ini telah menempatkan pasar sebagai pengendali pertumbuhan bukannya
pemerintah. Itulah sebabnya maka pasar memicu kebutuhan dan pengawasan baru terhadap
Kelima, seiring dengan perjalanan industrialisasi, kota-kota kecil dan pedesaan berubah
menjadi wilayah urban yang besar. Kota-kota metropolitan, bahkan megapolitan lahir dari
proses pembangunan ekonomi. Terdapat perubahan dari pertanian yang padat tenaga kerja
menjadi sektor manufaktur dan jasa. Trend keenam yang disebutkan Naisbitt adalah perpindahan
dari pekerjaan yang padat tenaga kerja menjadi padat teknologi. Banyak negara di Asia telah
menguasai teknologi tinggi .

memproduksi produk padat ilmu. Bidang pekerjaan yang padat tenaga kerja telah digantikan
dengan pekerjaan yang menuntut pengetahuan tinggi.
John Naisbitt juga memperhitungkan kecenderungan ke tujub yakni peralihan dari dominasi
pria dalam pekerjaan dengan munculnya kaum perempuan di berbagai sektor.

__________________________________________
2KJ Holsti. 1992. Intemational Polinics: A Framework of Analysis. London Prentice Hall
2'T. May Rudy. 2005. Administrasi dan Organisasi Intemnasiona. Refika Aditama. Bandung.

Di Indonesia
sendiri jumlah warga negara perempuan lebih banyak daripada pria. Lagipula banyak kaum
perempuan yang belajar sampai pendidikan tinggi sehingga akses kepada bidang kerja
dengan keterampilan khusus bisa diraihnya.

Trend terakhir, adanya peralihan dari Barat ke Asia dimana Asia diproyeksikan akan menjadi
pusat dunia menggantikan Eropa. Baik dari segi jumlah penduduk maupun pertumbuhan
ekonomi dalam dekade terakhir abad ke-20, Asia tidak disamai oleh Eropa sekalipun. Abad
ke-21 akan menjadi kawasan .
Penutup
Karakter hubungan internasional abad ke-21 akan ditandai dengan peralihan pertentangan
ideologi menjadi persaingan ekonomi dan politik. Ideologi baru akan muncul menggantikan
ideologi tradisional Marxisme dan Kapitalisme. Selain itu akan muncul sebuah hubungan antar
bangsa dimana Asia kemungkinan memainkan peran dalam ekonomi, politik dan budaya.
Kecenderungan yang muncul di Asia meski sempat terhenti karena krisis ekonomi akan
melahirkan dominasi Asia menggantikan dominasi Barat setidaknya di kawasan ini. Hasilnya.
negara-negara Asia memiliki posisi
penting dalam percaturan politik dan ekonomi dunia.

____________________________________________
Sudarsono, Juwono dkk. Perkembangan Studi Hubungan Internasional. Jakarta:Pustaka Jaya,
1996 Masoed, Mochtar. IImu Hubungan Internasional.. Jakarta: LP3ES, 1994.
Groom, AJR.Contemporary Intemational Relations: A Guide to Theory. London: Pinter,
1994.
Dougherty, James E and Robert L Pfaltzgraff Jr..Contending Theories of International
Relations.
Philadelphia:B Lippincot Company, 1971.
Viotti, Paul R and Mark V Kauppi. International Relations Theory: Realism, Pluralism,
Globalism.
London, MacMillan Publishing Company, 1993.
Kegley, Charles et.al, World Politics. New York, St. Martin's Press, 1993.
theglobalpolitics.com
asepsetiawan.com

Anda mungkin juga menyukai