Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/370073481

Keamanan Data Pengguna Sosial Media: Disisi Maraknya Peretas yang Tidak
Bertanggung Jawab

Research Proposal · April 2023


DOI: 10.13140/RG.2.2.15619.58407

CITATIONS READS
0 1,024

1 author:

Ihsan Taofik
Universitas Komputer Indonesia
4 PUBLICATIONS 7 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ihsan Taofik on 18 April 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Keamanan Data Pengguna Sosial Media: Disisi Maraknya Peretas
yang Tidak Bertanggung Jawab

KSI2

Dosen : Irawan Afrianto, S.T, M.T

IHSAN TAOFIK
10119315

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2023
LATAR BELAKANG

Jejaring sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern kita.
Dengan miliaran pengguna aktif di seluruh dunia, situs jejaring sosial telah menjadi
platform utama untuk interaksi online dengan teman, keluarga, dan lainnya [1]. Namun,
seiring dengan pertumbuhan yang pesat tersebut muncul berbagai masalah keamanan,
terutama jika menyangkut keamanan data pengguna. Meretas data pengguna jejaring
sosial telah menjadi salah satu masalah keamanan paling umum dalam beberapa tahun
terakhir [2].
Salah satu jejaring sosial yang mengalami peretasan data pengguna adalah
Facebook. Pada tahun 2018, sebuah perusahaan bernama Cambridge Analytica
menggunakan data dari sekitar 87 juta pengguna Facebook tanpa izin untuk
mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 [3]. Peretasan terjadi
karena kelemahan keamanan dalam sistem Facebook yang memungkinkan Cambridge
Analytica mengumpulkan data pengguna secara illegal [4].
Kasus peretasan data pengguna ini menimbulkan kekhawatiran di antara
banyak pengguna tentang keamanan data pribadi mereka di situs jejaring sosial. Sejak
saat itu, perusahaan media sosial terus meningkatkan keamanan sistem mereka dengan
menambal celah keamanan dan mengedukasi pengguna tentang pentingnya melindungi
informasi pribadi mereka [5]. Selain itu, pengguna media sosial dapat mengambil
langkah-langkah untuk melindungi data pribadi mereka dengan menggunakan kata
sandi yang kuat, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan mencegah pengunggahan
data pribadi yang sensitive [6]. Selain itu, pengguna harus berhati-hati saat memberikan
akses ke aplikasi pihak ketiga di akun media sosialnya.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa mengamankan data pengguna jejaring
sosial dari peretas sangatlah penting. Perusahaan media sosial terus meningkatkan
keamanan sistem mereka, dan pengguna juga perlu meningkatkan kesadaran dan
mengambil tindakan untuk melindungi data pribadi mereka dari peretas.
PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi di media sosial terlihat sangat pesat dalam beberapa


tahun terakhir. Dalam waktu singkat, aplikasi media sosial telah menjadi alat yang
sangat populer untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain secara online.
Beberapa contoh jejaring sosial populer di dunia antara lain Facebook, Twitter,
Instagram, dan TikTok. Platform ini menyediakan berbagai fitur yang memungkinkan
penggunanya berbagi gambar, video, dan teks serta berkomunikasi dengan pengguna
lain di seluruh dunia [7]. Seiring dengan perkembangan teknologi, platform ini juga
semakin canggih dengan adanya kecerdasan buatan yang membantu meningkatkan
interaksi dan fungsionalitasnya [8]. Data lengkap penguna Sosial media dari tahun ke
tahun bisa dilhat pada Gambar 1.

Gambar 1. Data Pengguna Sosial Media


Penggunaan jejaring sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
banyak orang di seluruh dunia. Namun, dengan banyaknya informasi yang dibagikan
dan disimpan, keamanan pengguna media sosial menjadi perhatian yang semakin
penting. Salah satu risiko utama adalah potensi peretasan atau serangan dunia maya.
Peretasan media sosial dapat terjadi karena berbagai faktor seperti penggunaan
kata sandi yang lemah, menghubungkan ke jaringan Wi-Fi yang tidak aman, mengklik
tautan yang mencurigakan, atau menginstal aplikasi dari sumber yang tidak tepercaya.
Jika pengguna diretas, orang yang tidak bertanggung jawab dapat memperoleh akses
dan menggunakan informasi pribadi seperti nomor telepon, alamat email, dan kata
sandi [9].
Dampak peretasan media sosial bisa sangat merugikan pengguna. Misalnya,
identitas digital seseorang dapat dicuri, informasi pribadi dapat digunakan untuk
melakukan penipuan, atau identitas palsu dapat digunakan untuk memposting konten
yang tidak pantas. Selain itu, akun yang disusupi dapat digunakan untuk menyebarkan
spam atau malware ke orang lain, sehingga merusak reputasi pengguna dan
memengaruhi orang lain [10].

SOSIAL MEDIA

Sosial media telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat


Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dalam era digital, sosial media seperti
Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan platform lainnya memungkinkan pengguna
untuk terhubung dengan orang lain, berbagi informasi, mempromosikan produk dan
jasa, dan memperluas jaringan sosial mereka [9].
Namun, kehadiran sosial media juga menimbulkan beberapa masalah di
Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh masalah yang terkait dengan penggunaan
sosial media di Indonesia:
1. Privasi dan keamanan data: Penggunaan sosial media juga menimbulkan masalah
privasi dan keamanan data. Banyak pengguna tidak menyadari bahwa data mereka
dapat disalahgunakan dan digunakan untuk tujuan yang tidak diinginkan.
2. Hoax dan berita palsu: Sosial media menjadi platform yang efektif untuk
menyebarkan berita dan informasi. Namun, masalahnya adalah ketika berita palsu
atau hoax disebarkan dengan mudah dan cepat, menyebabkan kebingungan dan
bahkan ketakutan di kalangan masyarakat.
3. Ujaran kebencian: Ujaran kebencian dan diskriminasi seringkali muncul di media
sosial, terutama dalam konteks politik dan agama. Hal ini dapat memicu konflik
antarindividu atau kelompok dan bahkan memperburuk situasi yang sudah tegang.
4. Privasi dan keamanan data: Penggunaan sosial media juga menimbulkan masalah
privasi dan keamanan data. Banyak pengguna tidak menyadari bahwa data mereka
dapat disalahgunakan dan digunakan untuk tujuan yang tidak diinginkan.
5. Pengaruh negatif pada kesehatan mental: Penggunaan sosial media yang berlebihan
dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada individu yang rentan [11].

Meskipun ada beberapa masalah terkait dengan penggunaan sosial media di


Indonesia, namun juga ada beberapa manfaat dari penggunaannya. Beberapa manfaat
tersebut antara lain:
1. Meningkatkan akses informasi: Sosial media memungkinkan akses cepat dan
mudah terhadap informasi yang relevan dan up-to-date.
2. Meningkatkan keterlibatan politik: Sosial media memungkinkan partisipasi aktif
dalam politik dan memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam diskusi
politik secara online.
3. Meningkatkan pemasaran bisnis: Sosial media dapat membantu bisnis
meningkatkan visibilitas dan mempromosikan produk dan jasa mereka.
4. Meningkatkan koneksi sosial: Sosial media memungkinkan pengguna untuk
terhubung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan memperluas
jaringan sosial mereka.
5. Meningkatkan kreativitas: Sosial media dapat digunakan untuk mempromosikan
dan berbagi karya seni, kreatifitas, dan ide-ide baru [11][12].
Dalam rangka mengatasi masalah yang terkait dengan penggunaan sosial media di
Indonesia, perlu ada upaya dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pengguna, dan
perusahaan teknologi,

HACKER (PERETAS)

Peretasan atau hacking pada akun media sosial merupakan masalah yang serius
di Indonesia. Bahkan, menurut laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
pada 2021, terjadi lebih dari 2 juta kasus peretasan pada pengguna media sosial di
Indonesia selama 2020. Bahkan pada tahun 2022 Indonesia masuk kedalam 3 negara
terbesar yang mengalami kebocoran data. Bisa di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Data 10 negara dengan kebocoran datat terbesar tahun 2022

Berikut adalah beberapa bahaya peretasan pada pengguna sosial media di


Indonesia:
1. Penyebaran informasi palsu atau hoaks: Setelah berhasil meretas akun media sosial,
peretas dapat mengakses informasi pribadi, termasuk riwayat percakapan dan
aktivitas online pengguna. Hal ini dapat memungkinkan peretas untuk
menyebarluaskan informasi yang salah atau hoaks dengan menggunakan akun yang
sudah diretas.
2. Penipuan: Peretas juga dapat menggunakan akun media sosial yang telah diretas
untuk melakukan penipuan, seperti meminta uang atau informasi pribadi dari orang
lain.
3. Identitas palsu: Peretas dapat menggunakan akun media sosial yang telah diretas
untuk membuat akun palsu atau akun palsu yang disebarkan secara luas. Hal ini
dapat memengaruhi citra pengguna media sosial yang telah diretas, serta
menyebabkan kerugian finansial.
4. Pencurian identitas: Peretas dapat mencuri identitas pengguna media sosial yang
telah diretas, termasuk nomor telepon, alamat email, dan informasi kartu kredit.
Hal ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi pengguna yang telah
diretas.
5. Pelanggaran privasi: Peretas dapat mengakses foto, video, dan dokumen pribadi
pengguna media sosial yang telah diretas. Ini dapat memungkinkan peretas untuk
mencuri data pribadi pengguna atau memperjualbelikan data tersebut.

Menurut Survei SNBC terdapat sebanyak 214 juta data pribadi dari akun Facebook,
Instagram, dan LinkedIn dikabarkan bocor di internet. Pelanggaran data besar ini
diungkap oleh peneliti Safety Detectives. Data yang dicuri termasuk alamat email,
nomor telepon serta nama lengkap pengguna, dan dalam beberapa kasus, data lokasi
tertentu [13]. Akibat hal tersebut pada tahun 2022 kebocoran data pada social media
mencapai peringkat 4 di Indonesia. Data detail kebocoran data bisa di lihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Jenis Kebocoran data di Indonesia

Puncak Kebocoran Data yang terjadi di Indonesia

Tabel 1. Data kebocoran data Sosmed di Indonesia [14].


No Nama Nilai/Juta Akun
1 Q1 2020 1,47
2 Q2 2020 29,61
3 Q3 2020 8
4 Q4 2020 8,39
5 Q1 2021 1,33
7 Q2 2021 0,69
7 Q3 2021 1,58
8 Q4 2021 0,49
9 Q1 2022 0,43
10 Q2 2022 1,04

Pada table 1, Terdapat 1,04 juta akun yang mengalami kebocoran data pengguna di
Indonesia selama kuartal II 2022, menurut data perusahaan keamanan siber Surfshark.
Jumlah itu melonjak 143% dari kuartal I 2022 (quarter to quarter/qtq) yang sebanyak
430,1 ribu akun.
Surfshark mencatat, setiap menitnya ada tiga akun yang mengalami kebocoran data
di Indonesia selama Januari–Maret 2022. Jumlahnya meningkat menjadi delapan akun
per menit pada April–Juni 2022.
Jika dilihat trennya, sejak kuartal I 2020 jumlah akun yang mengalami kebocoran
data di Indonesia cenderung fluktuatif. Puncaknya terjadi pada kuartal II 2020 di mana
ada 39,6 juta akun di Tanah Air yang dibobol hacker.
Kemudian jumlah akun yang mengalami kebocoran data di Indonesia mengalami
penurunan menjadi 669,4 ribu pada kuartal II 2021. Meski demikian, jumlahnya
kembali meningkat pada kuartal III 2021.
Pada akhir tahun 2021 hingga tiga bulan pertama tahun 2022, jumlah kasus
kebocoran data di Indonesia kembali menurun, tetapi melonjak kembali pada kuartal II
2022, seperti terlihat pada grafik. Adapun secara global, sebanyak 2,3 miliar akun telah
dibobol sejak awal tahun 2020. Bahkan angkanya mencapai 5,1 miliar akun yang telah
dilanggar sejak 2004 [14].

Jenis kejahatan Siber yang sering terjad pada penguna Sosial Media.
Kejahatan siber atau kerap dikenal dengan CyberCrime merupakan tindak
perilaku kejahatan berbasis komputer dan jaringan internet. Pelaku dari kejahatan siber
biasanya akan meretas sistem untuk memperoleh data korban yang bersifat privasi.
Terdapat berbagai jenis tindak kejahatan siber. Berikut empat jenis tindak kejahatan
siber [15]:
1. Penipian Phishing
Seperti namanya, phising yang dapat diartikan pelaku “memancing” para
korbannya untuk memberikan identitas dan informasi pribadi. Banyak orang yang
tak sadar sedang terkena penipuan phising karena pelaku yang pintar berbicara
dengan “memancing” pertanyaan-pertanyaan jebakan kepada korban
2. Peretasan
Peretasan merupakan upaya menyusup kepada sistem komputer tanpa izin.
Beberapa hal yang biasa dilakukan para peretas yaitu membobol sistem, mencuri
data pribadi, dan data keuangan.
3. Cyber Stalking
Cyber Stalking atau Penguntitan siber merupakan penggunaan internet dan
teknologi lainnya untuk menguntit atau meneror korban. penguntit akan melakukan
sesuatu secara berulang-ulang. Selain membuat korban merasa terganggu, perilaku
penguntit tersebut dapat pula membahayakan nyawa korban.
4. Cyber Bullying
Cyber Bullying merupakan perundungan atau penindasan yang dilakukan secara
online melalui internet dan teknologi lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada kolom
komentar di berbagai media social [16][17].

PENUTUP

Peretasan pada media sosial adalah masalah yang serius di Indonesia dan dapat
menyebabkan kerugian finansial dan reputasi bagi pengguna yang telah diretas. Oleh
karena itu, pengguna media sosial harus memperhatikan langkah-langkah pencegahan
keamanan yang dapat membantu melindungi akun dan informasi pribadi mereka dari
peretasan.
Untuk melindungi dari bahaya peretas pada media social, terdapat beberapa cara
pencegahan:
1. Membuat kata sandi yang kuat dan berbeda-beda untuk setiap akun media
sosial.
2. Tidak membagikan informasi pribadi atau data sensitif melalui media sosial.
3. Selalu memeriksa sumber informasi sebelum membagikan informasi atau link.
4. Mengaktifkan opsi keamanan tambahan, seperti verifikasi dua faktor, untuk
akun media sosial.
5. Memperbarui sistem keamanan dan anti-virus pada perangkat yang digunakan
untuk mengakses media sosial.
6. Menghindari mengklik tautan atau mengunduh lampiran dari sumber yang
tidak dikenal.
7. Tidak menggunakan jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman untuk mengakses
media sosial.
8. Melakukan logout dari akun media sosial setelah digunakan dan tidak
membiarkan login otomatis pada perangkat.
9. Memantau aktivitas akun media sosial secara teratur dan segera melaporkan
aktivitas yang mencurigakan.
10. Membuat backup data secara teratur dan menyimpannya di tempat yang aman.
11. Menggunakan aplikasi keamanan yang dapat memantau aktivitas online dan
memberikan peringatan tentang aktivitas yang mencurigakan.
References:

[1] R. V. Insani and J. H. Nurdan, “Analisis Penggunaan Media Sosial Dalam


Strategi Pemasaran Rumah Sakit,” Nusant. J. Ilmu Pengetah. Sos., vol. 9, no. 1,
pp. 302–308, 2022, [Online]. Available: http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/6174/3452

[2] M. B. Satrio and M. W. Widiatno, “Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi


Dalam Media Elektronik (Analisis Kasus Kebocoran Data Pengguna Facebook
Di Indonesia),” JCA Law, vol. 1, no. 1, pp. 49–61, 2020, [Online]. Available:
https://jca.esaunggul.ac.id/index.php/law/article/view/6

[3] Adetya Firnanda, Revita Pirena Putri, and Mriya Afifah Furqania, “Kebocoran
Data Pribadi Melalui Fitur Sticker Di Dalam Platform Instagram,” Semin. Nas.
Teknol. dan Multidisiplin Ilmu, vol. 1, no. 1, pp. 154–159, 2021, doi:
10.51903/semnastekmu.v1i1.98.

[4] E. Pertiwi, D. Delvina Nuraldini, G. Tri Buana, and A. Arthacerses, “Analisis


Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Data Pribadi Pengguna Media Sosial,” J.
Rechten Ris. Huk. dan Hak Asasi Mns., vol. 3, no. 3, pp. 10–16, 2022, doi:
10.52005/rechten.v3i3.65.

[5] I. Afrianto, T. Suryana, and S. Sufa’atin, “Pengukuran dan Evaluasi Keamanan


Informasi Menggunakan Indeks KAMI - SNI ISO/IEC 27001:2009,” J. Ultim.
InfoSys, vol. 6, no. 1, pp. 43–49, 2015, doi: 10.31937/si.v6i1.278.

[6] H. Edu, “Perlindungan Hukum atas Kebocoran Data Pribadi Konsumen pada E-
Commerce,” Heylaw.edu, vol. 3, no. 1, pp. 143–148, 2022.

[7] D. Rifai, S. Fitri, and I. N. Ramadhan, “Perkembangan Ekonomi Digital


Mengenai Perilaku Pengguna Media Sosial Dalam Melakukan Transaksi,” ADI
Bisnis Digit. Interdisiplin J., vol. 3, no. 1, pp. 49–52, 2022, doi:
10.34306/abdi.v3i1.752.

[8] F. C. Dirna, “Pengaruh Media Sosial ‘Instagram’ Di Masa Pandemi Covid-19


terhadap Kekerasan Berbasis Gender Online,” J. Wan. dan Kel., vol. 2, no. 2,
pp. 75–88, 2021, doi: 10.22146/jwk.3617.

[9] D. Destianti and M. Nurjaman, “Analisis Sistem Penipuan Rekayasa Sosial


Dengan Kode Otp ( Kasus, Peretasan Media Sosial),” Semin. Nas. Sist. Inf. dan
Manaj. Inform. Univ. Nusa Putra, vol. 1, no. 01, pp. 314–318, 2021, [Online].
Available: https://sismatik.nusaputra.ac.id/index.php/sismatik/article/view/37

[10] I. Afrianto, A. Heryandi, A. Finandhita, and S. Atin, “E-document


autentification with digital signature model for smart city in Indonesia,” J. Eng.
Sci. Technol., vol. 15, pp. 28–35, 2020.

[11] F. Anwar, “Perubahan dan Permasalahan Media Sosial,” J. Muara Ilmu Sos.
Humaniora, dan Seni, vol. 1, no. 1, p. 137, 2017, doi:
10.24912/jmishumsen.v1i1.343.

[12] R. H. Mustafa, M. Pawennai, and M. Mursyid, “Peretasan Terhadap Sistem


Elektronik Pada Aplikasi Angkutan Umum,” Qawanin J. Ilmu Huk., vol. 1, no.
1, pp. 59–71, 2020.

[13] Roy, “Data Pribadi 214 Juta Pengguna Facebook & Instagram Dicuri,” CNBC
Indonesia, 2021. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210114181641-37-
216058/data-pribadi-214-juta-pengguna-facebook-instagram-dicuri (accessed
Apr. 15, 2023).

[14] V. Azkiya Dihni, “Kasus Kebocoran Data di Indonesia Melonjak 143% pada
Kuartal II 2022,” DATABOKS, 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/09/kasus-kebocoran-data-
di-indonesia-melonjak-143-pada-kuartal-ii-2022 (accessed Apr. 17, 2022).

[15] S. M. T. Situmeang, “Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk Kejahatan


Sempurna Dalam Perspektif Hukum Siber,” Sasi, vol. 27, no. 1, p. 38, 2021, doi:
10.47268/sasi.v27i1.394.

[16] I. Afrianto and E. B. Setiawan, “Kajian virtual private network (vpn) sebagai
sistem pengamanan data pada jaringan komputer (studi kasus jaringan komputer
unikom),” Maj. Ilm. UNIKOM, vol. 12, no. 1, pp. 43–52, 2015, doi:
10.34010/miu.v12i1.34.

[17] R. Pertiwi, “Kenali 4 Jenis Kejahatan Siber,” Kominfo Bogor, 2023.


https://kominfo.kotabogor.go.id/index.php/post/single/740 (accessed Apr. 18,
2023).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai