net/publication/370073481
Keamanan Data Pengguna Sosial Media: Disisi Maraknya Peretas yang Tidak
Bertanggung Jawab
CITATIONS READS
0 1,024
1 author:
Ihsan Taofik
Universitas Komputer Indonesia
4 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ihsan Taofik on 18 April 2023.
KSI2
IHSAN TAOFIK
10119315
Jejaring sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern kita.
Dengan miliaran pengguna aktif di seluruh dunia, situs jejaring sosial telah menjadi
platform utama untuk interaksi online dengan teman, keluarga, dan lainnya [1]. Namun,
seiring dengan pertumbuhan yang pesat tersebut muncul berbagai masalah keamanan,
terutama jika menyangkut keamanan data pengguna. Meretas data pengguna jejaring
sosial telah menjadi salah satu masalah keamanan paling umum dalam beberapa tahun
terakhir [2].
Salah satu jejaring sosial yang mengalami peretasan data pengguna adalah
Facebook. Pada tahun 2018, sebuah perusahaan bernama Cambridge Analytica
menggunakan data dari sekitar 87 juta pengguna Facebook tanpa izin untuk
mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 [3]. Peretasan terjadi
karena kelemahan keamanan dalam sistem Facebook yang memungkinkan Cambridge
Analytica mengumpulkan data pengguna secara illegal [4].
Kasus peretasan data pengguna ini menimbulkan kekhawatiran di antara
banyak pengguna tentang keamanan data pribadi mereka di situs jejaring sosial. Sejak
saat itu, perusahaan media sosial terus meningkatkan keamanan sistem mereka dengan
menambal celah keamanan dan mengedukasi pengguna tentang pentingnya melindungi
informasi pribadi mereka [5]. Selain itu, pengguna media sosial dapat mengambil
langkah-langkah untuk melindungi data pribadi mereka dengan menggunakan kata
sandi yang kuat, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan mencegah pengunggahan
data pribadi yang sensitive [6]. Selain itu, pengguna harus berhati-hati saat memberikan
akses ke aplikasi pihak ketiga di akun media sosialnya.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa mengamankan data pengguna jejaring
sosial dari peretas sangatlah penting. Perusahaan media sosial terus meningkatkan
keamanan sistem mereka, dan pengguna juga perlu meningkatkan kesadaran dan
mengambil tindakan untuk melindungi data pribadi mereka dari peretas.
PEMBAHASAN
SOSIAL MEDIA
HACKER (PERETAS)
Peretasan atau hacking pada akun media sosial merupakan masalah yang serius
di Indonesia. Bahkan, menurut laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
pada 2021, terjadi lebih dari 2 juta kasus peretasan pada pengguna media sosial di
Indonesia selama 2020. Bahkan pada tahun 2022 Indonesia masuk kedalam 3 negara
terbesar yang mengalami kebocoran data. Bisa di lihat pada Gambar 2.
Menurut Survei SNBC terdapat sebanyak 214 juta data pribadi dari akun Facebook,
Instagram, dan LinkedIn dikabarkan bocor di internet. Pelanggaran data besar ini
diungkap oleh peneliti Safety Detectives. Data yang dicuri termasuk alamat email,
nomor telepon serta nama lengkap pengguna, dan dalam beberapa kasus, data lokasi
tertentu [13]. Akibat hal tersebut pada tahun 2022 kebocoran data pada social media
mencapai peringkat 4 di Indonesia. Data detail kebocoran data bisa di lihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Jenis Kebocoran data di Indonesia
Pada table 1, Terdapat 1,04 juta akun yang mengalami kebocoran data pengguna di
Indonesia selama kuartal II 2022, menurut data perusahaan keamanan siber Surfshark.
Jumlah itu melonjak 143% dari kuartal I 2022 (quarter to quarter/qtq) yang sebanyak
430,1 ribu akun.
Surfshark mencatat, setiap menitnya ada tiga akun yang mengalami kebocoran data
di Indonesia selama Januari–Maret 2022. Jumlahnya meningkat menjadi delapan akun
per menit pada April–Juni 2022.
Jika dilihat trennya, sejak kuartal I 2020 jumlah akun yang mengalami kebocoran
data di Indonesia cenderung fluktuatif. Puncaknya terjadi pada kuartal II 2020 di mana
ada 39,6 juta akun di Tanah Air yang dibobol hacker.
Kemudian jumlah akun yang mengalami kebocoran data di Indonesia mengalami
penurunan menjadi 669,4 ribu pada kuartal II 2021. Meski demikian, jumlahnya
kembali meningkat pada kuartal III 2021.
Pada akhir tahun 2021 hingga tiga bulan pertama tahun 2022, jumlah kasus
kebocoran data di Indonesia kembali menurun, tetapi melonjak kembali pada kuartal II
2022, seperti terlihat pada grafik. Adapun secara global, sebanyak 2,3 miliar akun telah
dibobol sejak awal tahun 2020. Bahkan angkanya mencapai 5,1 miliar akun yang telah
dilanggar sejak 2004 [14].
Jenis kejahatan Siber yang sering terjad pada penguna Sosial Media.
Kejahatan siber atau kerap dikenal dengan CyberCrime merupakan tindak
perilaku kejahatan berbasis komputer dan jaringan internet. Pelaku dari kejahatan siber
biasanya akan meretas sistem untuk memperoleh data korban yang bersifat privasi.
Terdapat berbagai jenis tindak kejahatan siber. Berikut empat jenis tindak kejahatan
siber [15]:
1. Penipian Phishing
Seperti namanya, phising yang dapat diartikan pelaku “memancing” para
korbannya untuk memberikan identitas dan informasi pribadi. Banyak orang yang
tak sadar sedang terkena penipuan phising karena pelaku yang pintar berbicara
dengan “memancing” pertanyaan-pertanyaan jebakan kepada korban
2. Peretasan
Peretasan merupakan upaya menyusup kepada sistem komputer tanpa izin.
Beberapa hal yang biasa dilakukan para peretas yaitu membobol sistem, mencuri
data pribadi, dan data keuangan.
3. Cyber Stalking
Cyber Stalking atau Penguntitan siber merupakan penggunaan internet dan
teknologi lainnya untuk menguntit atau meneror korban. penguntit akan melakukan
sesuatu secara berulang-ulang. Selain membuat korban merasa terganggu, perilaku
penguntit tersebut dapat pula membahayakan nyawa korban.
4. Cyber Bullying
Cyber Bullying merupakan perundungan atau penindasan yang dilakukan secara
online melalui internet dan teknologi lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada kolom
komentar di berbagai media social [16][17].
PENUTUP
Peretasan pada media sosial adalah masalah yang serius di Indonesia dan dapat
menyebabkan kerugian finansial dan reputasi bagi pengguna yang telah diretas. Oleh
karena itu, pengguna media sosial harus memperhatikan langkah-langkah pencegahan
keamanan yang dapat membantu melindungi akun dan informasi pribadi mereka dari
peretasan.
Untuk melindungi dari bahaya peretas pada media social, terdapat beberapa cara
pencegahan:
1. Membuat kata sandi yang kuat dan berbeda-beda untuk setiap akun media
sosial.
2. Tidak membagikan informasi pribadi atau data sensitif melalui media sosial.
3. Selalu memeriksa sumber informasi sebelum membagikan informasi atau link.
4. Mengaktifkan opsi keamanan tambahan, seperti verifikasi dua faktor, untuk
akun media sosial.
5. Memperbarui sistem keamanan dan anti-virus pada perangkat yang digunakan
untuk mengakses media sosial.
6. Menghindari mengklik tautan atau mengunduh lampiran dari sumber yang
tidak dikenal.
7. Tidak menggunakan jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman untuk mengakses
media sosial.
8. Melakukan logout dari akun media sosial setelah digunakan dan tidak
membiarkan login otomatis pada perangkat.
9. Memantau aktivitas akun media sosial secara teratur dan segera melaporkan
aktivitas yang mencurigakan.
10. Membuat backup data secara teratur dan menyimpannya di tempat yang aman.
11. Menggunakan aplikasi keamanan yang dapat memantau aktivitas online dan
memberikan peringatan tentang aktivitas yang mencurigakan.
References:
[3] Adetya Firnanda, Revita Pirena Putri, and Mriya Afifah Furqania, “Kebocoran
Data Pribadi Melalui Fitur Sticker Di Dalam Platform Instagram,” Semin. Nas.
Teknol. dan Multidisiplin Ilmu, vol. 1, no. 1, pp. 154–159, 2021, doi:
10.51903/semnastekmu.v1i1.98.
[6] H. Edu, “Perlindungan Hukum atas Kebocoran Data Pribadi Konsumen pada E-
Commerce,” Heylaw.edu, vol. 3, no. 1, pp. 143–148, 2022.
[11] F. Anwar, “Perubahan dan Permasalahan Media Sosial,” J. Muara Ilmu Sos.
Humaniora, dan Seni, vol. 1, no. 1, p. 137, 2017, doi:
10.24912/jmishumsen.v1i1.343.
[13] Roy, “Data Pribadi 214 Juta Pengguna Facebook & Instagram Dicuri,” CNBC
Indonesia, 2021. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210114181641-37-
216058/data-pribadi-214-juta-pengguna-facebook-instagram-dicuri (accessed
Apr. 15, 2023).
[14] V. Azkiya Dihni, “Kasus Kebocoran Data di Indonesia Melonjak 143% pada
Kuartal II 2022,” DATABOKS, 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/09/kasus-kebocoran-data-
di-indonesia-melonjak-143-pada-kuartal-ii-2022 (accessed Apr. 17, 2022).
[16] I. Afrianto and E. B. Setiawan, “Kajian virtual private network (vpn) sebagai
sistem pengamanan data pada jaringan komputer (studi kasus jaringan komputer
unikom),” Maj. Ilm. UNIKOM, vol. 12, no. 1, pp. 43–52, 2015, doi:
10.34010/miu.v12i1.34.