Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SISTEM POLITIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK ERA

B.J HABIBIE

 
DISUSUN
OLEH:
 
 
MUHAMED ABD AZIZ (2010521013)
ELYSA JUITA ( 2010521008)
NENGSI PALI BATARA ( 2010521021)
1. Tinjauan Konsep dan Teori
Bacharuddin Jusuf Habibie adalah seorang yang sangat terkenal
dalam bidang kedirgantaraan, nama nya tidak hanya harum di
dalam negri saja tapi juga terkenal di dunia internasional berkat
karya-karya nya dan juga penemuannya yang disebut “faktor
habibie” atau “teori crack“. Faktor Habibie atau yang lebih
dikenal dengan teori crack ini sangat berguna dalam dunia
penerbangan karena teori ini bisa menghitung keretakan pada
pesawat bahkan sampai ke bagian atom. Sebelum adanya teori
Habibie ini keretakan pada pesawat sangat sulit untuk dideteksi
lebih awal. Teori crack ini sekarang sudah banyak digunakan
oleh industry penerbangan sebagai standar dari penerbangan.
2. Infrastruktur Politik Era B.J Habibie
Beliau bercerita bagaimana arah pembangunan Indonesia ke depan, dan
menurutnya pembangunan dengan konsep Indonesiasentris sudah tepat.
Semangat Beliau untuk membangun Indonesia itu yang harus kita contoh.
Kiprah BJ Habibie tidak hanya dalam bidang teknologi pesawat terbang, tapi
juga di bidang infrastruktur. Salah satunya Jembatan Barelang di Provinsi
Kepulauan Riau, yang dibangun di era kepemimpinan BJ Habibie menjabat
sebagai Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Batam pada dekade
1990-an.

Adapun jembatan yang saat ini menjadi ikon pariwisata Kota Batam tersebut
merupakan proyek besar yang melibatkan ratusan insinyur. Selaku
pemrakarsa, BJ Habibie sama sekali tak mempekerjakan tenaga ahli asing
pada saat itu, sehingga menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Jembatan
Barelang terdiri dari enam buah jembatan dengan nama yang berbeda yang
menghubungkan Batam dengan enam pulau lainnya, yakni Pulau Tonton,
Nipah, Setokok, Rempang, Galang dan Galang Baru. Diketahui, satu yang
terbesar dan terpanjang adalah Jembatan Tengku Fisabilillah atau yang
dikenal juga sebagai Jembatan I, yang pada 2017 telah dilakukan
pemeliharaan berkala oleh Kementerian PUPR.
3. Suprastruktur Politik Era B.J Habibie
Pada sisi lain dalam sistem politik demokrasi tuntutan masyarakat atas
kepentingan politik sebagai implementasi dinamika masyarakat, maka
tuntutan in menurut mekanisme sistem politik harus memiliki dinamika
untuk mengakomodir
berbagai tuntutan dari masyarakat. Oleh karena itu pada tataran lokal,
anggota DPRD, eksekutif beserta perangkat dinas, dan birokrat wajib
selalu bersemangat untuk menjemput berbagai tuntutan dan dukungan
dari masyarakat.

Untuk menciptakan equilibirium, maka anggota DPRD, eksekutif daerah


beserta perangkat dinas dan birokrat harus bersikap dynamics (tenaga
gerak). Bagi supra struktur politik lokal tenaga gerak harus lebih besar
untuk bersemangat menanggapi berbagai tuntutan infrastruktur politik.
Kalau tenaga gerak (dynamics) untuk bersemangat, supra struktur lebih
kecil dari dinamik infrastruktur politik maka keadaan akan menjadi
Khaos atau kekacauan atau kerusuhan sehingga dinamika masyarakat
menjadi state of nature yaitu negara tanpa pemerintah.
4. Kesimpulan
Perjalanan karier profesional dan politik Habibie sejak
kepulangannya ke Indonesia tidak bisa lepas dari Soeharto.
Untuk Soeharto, Habibie adalah orang yang mudah
dikendalikan. Untuk Soeharto, Habibie adalah orang yang
tidak mungkin menggoyang kekuasaannya. Banyak pengamat
menyatakan organisasi ini dibentuk di tengah merosotnya
pengaruh Soeharto di dalam ABRI dan Golkar, dua institusi
penyangga kekuasaannya.
Oleh karena itu pada tataran lokal, anggota DPRD, eksekutif
beserta perangkat dinas, dan birokrat wajib selalu
bersemangat untuk menjemput berbagai tuntutan dan
dukungan dari masyarakat.
SELESAI.

Anda mungkin juga menyukai