Disusun oleh:
Novi Wulandari/19/XII IA 5
Masa Muda
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ
Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936.
Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil
Presiden RI ke-7. Habibie merupakan blaster antara orang Jawa [ibunya] dengan orang
Makasar/Pare-Pare [ayahnya].
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin
Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische
Hochscule Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini
Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga
S-3 di Aachen-Jerman.
Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri,
kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha
catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie
mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima
tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma
teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di
negara lain) dengan predikat summa cum laude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu
Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie
harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie
mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan
indeks prestasi summa cum laude.
Karir di Industri
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk
menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Blkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian
dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala
Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice
President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast
Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya
orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang
Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama
dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi permata di negeri Jerman
dan iapun mendapat kedudukan terhormat, baik secara materi maupun intelektualitas oleh
orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam
dunia pesawat terbang seperti Habibie Factor, Habibie Theorem dan Habibie Method.
Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di
industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di
MBB atas rekomendasi Pak Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan
pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan
membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm)
Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk
Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi
dan prestise tinggi di Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu
dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air.
Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang
teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari
tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan
Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat
menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat
sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie mengimplementasikan visinya yakni membawa
Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam
strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju.
Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan
dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara
bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang pertanian. Namun, Habibie memiliki
keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu quote yang terkenal dari Habibie yakni :
I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of
rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents.
And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I dont think
we have enough. (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia
membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil
pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1
kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450 ton
beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras
4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun
bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi
Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan kekuasan lebih pada Habibie dengan
memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad,
PAL, dan PT IPTN.
Gagasan-gagasan awal Habibie menjadi masukan bagi Soeharto, dan mulai terwujud ketika
Habibie menjabat sebagai Menristek periode 1978-1998.
Namun, dimasa tuanya, hubungan Habibie-Soeharto tampaknya retak. Hal ini
dikarenakan berbagai kebijakan Habibie yang disinyalir mempermalukan Pak Harto.
Pemecatan Letjen (Purn) Prabowo Subianto dari jabatan Kostrad karena memobilisasi
pasukan kostrad menuju Jakarta (Istana dan Kuningan) tanpa koordinasi atasan merupakan
salah satu kebijakan yang menyakitkan pak Harto. Padahal Prabowo merupakan menantu
kesayangan Pak Harto yang telah dididik dan dibina menjadi penerus Soeharto. Pemeriksaan
Tommy Soeharto sebagai tersangka korupsi turut membuat Pak Harto gerah dengan
kebijakan pemerintahan BJ Habibe, terlebih dalam beberapa kali kesempatan di media massa,
BJ Habibie memberi lampu hijau untuk memeriksa Pak Harto. Padahal Tommy Soeharto
merupakan putra emas Pak Harto. Dan sekian banyak kebijakan berlawanan dengan
pemerintah Soeharto dibidang pers, politik, hukum hingga pembebasan tanpa syarat tahanan
politik Soeharto seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mukhtar Pakpahan.
dana operasi kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Hal
ini dikarenakan rencana Habibie membuat satelit sendiri (catatan : tahun 1970-an Indonesia
merupakan negara terbesar ke-2 pemakaian satelit), pesawat sendiri, serta peralatan militer
sendiri. Hal ini didukung dengan 40 0rang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman
kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk
mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia. Jika hal ini terwujud, maka ini akan
mengancam industri teknologi Amerika (mengurangi pangsa pasar) sekaligus kekhawatiran
kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia.
menunjukkan perhatiannya terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan menerapkan
prinsip umum demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan Habibie pada
pemerintahan Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru, dimana telah
mengarahkan beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui proses yang sistematik,
menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelas, sebuah
pengejewantahan dari proaktif dan prediksi preventive atas interpretasi dari demokrasi
sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian diimplementasikan dalam berbagai
agenda politik, ekonomi, hukum dan keamanan seperti:
Kebebasan multi partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
Undang Undang anti monopoli (UU 5 tahun 1999)
Kebijakan Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
Kebebasan berkumpul dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah
demonstrasi)
Pengakuan Hak Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999)
Kebebasan pers dan media,
Usaha usaha menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik
dan bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
Penghormatan terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang
dibentuk atas prinsip demokrasi;
Pembebasan tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan
Muktar Pakpahan)
Pemisahan Kesatuan Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu yang relatif singkat sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara
pandangan modern beliau dalam demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap
proses pembuatan keputusan. Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di
Indonesia dikenal baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau
dianggap sebagai Bapak Demokrasi. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata.
Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie (masalah
referendum Timor-Timur), Habibie secara berani mengundurkan diri dari pemilihan Presiden
yang baru pada tahun 1999. Beliau melakukan ini, selain penolakan MPR atas pidatonya tidak
mengekang beliau untuk terus ikut serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung
beliau bahwa beliau akan tetap bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin
bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut
dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti sebuah
demokrasi.
Karena demokratis-nya Habibie, maka iapun memberikan opsi referendum bagi rakyat
Timor-Timur untuk menentukan sikap masa depannya. Namun, perlu dicatat bahwa Habibie
bukanlah orang yang bodoh dengan mudah memberikan opsi referendum tanpa alasan yang
jelas dan tepat. Habibie sebagai Presiden RI memberikan opsi referendum kepada rakyat
Timor-Timur mengingat bahwa Timor-Timur tidak masuk dalam peta wilayah Indonesia sejak
deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara yuridis, wilayah
kesatuan negara Indonesai sejak 17 Agustus 1945 adalah wilayah bekas kekuasaan
kolonialisme Belanda yakni dari Sabang (Aceh) hingga Merauke (Irian Jaya/ Papua). Ketika
Indonesia merdeka, Timor-Timur merupakan wilayah jajahan Portugis, dan bergabung
bersama Indonesia dengan dukungan kontak senjata.
Bagi sebagian orang menganggap bahwa masuknya militer Indonesia di Timor-Timur
merupakan bentuk neo-kolonialisme baru (penjajahan modern) dari Indonesia pada tahun
1975. Seharusnya Indonesia tidak ikut campur pada proses kemerdekaan Timor-Timur dari
penjajahan Portugis. Jadi, kita dapat memahami dibalik landasan Habibie dimana provinsi
Timor-Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu dicatat bahwa kasus
Aceh dan Papua berbeda dengan Timor-Timur.
Habibie : Master of Economic
Sejak era reformasi 1998, tampaknya hanya Habibie yang menjadi presiden yang
benar-benar sukses mengelola ekonomi dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul, kacau
balau baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi, Habibie
mampu membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan
Habibie untuk memimpin Indonesia, toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang
yang menyangsikan bahwa Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun
semua dapat dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun menyampaikan
opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari. Sekali lagi, Habibie
membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam kondisi kritis.
Dari nilai tukar rupiah Rp 15000 per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu
membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada
periode Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan harga
barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999. Indeks IHSG
naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin. Tentu, indikator-indikator
kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti dengan baik oleh masa pemerintah
Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha keras
dan perubahan mendasar dari para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti Adi Sasono
(Men. Koperasi), Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan), Tanri Abeng (Men.
BUMN). Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-benar reformis
dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau terpaksa
menjalana 50 butir kesepakatan (LoI) antara pemerintah Indonesia dengan IMF, sehingga
penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya lebih pada penyembuhan dengan
obat generik, bukan penyembuhan ekonomi terapis ataupun obat tradisional. Sehingga
ketika meninggalkan tampuk kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di
kabinetnya, padahal masyarakat menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang
menempatkan dirinya sebagai Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
Habibie : Cendekiawan Muslim
Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi mereka
yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya atas eksistensi-Nya,
kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat. Pemilik kekuasaan tersebut, setiap saat dapat
mengambil kembali milik Nya dengan cara apa saja.
(Habibie : Detik Detik yang Menentukan, halaman 31)
Selain memiliki kecerdasan yang tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia),
Habibie dikenal sebagai cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam
menghadapi berbagai kesulitan, Habibie tidak luput dari doa dan sholat untuk mendapat
petunjuk atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan amanah dan
titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak terjun dalam dunia politik dan kekuasaan, Habibie tetap memberikan
sumbangsih kepada bangsa Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10
November 1999. Habibie Center merupakan organisasi yang berusaha memajukan proses
modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas
budaya dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama Habibie centre yakni (1) menciptakan
masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang mengakui, menghormati dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan
demokrasi dan hak asasi manusia, dan (2) memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber
daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi. Beberapa kegiatan yang dikenal luas oleh
masyarakat dari Habibie Centre yakni seminar, pemberian beasiswa dalam dan luar negeri,
Habibie Award serta diskusi mengenai peningkatan SDM maupun IPTEK.
Selain mendirian The Habibie Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990 atas persetujuan Soeharto.
ICMI merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim untuk bersamasama berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI didirikan untuk
menampung aspirasi pengusaha non-China yang benci akan kekayaan dan pengaruh dari
keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan koran harian yang diberi
nama Republika. Banyak umat muslim yang ikut terdaftar dalam keanggotaan ICMI termasuk
cendekiawan pengkritik pemerintah Soeharto yakni (Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof.
Amien Rais.
Kritikan Untuk Seorang Habibie ketika Menjadi Presiden
Tidak ada gading yang tidak tidak retak, begitu juga halnya pada diri BJ Habibie. Ada
beberapa kepribadian dan sikap/kebijakan BJ Habibie khususnya di masa pemerintahannya
yang kontroversial dan dianggap buruk. Dibidang kepribadian, BJ Habibie dikenal sebagai
orang yang kurang bisa dikritik (langsung reaktif), meskipun disisi lain beliau sangat
menghargai pendapat orang lain, dan senang berdebat. Hal ini sangat mungkin disebabkan
karena beliau terlampu jenius, terlalu cerdas. Salah satunya adalah kengototan Menristek BJ
Habibie membeli 36 kapal perang bekas Jerman Timur pada 1992. Padahal terjadi
pembengkakan pembelian kapal perang bekas dari USD 12.7 juta menjadi USD 1.1 miliar.
Ketika menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto, banyak orang berharap agar BJ
Habibie dapat bertindak tegas kepada Pak Harto yang diduga melakukan KKN, setidaknya
gurita KKN di Cendana dan kroni Soeharto lainnya. Namun, selama menjadi Presiden RI, BJ
Habibie tidak pernah memeriksa Soeharto. Pres Habibie dianggap memasang badan
melindungi Soeharto sampai-sampai Jam Intel Kejagung Mayjen (Purn) Syamsal Djalal
dipecat. Menurut pengakuan mantan Jam Intel Kejagung Syamsul Djalal, ia dipecat lantaran
mengusulkan agar Pak Harto secepatnya dibawah ke pengadilan. Bisa dimaklumi pula bahwa
Habibie dalam posisi dilematis, karena bagaimanapun Pak Harto adalah salah satu gurunya.
Hal lain yang menjadi catatan hitam Pak Habibie adalah penangangan kasus Bank
Bali. Presiden BJ Habibie dianggap kurang serius menangani kasus yang melibatkan orangorang yang dekat dengan Habibie. Mereka yang disebut-sebut terlibat dalam skandal Bank
Bali diantaranya adalah Timmy Habibie (adik kandung Habibie), AA Baramuli (Ketua DPA),
Setya Novanto (Wa.Bendara Golkar) dan Tanri Abeng. Dikalangan pengusaha, terlibat
konglomerat hitam Djoko Tjandra yang selama ini dekat dengan petinggi Golkar.
Penutup
Setelah tulisan biografi Habibie yang super panjang ini, saya akan mengakhiri ceritera
ini dengan beberapa poin harapan.
(Sumber : http://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/02/biografi-bj-habibiebapak-teknologi-dan-demokrasi-indonesia/)
Latar belakang
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni
1936. Beliau terlahir sebagai anak dari pasangan berdarah Jawa (ibu) dan Makassar (ayah).
Semenjak kecil BJ Habibie dikenal sebagai anak yang cerdas dan meniliki kemampuan
istimewa di bidang fisika. Menjelang dewasa BJ Habibie kuliah di Teknik Mesin Institut
Teknologi Bandung (ITB) selama enam bulan, dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische
Tehnische Hochscule Jerman pada 1955. Beliau menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di
Aachen-Jerman selama 10 tahun. Semenjak ayahnya meninggal BJ Habibie dibiayai oleh
ibunya sendiri R.A. Tuti Marini Puspowardoyo dengan melakukan usaha catering dan
indekost di Bandung.
BJ Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin.
Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya BJ Habibie memperoleh gelar DilpomIngenenieur atau diploma teknik dengan predikat summa cum laude.
BJ Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikah dengan teman SMA-nya,
Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. BJ Habibie dan istrinya tinggal di Jerman, beliau
bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. BJ Habibie
mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan
indeks prestasi summa cum laude.
Pandangan hidup
BJ Habibie memiliki hati yang mulia dan pemikiran yang hebat. Ketika beliau menjadi
Menristek, beliau mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara
industri berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan
yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang langsung
membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik
dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai
dari fokus investasi di bidang pertanian. BJ Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya,
dan ada satu quote yang terkenal dari Habibie yakni :
I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of
rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents.
And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I dont think
we have enough. (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Namun sayangnya visi BJ HAbibie tersebut ditentang oleh banyak orang. BJ Habibie
yang memiliki otak jenius dan pemikiran modern itu tetap bersiteguh terdap visinya. Karena
beliau berpendapat bahwa jika Indonesia memasuki era teknologi yang sangat tinggi dan bisa
menghasilkan produk bertekhnologi tinggi. Maka Indonesia bisa memperoleh penghasilan
yang banyak.
BJ Habibie juga menggas kehidupan teknologi di Indonesia bahwa untuk mencapai
suatu Negara yang bertekhnologi tinggi Negara tersebut tanpa harus melewati menunggu dan
melewati kematangan indsutri pertanian, atau tahapan industri manufaktur serta teknologi
rendah.
The basis of any modern economy is in their capability of using their renewable human
resources. The best renewable human resources are those human resources which are in a
position to contribute to a product which uses a mixture of high-tech. (Sumber : BBC: BJ
Habibie Profile -1998.)
Selain prinsip tersebut BJ Habibie memiliki prinsip lain yaitu dalam hal kekuasaan.
Yaitu Kekuasaan adalah amanah dan titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi
mereka yang percaya atas eksistensi-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya atas eksistensiNya, kekuasaan adalah amanah dan titipan rakyat. Pemilik kekuasaan tersebut, setiap saat
dapat mengambil kembali milik Nya dengan cara apa saja.
(Habibie : Detik Detik yang Menentukan, halaman 31)
Dalam menjalankan semua aktivitasnya BJ Habibie tidak pernah luput dari doa,
ibadah dan kewajiban-kewajiban lainnya sebagai umat islam.
Perjuangan
Pada tanggal 11 Maret 1998, BJ Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7
melalui Sidang Umum MPR. Di masa itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia
termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp
12.000-an per dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehingga membengkak akibat depresiasi
rupiah. Hal ini diperparah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi
meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Kondisi Indonesia dimasa itu berada pada jurang kehancuran. Ditandai dengan
semakin buruknya stabilitas ekonomi, politik dan pemerintahan. Kericuhan dan tindak
kriminalpun terjadi di mana-mana. Kondisi keamanan sulit dikendalikan, keadaan semakin
diperparah dengan terjadinya krisis ekonomi.
Para aktivis-aktivis mahasiswa dan manyarakat menuntut adanya gerakan perubahan
Indonesia. Namun yang terjadi dimasa itu adalah reformasi. BJ Habibie berusaha mengatasi
segala masalah di berbagai bidang tanpa didampingi oleh seorang wakil presiden. Tampaknya
dimasa itu BJ Habibie berada dalam kondisi yang sangat mendebarkan. Namun dengan
kebijakan-kebijakannya beliau berusaha mengatasi semua bentuk permasalan yang terjadi.
Karya-Karya tokoh
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk
menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Blkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian
dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala
Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice
President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat
Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Beliau adalah satu-satunya
orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang
Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir BJ Habibie sudah sangat cemerlang, terutama
dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. BJ Habibie menjadi permata di negeri Jerman
dan beliaupun mendapat kedudukan terhormat, baik secara materi maupun intelektualitas oleh
orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil
penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam
dunia pesawat terbang seperti Habibie Factor, Habibie Theorem dan Habibie Method.
Keistewaan dan kebrilianan BJ Habibie membuat Presiden Soeharto senang hati
terhadap BJ Habibie. Soeharto membujuk BJ Habibie agar kembali ke Indonesia. Pada 1974
di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. beliaupun diangkat menjadi penasihat
pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi
tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering
pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi
di MBB.
BJ Habibie mulai benar-benar fokus terhadap karirnya di Indonesia setelah ia
melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu,
dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi
(Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan
berbagai jabatan lainnya.
Selama masa pengabdiannya di Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting
seperti : Direkur Utama (Dirut) PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT
Industri Perkapalan Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala BPIS, Ketua
ICMI, dan masih banyak lagi.
Keberhasilan
Sejak era reformasi 1998, tampaknya hanya BJ Habibie yang menjadi presiden yang
benar-benar sukses mengelola ekonomi dengan baik. Dalam kondisi yang kacau balau baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi, BJ Habibie mampu
membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun Presiden Singapura Lee Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan
Habibie untuk memimpin Indonesia, toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang
yang menyangsikan bahwa Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun
semua dapat dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun menyampaikan
opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari. Sekali lagi, BJ Habibie
membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam kondisi kritis.
Dari nilai tukar rupiah Rp 15000 per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu
membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada
periode Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan harga
barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999. Indeks IHSG
naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin. Tentu, indikator-indikator
kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti dengan baik oleh masa pemerintah
Megawati maupun SBY.
Beberapa keberhasilan ekonomi di era Habibie sebenarnya tidak lepas dari usaha keras
dan perubahan mendasar dari para tokoh reformis yang duduk di kabinet seperti Adi Sasono
(Men. Koperasi), Soleh Salahuddin (Men. Kehutanan dan Perkebunan), Tanri Abeng (Men.
BUMN). Namun, perlu disadari bahwa Habibie bukanlah presiden yang benar-benar reformis
dalam menolak kebijakan ekonomi ala IMF. Dengan keterbatasannya, beliau terpaksa
menjalani 50 butir kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF, sehingga
penangganan krisis ekonomi di Indonesia pada hakikatnya lebih pada penyembuhan dengan
obat generik, bukan penyembuhan ekonomi terapis ataupun obat tradisional. Sehingga
ketika meninggalkan tampuk kekuasaan, Indonesia masih rapuh.
Disisi lain, Habibie masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di
kabinetnya, padahal masyarakat menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang
menempatkan dirinya sebagai Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
Dalam menjalankan kekuasaannya BJ Habibie memang bebar-benar bertanggung
jawab atas amanha yang dienbankan oleh rakyat. Berbagai bentuk ocehan, kritikan pedas dan
segala bentuk tingkah laku yang menjatuhkan BJ Habibie berhasil beliau atasi dengan segala
kerja kerasnya dan doanya. Sungguh BJ Habibie memiliki mental sekuat baja dan hati seindah
mutiara. Apapun yang terjadi beliau tetap membela Indonesia. Semua keberhasilan yang ia
dapatkan merupakan buah mania atas segala usahanya.
Tak hanya dalam bidang ekonomi, beliau juga berhasil membawa Indonesia menjadi
Negara yang demokratis. Sehingga Indonesia memiliki masa depan yang baik. BJ Habibie
seperti pelangi yang muncul ketika badai. Kini badai telah berlalu dan Indonesia mulai
menapaki jalan menuju masa depan yang lebih baik.
Jasa-Jasa tokoh
BJ Habibie benar-benar memiliki peranan yang sangat pentng bagi Indonesia, karena
beliau mwmbawa Indonsia keluar dari jurang kehancuran. BJ Habibie merupakan karunia
Allah yang sangat berarti bagi Indonesia. Ketika badai menerpa Indonesia BJ Habibie menjadi
pelangi. Ketika gelap menyelubungi Indonesia BJ Habibie mnejadi seberkas cahaya yang
memerangi kegelapan.
Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di Indonesia dikenal baik
oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau dianggap sebagai Bapak
Demokrasi. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata. Ketika MPR, institusi
tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,
menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie (masalah referendum Timor-Timur), Habibie
secara berani mengundurkan diri dari pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999. Beliau
melakukan ini, selain penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut
serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan tetap bisa
unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR
akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut dalam pemilihan. Keputusan ini juga
dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi.
Selain itu BJ Habibie merupakan pencetus lahirnya tekhnologi modern di Indonesia.
Dengan keteguhan prinsipnya beliau membawa Indonesia mengarungi samudera dengan
kebahagiaan. Seandainya tidak ada BJ Habibie belum tentu Indonesia bisa maju seperi
sekarang. Beliau telah berjasa mendirikan perusahaan pesawat terbang, dan menjadikan
Indonesia Negara bertekhnologi. Dan seandainya saja Indonesia berkenan membiayai BJ
Habibie dalam rekonstruksi pesawatnya pasti Indonesia kan menjadi Negara yang sangat
manju dan menjadi saingan paling berat dalam industri Amerika.