jawabnya BJ Habibie sudah beberapa kali ditawari oleh negara lain untuk menggalakkan teknologi pesawat terbang diantaranya Jerman dan Filipina. Bahkan Jerman langsung menawari BJ Habibie dengan status warga negara kehormatan. Bukannya senang dengan status yang jarang diberikan Jerman itu, BJ Habibie justru menolak. Padahal kala itu dia berkesempatan besar mendapatkan tempat tinggal nyaman dan jaminan hidup. Ketika Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia. BJ Habibie pun langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi, dan prestige tingginya di Jerman.Sejak saat itu, BJ Habibie pun mulai mengembangkan industri dan lembaga strategis hingga akhirnya lahir perusahaan milik pemerintah seperti PT Dirgantara Indonesia, Batan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta PT Pindad.Semua itu dilakukan Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Adaptif
Pada tahun 1968, BJ Habibie mengundang sejumlah
insinyur untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 orang insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di perusahaan pesawat di Jerman atas rekomendasi BJ Habibie. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman insinyur Indonesia jika suatu saat kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara. Sebelum memasuki dunia politik, Habibie dikenal luas sebagai seorang profesor dan ilmuwan dalam teknologi aviasi internasional dan satu-satunya presiden Indonesia hingga saat ini yang berlatarbelakang teknokrat.
Pada awal pemerintahannya BJ Habibie mewarisi
kondisi keadaan negara yang kacau balau. Hal ini pasca pengunduran diri Soeharto pada masa Orde Baru sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Sikap adaptif BJ Habibie ditunjukkan dengan segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara- negara donor untuk program pemulihan ekonomi.