Anda di halaman 1dari 15

BJ.

HABIBIE

Memenuhi Syarat Seleksi OSIS atau MPK


Ilmu Pengetahuan Alam

SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM


AL AZHAR

DAFTAR ISI
1

Judul Halaman................................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang......................................................................
b. Rumusan Masalah.................................................................

BAB II

BAB III

1
1

PEMBAHASAN
A. Biografi Bj. Habibie..............................................................
B. Penggabungan Pendekatan Kultural dan Struktural Dalam

Memajukan Masyarakat Muslim...........................................

PENUTUP
A. Saran......................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pendekatan lslami" yang muncul dari pemikir Islam, sebagai pendekatan

alternatif dari pendekatan Barat yang materialis dalam memanfaatkan ilmu


pengetahuan dan teknologi telah mendorong kebangkitan kembali umat Islam.
Tokoh dunia Islam kontemporer yang mempelopori pendekatan ini, Ismail Raji alFaruqi, memandang selama ini landasan untuk mencari, mengembangkan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya didasari oleh akal semata
dan mengabaikan wahyu. Pendekatan ini telah menimbulkan ketidakadilan
sehingga timbul upaya untuk memperkenalkan kembali cara Islami yang pernah
menghantarkan umat Islam berjaya di abad pertengahan.[1]
Pandangan dan langkah ini ditemukan pula di Indonesia. Habibie dengan
organisasi keislamannya, berupaya mensinergikan nilai agama dan ilmu
pengetahuan modern untuk menghindari terlucutinya nilai-nilai insani akibat
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak seimbang. Pemikiran
kedua tokoh ini mempunyai banyak persamaan yang dapat melengkapi khususnya
untuk program mengembangkan Sumber Daya Manusia melalui metode yang
tidak menyanipingkan aspek moral/agama dengan ilmu terapan.
Lebih lanjut lagi, Habibie kemudian juga tidak meninggalkan pendekatan
struktural dalam memahami persoalan-persoalam masyarakat muslim, namun
menggabungkan kedua pendekatan tersebut. Makalah ini akan mencoba
menguraikan pendekatan yang digunakan oleh B.J Habibie tersebut, yakni
gabungan pendekatan kultural dan struktural.
B.

Rumusan Masalah

Biografi Bj. Habibie, adalah sosok yang saya kagumi. Karena sosok
beliau adalah orang yang yang cerdas dalam segala bidang. Entah itu sikap
sehari hari, bersikap didepan umum. Dan paling saya kagumi dengan
beliau adalah Orang Indonesia pertama yang bisa membuat pesawat
terbang. Maka tidak heran kalau saya sangat menganggumi beliau. Maka

dari itu saya memilih makalah ini dengan judul BJ. HABIBIE, di makalah
ini saya akan mengulas secara singkat mengenai beliau.
C.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah :

1.

Untuk tahu lebih dalam sosok tentang Bj. Habibie.

2.

Untuk memotivasi kaum pemuda di Indonesia yang saat ini yang


tengah dilindu Moralitas yang telah hancur oleh zaman untuk
semangat belajar seperti Bj. Habibie.

BAB II
PEMBAHASAN
Biografi B.J Habibie dan Pemikirannya
A.

Biografi B.J Habibie

B.J Habibie atau dengan nama lengkapnya yaitu Prof. Dr.Ir. Dr. Sc. H.C.
Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi
Selatan Indonesia. Anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi
Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardoyo. Dia hanya satu tahun
kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) karena pada tahun 1955 dia dikirim
oleh ibunya belajar di Rheinisch Westfalische Technische Honuchscule, Aschen
Jerman.
B.J. Habibie menikahi dr. Hasri Ainun Besari, anak ke empat dari delapan
bersaudara keluarga H. Mohammad Besari, pada tanggal 12 Mei tahun 1962 dan
dikaruniai dua orang putra dengan lima orang cucu.
Setelah menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J.
Habibie memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di
Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara. Pemuda
Habibie adalah seorang muslim yang sangat alim yang selalu berpuasa Senin dan
Kamis. Kejeniusannya membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di

Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan
predikat Cum Laude tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan
Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman
(1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial
dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden
dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978),
penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada
tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi
pesawat terbang di ITB Bandung.
Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie
kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia
memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada
bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon
oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat
sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT.
Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet
pembangunan hingga tahun 1998.
Sebelum masyarakat Indonesia menggelar pemilihan umum tahun 1997,
Habibie menyampaikan kepada keluarga dan kerabatnya secara terbatas bahwa dia
merencanakan berhenti dari jabatan selaku menteri setelah Kabinet Pembangunan
Enam berakhir. Namun, manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Tanggal
11 Maret 1998, MPR memilih dan mengangkat B.J. Habibie sebagai Wakil
Presiden Republik Indonesia ketujuh.
Pada saat bersamaan, krisis ekonomi melanda kawasan Asia Tenggara
termasuk Indonesia, dan hal itu segera berdampak pada krisis politik dan krisis
kepercayaan. Kriris berubah menjadi serius dan masyarakat mulai menuntut
perubahan dan akhirnya tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan
pengunduran dirinya. Sesuai pasal 8 UUD 1945, pada hari yang sama, sebelum
itu, B.J. Habibie diambil sumpah jabatannya sebagai Presiden oleh Ketua
Mahkamah Agung RI.

Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan
selama masa itu, dibawah kepemimpinannya Indonesia tidak hanya sukses
menyelenggarakan pemilihan umum yang jujur dan adil pertama kali tanggal 7
Juni 1999, tetapi juga sukses membawa perubahan yang signifikan terhadap
stabilitas, demokratis dan reformasi.
Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan
internasional, termasuk Grand Officer De La Legium DHonour, hadiah tertinggi
dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di
Indonesia pada tahun 1997; Das Grosskreuz medali tertinggi atas konstribusinya
dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; Edward Warner Award,
pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
(ICAO) pada tahun 1994; Star of Honour Lagran Cruz de la Orden del Merito
Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan
dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas
Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Selama kariernya, dia memegang 47 posisi penting seperti Direktur Presiden
IPTN Bandung, Presiden Direktur PT PAL Surabaya, Presiden Direktur PINDAD,
Ketua Otorita Pembangunan Kawasan Industri Batam, Kepala Direktur Industri
Strategis (BPIS) dan Ketua ICMI. Sampai sekarang, ia masih menjabat sebagai
Presiden Forum Islam Internasional dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan pengembangan SDM sejak tahun 1977, Penyantun dan Ketua Habibie Centre
untuk urusan luar negeri sejak tahun 1999.
Dia juga anggota beberapa institusi non pemerintah internasional seperti
Dewan Gerakan Internasional sejak tahun 2002, sebuah LSM yang beranggotakan
kurang lebih 40 orang mantan presiden dan Perdana Menteri dari beberapa negara.
Dia juga anggota pendiri Perkumpulan Islam Internasional Rabithah Alam Islam
sejak tahun 2001 yang bermarkas besar di Mekkah, Saudi Arabia. Dari semua
organisasi yang disebutkan sebagian besar telah meminta Habbie menjadi salah
satu pendiri Asosiasi Etika Internasional, Politik dan Ilmu Pengetahuan yang telah
berdiri pada tanggal 6 Oktober tahun 2003 di Bled Slovenia yang anggotanya
terdiri dari negarawan dan ilmuwan dari sejumlah negara.

Aktivitas sebelumnya terlibat dalam proyek perancangan dan desain


pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, Kendaraan
Pesawat Terbang yang terbang dan mendarat secara vertikal, CN-235, dan pesawat
terbang pemadam kebakaran N-250. Dia juga termasuk perancang dan desainer
yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Terbang Tempur segala arah, beberapa
missil dan proyek satelit. Prof B.J Habibie mempublikasikan 48 karya imiah ilmu
pengetahuan dalam bidang Thermo dinamik, Konstruksi, Thermo Instalasi Udara
dinamik.[2]

Dengan

persetujuan

Soeharto,

Habibie

mendirikan

Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada tahun 1990. ICMI adalah pusat
untuk pengusaha non-China atau pribumi, yang benci akan kekayaan dan
pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank sendiri dan
koran harian yang diberi nama Republika.

B.

Penggabungan

Pendekatan

Kultural

dan

Struktural

Dalam

Memajukan Masyarakat Muslim


Menurut Habibie, ada berbagai pendekatan yang bisa digunakan dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik politik, ekonomi dan sosial. Menurut Dr.
Watik, pada saat menghadapi berbagai persoalan bangsa dan harus mengambil
keputusan di berbagai aspek, Habibie seolah menggunakan pendekatan yang tidak
lazim. Pendekatan yang dilakukan, antara lain pendekatan aproximasi, yakni
dalam mencapai tujuan, BJ Habibie melakukan pendekatan demi pendekatan yang
bertahap namun konsisten. Selain itu, Habibie juga menggunakan pendekatan
dialogis.
Hal ini dapat dilihat saat menghadapi konflik dengan Timor Timur, B.J.
Habibie tidak segan-segan melakukan dialog dengan Uskup Bello, yang tujuannya
adalah untuk mendapatkan pengertian serta menyelesaikan konflik bersama-sama.
[3] Dalam ruang lingkup yang lebih khusus, yakni menyoal permasalahan
masyarakat muslim, khususnya muslim Indonesia, Habibie mengedepankan
berbagai pendekatan seperti pendekatan struktural dan kultural.

1.

Pendekatan Struktural
Dalam pergulatan teorisasi ilmu sosial mapan, pendekatan struktural
amat digemari dalam kajian-kajian akademis. Pendekatan sturuktural telah
menempati tempat penting dalam teori penelitian kemasyarakatan. Selain
itu,

kurikulum-kurikulum

sekolah

kelihatannya

sangat

antusias

menyebarkan misi-misi strukturalisme. Sasaran utama pendekatan struktural


adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan
sistem kehidupan, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan
penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan
lebih luas untuk menikmati keserjahteraan hidup.[4]
Tidak bisa dimungkiri kalau rumusan masalah sosial yang berlaku
secara umum adalah masalah yang selalu ditimbulkan kerawanan kelas
sosial rendah. Walaupun terjadi penolakan keras terhadap teori kelas ala
Marxian, kenyataan "penyakit sosial" selalu beralamat pada masyarakatmasyarakat pinggiran yang struktur sosialnya mapan dalam kemarginalan.
Pendekatan struktural melekat masalah pada struktur kehidupan yang
ada di masyarakat sebagai sumber terjadinya konflik, kekerasan, atau
peperangan. Adanya Strata didalam kehidupan bermasyarakat dapat menjadi
sumber pertikaian; apabila Strata tersebut menjadi sumber ketidak adilan.
stratifikasi Sosial, seperti golongan kaya, golongan menengah, dan golongan
miskin dapat menjadi sumber bentrokan apabila tidak adilnya distribusi
hasil-hasil pembangunan, ledakan sosial yang manifestasinya berupa
kekerasan dapat mudah terjadi.[5]
Dalam hal analisis sosial, penyakit sosial yang dianggap sebagai
penyakit masyarakat juga didominasi model hierarkis yang melihat kelas
bawah sebagai sumber kerawanan sosial. Di sini, praktek-praktek prostitusi
menjadi sangat tercela, tapi anehnya menjadi gejala nyata, aksi buru sergap
(buser) yang menyisir tempat-tempat kelas kumuh kota, dan penggerebekan
sarang-sarang narkotik kelas ringan menjadi kenampakan keseharian
mengenai masalah sosial. Masih banyak lagi contoh lain yang nilai siklus
akhirya adalah warna pinggiran.

Pendekatan struktural seperti yang digunakan oleh Habibie berangkat


dari memandang dan menilai seluruh struktur yang ikut membangun
masyarakat muslim., baik keluarga, strata masyarakat sosial seperti ulama,
pendidikian dan berbagai struktur lainnya.
Yang menjadi perhatian utama Habibie adalah masalah yang dihadapi
masyarakat muslim, khususnya Indonesia terkait dengan SDM (sumber daya
manusia). Problem yang SDM masyarakat muslim yang lemah menjadikan
masyarakat muslim terbelakang dibandingkan dengan masyarakat lainnya.
Menganalisa faktor sumber daya masyarakat muslim selalu terkait dengan
masalah pendidikan sebagai faktor utama, teknologi dan ekonomi.
Mendekati faktor pendidikan dengan menggunakan faktor struktural
akan mengantari kita kepada struktur pendidikan yang dimiliki oleh
masyarakat muslim di Indonesia baik pendidik, sistem dan sarana
pendidikan tersebut. Terlepas dari apa solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi persoalan pendidikan masyarakat muslim Indonesia, pendekatan
struktural sebagai salah satu bagian pendekatan yang digunakan oleh
Habibie, mengantarnya kepada analisa terhadap seluruh struktur pendidikan
masyarakat muslim Indonesia.
Masalah lain yang tidak kalah diperhatikan oleh Habibie adalah
masalah teknologi. Perhatian Habibie dalam masalah ini selalu terlihat
ketika ia berbicara tentang program perubahan kemajuan masyarakat, baik
dalam pidato[6] atau dialog-dialognya. Perhatian Habibie yang begitu besar
terhadap masalah ini dapat dimaklumi mengingat beliau adalah seorang
pakar teknologi terkemuka di Indonesia.
Terkait dengan masalah ekonomi, sebagai seorang yang pernah
menjabat sebagai presiden, tentu ia harus mempunyai titik pandang yang
luas dalam melihat berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Perhatian besar Habibie terhadap ekonomi tampaknya merupakan pengaruh
dari pengalamannya selama menjabat sebagai pejabat negara khususnya
presiden.

2.

Pendekatan Kultural
Pendekatan

kultural

adalah

pendekatan

yang

menginginkan

konkretisasi dalam mendekati kebudayaan. Pendekatan kultural adalah


sistem pandang terhadap sebuah objek bertolak dari kacamata kebudayaan.
Ciri dari pendekatan kultural adalah menenun, merajut, dan merawat
kehidupan yang bersifat sintetis dan dinamis.[7]. Pendekatan kultural
langsung berakar pada kehidupan masyarakat setempat. Karena itu dalam
memahami persoalan kemasyarakatn pemakaian pendekatan kultural sangat
perlu diintensifkan dalam penyelesaian berbagai masalah. Urgensi
pendekatan kultural terlihat ketika berbagai pendekatan seperti rasional dan
struktural tidak bisa menjelaskan sebuah masalah yang terjadi dengan baik.
Kelemahan pendekatan struktural dalam memandang sebuah masalah
terlihat ketika masalah tersebut berakar dari permasalahan kultur atau
kebudayaan bukan berasal dari struktur yang membangun masyarakat
tersebut. Karena manusia hidup dalam kebudayaan (termasuk agama) yang
diciptakannya sendiri yang merupakan sistem jaring makna yang membuat
manusia mempunyai makna hidup.[8]
Sama halnya dengan pendekatan lainnya, pendekatanan kultural juga
mendapatkan beberapa kritik seperti pendekatan kultural sering dianggap
terlalu berbelit-belit. Penggunaan pendekatan itu juga harus melibatkan
tokoh masyarakat setempat. Padahal, dari sejumlah pengalaman, banyak
tokoh masyarakat yang enggan terlibat secara langsung dalam penyelesaian
konflik karena mereka menjadi bagian dari konflik. [9]
Namun meski demikian, tampaknya pendekatan kultural harus
digunakan dalam memandang permasalahan-permasalahan masyarakat yang
berakar dari permasalahan kebudayaan. Menurut analisa kami bahwa
Habibie membedakan antara kultur Islam dengan kultur masyarakat muslim.
Kultur Islam bisa jadi dan sering menjadi kultur masyarakat muslim dan
kultur masyarakat muslim bisa saja berbeda bahkan bertentangan dengan
kultur Islam pada tataran normatif.

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat muslim dalam


pandangan Habibi terfokus pada masalah kemiskinan dan kebodohan
(keterbelakangan informasi). Kedua masalah tersebut tidak bisa diselesaikan
hanya dengan menggunakan pendekatan struktural di mana kita mencari
akar dan penyebab masalah dari struktur yang membangun masyarakat
apakah pemerintah atau sistem pendidikan atau sarananya dan lain
sebagainya.
Pendekatan struktural semata akan melahirkan permasalahan baru di
mana upaya penyelesaian masalah tidak bisa menyelasaikan dengan tuntas
masalah keterbelakangan masyrakat muslim dan berbagai masalah lain yang
dihadapi oleh masyarakat muslim. Pendekatan yang harus diikut sertakan
dalam menyelesaikan masalah tersebut seperti dalam pandangan Habibie
adalah pendekatan kultural, di mana kita memandang masalah dan mencari
akarnya dengan cara pandang yang bertolak dari kebudayaan.
Kebudayaan dimaksud adalah kebudayaan masyarakat setempat,
bukan berarti kebudayaan Islam pada masyarakat lainnya. Hal ini
dikarenakan adanya paradigma-paradigma, doktrin dan ajaran agama yang
menjadi kultur masyarakat. Paradigma, doktrin dan ajaran agama tersebut
kadang kala menjadi penghambat kemajuan masyarakat,[10] sebagaimana
juga bisa digunakan sebagai faktor pendukung kemajuan itu.
Dalam hal-hal seperti inilah, pendekatan kultural sangat menentukan
keberhasilan sebuah perubahan, di mana penggunaan pendekatan struktural
tidak akan berfungsi dengan baik dan tidak bisa menjelaskan masalah
dengan sempurna. Karena itu dibutuhkan penggabugan dan kombinasi dari
dua pendekatan tersebut demi menghasilkan solusi yang efektif untuk
mengatasi masalah keterbelakangan masyarakat Muslim. Hal penting
lainnya yang perlu mendapat perhatian terkait dengan pendekatan kultural
adalah menyoal batasan dan ikatan kultur masyarakat muslim dengan Islam
itu sendiri, yakni ketika sebuah kultur bertentangan dengan ajaran normatif
Islam.

BAB III
PENUTUP
A.

Saran
Habibie berpandangan bahwa masalah utama yang dihadapi masyarakat

muslim,

khususnya

keterbelakangan

yang

masyarakat

muslim

menyebabkan

Indonesia,

masyarakat

muslim

adalah

masalah

tertinggal

dari

masyarakat lainnya. Keterbelakangan tersebut bersumber dari berbagai faktor


terutama pada pendidikan, teknologi dan ekonomi.
Dalam menanggapi dan menawarkan solusi bagi permasalahan tersebut,
Habibie menggunakan sebuah kombinasi pendekatan struktural dan kultural.
Pendekatan struktural digunakan untuk mendapatkan pandangan tentang masalah
tersebut secara menyeluruh pada semua struktur masyarakat. Sementara
pendekatan kultural digunakan untuk melengkapi pendekatan struktural ketika
sebuah masalah berakar atau juga dipengaruhi oleh masalah-masalah kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA
Dhakiri, Muh. Hanif, Paulo Freire: Islam dan Pembebasan. Jakarta: Djambatan,
2000.
Geertz, Lihat Clifford, The Interpretation of Culture, Selected Essays. New York:
Basic Book, 1973.
Habibie, B.J., Beberapa Pemikiran tentang Peran Sumber Daya Manusia Dalam
Membangun Masa Depan Bangsa pidato tertulis Habibie pada
www.thc.com didownload pada 20 Mei 2008.
Lindbeck, George A., The Nature of Doctrine, Religion and Theology in a Post
Liberal Age. Philadelphia: The Westminster Press, 1984.
Nurdin, A. Fauzi, Islam dan Perubahan Sosial. Semarang: Reality Press, 2005.
The Habibie Center, Bacharuddin Jusuf Habibie, Prof. Dr-Ing. Dr.Sc. H. C. Mult.
Diterjemahkan oleh La Ode A. Rahman. Hannover: The Habibie Center,
t.th.
Website:
____________, Menolong Diri Sendiri Demi Terwujudnya Dunia Baru. Paper
pada www.thc.com didownload pada 20 Mei 2008.
Hidayat, Muhammad Mansur, Pokok-Pokok Pengembangan Masyarakat Pantai.
Sebuah artikel pada www.hangtuahuniversity.com didownload pada 20 Mei
2008.
Makruf, Amar, Dimensi Pemikiran Keislaman BJ Habibie Di Dalam
Mengembangkan Sumber Daya Manusia (Studi Komparatif Dengan Ismail
Raji Al-Faruqi Dalam Kaitannya Dengan Pergerakan Islam Kultural
Indonesia). Sebuah abstrak dalam www.digilib.ui.edu/opac/themes
didownload pada 20 Mei 2008.
www.thc.com (The Habibie Center) didownload pada 20 Mei 2008.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

B.

DATA PRIBADI
Nama

: Muhammad Antrarus Rusdi Bachmid

Kelas

: X.IPA 1

Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 23 April 2001

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK ISLAM AL AZHAR 8 JAKA PERMAI


SD ISLAM AL AZHAR 6 JAKA PERMAI
SMP ISLAM AL AZHAR 6 JAKA PERMAI
SMA ISLAM AL AZHAR 4 KEMANG PRATAMA

Hormat saya,

Muhammad Antrarus Rusdi Bachmid

Anda mungkin juga menyukai