Anda di halaman 1dari 5

Resensi Buku

I. Identitas Buku
Judul                                 : 17-8-45                     
Pengarang                        : Hendri F. Isnaeni
Penerbit                          : CHANGE
Tempat Terbit                  : Jakarta
Tahun Terbit                   : 2014
Cetakan                            : Pertama, Juli 2013
                                        Kedua, Juni 2015
Edisi                               : Revisi “17 Fakta Mencengangkan Di Balik Kemerdekaan Indonesia”
Ukuran                             : 15 cm x 22,9 cm
Jumlah Halaman           : xiv + 290 halaman
ISBN                                 : 978 - 602 - 372 - 008 – 8
Harga                              : 45.000

II. Ikhtisar Buku


Buku ini menyajikan 22 tulisan mengenai sejarah yang belum diketahui oleh banyak orang Indonesia.
Dari jalan panjang sejarah menuju pra dan pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Buku ini, semula menyajikan 17 tulisan. Dalam edisi revisi ini, buku ini telah menambahkan lima
tulisan mengenai “sejarah terabaikan” di sekitar Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945”. Selain
peristiwa sejarah Proklamasi 15 Agustus 1945 di Cirebon dan Proklamasi 16 Agustus 1945 di
Rengasdengklok. Buku ini juga memuat mengenai mengapa tanggal 17 Agustus dipilih sebagai
tanggal Proklamasi kemerdekaan, bagaimana dan siapa yang berperan dalam perumusan askah
Proklamasi, mengapa Hatta ingin Proklamasi ditandatangani seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat, seperti apa Proklamasi versi Sutan Sjahrir dan versi pemuda dimana dibacakan Sukarni, dari
mana mesin tik, kain bendera Merah Putih, dan mikrofon Proklamasi kemerdekaan, siapakah yang
mengibarkan bendera Merah Putih, yang belakangan ada yang mengaku-aku sebagai pengerek
bendera yang “bercelana pendek”, bagaimana caranya tele-Proklamasi antara Pegangsaan Timur 56
dengan asrama Prapatan 10, untuk apa pekik perjuangan “merdeka” dan semboyan-semboyan
kemerdekaan, bagaimana Proklamasi disebut “zaman bersiap”, dan bagaimana sejarahnya
menjajakan bendera Merah Putih.
- Tujuan dari buku ini :
1. Memberikan contoh sikap positif warga negara Indonesia terhadap makna Proklamasi
kemerdekaan.
2.  Memberikan efek emosional, membuat seseorang termotivasi dan mengetahui apa makna
Proklamasi yang sebenarnya.
3. Memberikan peluang bagi masyarakat umum untuk berpartisipasi akan tahu, mengerti, paham
atau lebih mensosialisasikannya pada orang banyak.
4.  Memberikan informasi lebih detail tentang proses menuju kemerdekaan indonesia
5.  Memberikan fakta fakta yang mungkin sebagian orang belum mengetahui
buku ini menggambarkan bahwa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia merupakan hasil jerih
payah bangsa Indonesia sendiri yang didorong oleh rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan bukanlah
hadiah atau pemberian dari negara lain.
Lahirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik
kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia
telah mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan. Puncak bukanlah akhir, oleh karena itu
perjuangan belum berhenti atau sudah selesai karena itu kita sebagai generasi muda harus tetap
berjuang dan rela berkorban untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan di segala bidang
kehidupan. 
Proklamasi berarti juga bahwa bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala bentuk
penjajahan dan sekaligus membangun suatu rumah tangga baru, yaitu Negara Republik Indonesia.
Dengan proklamasi itu berarti bangsa Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri, dapat memulai
mengatur rumah tangga bangsa dan negaranya sendiri tanpa campur dari negara lain. 
Proklamasi kemedekaan bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat untuk mencapai cita-cita
bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kita
sebagai warga negara Indonesia memiliki kewajiban moral atas kemerdekaan itu, dan mengisinya
dengan pembangunan di segala bidang kehidupan.
Berdasarkan uraian di atas, proklmasi kemerdekaan mengandung makna:
a. Secara yuridis (hukum) proklamasi merupakan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional dan
berakhirnya tertib hukum kolonial
b. Secara politis dan sosiologis, proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari
penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasibnya sendiri dalam suatu
kerangka negara kesatuan Repbulik Indonesia.
- Sasaran dari buku ini
Sasaran dari buku ini ditujukan untuk masyarakat luas dari bawah, menengah, dan atas. Khususnya
para remaja yang memiliki rasa ingin tahu tentang dunia ini dan ingin menjadi bagian berarti,
berguna, dan berdampak bagi sekitarnya. Buku ini ditujukan bagi semua generasi yang nantinya akan
mewariskannya lagi kepada generasi muda dan melanjutkan jiwa kebangsaan.

III. Isi buku


1.Ir Soekarno
Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersamadengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal17 Agustus
1945. 
Berikut penokohan Bung Karno:
-Tidak tergesa-gesa “Menurut Sukarno, yang paling penting di dalam suatu peperangan atau revolusi
adalah waktu yang tepat.”
-Bermusyawarah “Hal itu tak dapat saya putuskan,” kata Sukarno tetapi harus lebih dahulu saya
rembukkan dengan teman-teman lainnya, dan saya harus pula lebih dahulu mendengarkan
keterangan-keterangan resmi tentang penyerahan Jepang itu dan bagaimana lain-lain kelanjutannya
yang berhubungan dengan kemerdekaan kita.”
- percaya mistik
“Aku percaya pada mistik. ... . Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia”
2. Mohammad Hatta
adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama
Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai
Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada
tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Berikut penokohan Mohammad Hatta
-Setia “Hatta tak dapat berbuat banyak tanpa Sukarno. Dia segera pergi untuk membujuk Sukarno.”
-Mudah terombang-ambing “Hatta terperanjat. Dia setuju dengan Sjahrir supaya pernyataan
kemerdekaan Indonesia diselenggarakan selekasnya oleh Sukarno.”
3. Sutan Sjahrir
adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia
merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
Berikut penokohan Sutan Sjahrir
-Memiliki amarah yang tinggi “Kepada Soebadio Sastrosatomo, pengikut setianya Sjahrir
melampiaskan amarahnya dengan mengumpat Sukarno sebagai man wijf, pengecut dan banci.”
-Kritis “Sjahrir menjelaskan rencananya mengenai apa yang seharusnya dilakukan agar kemerdekaan
kita diproklamasikan secepatnya. Setiap orang nantinya akan berpendapat bahwa Proklamasi hasil
dari perundingan Saigon. Karena itu, unsur-unsur Indonesia dari rezim Jepang (misalnya pegawai
negeri, polisi, dan juga sebagian militer) akan menyetujui dan bekerja sama dengan kita, dan tidak
akan menentang Proklamasi kita, bagi mereka yang memberontak, Proklamasi itu merupakan
pertanda untuk menggerakan massa rakyat melawan Jepang.”
4. Tan Malaka
adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia, filsuf kiri, dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Berikut penokohan Tan Malaka:
-ambisius “Ini mungkin karnea kepribadiannya dan juga karena Tan Malaka ingin memberi gambaran
bahwa dia di atas partai-partai.”
-menjunjung tinggi ideologi “Dia juga tak mau menjadi kawan separtai dari kaum sosialis, yang
sebagian besar masih berkompromi dengan kapitalisme dan imperialisme.”
Buku ini memiliki banyak sekali tokoh dengan beragam sifat-sifatnya tetapi ada yang bisa kita contoh
dari sikap positif terhadap proklamasi kemerdekaan RI, yang terlebih dahulu dengan kita harus dapat
menggali nilai-nilai perjuangan yang telah dipraktekan oleh para pahlawan bangsa. Para pejuang
yang termasuk dalam masa proklamasi kemerdekaan dalam fakta sejarah termasuk angkatan 45.
Adapun hakekat dan nilai angkatan 1945 adalah sebagai berikut:
1) Sifat dan Jiwa Angkatan 45
a) “Pro Patria” dan “Primus Patrialis” yaitu selalu berjiwa untuk tanah air dan mendahulukan
kepentingan tanah air.
b) Jiwa solidaritas atau kesetiakawanan sosial dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan
kemerdekaan
c) Jiwa toleransi atau tenggang rasa antar agama, suku, dan golongan 
d) Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab
e) Jiwa kesatria, kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.
2) Semangat 45
a) Semangat menentang dominasi asing dalam segala bentuk, terutama penjajahan dari suatu
bangsa terhadap bangsa lain.
b) Semngat pengorbanan seperti pengorbanan benda, jiwa dan raga
c) Semangat tahan derita dan tahan uji
d) Semangat kepahlawanan
e) Semangat persatuan dan kesatuan
f) Perpacaya pada diri sendiri.
Sifat, Jiwa dan semangat 45 itulah yang harus dijadikan contoh sikap postip generasi muda terhadap
makna proklamasi dan suasana kebatinan konstitusi yang pertama. Selain sifat, jiwa dan semangat
45 di atas yang harus kita jadikan contoh terdapa pula pula ekses negatif angkatan 45 yang perlu kita
hindari, yakni:
a) Kolabortor dan koperator dalam arti kerjasama dengan pihak penentang kemerdekaan;
b) Persaingan tidak sehat antar golongan
c) Separatisme, yaitu pemisahan dari negara kesatuan 
d) Oportunitas, yaitu paham yang ingin menguntungkan diri sendiri dipihak manapun ia berdiri.
Terdapat banyak cara untuk menunjukan sikap postif kita terhadap proklamasi kemerdekaan, salah
satunya dengan mempertahankan kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan dalam
segala aspek kehidupan. Dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itulah sifat, jiwa dan
semangat 45 perlu kita teladani, dan ekses negatif yang disebutkan di atas perlu kita hindari.

IV. Kelebihan dan Kekurangan


-Kelebihan
Satu-satunya buku yang membahas fakta-fakta mencengangkan di balik kemerdekaan Indonesia.
Dan ditambah dengan edisi revisi yang menambahkan lima tulisan mengenai “sejarah terabaikan” di
sekitar Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945”. Selain peristiwa sejarah Proklamasi 15 Agustus
1945 di Cirebon dan Proklamasi 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok. Buku ini juga memuat
mengenai mengapa tanggal 17 Agustus dipilih sebagai tanggal Proklamasi kemerdekaan; bagaimana
dan siapa yang berperan dalam perumusan askah Proklamasi, mengapa Hatta ingin Proklamasi
ditandatangani seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, seperti apa Proklamasi versi Sutan
Sjahrir dan versi pemuda dimana dibacakan Sukarni; dari mana mesin tik, kain bendera Merah Putih,
dan mikrofon Proklamasi kemerdekaan; siapakah yang mengibarkan bendera Merah Putih, yang
belakangan ada yang mengaku-aku sebagai pengerek bendera yang “bercelana pendek”, bagaimana
caranya tele-Proklamasi antara Pegangsaan Timur 56 dengan asrama Prapatan 10; untuk apa pekik
perjuangan “merdeka” dan semboyan-semboyan kemerdekaan; bagaimana Proklamasi disebut
“zaman bersiap”, dan bagaimana sejarahnya menjajakan bendera Merah Putih. Buku ini cocok untuk
momentum 17 Agustus dan menjadi buku sepanjang masa sebagai pengetahuan akan sejarah
kemerdekaan Indonesia. Buku ini menggunakan gaya bahasa yang cukup ringan, bercerita, dan
berbobot. Buku ini memiliki banyak sekali sumber-sumber terpercaya yang mampu menekan para
pembaca bahwa fakta-fakta itu adalah nyata. Buku ini menarik untuk dibaca, sehingga bisa
melengkapi khazanah sejarah kebangsaan. Yang penting bukan hanya pewarisannya bagi generasi
muda saja, lebih dari itu, peruntukannya untuk melanjutkan jiwa kebangsaan.
- Kekurangan
Buku ini memiliki kekurangan di bagian display. Dalam edisi yang pertama, buku ini tidak memiliki
cover yang memberikan kesan dan makna yang mendalam. Sedangkan pada edisi revisi, buku ini
memiliki judul yang kurang menarik perhatian. Dalam edisi revisi pun, terdapat kata “drama” setelah
kata “fakta”. Kata “drama” tersebut mampu menimbulkan ambigu dan membuat buku ini kurang
menarik untuk dibaca. Buku ini juga tidak memiliki pemaparan yang jelas dan matang untuk setiap
tokoh yang ditampilkan dan diceritakan dan lebih lagi buku ini memiliki tokoh yang begitu banyak.
Buku ini juga kurang dilengkapi dengan foto padahal foto dan film peristiwa sekitar Proklamasi
kemerdekaan Indonesia mestinya bisa menjadi alat sahih guna memperkuat penulisan sejarah yang
benar.
V. Sinopsis
Sejarah adalah ruang hampa, tapi setiap orang yakin akan keberdaan pada peristiwa yang terjadi
sepanjang ada data yang dapat dipercaya. Namun, semuanya karena ada yang menyampaikan. Para
pelaku dan saksi hidup bisa saja punya maksud yang bisa membelokkan sejarah itu, khususnya kalau
ada kepentingannya. Walaupun kita mengenal saat-saat bersejarah itu ada dan eksis. Istilah
touchable atau tangiable (teraba) dan intangible (tidak bisa diraba) sebuah peristiwa sejarah
menggambarkan kalau kita yakin pada kenyataan itu. Ini bisa menyangkut kejadian, orang, benda,
tempat atau waktu. Dan kita selalu berhadapan pada pembuktian, apapun maksud dan tujuannya.
Ada sebuah bagian dari sejarah yang seyogianya dipelihara dalam kenangan masyarakat. Itulah situs
dan museum. Benda-benda mati ini akan banyak berarti dan tergolakkan oleh para pemerhati yang
pandai menceritakannya kembali karena emerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945, hanya sekali dan untuk selamanya. Di Rengasdengklok, sangat mungkin dilakukan pengibaran
bendera merah putih, tetapi bukan proklamasi. Demikian pula yang disampaikan oleh Dr.
Soedarsono di Cirebon lebih tepat dipandang sebagai pengumuman tentang kekalahan Jepang
dalam perang dunia kedua. Pada siang hari tanggal 17 Agustus 1945 serombongan pemuda datang
ke rumah Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 dan meminta Sukarno untuk mengulang kembali
acara pembacaan teks kemerdekaan Indonesia. Bung Karno menolak, proklamasi itu sekali, ujarnya.
Dia hanya bersedia memberikan wejangan kepada para pemuda tersebut. Tanggal 17 Agustus 1945
bukan hari keramat. Tanggal itu bukan sengaja dipilih dari sejak awal, tetapi merupakan hasil
dinamika yang terjadi antara pemuda dengan para pemimpin Indonesia seperti Sukarno dan Hatta.
Perdebatan antargenerasi itu membuktikan secara gamblang, bahwa kemerdekaan Indonesia
bukanlah skenario atau hadiah dari Jepang.
Peristiwa sejarah di sekitar Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, mungkin saja tidak
banyak diketahui. Padahal, peristiwa-peristiwa sejarah itu tak dapat dipisahkan dari jalan sejarah pra
dan pasca Proklamasi kemerdekaan. Pada edisi revisi, buku ini menyajikan 22 tulisan mengenai
sejarah yang belum diketahui oleh banyak orang Indonesia. Sangat penting untuk diketahui dan
dapat melengkapi khazanah sejarah kebangsaan.

VI. Kesimpulan
Menurut saya buku ini sangat bagus untuk menjadi bahan bacaan para pemuda-pemudi indonesia,
karena buku ini benar benar membawa kita untuk lebih mengetahui bagaimana keadaan bangsa
indonesia pada saat persiapan menuju kemerdekaannya, dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar yang
jarang ditulis di buku buku sejarah lainnya. Buku ini juga bisa membuat jiwa nasionalisme kita lebih
terpacu. Dari segi tampilan mungkin ada kekurangan seperti yang telah dijelaskan di bagian
kekurangan, namun dari segi isi dari buku ini sangatlah menarik.

Anda mungkin juga menyukai