Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH

INSIDEN HOTEL YAMATO

KEMLOMPOK

Oleh:
Syeira Mutiara
Kaitsar Naoval Riandy
Farel Aditya

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG


2022/2023
KATA PENGANTAR

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHULUAN

• A. Latar Belakang

BAB 2: PEMBAHASAN

• A. Kembalinya Sekutu

• B. Pengibaran Bendera Belanda

• C. Perundingan Sudirman dan Ploegman

• D. Perobekan Bendera Belanda

Bab 3: Penutup

• A. Kesimpulan

• B. Penutup
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan dikeluarkannya maklumat pemerintahan


Soekarno tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera
nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan
pengibaran bendera tersebut makin bertambah lapang ke segenap pelosok kota Surabaya.

Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya bendera Indonesia dikibarkan. Sela
lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran
sekarang, Jalan Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempeitai (sekarang Tugu
Pahlawan), di atas Gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya
yang membawa bendera Indonesia datang ke Tambaksari (lapangan Stadion Gelora 10
November) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda
Surabaya.

Saat rapat tersebut lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih didampingi
pekik 'Merdeka' yang diteriakkan massa. Pihak Kempeitai telah melarang dipersiapkannya
rapat tersebut tidak dapat menghentikan dan menghentikan massa rakyat Surabaya tersebut.
Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya yang belakang sekali terjadi pada insiden
perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato atau Oranje Hotel (sekarang bernama
Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kembalinya Sekutu

Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru)


menjadi bendera Indonesia (Merah-Putih) di Hotel Yamato Surabaya (sekarang Hotel
Majapahit Surabaya) pada tanggal 18 September 1945 yang didahului oleh gagalnya
perundingan sela Sudirman (residen Surabaya) dan Mr. W.V.Ch Ploegman untuk
menurunkan bendera Belanda.

Awal mulanya Jepang dan Indo-Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu
organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya
komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, berlindung
dibalik Intercross mereka melakukan aktivitas politik. Mereka mencoba mengambil alih
gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18
September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari
AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan rombongan Intercross
dari Jakarta.

Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di Hotel


Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan
80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan semenjak itu Hotel Yamato
menjadi markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan
Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran).

B. Pengibaran Bendera Belanda


Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada malam hari
tanggal 19 September 1945, akuratnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-
Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Kawasan Surabaya, di tiang pada tingkat teratas
Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan
menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia,
ingin mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran
bendera Merah Putih yang sedang berlanjut di Surabaya.

Kabar tersebut tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan Jl. Tunjungan dalam tempo
singkat dibanjiri oleh massa yang marah. Massa terus mengalir sampai memadati halaman
hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa yang diwarnai amarah. Di sisi
perkiraan balik halaman hotel, beberapa tentara Jepang bersiap-siap untuk mengendalikan
situasi tak stabil tersebut.

C. perundingan Sudirman dan Ploegman

Tak lama setelah mengumpulnya massa tersebut, Residen Sudirman, pejuang dan diplomat
yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang sedang diakui
pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Kawasan Surabaya
Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik
dan Hariyono. Sebagai kaki tangan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-
kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato.

Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak
untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlanjut memanas, Ploegman
mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas
dicekik oleh Sidik, yang yang belakang sekali juga tewas oleh tentara Belanda yang bersiap-
siap dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Sudirman dan Hariyono melarikan
diri ke luar Hotel Yamato.

D. Perobekan Bendera Belanda

Disaat kerusuhan yang terjadi diruang perundingan dihotel Yamato, Di luar hotel para
pemuda yang mengetahui berantakannya perundingan tersebut langsung mendobrak masuk
ke Hotel Yamato dan terjadilah perkelahian di lobi hotel. Beberapa pemuda berebut naik ke
atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman
kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno
Wibowo sukses menurunkan bendera Belanda, merobek anggota birunya, dan mengereknya
ke puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan pekik
'Merdeka' berulang kali.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peristiwa hotel Yamato adalah salah satu peristiwa berarti dalam kemerdekaan indonesia.
Sesudah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah
pertempuran pertama Indonesia melawan tentara AFNEI. Akibatnya jendral Jepang
memohon bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi dan menyelenggarakan
gencatan senjata. Gencatan senjata tersebut gagal dan menyebabkan peristiwa Pertempuran
10 November yaitu perang terbesar dan terberat dalam sejarah Perang Kemerdekaan
Indonesia dan diwujudkannya menjadi Hari Pahlawan.

B. Penutup

Anda mungkin juga menyukai