Anda di halaman 1dari 4

Nama / Nim : Dian Fazriah / 1911020243

Prodi / Kelas : Keperawatan S1 / D

Tema : Sejarah Usisa Muda Pahlawan Indonesia

Bapak Teknologi dan Mr. Crack

Siapa yang tidak mengenal sosok Bapak Teknologi Indonesia dan Mr. Crack ? Ya, pasti
orang Indonesia kenal sosok Bacharuddin Jusuf Habibie, sang bapak teknologi Indonesia yang
memiliki otak cukup cemerlang. Habibie memang dikenal sebagai bapak teknologi Indonesia,
dialah pencetus beberapa perusahaan teknologi di Indonesia. Bahkan ide cemerlangnya selalu
digunakan oleh perusahaan-perusahaan teknologi tinggi dunia.

Bachruddin Jusuf Habibie lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936.
Beliau adalah anak ke empat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan
RA. Masa-masa kecil Habibie dilewati berbarengan saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi
Selatan. Karakter tegas bersandar pada prinsip sudah diperlihatkan Habibie mulai sejak kanak-
kanak.

Habibie mengenyam pendidikan sekolah dasar di Pare-pare. Semenjak memasuki


bangku sekolah otak jenius Habibie semakin terasah. Hanya saja, saat berusia 14 tahun,
Habibie harus ditinggalkan ayahnya yang wafat karena serangan jantung. Sebagai gantinya,
ibu Habibie berjuang ekstra keras untuk menanggung seluruh biaya hidup anggota keluarganya
Ibunya pun kemudian memutuskan untuk menjual rumah dan pindah ke Bandung. Habibie
melanjutkan SMP di SMP 5 Bandung. Kemudian melanjutkan SMA di Gouverments
Middlebare School, dikota yang sama. Di SMA, beliau mulai terlihat menonjol prestasinya,
terlebih dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorite di sekolahya.

Setelah lulus SMA pada tahun 1954 Habibie melanjutkan pendidikannya di Universitas
Indonesia Bandung atau sekarang lebih dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selama kuliah Habibie mulai mengikuti serba-serbi mesin pesawat di Fakultas Teknik. Hanya
beberapa bulan di ITB, pada tahun 1955 Habibie mendapatkan beasiswa dari Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Rhein Westfalen Aachen
Technische Hochschule (RWTH) dan emilih jurusan Teknik Penerbangan.
Selama kuliah di Jerman, Habibie belajar dengan tekun dan giat sekali demi
mewujudkan cita-citanya untuk bangsa Indonesia. Meski belajar diantara teman lain yang
sudah lebih dulu bisa, Habibie tidak pernah minder apalagi putus asa. Beliau adalah sosok yang
pembrani dan percaya diri akan kemampuannya. Hingga akhirnya Habibie memiliki rumus
yang dinamakan “Faktor Habibie” karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation
on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Nah, pada saat memiliki rumus “Faktor
Habibie” inilah beliau dijuluki Mr. Crack karena keahliannya itu.

Habibie menghabiskan waktu cukup lama saat menempuh pendidikan di Jerman. Total
sebanyak 10 tahun dijalani oleh seorang Habibie untuk meraih diploma dan doktoral di Jerman.
Di tengah-tengah masa kuliahnya tersebut, tepatnya pada 12 Mei 1962, Habibie memutuskan
untuk menikahi Hasri Hainun Besari. Kuliah sambil bekerja menjadi keseharian yang harus
dilakukan oleh seorang Habibie. Apalagi, beliau memutuskan untuk membawa istrinya agar
tinggal bersama di Jerman. Namun semua kerja keras tersebut akhirnya terbayar lunas

Pada tahun 1960, beliau lulus dengan predikat cumlaude, beliau pun mendapatkan gelar
Diploma Ingenieur. Kemudian Habibie melanjutkan studi doktornya di Technische Hochschule
Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen, Jerman dan mendapatkan gelar Doktor Ingeneur
dengan predikat summa cumlaude pada tahun 1965.

Setelah meraih gelar doctor ingenieur pada tahun 1965, Habibie langsung mendapatkan
pekerjaan di Perusahaan Penerbangan MBB atau Messerchmitt-Bolkow-Blohm. Beliau
memulai karir sebagai kepala penelitian dan pengembangan pada analisis struktur pesawat
terbang. Empat tahun kemudian, Habibie dipromosikan menjadi Kepala Divisi Metode dan
Teknologi dalam industri pesawat militer dan komersial. Setelah itu, dalam rentang waktu yang
sama,beliau dipromosikan menjadi Direktur Teknologi perusahaan penerbangan MBB yang
sekaligus merangkap sebagai Vice President selama 5 tahun. Bahkan, pada tahun 1978,
Habibie juga dipercaya untuk menduduki posisi Penasihat Senior bidang teknologi Perusahan
MBB.

Atas semua perjuangan, kerja keras, ketekunan, dan jasanya di ranah penerbangan
dunia, Habibie pun sukses mencatatkan namanya sebagai ilmuwan kelas dunia yang disegani,
khususnya di dunia aviasi. Beliau bahkan seringkali mendapatkan penghargaan dan gelar
kehormatan dari berbagai institusi maupun negara. Misalnya, penghargaan Edward Warner
Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan hadiah Nobel, penghargaan Das
Grosse Verdientkreuz dari pemerintah Jerman, hingga julukan Bapak Teknologi dari seluruh
masyarakat Indonesia.

Cerita tentang kecerdasan dan prestasi B. J. Habibie di negeri orang rupanya juga
sampai ke telinga Soeharto, Presiden RI ke-2. Tanpa pikir panjang, Soeharto meminta Ibnu
Sutowo, salah satu orang kepercayaannya pada saat itu, untuk mengajak B. J. Habibie pulang
kembali ke Indonesia. Harapannya, supaya Habibie dapat membantu Pemerintah Indonesia
dalam mengembangkan dunia industri di tanah air, khususnya industri penerbangan.

Setelah memperoleh informasi tentang ajakan Presiden dari Ibnu Sutowo, Habibie pun
memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meninggalkan karir cemerlangnya di Jerman
pada tahun 1973. Walaupun pada saat itu, Habibie masih harus bolak-balik Indonesia-Jerman
mengingat tanggung jawabnya sebagai Vice President di MBB belum selesai. Pada tahun 1978,
Habibie telah menyelasikan kontraknya di MBB. Habibie akhirnya bisa benar-benar kembali
ke tanah air, dan mengabdi untuk Indonesia.

Di Indonesia, Habibie beberapa kali diberi kepercayaan menjabat posisi penting di


Pemerintahan, diantaranya seperti menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi
selama 20 tahun. Habibie menjadi Mentri Negara Riset dan Teknologi yang pertama. Selain
itu, Habibie juga memimpin perusahaan BUMN Industri Strategis dan merangkap sebagai
Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan juga diangkat sebagai Ketua
Dewan Riset Nasional.

Pada tahun 1995, Habibie berhasil membuat pesawat terbang pertama di Indonesia yang
kemudian diberi nama N250 Gatot Kaca. Proyek pembuatan pesawat yang sukses ini
mendapatkan sertifikat dari Federal Aviation Administration. Tinga tahun kemudian tepatnya
tanggal 14 Maret 1998 Habibie ditunjuk Presiden Soeharto mendampinginya sebagai wakil
presiden.

Saat terjadi tragedi 1998, dimana Presiden Soeharto dipaksa mundur dari jabatannya
sebai presiden oleh para mahasiswa, kemudian Habibie diangkat menjadi presiden. Hanya saja,
jabatan presiden tersebut tidak bertahan lama, hanya 1,5 tahun. Hal ini pun membuat Habibie
sebagai pemilik gelar Wakil Presiden dan Presiden Republik Indonesia dengan durasi jabtan
terpendek.

Istrinya. Rasa cinta tanah air dari seorang Habibie tidak dapat diragukan lagi. Selain
rela kembali ke tanah air meski telah memperoleh jabatan tinggi di Jerman, beliau juga telah
menolak gelar profesor dari almamaternya di negara tersebut. Alasannya, karena gelar tersebut
akan mempersulit jalannya kembali ke Indonesia.

Itulah ringkasan Sejarah Usia Muda Pahlawan Indonesia, salah satu Bapak Bangsa kita
yang terkenal julukannya sebagai Bapak Teknologi dan Mr. Crack. Semoga sosok Beliau
bisa menjadi teladan dan inspirasi bagi warga Indonesia khususnya pada para pemuda pemudi
Indonesia. Terutama pada sikap beliau yang cinta tanah air dan kegigihannya dalam menuntut
ilmu.

Anda mungkin juga menyukai