Anda di halaman 1dari 40

Bab 1

Aspek Sosial Penggunaan Komputer

A. Pendahuluan
Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dalam hal Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Berbagai aktivitas sehari-sehari seperti belajar,
belanja, komunikasi menggunakan teknologi sebagai medianya. Dari sisi jumlah,
pengguna internet cukup besar dan jumlah tersebut terus mengalami peningkatan.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial. Berdasarkan data dari Webershandwick, perusahaan public
relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, di wilayah Indonesia ada sekitar 65
juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta
pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan,
dan di sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya.
Dilihat dari usia, rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun memiliki angka
hingga lebih dari 80 persen pengguna internet di Indonesia. Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyatakan bahwa media sosial sebagai
yang paling sering diakses netizen. Tercatat 97,4 persen orang Indonesia
mengakses akun media sosial saat mengunakan internet. Banyak usia muda
menggunakan internet sebagai sarana hiburan seperti menonton film secara
daring, memutar musik online, dan menonton olahraga online. Dilihat dari sisi
bisnis, rata-rata pengguna e-commerce di tanah air membelanjakan sekitar
US$228 (sekitar Rp 3 juta) per tahun.
Berdasarkan laporan insight dari “we are social” dan Hootsuite tentang
“Digital in 2018 in Southeast Asia” yang dirilis Januari 2018 1, layanan media sosial
yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah YouTube, diikuti oleh Facebook.

1Digital in 2018 in Southeast Asia: https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia-


part-2-southeast-86866464
1
Grafik 1: Layanan Media Sosial yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia

Akan tetapi, berdasarkan riset dari Tirto.id yang dilakukan tahun 2017 terkait
Generasi Z2, yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun 1996 hingga 2010,
layanan media sosial yang paling popular digunakan adalah Instagram.

2(Visual Report) Masa Depan di Tangan Generasi Z: https://tirto.id/tirto-visual-report-masa-depan-di-tangan-


generasi-z-ctMM
2
Grafik 2: Layanan Media Sosial yang Paling Banyak Digunakan Generasi Z di
Indonesia

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi juga


dapat memberikan dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan. Dari sisi
hukum, penyalahgunaan teknologi dapat menjerat seseorang sebagaimana yang
diatur dalam Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 sebagai perubahan atas
Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Masih terdapat dampak lain termasuk dampak secara sosial.
Atas dasar itulah maka perlu diperkenalkan bagaimana etika dalam
menggunakan internet serta penggunaan media sosial secara bijak. Dengan
demikian, dampak negatif dari penggunaan internet dapat dihindari. Sehingga
manfaat dari produk TIK dapat dirasakan secara optimal dalam berbagai aspek
kehidupan.

B. Etika dalam Penggunaan Internet


1. Pedoman Komunitas (Community Guidelines) di Media Sosial
Pada bulan September 2011, beberapa perwakilan dari komunitas online
dan penggiat internet di Indonesia berkumpul di Jakarta untuk bersama mencoba
merumuskan suatu acuan etika online yang dapat digunakan oleh warganet di
Indonesia. Hasil rumusannya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa kegiatan penggunaan internet dapat membantu mencari, mendapatkan,


mengelola, dan mendistribusikan banyak informasi yang positif dan bermanfaat
bagi individu maupun masyarakat luas.

b. Bahwa kegiatan penggunaan internet ternyata membuka peluang bagi diri


sendiri terkena dampak negatif ataupun menghadapi perkara dari pihak lain
yang dirugikan atau merasa dirugikan.

c. Bahwa dampak negatif ataupun perkara yang timbul akibat penggunaan


internet, dalam batas-batas tertentu dapat diselesaikan secara musyawarah,

3
namun seseorang tetap dapat terkena konsekuensi hukum secara perdata
dan/atau pidana.

d. Untuk itu maka kami, atas nama perwakilan organisasi atau komunitas
berjejaring (network society) dari berbagai kota di Indonesia bersepakat
menyerukan kepada seluruh masyarakat luas pada umumnya dan pengguna
Internet pada khususnya, agar bijak dalam pengunaan Internet.

Setiap platform media sosial memiliki aturan main yang bertujuan agar
platform tersebut dapat nyaman dan aman digunakan oleh para anggotanya. Selain
itu agar dapat menghindarkan diri kita dari berbagai kemungkinan masalah yang
muncul. Instagram, Facebook, dan YouTube adalah media sosial yang popular
serta banyak digunakan oleh pengguna internet di Indonesia.
Kita perlu membaca pedoman komunitas dari media sosial tersebut di
halaman bantuan yang telah disediakan. Hal ini dikarenakan pelanggaran terhadap
pedoman ini dapat mengakibatkan konten yang kita unggah dapat dihapus sampai
ke penonaktifan akun penggunanya.
Berikut contoh Pedoman Komunitas yang perlu diperhatikan oleh para
pengguna media sosial tersebut:
a. Facebook atau Instagram
Dalam menggunakan Facebok dan Instagram, berikut pedoman komunitas yang
tercantum dalam situsnya:
(1) Hanya bagikan foto dan video yang anda ambil sendiri atau Anda berhak
untuk membagikannya. Ingatlah untuk mengirim konten autentik dan
Jangan mengirimkan sesuatu yang Anda salin atau Anda dapatkan dari
Internet tanpa hak untuk mengirimkannya.
(2) Menumbuhkan interaksi yang bermanfaat dan tulus. Hindari melakukan
tindakan spam seperti mengirimkan konten atau komentar berulang,
mengumpulkan like atau follower dengan cara tidak wajar, atau menghubungi
orang berulang kali tanpa persetujuan mereka.
(3) Hormati anggota komunitas Instagram lainnya. Instagram atau Facebook
akan menghapus konten yang berisi ancaman serius atau u ngkapan
kebencian, konten yang menarget individu pribadi untuk merendahkan atau
mempermalukan mereka, informasi pribadi yang bertujuan memeras atau

4
melecehkan seseorang, dan pesan berulang yang tidak diinginkan. Tidak
dibenarkan mendorong kekerasan atau menyerang seseorang berdasarkan
ras, etnis, negara asal, jenis Kelamin, identitas jenis kelamin, orientasi
seksual, agama, disabilitas, atau penyakit. Ancaman serius yang
membahayakan keselamatan publik dan pribadi juga tidak diizinkan.
(4) Kirimkan foto dan video yang sesuai untuk beragam pemirsa. Instagram
dan Facebook tidak mengizinkan konten yang mengandung ketelanjangan
serta pornografi, seperti konten yang menunjukkan hubungan seksual, alat
kelamin, dan sebagainya.
(5) Patuhi hukum. Perbuatan yang melanggar hukum juga tidak diperbolehkan
di platform ini seperti dukungan terhadap terorisme, penyebaran kebencian,
menawarkan layanan seksual, jual beli senjata api, konten pronografi anak,
dan sebagainya.

(6) Berhati-hatilah saat mengirimkan acara yang layak diberitakan.


Instagram atau Facebook tidak pernah mengizinkan berbagi gambar
berlebihan demi kepuasan sadistis atau untuk memuja kekerasan. Jangan
mengunggah konten yang memperlihatkan kekerasan berlebihan.

(7) Jagalah lingkungan media sosial yang sehat dengan tidak mendukung
tindakan melukai diri sendiri.

b. YouTube
Video yang diunggah di YouTube harus memenuhi aturan konten yang berlaku
di dalamnya, di antaranya dilarang menggunggah konten -konten sebagai
berikut:

(1) Konten seksual atau ketelanjangan. YouTube melarang konten pornografi


atau seksual vulgar.

(2) Konten yang mengandung kebencian. Seperti konten yang memupuk atau
membenarkan tindakan kekerasan terhadap individu atau kelompok
berdasarkan ras atau etnis, agama, disabilitas, jenis Kelamin, usia,
kebangsaan, status veteran, orientasi seksual atau jenis kelamin, atau yang

5
tujuan utamanya adalah menghasut kebencian atas dasar berbagai
karakteristik utama tersebut.

(3) Pelecehan dan cyberbullying. Mengunggah video dan komentar kasar di


YouTube tidak diperbolehkan. Jika pelecehan tersebut melanggar batas yang
mengarah pada serangan jahat, konten yang dimaksud dapat dilaporkan dan
mungkin dihapus.

(4) Ancaman. Hal-hal seperti perilaku predator, mengintai seseorang, ancaman,


pelecehan, intimidasi, pelanggaran privasi, mengungkapkan informasi
pribadi orang lain, dan menghasut orang lain untuk melakukan tindak
kekerasan atau melanggar Persyaratan Penggunaan akan ditindak tegas.

(5) Privasi. Tidak boleh mengunggah informasi pribadi atau video tentang
seseorang tanpa izin.

(6) Membahayakan anak. Tidak boleh mengunggah konten yang dapat


membahayakan keselamatan anak.

(7) Konten yang merugikan atau berbahaya. Jangan mengunggah video yang
mendorong orang lain untuk melakukan berbagai hal yang dapat membuat
mereka terluka parah, terutama anak-anak.

(8) Konten kekerasan atau vulgar. Tidak boleh memposting konten kekerasan
atau menyeramkan, yang terutama ditujukan untuk membuat orang terkejut,
mencari sensasi, atau hal lain yang bersifat Kurang sopan.

(9) Spam, metadata yang menyesatkan, dan scam. Jangan membuat


deskripsi, tag, judul, atau thumbnail yang menyesatkan untuk meningkatkan
jumlah penayangan. Memposting konten yang tidak bertarget, tidak
diinginkan, atau berulang, termasuk di antaranya komentar dan pesan pribadi
dalam jumlah besar tidak diperbolehkan.

(10) Hak Cipta. Jangan mengunggah video yang bukan buatan Anda, atau
memakai konten dalam video yang hak ciptanya dimiliki orang lain, seperti
trek musik, cuplikan program berhak cipta, atau video yang dibuat pengguna
lain tanpa izin yang diperlukan.

6
(11) Peniruan Identitas. Akun yang terbukti meniru channel atau individu
lain dapat dihapus berdasarkan kebijakan peniruan identitas.

2. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)


Indonesia telah memiliki undang-undang terkait pemanfaatan TIK yang salah
satu tujuannya adalah untuk memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi informasi. Undang-Undang
tersebut adalah UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Salah satu bagian
dari UU ITE ini adalah terkait dengan perbuatan yang dilarang, knususnya dalam
pasal 27-29 yang terkait dengan konten.
Beberapa perbuatan yang dilarang tersebut sebagai berikut: pada pasal 27,
disebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan:

Pasal 28 menyebutkan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak


menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik serta menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).

7
Pasal 29 yang menyebutkan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi
ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
Setiap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang tersebut dapat
dipidana dengan pidana penjara maksimal 4-6 tahun dan denda paling banyak Rp
750.000.000 — Rp 1.000.000.000. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para
pengguna internet untuk dapat melakukan aktivitasnya di internet tanpa perlu
melanggar aturan hukum yang berlaku di Indonesia.

3. Panduan Bermedia Sosial dari PGI


Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menerbitkan buku Panduan
Bermedia Sosial yang bertujuan agar jemaat gereja menjadi lebih waspada dalam
memanfaatkan media sosial mengingat banyak kasus yang muncul di media sosial
seperti perundungan (bully), perdagangan manusia, pornografi, dan penipuan yang
dialami oleh jemaat. Tak hanya itu, pemandu juga diharapkan dapat terlibat
langsung dengan pengguna media sosial agar paham mengenai isu yang muncul
di media sosial.
Beberapa tips bijak bermedia sosial sebagai berikut:

a. Selektif Berteman. Jejaring pertemanan perlu kita bangun seluas-luasnya


tetapi dengan melibatkan orang-orang yang tepat. Hati-hati terhadap
permintaan pertemanan Facebook dari orang tak dikenal.

b. Interaktif, Bukan Pasif. Media sosial dirancang sebagai wahana untuk saling
bekerja sama dan berbagi informasi demi kebaikan bersama. Interaktif,
merupakan kata kunci dalam sistem pertemanan ini.

c. Hindari Mengumbar Kehidupan Pribadi. Urusan pribadi bukan perkara


khalayak luas. Mengumbar kehidupan pribadi ke ruang publik bisa memiliki
dampak positif, tapi banyak pula menyebabkan ekses negatif.

d. Kenali Ciri-ciri Hoaks. Semakin banyaknya informasi yang diterima semakin


sulit juga membedakan apakah berita tersebut benar atau tidak. Sebelum kita
membagikan sebuah berita atau gambar melalui media sosial, kita harus
mengenal ciri ciri hoaks terlebih dahulu.

8
e. Media Sosial Bukan Ruang Pameran. Boleh kita pamer? Tentu saja boleh,
asal yang kita pertontonkan itu sesuatu yang positif, dalam arti tidak
menimbulkan kecemburuan sosial serta menista Kemanusiaan dan alam.

f. Swafoto yang Informatif. Swafoto (selfie) tentu saja boleh karena itu salah
satu cara kita mengapresiasi diri, tetapi akan lebih berfaedah jika disertakan
tambahan informasi terkait latarnya.

g. Atur Privasi Akun Media Sosial Anda. Atur setting privasi agar tidak semua
postingan yang menandai kita tidak masuk ke linmasa kita.

h. Bagikan Pandangan Politik Secara Bijak dan Santun. Rumuskan pendapat


dan sikap secara bijak dan santun.

i. Wartakanlah Damai. Media sosial tidak mengenal batas geografis. Postingan-


postingan yang melecehkan dan mengandung SARA janganlah diproduksi dan
disebar.

j. Tampilkan Karya Positif. Sebaiknya kita menampilkan karya yang positif


karena media sosial dapat menjadi etalase atau porttolio kita.

4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Bermedia Sosial


Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2017,
mengeluarkan Fatwa MUI tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah melalui
Media Sosial. Fatwa ini disusun melalui beberapa pertimbangan, seperti
penggunaan media digital, khususnya yang berbasis media sosial di tengah
masyarakat seringkali tidak disertai dengan tanggung jawab sehingga tidak jarang
menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoaks, fitnah,
ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan,
kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan
disharmoni sosial.
Selain itu pengguna media sosial seringkali menerima dan menyebarkan
informasi yang belum tentu benar serta bermanfaat, bisa karena sengaja atau
ketidaktahuan, yang bisa menimbulkan mafsadah di tengah masyarakat.

9
Dalam fatwa ini dinyatakan bahwa setiap muslim yang bermuamalah melalui
media sosial diharamkan untuk:

5. Etika Penggunaan E-mail


Berkomunikasi melalui e-mail sejatinya sama seperti berbicara dengan
lawan bicara. Diperlukan etika dan sopan santun dalam bertutur kata agar
komunikasi yang terjalin menjadi lebih maksimal.
Hal ini juga berlaku bagi kita yang saat ini tengah sibuk melamar pekerjaan
dan hingga saat ini tak kunjung menerima balasan e-mail wawancara. Jika hal ini
terjadi pada diri kita, ada baiknya kita memeriksa kembali e-mail yang kita kirim,
karena bisa saja terjadi kesalahan pada e-mail yang ditulis.
Dilansir Business Insider, inilah delapan etika menulis e-mail di dunia
pekerjaan:
a. Tulis Subjek dengan Tepat dan Benar
Hal pertama yang akan dilihat orang dari e-mail adalah subjek yang
ditulis. Apakah subjek tersebut sesuai dengan perihal tujuan e-mail yang ditulis
atau tidak.

10
Tak perlu menulis subjek dengan kata-kata yang tidak ada
hubungannya, tulislah subjek sesuai dengan tujuan menulis e-mail tersebut
atau subjek yang sudah ditentukan dari perusahaan tempat melamar
pekerjaan. Misalnya, 'Lamaran Pekerjaan Bagian Administrasi' atau
'Permohonan Penggantian Jadwal Wawancara'. Tulis dengan huruf kapital di
setiap katanya untuk menunjukkan bahwa e-mail bersifat formal.
b. Gunakan Alamat E-mail yang Profesional
Jika ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, gunakan alamat e-
mail yang menunjukkan bahwa kita adalah orang yang profesional. Hindari
penggunaan angka-angka atau padanan kata yang sulit terbaca dalam sebuah
e-mail.
Hindari mengirimkan e-mail lamaran pekerjaan dengan nama e-mail
'lis4tRy4@xxx.com' atau 'kucelalucendiri@xxx.com'. Gunakan alamat e-mail
yang lebih sopan seperti menggunakan nama lengkap, misalnya
'fatmawati.rahayu@xxx.com' atau 'fatmarh@xxx.com' agar lebih mudah
terbaca.
c. Gunakan Salam Pembuka yang Sopan
Kita harus bisa membedakan antara mengirim e-mail dengan teman dan
instansi, tempat kita akan melamar pekerjaan. Jangan pernah gunakan kata-
kata gaul atau non-formal seperti "Hai" atau "Hey" yang malah berkonotasi
negatif saat kita ingin menulis e-mail perihal lamaran pekerjaan. Salam
pembuka seperti itu hanya akan membuat nama kita tercoreng dan masuk ke
dalam black list perusahaan.
Daripada menulis "Hai" atau "Hey", gunakan salam pembuka seperti
"Dengan hormat" atau "Selamat Pagi" jika ingin menulis e-mail dengan sifat
yang lebih santai namun tetap santun.
d. Gunakan Tanda Baca dengan Tepat
Selain memperhatikan kata-kata, kita juga perlu memperhatikan
penggunaan tanda baca. Jangan sampai makna dari kalimat yang ditulis
menjadi berbeda akibat salah dalam pemilihan atau penempatan tanda baca.
Minimalisir penggunaan tanda seru dalam penulisan e-mail. Akhiri
kalimat dengan tanda baca 'titik' dan jangan lupa sambungkan kalimat dengan
'tanda koma' yang bisa menyelaraskan maksud dari tujuan kita menulis e-mail.

11
e. Gunakan Kata-kata yang Umum
Kesalahpahaman dalam berkomunikasi memang sering terjadi apalagi
jika perbedaan budaya adalah penyebabnya. Namun jangan jadikan hal ini
sebagai masalah besar. Kita hanya perlu memilih kata-kata umum yang sering
dibaca atau didengar oleh banyak orang.
Carilah referensi mengenai tata cara penulisan e-mail yang baik dan
benar sesuai dengan etika menulis e-mail pada umumnya. Juga tak lupa untuk
menggunakan bahasa se-formal mungkin agar tak ada kesalahpahaman yang
terjadi atas e-mail yang kamu kirim.
f. Koreksi Setiap Kalimat yang Ditulis
Jika kita merasa sudah benar dalam menulis e-mail, maka sebaiknya
perhatikan lagi tiap kata yang digunakan. Jangan sampai ada typo yang masih
tersisa dalam e-mail yang kita tulis.
Perhatikan dengan detail dan koreksi jika ada kata-kata atau kalimat
yang dirasa masih janggal atau justru menimbulkan makna ambigu. Kita pun
bisa mengecek tulisan kita berkali-kali sebelum mengirim e-mail tersebut. Cara
ini akan meminimalisir kesalahan mengirim e-mail.
g. Tulis Alamat E-mail Tujuan di Sesi Terakhir
Kita pasti tak ingin jika e-mail yang belum selesai ditulis tak sengaja
terkirim, bukan? Untuk meminimalisir kejadian ini, maka sebaiknya tulis alamat
e-mail tujuan di sesi terakhir setelah melengkapi berkas-berkas yang
diperlukan untuk melamar kerja atau mengajukan permohonan.
Setelah mengoreksi tulisan e-mail dan menganggapnya sebagai e-mail
yang sudah siap kirim, maka kita bisa menuliskan alamat e-mail tujuan.
Perhatikan juga alamat e-mail penerima agar surat lamaran pekerjaan atau
pengajuan permohonan bisnis sampai tepat waktu kepada penerima e-mail.
h. Cek Kembali Nama Orang yang Dituju
Untuk meyakinkan tulisan e-mail sudah benar dan sesuai standar etika
penulisan e-mail, maka cek kembali nama lengkap orang yang dituju. Jangan
sampai salah dalam menulis nama orang yang dituju, karena kesalahan yang
dianggap kecil ini bisa berakibat fatal. Selain menjadi hal yang memalukan, kita

12
juga mungkin bisa saja tak akan mendapatkan e-mail balasan akibat masalah
ini. Jadi, telitilah dalam menulis e-mail.
C. Media Sosial
1. Ciri-ciri Media Sosial

Gambar 1: Ciri-ciri Media Sosial


Beberapa ciri dari media sosial adalah memungkinkan setiap orang untuk
membuat akun, adanya halaman profil untuk setiap pengguna yang menyajikan
data pengguna, fitur untuk membuat konten dan membagikannya, interaksi dengan
pengguna lain yang dapat dilakukan melalui memberi komentar dan tombol like,
adanya tanda waktu dari setiap postingan, dan lain -lain.

2. Jenis-jenis Media Sosial

13
Gambar 2: Pengelompokan Media Sosial
Saat ini terdapat ratusan aplikasi media sosial yang ada di internet. Secara
umum aplikasi-aplikasi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
▪ Jejaring Sosial, contoh: Facebook, Linkedin, Google+, Path, dan sebagainya
▪ Aplikasi Berbagi Gambar, contoh: Instagram, Flickr, Pinterest, Picassa, dan
sebagainya
▪ Blogging, contoh: Blogspot, Wordpress, Tumblr dan sebagainya
▪ Micro-Blogging, contoh: Twitter
▪ Aplikasi Berbagi Video, contoh: YouTube, MeTube, Vimeo, dan sebagainya
▪ Kolaborasi, contoh: Wikipedia, Google Drive, SlideShare, dan sebagainya

Berdasarkan fitur dan kegunaannya, media sosial dapat dibagi menjadi


delapan jenis, yaitu:
a. Relationship Networks
Contoh: Facebook, LinkedIn, dan Google Plus. Relationship Networks dapat
dikatakan sebagai awal mula media sosial menjadi booming. Jenis media sosial
ini biasanya berisikan halaman profil yang berguna untuk mengunggah foto,
biodata, dan informasi lainnya mengenai pengguna.
b. Media Sharing Networks
Contoh: YouTube, Vimeo, Snapchat, dan Instagram. Jenis media sosial ini
dibuat dengan tujuan untuk saling berbagi in formasi dan konten khusus antar
pengguna misalnya foto atau video. Pengguna bisa menggunakan fitur-fitur

14
untuk mengedit konten mereka sebelum mengunggah dan membagikannya ke
orang lain (tag atau mention).
c. Online Reviews
Contoh: Yelp, Open Rice, Zomato, dan Trip Advisor. Media sosial jenis ini
berbasis lokasi yang menggunakan teknologi geolocation (geolokasi). Artinya,
pengguna dapat menginformasikan sesuatu berdasarkan lokasi atau geografis
yang mereka tentukan beserrta dengan konten di dalamnya.
d. Forum Diskusi
Contoh: Kaskus, Stack Over Flow, dan Reddit. Forum diskusi merupakan salah
satu jenis media sosial perintis pada masa awal mula berkembangnya internet.
Sebelum Facebook muncul, pengguna internet bertemu dan saling
berkomunikasi dalam forum diskusi.

e. Social Publishing Platforms


Contoh: Blog, Medium, dan Tumblr. Contoh media sosial ini adalah blog dan
microblog untuk membagikan artikel yang ditulis para pengguna. Social
publishing platform bisa bersifat real time maupun tidak.
f. Bookmarking Sites
Contoh: StumbleUpon, Pinterest, dan Flipboard. Media sosial ini
memungkinkan pengguna untuk mengumpulkan konten (teks, gambar, video,
link) lalu menyimpannya dalam akun masing-masing. Pengguna bisa
menyimpan konten secara privat atau memberikan bebas akses untuk
pengguna lainnya.
g. Internet-based Network
Contoh: Facebook Groups, LinkedIn Groups, Google+ communities, dan lain-
lain. Manfaat utama media sosial adalah kemampuannya mempertemukan
banyak orang dengan latar belakang yang sama ataupun berbeda dalam
sebuah jaringan (network).
h. E-Commerce
Contoh: Amazon, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Gojek, Shopee, dan lain-lain.
E-Commerce adalah bentuk media sosial yang memungkinkan pengguna
untuk melakukan transaksi jual beli menggunakan fitur yang ada.

15
3. Etika Bermedia Sosial
a. Prinsip
THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary, Kind) dapat dijadikan prinsip dasar
yang sederhana untuk membantu kita menggunakan media sosial dengan
cerdas.
(1) Is it true?
Apakah informasi atau konten yang diunggah atau akan dibagi adalah
benar? Banyak informasi yang beredar merupakan hoaks (bohong) atau sudah
disunting oleh banyak tangan. Kita harus mampu menelaah kebenaran isi
media sosial. Misalnya dengan membiasakan mengecek ke beberapa sumber
berbeda yang terpercaya: situs berita, ensiklopedi, atau bertanya langsung
kepada sumbernya. Kita juga sebaiknya tidak mudah untuk menerima
permintaan pertemanan dari orang-orang yang tidak kita kenal, bahkan ketika
memiliki mutual friend. Tidak semua profil dapat dipercaya!
(2) Is it helpful?
Teknologi hendaknya digunakan untuk kebaikan dan bermanfaat bagi
orang lain. Ketika kita mengunggah sebuah informasi, foto atau video, mari kita
pikirkan apakah materi tersebut bermanfaat dan mungkin dapat menolong
teman dan keluarga kita yang menerimanya.
(3) Is it illegal?
Sadari adanya hak cipta. Ketika kita akan memuat atau membagi tulisan
atau foto, tanyakan kembali: Apakah si empunya sudah setuju? Biasakan diri
untuk menuliskan sumber materi yang ingin diunggah ke media sosial.
Misalnya: kredit foto: [nama empunya/sumber], sumber: [nama
situs/buku/penulis]. Mintalah izin di media sosial dengan cara menulis di
komentar atau mengirimkan pesan pribadi.
Ketahui juga bahwa ada yang dikategorikan termasuk dalam konten
illegal atau melawan hukum, contohnya konten yang mengandung pornografi,
ujaran kebencian, penipuan hingga ancaman atau intimidasi.
(4) Is it necessary?
Kita biasanya memiliki kecenderungan berbagi semua hal di media
sosial. Ke mana kita pergi, apa yang kita pikirkan, sampai terkadang tidak sadar
ingin berbagi sesuatu yang bersifat pribadi. Mari kita berpikir lagi, sedemikian

16
perlukah kita mengunggah konten tersebut? Buatlah skala prioritas. Perlukah
konten tersebut dimuat? Dari skala 1 – 10, di manakah posisi konten ini? Jika
kurang dari 5, mari pikirkan ulang keputusannya. Ingatlah selalu, bahwa
apapun yang diunggah ke media sosial akan tetap berada di sana. Jejak digital
akan selalu tercatat dan dapat ditelusuri dengan mudah.
(5) Is it kind?
Hal utama yang penting untuk kita ingat adalah selalu mengunggah hal-
hal yang tidak jahat. Apa gunanya kita mengunggah konten yang pada akhirnya
hanya mencederai perasaan orang lain? Tidak hanya konten berupa teks,
tetapi juga foto dan video. Mari kita saling menghormati dan menghargai
keberadaan netizen lain. Hidup terlalu pendek untuk kita habiskan saling
menyakiti.

b. Panduan
Berikut lima panduan dasar dalam menggunakan media sosial:
(1) Menjaga Privasi. Tidak dengan mudah memberikan informasi data diri di
media sosial.
(2) Jaga Keamanan Akun. Membuat kata kunci yang cukup sulit untuk ditebak,
dan mengubahnya secara berkala.
(3) Menghindari Hoaks. Tidak mudah percaya dengan berita yang diterima
sebelum melakukan klarifikasi.
(4) Menyebarkan Hal yang positif. Tetaplah menyebarkan informasi-informasi
positif, sekalipun di media sosial yang sifatnya eksklusif.
(5) Gunakan Seperlunya. Tetap gunakan media sosial untuk membantu
meningkatkan produktivitas diri dan sadari diri jika telah mengalami
ketergantungan.

c. Etiket Media Sosial


Berikut enam hal yang pantang dilakukan di media sosial:
(1) Memulai konflik. Perang kata-kata sangat mungkin muncul di media sosial
dan sebenarnya hal ini cukup sering terjadi, contohnya saja perkelahian
antar selebriti. Tapi kemudian apa yang terjadi? Mereka malah jadi bahan

17
olok-olok pengguna media sosial yang lain, karena mengumbar perkelahian
di forum umum.
(2) Cerita masalah pribadi. Memang, saat ini media sosial dijadikan semacam
buku harian untuk para pemiliknya. Tapi kita juga harus membatasi cerita
masalah pribadi yang seperti apa? Terus-terusan bercerita soal kesedihan,
kemarahan, atau mengeluh akan berbagai hal hanya akan membuat
reputasi kita buruk.
(3) Mengejek orang lain dan menyebut namanya. Lewat tag dan mention, kita
bisa menyebut nama seseorang dan menuliskan pesan untuknya di muka
umum. Tapi jika kita mengejeknya dengan harapan menjatuhkan
reputasinya, artinya kita malah melakukan hal yang sama pada diri kita
sendiri. Jika ada masalah, selesaikan secara langsung. Membawa
permasalahan ke depan umum, adalah sikap yang kekanak-kanakan.
(4) Menjelekkan orang lain tanpa menyebut nama. Ada juga orang yang
terbiasa menulis “no mention”, tapi kemudian menjelek-jelekkan pihak
tertentu. Hal ini juga sangat menganggu dan bisa merusak reputasi, karena
orang lain akan melihat kita sebagai orang yang hanya berani bicara di
belakang.
(5) Berbagi foto pesta gila-gilaan. Kita mungkin dikenal sebagai si penggila
pesta, tapi batasi juga penyebaran foto pesta gila-gilaan kita di media sosial.
Bukan tidak mungkin, keluarga, sekolah, atasan, atau manajemen
perusahaan melihatnya dan bisa mensalahartikan karena mereka tidak
mengerti konteks dari foto kita.
(6) Bersikap terlalu ekstrem. Sah-sah saja jika kita punya pandangan agama
dan politik tertentu. Tapi bersikap terlalu ekstrem dengan mengagung-
agungkan pendapat kita kemudian menjatuhkan opini orang lain, sama saja
merusak reputasi diri kita sendiri.

d. Tips Penggunaan Media Sosial


Tiga tips sederhana penggunaan media sosial:
(1) Sesuaikan penggunaan media sosial dengan kebutuhan atau minat.
Contoh, bagi yang memiliki hobi fotografi atau membuat video, dapat

18
menggunakan media sosial Instagram dan YouTube. Atau bagi yang
memiliki bisnis, dapat membuat Fans Page di Facebook.
(2) Supaya tidak menjadi candu, batasi penggunaan media sosial.
Usahakan untuk bisa menjadwalkan waktu pengunaan media sosial pada
jam dan durasi tertentu. Dengan begitu kita bisa lebih fokus dan produktif
dengan penggunaan waktu kita.
(3) Apabila kebiasaan untuk sekadar melihat laman home media sosial
(Facebook, Twitter, dan Instagram) sulit dihilangkan, cobalah alokasikan
waktu luang singkat, seperti ketika berada di kendaraan umum atau
menunggu antrean untuk melakukan kebiasaan tersebut. Dengan
mengalokasikan waktu luang tersebut, kita bisa tetap mendapat informasi
terkini, tapi tidak kehilangan waktu untuk aktivitas lain yang lebih penting.
4. Dampak Penggunaan Media Sosial
Umur yang aman untuk mengakses media sosial 13 tahun ke atas. Hal ini
sesuai dengan kebanyakan syarat pembuatan akun di media sosial. Artinya,
sekolah dan orang tua perlu mempertimbangkan lagi permintaan pembuatan akun
pesan instan (instant messenger) seperti LINE, yang fiturnya telah menyerupai (dan
dapat dianggap sebagai) media sosial. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh orang
tua adalah penyediaan telepon selular untuk anak. Orang tua perlu memperhatikan
hal tersebut karena kebanyakan media sosial tidak memiliki kontrol terhadap
pemalsuan usia.
Pusat Kajian Komunikasi, Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas
Indonesia bersama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak melakukan FGD (Focus Group Discussion atau diskusi
kelompok terarah) mengenai dampak penggunaan media sosial bagi anak dan
remaja. Berikut adalah rangkuman dari hasil kajian yang telah dilakukan.
a. Manfaat Media Sosial
Berikut manfaat media sosial untuk anak dan remaja:
1. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari dan memperoleh informasi
yang bersifat umum, seperti informasi berita terkini, hiburan, seputar hobi,
informasi mengenai dunia luar, dan lain-lain. Namun perlu diperhatikan lagi
pada poin ini, informasi yang diperoleh anak dan remaja kerap kali tidak sesuai

19
dengan usia mereka. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi anak dan remaja
untuk melakukan hal serupa dengan informasi yang mereka peroleh.
2. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari informasi terkait tugas dan
pelajaran sekolah pada media sosial. Untuk memperoleh informasi terkait
tugas dan pelajaran sekolah, anak dan remaja sering kali bertukar informasi
terkait tugas dan pelajaran sekolah dengan teman -temannya menggunakan
media sosial seperti Whatsapp, LINE, dan BBM. Selain itu, mereka juga
menggunakan browser untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
3. Anak dan remaja dapat terhubung dengan mudah oleh keluarga dan teman
yang berjarak jauh maupun dekat. Media sosial sering kali digunakan anak
dan remaja saling menanyakan kabar atau juga dapat menjaga tali
persaudaraan agar tidak terputus.
4. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk memberikan informasi
atau kabar terbaru mengenai kejadian di sekitar.
5. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton video
tutorial dan video musik di YouTube. Ketika anak dan remaja menggunakan
media sosial untuk menonton video tutorial, mereka dapat merasakan manfaat
baik, seperti menonton video tutorial untuk membuat slime. Setelah menonton
video tutorial tersebut, anak dan remaja dapat mengikuti cara membuat slime
sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kreatifitas anak dan remaja dalam
membuat sesuatu yang bermanfaat.
6. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton film.
Kegiatan menonton film pada media sosial dilakukan jika anak dan remaja untuk
mengisi waktu luang mereka. Anak dan remaja menyukai menonton film kartun,
film Korea, atau film action (anak dan remaja laki-laki).
7. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan jual beli
online. Kegiatan belanja online pada anak dan remaja dianggap mempermudah
mereka untuk tidak perlu pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu.
Sedangkan kegiatan berjualan online dilakukan anak dan remaja untuk
menambah uang saku mereka. Anak dan remaja biasanya menjual hasil karya
mereka secara online, seperti lukisan dan tulisan.
8. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan promosi
kegiatan sekolah mereka. Anak dan remaja mengakui penggunaan media

20
sosial sebagai media promosi sangat membantu, karena mereka tidak perlu
berbergian ke sekolah-sekolah lain untuk mempromosikan kegiatan di sekolah
mereka. Selain itu, media sosial sebagai media promosi sekolah juga
memudahkan bagi anak dan remaja yang ingin mencari sekolah baru (untuk
anak dan remaja jenjang sekolah tingkat akhir).

Pada sumber lain dikemukakan dampak positif media sosial yaitu:


1. Untuk menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar. Berperan untuk
mempertemukan kembali kerabat yang jauh dan sudah lama tidak bertemu.
2. Sebagai media penyebaran informasi. Informasi terkini sangat mudah
menyebar melalui media sosial. Hanya dalam beberapa menit setelah kejadian,
kita bisa menerima informasi tersebut.
3. Memperluas jaringan pertemanan. Berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan
dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia.
4. Situs jejaring sosial membuat kita menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan
empati.
5. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial. Belajar cara
beradaptasi,bersosialisai dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan.
6. Sebagai media promosi dalam bisnis. Pengusaha kecil dapat mempromosikan
produk dan jasanya tanpa mengeluarkan banyak biaya.

b. Dampak Negatif Penggunaan Media Sosial


Dampak negatif media sosial bagi anak dan remaja yaitu:
1. Terlalu banyak informasi yang diterima atau dikenal dengan too much
information (TMI).
2. Anak-anak dan remaja yang mengisi waktu luangnya dengan mengakses
media sosial secara tidak sadar mengungkapkan terlalu banyak informasi
tentang kehidupan pribadi mereka. Hal itu dapat menyebabkan masalah seperti
kerentanan terhadap cyberbullying.
3. Anak dan remaja yang memanfaatkan media sosial untuk mengisi waktu luang,
dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan. Pada tingkat adiksi yang berat
membutuhkan bantuan ahli untuk mengatasinya.

21
4. TMI mendorong potensi perilaku yang lain, yang disebut FOMO, Fear of
Missing Out atau “takut ketinggalan berita terkini”. FOMO ini mendorong anak
dan remaja untuk terus mencari dan berbagi informasi dari internet melalui
media sosial. Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap risiko
predator online, pornografi, kekerasan, perundungan maya, invasi privasi, dan
pencurian identitas.
5. Menciptakan jarak antara anak dan keluarga..
6. Kesehatan anak dan remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan
media sosial yang berlebihan.

Panduan bagi Orang Tua, Keluarga, dan Guru tentang Perlindungan


pada Anak dan Remaja terkait Aktivitas Maya
1. Bantu anak-anak Anda memahami informasi apa yang seharusnya bersifat pribadi. Katakan
pada mereka mengapa penting untuk menyimpan beberapa hal tentang diri mereka sendiri,
anggota keluarga, dan teman untuk diri mereka sendiri. Informasi seperti nama lengkap
mereka, nomor telepon, alamat jalan, dan informasi keuangan keluarga - seperti nomor
rekening bank atau kartu kredit - bersifat pribadi dan harus tetap seperti itu.

2. Kunjungi dan pelajari akun media sosial seperti yang dimiliki oleh anak Anda. Buatlah akun dan
gunakan ruang jejaring sosial yang dikunjungi anak-anak Anda. Biarkan mereka tahu bahwa
Anda berada di sana, dan bantulah mengajari mereka cara bertindak saat mereka
bersosialisasi secara online

3. Pelajari dan gunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang dapat mengakses dan
mengunggah di situs media sosial anak Anda. Beberapa situs jejaring sosial memiliki setting
privasi yang kuat. Tunjukkan kepada anak Anda cara menggunakan setelan ini untuk
membatasi siapa yang dapat melihat profil online mereka, dan jelaskan mengapa ini penting.

4. Jelaskan bahwa anak-anak hanya boleh memposting informasi bahwa Anda dan mereka
merasa nyaman dengan orang lain. Bahkan jika pengaturan privasi diaktifkan, beberapa - atau
bahkan semua - profil anak Anda dapat dilihat oleh khalayak yang lebih luas daripada yang
Anda rasa nyaman. Dorong anak Anda untuk memikirkan bahasa yang digunakan di media
sosial, dan pikirkan sebelum mengunggah gambar dan video.

5. Ingatkan anak-anak Anda bahwa setelah mereka unggah informasi secara online, mereka tidak
dapat menghapusnya kembali. Selain internet menyimpan semua jejak maya penggunanya,
satu platform media sosial terhubung dengan platform sosial media yang lain. Bahkan jika
mereka menghapus informasi dari sebuah situs, versi yang lebih tua mungkin ada di komputer
orang lain dan diedarkan secara online.

6. Pahami dan mengetahui bagaimana aktivitas online anak Anda. Semakin banyak, anak-anak
mengakses internet melalui telepon seluler mereka. Cari tahu tentang batas yang bisa Anda
tempatkan pada ponsel anak Anda.

7. Bicaralah dengan anak-anak Anda tentang intimidasi. Perundungan maya dapat memiliki
berbagai bentuk, mulai dari menyebarkan rumor secara online dan mengirim atau meneruskan
pesan pribadi tanpa persertujuan dari pemilik atau pengirim asalnya sampai bentuk mengirim
pesan yang mengancam. Beritahu anak-anak Anda bahwa kata-kata yang mereka ketik dan
22
gambar yang mereka unggah dapat memiliki konsekuensi dunia nyata. Mereka dapat membuat
target perundungan merasa buruk, membuat pengirim terlihat buruk, dan terkadang bisa
menjatuhkan hukuman dari pihak berwajib. Dorong anak-anak Anda untuk berbicara dengan
Anda jika mereka merasa menjadi target atau korban perundungan atau intimidasi. Setelah itu
laporkan langsung ke pihak berwajib dan situs jejaring sosial.
Bab 2
Rancangan Teknologi dan Kualitas Hidup

A. Pendahuluan
Bagi generasi natif teknologi (digital native), yaitu milenial dan generasi Z,
rasanya mustahil dipisahkan dari teknologi. Mereka lahir dan besar di ten gah
gempuran kemajuan teknologi yang sedemikian pesat. Telepon seluler (ponsel)
pintar, komputer tablet, laptop, dengan akses internet di mana-mana, bukan lagi
menjadi hal yang asing untuk mereka. Bahkan seorang bayi yang baru lahir sekali
pun langsung dibuatkan akun media sosial (medsos) oleh orang tuanya. Aturan
batasan usia bagi pengguna media sosial sering kali dilanggar. Peran orang tua
sangat krusial agar generasi milenial dan Z ini bisa bebas mengakses internet dan
berkreasi serta mengambil manfaat di dalamnya, namun dapat tetap membuat
mereka aman dan nyaman.

B. Belajar Sepanjang Hayat Melalui Internet

C. E-commerce

23
Bab 3
Kasus-kasus Sosial Akibat Implementasi Produk TIK

A. Pendahuluan
Selain memberikan manfaat, kemajuan TIK juga memiliki dampak lain yang
harus diwaspadai bersama. Secara umum, terdapat tiga fenomena yang penting
untuk kita ketahui, yaitu adanya hoaks dan berita palsu, terjadi konflik di media
sosial, dan kriminalitas. Apabila tidak bijak dalam menggunakannya dapat berujung
pada pidana yang pada akhirnya merugikan diri kita.
Pada tahun 2017, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) melakukan
survey terkait hoaks di Indonesia. Dari hasil survey tersebut dapat dilihat bahwa
saluran penyebaran hoaks paling besar berasal dari media sosial serta aplikasi
chatting, jauh lebih tinggi dibandingkan media penyebaran lainnya seperti radio,
media cetak, dan televisi. Hal ini memperlihatkan bahwa peran internet dalam
penyebaran hoaks ini sangatlah besar.

24
Sumber: Mastel, 2017

Survey tersebut juga mengungkapkan bahwa intensitas penerimaan hoaks dari


para responden paling tinggi adalah setiap hari (44,3% dari responden). Hal ini
merupakan sesuatu yang cukup mengkhawatirkan karena dapat dikatakan bahwa
hoaks di Indonesia tersebar cukup masif.

25
B. Kasus-kasus Sosial yang Muncul Sebagai Dampak Perkembangan TIK
1. Hoaks dan Berita Palsu
a. Pengertian

Hoaks menjadi perbincangan hangat di media massa maupun media sosial


belakangan ini karena dianggap meresahkan publik dengan informasi yang
tidak bisa dipastikan kebenarannya. Hoaks adalah informasi yang
sesungguhnya tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Istilah hoaks, kabar bohong, menurut Lynda Walsh dalam buku “Sins
Against Science”, merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak
era industri, diperkirakan pertama kali muncul pada 1808. Asal kata “hoax”
diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni “hocus” dari mantra “hocus
pocus”, frasa yang kerap disebut oleh pesulap, serupa “sim salabim”.
Alexander Boese dalam “Museum of Hoaxes” mencatat hoaks pertama
yang dipublikasikan adalah almanak (penanggalan) palsu yang dibuat oleh
Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada 1709. Saat itu, ia meramalkan
kematian astrolog John Partridge. Agar meyakinkan, ia bahkan membuat
obituari palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari
kematiannya. Swift mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan
Partridge di mata umum. Partridge pun berhenti membuat almanak astrologi
hingga enam tahun setelah hoaks beredar.
Direktur Institute of Cultural Capital di University of Liverpool, Simeon
Yates, dalam tulisan “’Fake News’- Why People Believe It and What Can Be
Done to Counter It” yang dimuat di world.edu, menyebut ada fenomena
gelembung, atau bubbles, dalam penggunaan media sosial.
Pengguna media sosial cenderung berinteraksi dengan orang yang
memiliki ketertarikan yang sama dengan diri sendiri. Dikaji dari studi kelas
sosial, gelembung media sosial tersebut mencerminkan gelembung “offline”
sehari-hari.
Kelompok tersebut, kembali ke model lama, juga bertumpu pada opini
pemimpin, mereka yang memiliki pengaruh di jejaring sosial. Kabar bohong
yang beredar di media sosial, menjadi besar ketika diambil oleh situs kelompok

26
tersebut, kembali ke model lama, juga bertumpu pada opini pemimpin , mereka
yang memiliki pengaruh di jejaring sosial.
Kabar bohong yang beredar di media sosial, menjadi besar ketika diambil
oleh situs atau pelaku terkemuka yang memiliki banyak pengikut. Kecepatan
dan sifat media sosial yang mudah untuk dibagikan, shareability berperan dalam
penyebaran berita hoaks.
Untuk bisa membedakan sebuah berita merupakan hoaks atau tidak,
memang cukup sulit. Hal ini dikarenakan publisher berita hoaks membuat
artikel-artikel bohong dengan sangat rapi dan teratur. Mereka sudah
mengetahui selera masyarakat di Indonesia sehingga mereka semakin mahir
dalam membuat berita bohong yang bisa merayu pembaca untuk
mempercayainya. Namun, sebagai pembaca yang bijaksana mesti lebih teliti
untuk menilai, sehingga tidak termakan hoaks.

b. Motif Penyebaran Hoaks

Terdapat beberapa motif yang melatari seseorang menyebarkan hoaks,


yaitu adanya motif:
(1) Uang. Terdapat situs-situs yang memprovokasi dan ketika kita masuk ke
situs tersebut, maka pembuat situs akan mendapatkan sejumlah uang
setelah kita melakukan klik. Fenomena ini dikenal pula dengan istilah
clickbait. Fenomena clickbait mencuat dalam dunia digital khususnya
media online, tujuannya hanya satu untuk menarik pembaca atau warganet
masuk ke sebuah situs web dan mendulang apa yang disebut sebagai page
view atau jumlah klik yang masuk.
(2) Politik. Politik menjadi salah satu faktor berkembangnya hoaks. Komite
Litbang Mafindo menemukan bahwa sepanjang tahun 2018 terdapat 997
hoaks dengan rata-rata 83 hoaks per bulan. Dilihat dari topiknya, isu politik,
SARA, dan bencana menjadi topik hoaks paling banyak

(3) Ideologi. Salah satu upaya untuk mengganti ideologi negara yang sah salah
satunya melalui penyebaran hoaks.
(4) Kebencian
(5) Iseng

27
c. Jenis-jenis Hoaks

Informasi yang bersifat hoaks dapat muncul dalam beragam bentu k, seperti
tulisan, gambar atau video. Berdasarkan survey Mastel (2017) hoaks yang
paling sering diterima masyarakat Indonesia adalah dalam bentuk tulisan.

Sementara itu, berdasarkan topiknya, ternyata hoaks seputar isu sosial


politik paling banyak diterima masyarakat, juga terkait SARA dan kesehatan.

Claire Wardle dari First Draft3, sebuah projek di bidang literasi media,
mengelompokkan berita bohong (mis dan disinformasi) dalam tujuh kategori
berikut:

3 Fake News. It’s Complicated: https://firstdraftnews.org/fake-news-complicated/


28
1. Satire atau Parodi
Informasi yang dibuat untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau
seseorang, biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.
Satir umumnya dibuat tanpa maksud untuk mengelabui orang yang melihatnya
karena hanya bersifat sindiran. Namun, bagi yang tidak memah ami gaya
bahasa ini dapat terkecoh dan menganggap informasi yang dilihatnya sebagai
Sebuah kebenaran, terutama ketika yang menyampaikannya tidak secara jelas
menyatakan bahwa informasi tersebut satir.

2. Konten yang Menyesatkan


Penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu. Biasanya
informasi ditampilkan dengan menghilangkan konteksnya untuk menggiring
persepsi publik agar sesuai dengan keinginan pembuat informasi tersebut.

3. Konten Tiruan
Informasi yang dibuat mirip dengan aslinya dengan tujuan u ntuk mengelabui
publik, seperti situs web yang dipalsukan agar pengunjungnya tertipu dan
menganggap situs tersebut adalah situs aslinya

4. Konten Palsu
Konten baru yang 100% salah, sengaja dirancang dan dibuat untuk mengelabui
pembacanya. Pembuatan konten palsu ini dapat dilatarbelakangi oleh berbagai

29
tujuan, baik keuntungan finansial, propaganda, maupun kepentingan politik,
sehingga berpotensi menyesatkan dan bahkan membahayakan masyarakat.

5. Koneksi yang Salah


Ketika judul, gambar atau keterangan tidak menduku ng konten yang
sebenarnya. Salah satu contohnya adalah metoda click bait, membuat judul
atau gambar yang mengundang orang untuk mengklik tautan yang tersedia
dengan bentuk yang provokatif, menarik dan sensasional, padahal kontennya
sendiri tidak “seheboh” judulnya.

6. Konten yang Salah


Ketikan konten yang asli disampaikan dalam konteks yang salah, dimana
sebuah informasi (tulisan, gambar, atau video) yang benar ditempatkan dalam
konteks yang tidak sesuai aslinya.

7. Konten yang Dimanipulasi


Informasi yang asli dimanipulasi dengan tujuan menipu. Bisa jadi hanya
sekedar iseng, tetapi bisa juga bertujuan untuk memprovokasi, menyebarkan
propaganda, maupun untuk kepentingan politik.

d. Ciri-ciri Hoaks

Berikut ini tanda atau ciri yang biasanya ditemukan pada berita hoaks:
a. Tanda panah dan lingkaran merah. Membuat tanda panah dan membuat
lingkaran berwarna merah pada sebuah foto ternyata ampuh membuat
masyarakat penasaran . Biasanya hal ini dilakukan untuk memancing orang
lain untuk membaca atau menonton sebuah video yang sebetulnya tidak ada
maknanya sama sekali. Pembuat berita berusaha menipu pembaca dengan
membuat foto yang membuat penasaran, setelah pembaca tertipu dan masuk
membaca artikel di dalamnya, maka kita akan tertipu lagi karena isi artikel tidak
ada makna dan tidak semenarik foto juga judulnya.
b. Tidak mencantumkan nama penulis artikel. Untuk membuat penasaran,
biasanya berita bohong menggunakan judul yang tidak masuk di akal dan
membuat penasaran. Tidak jarang mereka juga menambahkan kata-kata
seperti “mencengangkan,” “baru terjadi,” “menakjubkan,” dan lain -lain. Dengan
menggunakan trik ini, pembaca akan sangat penasaran dan meningkatkan

30
rasio klik dari artikel yang mereka share. 75 Persen berita dengan judul seperti
ini tidak faktual terkadang isinya hanya sesuatu yang tidak penting dan tujuan
utamanya hanya untuk memancing pengunjung agar lebih banyak yang masuk
ke dalam website.
c. Menggunakan unsur mencocok-cocokkan (“Cocoklogi”).
d. Menggunakan judul berita yang spektakuler. Website yang benar selalu
mencantumkan nama penulisnya dan info sosial medianya atau memberikan
informasi mengenai website-nya. Website berita hoaks biasanya terkesan
menyembunyikan informasi pemilik dan penulis website-nya.
e. Menggunakan alamat website yang mirip dengan media besar.
Menggunakan alamat website yang mirip dengan media besar. Penyebar berita
bohong biasanya menggunakan alamat website yang aneh seperti
1001beritaaneh.com, beritabooming.tk. atau meniru nama media lain, seperti
kompas.co.cc, tempo.ga, newskompass.com, dan lain -lain.

e. Cara Praktis Menghindari Berita Bohong atau Hoaks

31
✓ Situs yang dapat digunakan untuk memperkaya materi literasi digital:
http://literasidigital.id/
✓ Situs untuk mengecek apakah informasi termasuk hoaks atau fakta:
http://turnbackhoax.id/ , https://cekfakta.com/
✓ Aplikasi Android untuk mengecek hoaks atau fakta: Hoax Buster Tools
untuk tutorial bisa mengunjungi: https://youtu.be/wyyq2IaN6rA

2. Konflik di Media Sosial

32
Pegiat Forum Komunikasi Digital, Damar Juniarto mengatakan,
‘gelembung filter’ merupakan sistem rekomendasi yang menyesuaikan media
sosial dengan perilaku berinternet penggunanya Pengguna media sosial hanya
akan menerima informasi yang sesuai dengan rekomendasi tersebut. Hal inilah
yang menyebabkan konflik di media sosial kerap terjadi. Informasi homogen
tersebut kerap membuat penggunanya menjadi fanatik terhadap calon tertentu,
misalkan dalam kontestasi politik. Sebab, pengguna media sosial akan
melewatkan semua informasi dari sudut pandang berbeda.
Dirjen Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan
Informatika Rosarita Niken Widiastuti mengatakan potensi konflik bisa terjadi
jika penggunaan media sosial ini tidak dilakukan secara bijak. Komunikasi
bertanggung jawab untuk berinisiatif meredam konflik dan menebarkan saling
pengertian di antara kelompok sosial sehingga timbul saling pengertian di
masyarakat.
Berpendapat di media sosial merupakan hak setiap orang dan merupakan
ciri demokrasi. Semua orang, baik dari kalangan intelek, tidak berpendidikan,
tua, muda, lelaki, perempuan, dan sebagainya memiliki kebebasan berpendapat
yang sama dan punya porsi yang tidak ditentukan karena semua manusia
adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Namun kebebasan
berpendapat sebaiknya dilandasi nilai dan norma, etika, musyawarah, toleransi,
persatuan dan kesatuan, dan kedamaian agar pendapat yang berbeda tidak
memicu konflik, baik konflik pribadi maupun masyarakat.

3. Kriminalitas di Media Sosial


Berikut adalah beberapa macam kriminalitas yang terjadi di media sosial:
a. Penipuan berkedok jual beli online. Banyak modus para pelaku kejahatan
ini misalnya dengan menawarkan barang terbaru dengan harga murah,
menawarkan barang bermerek dengan harga murah, menawarkan barang
bermerek dengan bahan palsu dan lainnya. Setelah pembeli tertarik dan
melakukan pembayaran, akun penjual kemudian menghilang dan tidak
dapat dikontak lagi.
b. Penculikan, pemerkosaan, penggelapan. Sebenarnya aksi kejahatan
pemerkosaan, penculikan dan penggelapan tidak bisa terjadi secara

33
langsung di media sosial tetapi media sosial tersebut merupakan perantara
dalam melakukan aksi kejahatan tersebut. Modus pelaku kejahatan
tersebut bervariasi, misalnya saja mereka menghubungi pengguna media
sosial lain dengan menawarkan pekerjaan, atau imbalan tertentu sehingga
korban pun merasa tertarik dan terbujuk hingga sampai mereka bertemu
langusung dan si penjahat pun bisa dengan mudah melakukan aksinya,
bisa-bisa malah anda bisa menjadi korban penculikan, penggelapan
bahkan pemerkosaan.
c. Prostitusi online. Beberapa modus yang biasa dilakukan adalah dengan
meng-upload foto vulgar yang menggugah gairah pengguna media sosial
lain sehingga membuat pengguna media sosial lain tertarik untuk
menggunakan jasanya, atau dengan menggoda pengguna media sosial lain
dengan kata-kata manis dan rayuan sehingga pengguna media sosial lain
pun tertarik dan masih banyak lagi modus-modus lainnya.
d. Pembajakan akun media sosial. Pembajakan akun media sosial
merupakan kejahatan cyber sangat sering terjadi, butuh seseorang dengan
keahlian IT yang sangat tinggi sekali untuk bisa melakukan pembajakan
akun media sosial ini dan targetnya pun tidak segan -segan. Misalnya
pemimpin perusahaan besar, pejabat, artis dan orang-orang yang sangat
berpengaruh lainnya. Tujuan pembajakan akun media sosial ini biasanya
untuk meminta tebusan sejumlah uang atau hanya untuk mengambil alih
akun media sosial tersebut sehingga pembajak bisa leluasa menebar
propaganda melalui akun media sosial yang berhasil mereka bajak.
Selain hal-hal di atas, terdapat potensi yang dapat dapat mengancam
keselamatan, meliputi:
1. Pencurian identitas; dalam bermedia sosial setiap pengguna memiliki
risiko pencurian identitas. Tindakan memberikan informasi pribadi
secara berlebihan seperti membagi foto pribadi secara masif dengan
konten yang relatif kurang pantas untuk disebarkan berpotensi dicuri dan
dimanfaatkan oleh orang yang berniat melakukan penipuan,
2. Cyberbullying (perundungan maya); apabila anak dan remaja
bermedia sosial tanpa arah, melakukan sesuatu yang menyinggung
perasaan orang lain dan mengonsumsi konten yang tidak ramah anak

34
maka mereka berpotensi mengalami gangguan yang menyebabkan
ketidaknyamanan dalam aktivitas dunia maya
3. Pelecehan; anak dan remaja berpotensi mengalami pelecehan ketika
mereka melakukan aktivitas media sosial secara berlebihan yang
mencakup kesalahan membagi informasi, mengomentari sesuatu
secara kurang pantas hingga kurang hati-hati dalam berteman di media
sosial
4. Penipuan; tidak berhati-hati saat berinteraksi dengan orang asing atau
tidak dikenal di media sosial akan membuat anak dan remaja berpotensi
mengalami penipuan dan kerugian materiel. Online shopping adalah
salah satu yang aktivitas media sosial yang rentan membuka peluang
penipuan materiel pada anak dan remaja. Anak dan remaja kebanyakan
melihat tidak ada beda antara dunia maya dan dunia nyata. Hal tersebut
mendorong mereka kurang berhati-hati dalam melakukan transaksi
belanja maya.
5. Pornografi; konsumsi game online dan media sosial tanpa bekal
pengetahuan komprehensif terhadap dunia yang sedang mereka masuki
dan lemahnya kontrol yang memadai dari negara dan keluraga
berpotensi membuat mereka terpapar konten bernuansa pornografi,
salah satu ancaman terbesar bagi anak dan remaja dalam lingkup online
maupun offline.
6. Kekerasan; anak dan remaja cenderung mudah terpengaruh dengan
konten yang sarat dengan kekerasan saat mengonsumsi foto atau video
dalam platform media sosial
7. Eksploitasi seksual; media sosial sangat rentan disusupi oleh predator
online yang senantiasa mengincar anak dan remaja untuk kemudian
mengeksploitasi mereka secara seksual
8. Self-harm and destructive behaviours. Walaupun kasus ini tidak
muncul dalam studi yang dilakukan, namun beberapa anak dan remaja
sudah waspada adanya praktik-praktik perusakan diri oleh anak dan
remaja pemiliki akun media sosial yang mengekspos praktik tersebut di
media sosial untuk konsumsi publik.

35
9. Rasa panik atau cemas atau rendahnya rasa percaya diri atau gagap
sosial; terlalu sering mengonsumsi media sosial dan meyakini sesuatu
yang ada didalamnya tanpa berupaya bertanya dapat berdampak pada
rasa percaya diri seseorang, kegagapan, perasaan mudah panik dan
cemas.
10. Melakukan atau menjadi korban intimidasi; kesalahan atau
kekurangwaspadaan seseorang saat berinteraksi dengan orang lain,
meniru sesuatu yang salah dari teman dan keluarga, mengunggah tanpa
mempertimbangkankan dampak dapat membuat seseorang menjadi
pelaku maupun korban intimidasi.
11. Adiksi media sosial dan game online; adiksi atau kecanduan rentan
dialami oleh anak-anak yang bermain media sosial di berbagai platform
termasuk bermain game online. Hal ini dapat terjadi karena mekan isme
kontrol (baik dari orang tua hingga negara) yang relatif lemah terhadap
aktivitas anak bermedia sosial atau bermain serta minimnya pilihan
kegiatan alternatif yang tersedia bagi anak dan remaja.

C. Upaya Minimalkan Dampak Produk TIK


1. Privasi Anak dalam Media Sosial
Anak menjadi kelompok yang rentan terkena pelanggaran privasi di
internet, khususnya media sosial. Tidak jarang orang terdekatnya sendiri yang
melakukan pelanggaran privasi seperti orangtua dan keluarga lainnya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran orangtua sendiri terkait dengan
menjaga privasi anak, khususnya ketika mengunggah foto anak di media
sosial.

36
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengunggah
foto anak:

37
2. Melindungi Data Pribadi di Internet
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga
keamanan data kita di internet. Berikut beberapa di antaranya:

▪ Gunakan password yang sulit untuk akun-akun yang kita miliki di internet,
misalnya akun email, media sosial, aplikasi, toko online, dan sebagianya.
Hindari password yang mudah ditebak seperti tanggal lahir, nama pasangan,
nama sekolah, dan sebagainya. Lakukan juga pergantian password tersebut
secara berkala (misalnya dua bulan sekali).
▪ Untuk setiap akun tersebut, lebih baik jika menggunakan password yang
berbeda pula, sehingga jika terdapat akun kita yang password-nya diretas,
tidak akan membuat akun lainnya mudah diretas juga
▪ Jangan membagikan informasi, khususnya data pribadi, terlalu banyak di
media sosial. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab
38
▪ Hargai privasi orang lain, jangan membagikan data pribadi orang tanpa seizin
yang bersangkutan
▪ Hati-hati jika menggunakan Wi-Fi di tempat publik, jangan pernah membagikan
data penting apalagi melakukan transaksi keuangan (memasukkan data kartu
kredit, melakukan kegiatan e-banking, dan lain-lain) ketika gawai atau
komputer kita terhubung dengan koneksi publik
▪ Perhatikan alamat URL dari situs yang kita kunjungi, termasuk ketika
berbelanja online. Jangan sampai terjebak dengan situs palsu yang bermaksud
mencuri data kita.
▪ Jika mendapat tautan (link) situs web melalui e-mail, pesan singkat, dan
sebagainya, yakinkan dulu jika link tersebut mengarah ke situs yang kita tuju.
Bukan ke situs palsu yang umumnya bermaksud untuk phising.
▪ Jika bermaksud install aplikasi baru di gawai atau komputer kita, perhatikan
akses yang diminta oleh aplikasi tersebut. Jangan sampai aplikasi tersebut
dapat mengakses data kita yang tidak dibutuhkan untuk penggunaan aplikasi
tersebut.
▪ Lakukan setting privasi di setiap akun media sosial yang kita gunakan.
Tentukan siapa yang bisa mengakses profil dan unggahan kita.

Sumber:
http://literasidigital.id/koleksi-buku-literasi-digital/
http://literasidigital.id/books/etika-dunia-siber/
http://literasidigital.id/books/privasi-perlindungan-data-pribadi/
http://literasidigital.id/books/bijakbersosmed-tips-dan-informasi-gerakan-bijak-
bersosmed/
http://literasidigital.id/books/media-sosial/
https://kumparan.com/@kumparanstyle/7-etika-menulis-e-mail-yang-perlu-kamu-
ketahui
39
http://turnbackhoax.id/
https://cekfakta.com/
http://literasidigital.id/books/kajian-dampak-media-sosial-bagi-anak-dan-remaja/
http://literasidigital.id/books/mengenal-hoaks/
https://tirto.id/clickbait-jebakan-judul-berita-yang-menipu-pembaca-cF7b
http://literasidigital.id/books/panduan-internet-untuk-orang-tua/
http://literasidigital.id/books/keamanan -siber-untuk-e-commerce/
http://literasidigital.id/books/internet-sehat-pedoman-berinternet-sehat-aman-
nyaman-dan-bertanggungjawab/

40

Anda mungkin juga menyukai