Anda di halaman 1dari 12

MEDIA SOSIAL

Berdasarkan Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menunjukkan bahwa


pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya
menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Berdasarkan data dari Webershandwick, perusahaan
public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, di wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna
Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai
perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan, dan di sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai
perangkat mobile per harinya.
Dilihat dari usia, rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun memiliki angka hingga lebih dari 80
persen pengguna internet di Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyatakan bahwa
media sosial sebagai yang paling sering diakses netizen. Tercatat 97,4 persen orang Indonesia mengakses
akun media sosial saat mengunakan internet. Banyak usia muda menggunakan internet sebagai sarana
hiburan seperti menonton film secara daring, memutar musik online, dan menonton olahraga online.
Berdasarkan laporan insight dari “we are social” dan Hootsuite tentang “Digital in 2018 in Southeast
Asia” yang dirilis Januari 20181, layanan media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah
YouTube, diikuti oleh Facebook.

Grafik 1: Layanan Media Sosial yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia


Akan tetapi, berdasarkan riset dari Tirto.id yang dilakukan tahun 2017 terkait Generasi Z 2, yaitu
generasi yang lahir dalam rentang tahun 1996 hingga 2010, layanan media sosial yang paling popular
digunakan adalah Instagram.

Grafik 2: Layanan Media Sosial yang Paling Banyak Digunakan Generasi Z di Indonesia

Pedoman Komunitas (Community Guidelines) di Media Sosial


1
Digital in 2018 in Southeast Asia: https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia-part-2-southeast-
86866464
2
(Visual Report) Masa Depan di Tangan Generasi Z: https://tirto.id/tirto-visual-report-masa-depan-di-tangan-generasi-z-ctMM
Pada bulan September 2011, beberapa perwakilan dari komunitas online dan penggiat internet di
Indonesia berkumpul di Jakarta untuk bersama mencoba merumuskan suatu acuan etika online yang dapat
digunakan oleh warganet di Indonesia. Hasil rumusannya adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kegiatan penggunaan internet dapat membantu mencari, mendapatkan, mengelola, dan
mendistribusikan banyak informasi yang positif dan bermanfaat bagi individu maupun masyarakat
luas.
b. Bahwa kegiatan penggunaan internet ternyata membuka peluang bagi diri sendiri terkena dampak
negatif ataupun menghadapi perkara dari pihak lain yang dirugikan atau merasa dirugikan.
c. Bahwa dampak negatif ataupun perkara yang timbul akibat penggunaan internet, dalam batas-batas
tertentu dapat diselesaikan secara musyawarah, namun seseorang tetap dapat terkena konsekuensi
hukum secara perdata dan/atau pidana.
d. Untuk itu maka kami, atas nama perwakilan organisasi atau komunitas berjejaring (network society)
dari berbagai kota di Indonesia bersepakat menyerukan kepada seluruh masyarakat luas pada
umumnya dan pengguna Internet pada khususnya, agar bijak dalam pengunaan Internet.

Pedoman Komunitas yang perlu diperhatikan oleh para pengguna media sosial.
a. Facebook atau Instagram
Dalam menggunakan Facebok dan Instagram, pedoman komunitas yang perlu diperhatikan:
(1) Hanya bagikan foto dan video yang anda ambil sendiri atau Anda berhak untuk
membagikannya.
(2) Menumbuhkan interaksi yang bermanfaat dan tulus. Hindari melakukan tindakan spam seperti
mengirimkan konten atau komentar berulang, mengumpulkan like atau follower dengan cara tidak
wajar, atau menghubungi orang berulang kali tanpa persetujuan mereka.
(3) Hormati anggota komunitas Instagram lainnya.
(4) Kirimkan foto dan video yang sesuai untuk beragam pemirsa. Instagram dan Facebook tidak
mengizinkan konten yang mengandung ketelanjangan serta pornografi dan sebagainya.
(5) Patuhi hukum. Perbuatan yang melanggar hukum juga tidak diperbolehkan di platform ini seperti
dukungan terhadap terorisme, penyebaran kebencian, menawarkan layanan seksual, jual beli
senjata api, konten pronografi anak, dan sebagainya.
(6) Berhati-hatilah saat mengirimkan acara yang layak diberitakan. Jangan mengunggah konten
yang memperlihatkan kekerasan berlebihan.
(7) Jagalah lingkungan media sosial yang sehat dengan tidak mendukung tindakan melukai diri
sendiri.

b. YouTube
Video yang diunggah di YouTube tidak boleh mengandung:
(1) Konten seksual atau ketelanjangan.
(2) Konten yang mengandung kebencian.
(3) Pelecehan dan cyberbullying.
(4) Ancaman.
(5) Privasi. Tidak boleh mengunggah informasi pribadi atau video tentang seseorang tanpa izin.
(6) Membahayakan anak. Tidak boleh mengunggah konten yang dapat membahayakan keselamatan
anak.
(7) Konten yang merugikan atau berbahaya.
(8) Konten kekerasan atau vulgar.
(9) Spam, metadata yang menyesatkan, dan scam. Jangan membuat deskripsi, tag, judul, atau
thumbnail yang menyesatkan untuk meningkatkan jumlah penayangan.
(10) Hak Cipta. Jangan mengunggah video yang bukan buatan Anda tanpa izin yang diperlukan.
(11) Peniruan Identitas. Akun yang terbukti meniru channel atau individu lain dapat dihapus
berdasarkan kebijakan peniruan identitas.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)


Indonesia telah memiliki undang-undang terkait pemanfaatan TIK yang salah satu tujuannya
adalah untuk memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
teknologi informasi.
Undang-Undang tersebut adalah UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Salah satu bagian dari UU ITE ini adalah terkait dengan perbuatan yang dilarang, knususnya
dalam pasal 27-29 yang terkait dengan konten.
Pada pasal 27, disebutkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan: melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan dan atau pencemaran
nama baik, pemerasan dan atau pengancaman.
Pasal 28 menyebutkan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik serta menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Pasal 29 yang menyebutkan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang
ditujukan secara pribadi.
Setiap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang tersebut dapat dipidana dengan pidana
penjara maksimal 4-6 tahun dan denda paling banyak Rp 750.000.000 — Rp 1.000.000.000. Oleh karena
itu perlu kehati-hatian para pengguna internet untuk dapat melakukan aktivitasnya di internet tanpa perlu
melanggar aturan hukum yang berlaku di Indonesia.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Bermedia Sosial


Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2017, mengeluarkan Fatwa MUI
tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah melalui Media Sosial. Dalam fatwa ini dinyatakan bahwa
setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial diharamkan untuk:
a. Melakukan ghibah, fitnah, namimah dan penyebaran permusuhan.
b. Melakukan bullying, ujaran kebencian dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras atau antar
golongan.
c. Menyebarkan hoax serta informasi bohong , meskipun dengan tujuan baik, seperti info tentang
kematian orang yang masih hidup.
d. Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang secara syar’i
e. Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat dan atau waktunya.

Etika Penggunaan E-mail


Etika menulis e-mail:
a. Tulis Subjek dengan Tepat dan Benar
Misalnya, 'Lamaran Pekerjaan Bagian Administrasi' atau 'Permohonan Penggantian Jadwal
Wawancara'. Tulis dengan huruf kapital di setiap katanya untuk menunjukkan bahwa e-mail bersifat
formal.
b. Gunakan Alamat E-mail yang Profesional
Jika ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, gunakan alamat e-mail yang
menunjukkan bahwa kita adalah orang yang profesional. Hindari penggunaan angka-angka atau
padanan kata yang sulit terbaca dalam sebuah e-mail.
c. Gunakan Salam Pembuka yang Sopan
Gunakan salam pembuka seperti "Dengan hormat" atau "Selamat Pagi" jika ingin menulis e-
mail dengan sifat yang lebih santai namun tetap santun.
d. Gunakan Tanda Baca dengan Tepat
Minimalisir penggunaan tanda seru dalam penulisan e-mail. Akhiri kalimat dengan tanda baca
'titik' dan jangan lupa sambungkan kalimat dengan 'tanda koma' yang bisa menyelaraskan maksud
dari tujuan kita menulis e-mail.
e. Gunakan Kata-kata yang Umum
Gunakan bahasa se-formal mungkin agar tak ada kesalahpahaman.
f. Koreksi Setiap Kalimat yang Ditulis
g. Tulis Alamat E-mail Tujuan di Sesi Terakhir
Sebaiknya tulis alamat e-mail tujuan di sesi terakhir setelah melengkapi berkas-berkas yang
diperlukan untuk melamar kerja atau mengajukan permohonan.
h. Cek Kembali Nama Orang yang Dituju
Untuk meyakinkan tulisan e-mail sudah benar dan sesuai standar etika penulisan e-mail, maka
cek kembali nama lengkap orang yang dituju. Jangan sampai salah dalam menulis nama orang yang
dituju, karena kesalahan yang dianggap kecil ini bisa berakibat fatal.

Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang
memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Beberapa ciri dari media sosial adalah
a. memungkinkan setiap orang untuk membuat akun,
b. adanya halaman profil untuk setiap pengguna yang menyajikan data pengguna,
c. fitur untuk membuat konten dan membagikannya,
d. interaksi dengan pengguna lain yang dapat dilakukan melalui memberi komentar dan tombol like,
e. adanya tanda waktu dari setiap postingan, dan lain-lain.

Jenis-jenis Media Sosial


Saat ini terdapat ratusan aplikasi media sosial yang ada di internet. Secara umum aplikasi-aplikasi
tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Jejaring Sosial, contoh: Facebook, Linkedin, Google+, Path, dan sebagainya
 Aplikasi Berbagi Gambar, contoh: Instagram, Flickr, Pinterest, Picassa, dan sebagainya
 Blogging, contoh: Blogspot, Wordpress, Tumblr dan sebagainya
 Micro-Blogging, contoh: Twitter
 Aplikasi Berbagi Video, contoh: YouTube, MeTube, Vimeo, dan sebagainya
 Kolaborasi, contoh: Wikipedia, Google Drive, SlideShare, dan sebagainya

Berdasarkan fitur dan kegunaannya, media sosial dapat dibagi menjadi delapan jenis, yaitu:
a. Relationship Networks
Contoh: Facebook, LinkedIn, dan Google Plus. Relationship Networks dapat dikatakan sebagai awal
mula media sosial menjadi booming. Jenis media sosial ini biasanya berisikan halaman profil yang
berguna untuk mengunggah foto, biodata, dan informasi lainnya mengenai pengguna.
b. Media Sharing Networks
Contoh: YouTube, Vimeo, Snapchat, dan Instagram. Jenis media sosial ini dibuat dengan tujuan
untuk saling berbagi informasi dan konten khusus antar pengguna misalnya foto atau video.
Pengguna bisa menggunakan fitur-fitur untuk mengedit konten mereka sebelum mengunggah dan
membagikannya ke orang lain (tag atau mention).
c. Online Reviews
Contoh: Yelp, Open Rice, Zomato, dan Trip Advisor. Media sosial jenis ini berbasis lokasi yang
menggunakan teknologi geolocation (geolokasi). Artinya, pengguna dapat menginformasikan sesuatu
berdasarkan lokasi atau geografis yang mereka tentukan beserrta dengan konten di dalamnya.
d. Forum Diskusi
Contoh: Kaskus, Stack Over Flow, dan Reddit. Forum diskusi merupakan salah satu jenis media
sosial perintis pada masa awal mula berkembangnya internet. Sebelum Facebook muncul, pengguna
internet bertemu dan saling berkomunikasi dalam forum diskusi.
e. Social Publishing Platforms
Contoh: Blog, Medium, dan Tumblr. Contoh media sosial ini adalah blog dan microblog untuk
membagikan artikel yang ditulis para pengguna. Social publishing platform bisa bersifat real time
maupun tidak.
f. Bookmarking Sites
Contoh: StumbleUpon, Pinterest, dan Flipboard. Media sosial ini memungkinkan pengguna untuk
mengumpulkan konten (teks, gambar, video, link) lalu menyimpannya dalam akun masing-masing.
Pengguna bisa menyimpan konten secara privat atau memberikan bebas akses untuk pengguna
lainnya.
g. Internet-based Network
Contoh: Facebook Groups, LinkedIn Groups, Google+ communities, dan lain-lain. Manfaat utama
media sosial adalah kemampuannya mempertemukan banyak orang dengan latar belakang yang sama
ataupun berbeda dalam sebuah jaringan (network).
h. E-Commerce
Contoh: Amazon, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Gojek, Shopee, dan lain-lain. E-Commerce adalah
bentuk media sosial yang memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi jual beli
menggunakan fitur yang ada.

Prinsip menggunakan media sosial :


THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary, Kind) dapat dijadikan prinsip dasar yang sederhana untuk
membantu kita menggunakan media sosial dengan cerdas.
(1) Is it true?
Apakah informasi atau konten yang diunggah atau akan dibagi adalah benar?
(2) Is it helpful?
Apakah informasi atau konten yang diunggah atau akan dibagi mengandung kebaikan dan
bermanfaat bagi orang lain.
(3) Is it illegal?
Apakah informasi atau konten yang diunggah atau akan dibagi adalah konten illegal atau
melawan hukum?
(4) Is it necessary?
Seberapa perlukah konten atau informasi tersebut? Dari skala 1 – 10, di manakah posisi konten
ini? Jika kurang dari 5, mari pikirkan ulang keputusannya. Ingatlah selalu, bahwa apapun yang
diunggah ke media sosial akan tetap berada di sana. Jejak digital akan selalu tercatat dan dapat
ditelusuri dengan mudah.
(5) Is it kind?
Apakah informasi atau konten yang diunggah atau akan dibagi hanya mencederai/menyakiti
perasaan orang lain?

Panduan dasar dalam menggunakan media sosial:


(1) Menjaga Privasi. Tidak dengan mudah memberikan informasi data diri di media sosial.
(2) Jaga Keamanan Akun. Membuat kata kunci yang cukup sulit untuk ditebak, dan mengubahnya
secara berkala.
(3) Menghindari Hoaks. Tidak mudah percaya dengan berita yang diterima sebelum melakukan
klarifikasi.
(4) Menyebarkan Hal yang positif. Tetaplah menyebarkan informasi-informasi positif, sekalipun di
media sosial yang sifatnya eksklusif.
(5) Gunakan Seperlunya. Tetap gunakan media sosial untuk membantu meningkatkan produktivitas
diri dan sadari diri jika telah mengalami ketergantungan.

Pantangan di media sosial:


(1) Memulai konflik.
(2) Cerita masalah pribadi.
(3) Mengejek orang lain dan menyebut namanya misalnya lewat tag dan mention. Membawa
permasalahan ke depan umum, adalah sikap yang kekanak-kanakan.
(4) Menjelekkan orang lain tanpa menyebut nama. Ada juga orang yang terbiasa menulis “no
mention”, tapi kemudian menjelek-jelekkan pihak tertentu. Orang lain akan melihat kita sebagai
orang yang hanya berani bicara di belakang.
(5) Berbagi foto pesta gila-gilaan.
(6) Bersikap terlalu ekstrem. Sah-sah saja jika kita punya pandangan agama dan politik tertentu.
Tapi bersikap terlalu ekstrem dengan mengagung-agungkan pendapat kita kemudian menjatuhkan
opini orang lain, sama saja merusak reputasi diri kita sendiri.

Tips Penggunaan Media Sosial


(1) Sesuaikan penggunaan media sosial dengan kebutuhan atau minat. Contoh, bagi yang
memiliki hobi fotografi atau membuat video, dapat menggunakan media sosial Instagram dan
YouTube. Atau bagi yang memiliki bisnis, dapat membuat Fans Page di Facebook.
(2) Supaya tidak menjadi candu, batasi penggunaan media sosial.
(3) Apabila kebiasaan untuk sekadar melihat laman home media sosial (Facebook, Twitter, dan
Instagram) sulit dihilangkan, cobalah alokasikan waktu luang singkat, seperti ketika berada
di kendaraan umum atau menunggu antrean untuk melakukan kebiasaan tersebut.
Dampak Penggunaan Media Sosial
Umur yang aman untuk mengakses media sosial 13 tahun ke atas. Pusat Kajian Komunikasi,
Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia bersama dengan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan FGD (Focus Group Discussion atau diskusi kelompok
terarah) mengenai dampak penggunaan media sosial bagi anak dan remaja. Berikut adalah rangkuman
dari hasil kajian yang telah dilakukan.
Manfaat Media Sosial
1. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari dan memperoleh informasi yang bersifat umum,
seperti informasi berita terkini, hiburan, seputar hobi, informasi mengenai dunia luar, dan lain-lain.
2. Anak dan remaja dapat dengan mudah mencari informasi terkait tugas dan pelajaran sekolah pada
media sosial.
3. Anak dan remaja dapat terhubung dengan mudah oleh keluarga dan teman yang berjarak jauh maupun
dekat.
4. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk memberikan informasi atau kabar terbaru
mengenai kejadian di sekitar.
5. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton video tutorial dan video musik di
YouTube.
6. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menonton film.
7. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan jual beli online.
8. Anak dan remaja menggunakan media sosial untuk melakukan promosi kegiatan sekolah mereka.

Pada sumber lain dikemukakan dampak positif media sosial yaitu:


1. Untuk menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar. Berperan untuk mempertemukan
kembali kerabat yang jauh dan sudah lama tidak bertemu.
2. Sebagai media penyebaran informasi. Informasi terkini sangat mudah menyebar melalui media sosial.
Hanya dalam beberapa menit setelah kejadian, kita bisa menerima informasi tersebut.
3. Memperluas jaringan pertemanan. Berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang
belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia.
4. Situs jejaring sosial membuat kita menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati.
5. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial. Belajar cara beradaptasi,bersosialisai
dengan publik dan mengelola jaringan pertemanan.
6. Sebagai media promosi dalam bisnis. Pengusaha kecil dapat mempromosikan produk dan jasanya
tanpa mengeluarkan banyak biaya.

Dampak Negatif Penggunaan Media Sosial


1. Terlalu banyak informasi yang diterima atau dikenal dengan too much information (TMI).
2. Dapat mengungkapkan terlalu banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka. Hal itu dapat
menyebabkan masalah seperti kerentanan terhadap cyberbullying.
3. Dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan. Pada tingkat adiksi yang berat membutuhkan
bantuan ahli untuk mengatasinya.
4. TMI mendorong potensi perilaku yang lain, yang disebut FOMO, Fear of Missing Out atau “takut
ketinggalan berita terkini”. FOMO ini mendorong anak dan remaja untuk terus mencari dan berbagi
informasi dari internet melalui media sosial. Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap
risiko predator online, pornografi, kekerasan, perundungan maya, invasi privasi, dan pencurian
identitas.
5. Menciptakan jarak antara anak dan keluarga..
6. Kesehatan anak dan remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan media sosial yang
berlebihan.

Panduan bagi Orang Tua, Keluarga, dan Guru tentang Perlindungan pada Anak dan Remaja
terkait Aktivitas Maya
1. Bantu anak-anak Anda memahami informasi apa yang seharusnya bersifat pribadi.
2. Kunjungi dan pelajari akun media sosial seperti yang dimiliki oleh anak Anda. Buatlah akun dan
gunakan ruang jejaring sosial yang dikunjungi anak-anak Anda. Biarkan mereka tahu bahwa Anda
berada di sana, dan bantulah mengajari mereka cara bertindak saat mereka bersosialisasi secara
online
3. Pelajari dan gunakan pengaturan privasi untuk membatasi siapa yang dapat mengakses dan
mengunggah di situs media sosial anak Anda.
4. Jelaskan bahwa anak-anak hanya boleh memposting informasi bahwa Anda dan mereka merasa
nyaman dengan orang lain. Dorong anak Anda untuk memikirkan bahasa yang digunakan di media
sosial, dan pikirkan sebelum mengunggah gambar dan video.
5. Ingatkan anak-anak Anda bahwa setelah mereka unggah informasi secara online, mereka tidak dapat
menghapusnya kembali. Selain internet menyimpan semua jejak maya penggunanya, satu platform
media sosial terhubung dengan platform sosial media yang lain. Bahkan jika mereka menghapus
informasi dari sebuah situs, versi yang lebih tua mungkin ada di komputer orang lain dan diedarkan
secara online.
6. Pahami dan mengetahui bagaimana aktivitas online anak Anda. Semakin banyak, anak-anak
mengakses internet melalui telepon seluler mereka. Cari tahu tentang batas yang bisa Anda
tempatkan pada ponsel anak Anda.
7. Bicaralah dengan anak-anak Anda tentang intimidasi. Perundungan maya dapat memiliki berbagai
bentuk, mulai dari menyebarkan rumor secara online dan mengirim atau meneruskan pesan pribadi
tanpa persertujuan dari pemilik atau pengirim asalnya sampai bentuk mengirim pesan yang
mengancam. Beritahu anak-anak Anda bahwa kata-kata yang mereka ketik dan gambar yang mereka
unggah dapat memiliki konsekuensi dunia nyata. Dorong anak-anak Anda untuk berbicara dengan
Anda jika mereka merasa menjadi target atau korban perundungan atau intimidasi. Setelah itu
laporkan langsung ke pihak berwajib dan situs jejaring sosial.
8. Bicaralah dengan anak-anak Anda tentang menghindari pembicaraan terkait seks secara online.
9. Jika Anda khawatir anak Anda terlibat dalam perilaku online berisiko, Anda dapat menelusuri media
sosial yang mereka kunjungi untuk melihat informasi yang mereka unggah. Coba cari dengan nama,
julukan, sekolah, hobi, kelas, atau area tempat tinggal Anda.

Hoax
Pada tahun 2017, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) melakukan survey terkait hoaks di
Indonesia. Dari hasil survey tersebut dapat dilihat bahwa saluran penyebaran hoaks paling besar berasal
dari media sosial serta aplikasi chatting, jauh lebih tinggi dibandingkan media penyebaran lainnya seperti
radio, media cetak, dan televisi. Hal ini memperlihatkan bahwa peran internet dalam penyebaran hoaks ini
sangatlah besar.

Sumber: Mastel, 2017


Survey tersebut juga mengungkapkan bahwa intensitas penerimaan hoaks dari para responden paling
tinggi adalah setiap hari (44,3% dari responden). Hal ini merupakan sesuatu yang cukup
mengkhawatirkan karena dapat dikatakan bahwa hoaks di Indonesia tersebar cukup masif.
Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar tapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Istilah hoaks, kabar bohong, menurut Lynda Walsh dalam buku “Sins Against Science”, merupakan
istilah dalam bahasa Inggris yang masuk sejak era industri, diperkirakan pertama kali muncul pada
1808. Asal kata “hoax” diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni “hocus” dari mantra
“hocus pocus”, frasa yang kerap disebut oleh pesulap, serupa “sim salabim”.
Alexander Boese dalam “Museum of Hoaxes” mencatat hoaks pertama yang dipublikasikan
adalah almanak (penanggalan) palsu yang dibuat oleh Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada
1709. Saat itu, ia meramalkan kematian astrolog John Partridge. Agar meyakinkan, ia bahkan
membuat obituari palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari kematiannya. Swift
mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan Partridge di mata umum. Partridge pun berhenti
membuat almanak astrologi hingga enam tahun setelah hoaks beredar.
Direktur Institute of Cultural Capital di University of Liverpool, Simeon Yates, dalam tulisan
“’Fake News’- Why People Believe It and What Can Be Done to Counter It” yang dimuat di
world.edu, menyebut ada fenomena gelembung, atau bubbles, dalam penggunaan media sosial.
Pengguna media sosial cenderung berinteraksi dengan orang yang memiliki ketertarikan yang
sama dengan diri sendiri. Dikaji dari studi kelas sosial, gelembung media sosial tersebut
mencerminkan gelembung “offline” sehari-hari.
Kelompok tersebut, kembali ke model lama, juga bertumpu pada opini pemimpin, mereka yang
memiliki pengaruh di jejaring sosial. Kabar bohong yang beredar di media sosial, menjadi besar
ketika diambil oleh situs kelompok tersebut, kembali ke model lama, juga bertumpu pada opini
pemimpin, mereka yang memiliki pengaruh di jejaring sosial.
Kabar bohong yang beredar di media sosial, menjadi besar ketika diambil oleh situs atau pelaku
terkemuka yang memiliki banyak pengikut. Kecepatan dan sifat media sosial yang mudah untuk
dibagikan, shareability berperan dalam penyebaran berita hoaks.

Motif Penyebaran Hoaks


(1) Uang. Terdapat situs-situs yang memprovokasi dan ketika kita masuk ke situs tersebut, maka
pembuat situs akan mendapatkan sejumlah uang setelah kita melakukan klik. Fenomena ini
dikenal pula dengan istilah clickbait. Fenomena clickbait mencuat dalam dunia digital khususnya
media online, tujuannya hanya satu untuk menarik pembaca atau warganet masuk ke sebuah situs
web dan mendulang apa yang disebut sebagai page view atau jumlah klik yang masuk.
(2) Politik. Politik menjadi salah satu faktor berkembangnya hoaks. Komite Litbang Mafindo
menemukan bahwa sepanjang tahun 2018 terdapat 997 hoaks dengan rata-rata 83 hoaks per
bulan. Dilihat dari topiknya, isu politik, SARA, dan bencana menjadi topik hoaks paling banyak
(3) Ideologi. Salah satu upaya untuk mengganti ideologi negara yang sah salah satunya melalui
penyebaran hoaks.
(4) Kebencian
(5) Iseng

Jenis-jenis Hoaks
Informasi yang bersifat hoaks dapat muncul dalam beragam bentuk, seperti tulisan, gambar atau
video. Berdasarkan survey Mastel (2017) hoaks yang paling sering diterima masyarakat Indonesia
adalah dalam bentuk tulisan.
Sementara itu, berdasarkan topiknya, ternyata hoaks seputar isu sosial politik paling banyak
diterima masyarakat, juga terkait SARA dan kesehatan.

Claire Wardle dari First Draft3, sebuah projek di bidang literasi media, mengelompokkan berita
bohong (mis dan disinformasi) dalam tujuh kategori berikut:
1. Satire atau Parodi
Informasi yang dibuat untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang, biasanya
disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Satir umumnya dibuat tanpa maksud untuk
mengelabui orang yang melihatnya karena hanya bersifat sindiran. Namun, bagi yang tidak
memahami gaya bahasa ini dapat terkecoh dan menganggap informasi yang dilihatnya sebagai
Sebuah kebenaran, terutama ketika yang menyampaikannya tidak secara jelas menyatakan bahwa
informasi tersebut satir.
2. Konten yang Menyesatkan
Penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu. Biasanya informasi ditampilkan
dengan menghilangkan konteksnya untuk menggiring persepsi publik agar sesuai dengan keinginan
pembuat informasi tersebut.
3. Konten Tiruan
Informasi yang dibuat mirip dengan aslinya dengan tujuan untuk mengelabui publik, seperti situs
web yang dipalsukan agar pengunjungnya tertipu dan menganggap situs tersebut adalah situs aslinya
4. Konten Palsu
Konten baru yang 100% salah, sengaja dirancang dan dibuat untuk mengelabui pembacanya.
5. Koneksi yang Salah
Ketika judul, gambar atau keterangan tidak mendukung konten yang sebenarnya. Salah satu
contohnya adalah metoda click bait, membuat judul atau gambar yang mengundang orang untuk
mengklik tautan yang tersedia dengan bentuk yang provokatif, menarik dan sensasional, padahal
kontennya sendiri tidak “seheboh” judulnya.
6. Konten yang Salah
Ketikan konten yang asli disampaikan dalam konteks yang salah, dimana sebuah informasi (tulisan,
gambar, atau video) yang benar ditempatkan dalam konteks yang tidak sesuai aslinya.
7. Konten yang Dimanipulasi
Informasi yang asli dimanipulasi dengan tujuan menipu. Bisa jadi hanya sekedar iseng, tetapi bisa
juga bertujuan untuk memprovokasi, menyebarkan propaganda, maupun untuk kepentingan politik.

Ciri-ciri Hoaks
3
Fake News. It’s Complicated: https://firstdraftnews.org/fake-news-complicated/
a. Tanda panah dan lingkaran merah. Biasanya hal ini dilakukan untuk memancing orang lain untuk
membaca atau menonton sebuah video yang sebetulnya tidak ada maknanya sama sekali.
b. Tidak mencantumkan nama penulis artikel. Website yang benar selalu mencantumkan nama
penulisnya dan info sosial medianya atau memberikan informasi mengenai website-nya.
c. Menggunakan unsur mencocok-cocokkan (“Cocoklogi”).
d. Menggunakan judul berita yang spektakuler. Website berita hoaks biasanya terkesan
menyembunyikan informasi pemilik dan penulis website-nya.
e. Menggunakan alamat website yang mirip dengan media besar. Penyebar berita bohong biasanya
menggunakan alamat website yang aneh seperti 1001beritaaneh.com, beritabooming.tk. atau meniru
nama media lain, seperti kompas.co.cc, tempo.ga, newskompass.com, dan lain-lain.

Cara Praktis Menghindari Berita Bohong atau Hoaks

 Situs yang dapat digunakan untuk memperkaya materi literasi digital:


 http://literasidigital.id/
 Situs untuk mengecek apakah informasi termasuk hoaks atau fakta:
http://turnbackhoax.id/ , https://cekfakta.com/
 Aplikasi Android untuk mengecek hoaks atau fakta: Hoax Buster Tools untuk
tutorial bisa mengunjungi: https://youtu.be/wyyq2IaN6rA

Konflik di Media Sosial


Berpendapat di media sosial merupakan hak setiap orang dan merupakan ciri demokrasi. Semua
orang, baik dari kalangan intelek, tidak berpendidikan, tua, muda, lelaki, perempuan, dan sebagainya
memiliki kebebasan berpendapat yang sama dan punya porsi yang tidak ditentukan karena semua
manusia adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Namun kebebasan berpendapat
sebaiknya dilandasi nilai dan norma, etika, musyawarah, toleransi, persatuan dan kesatuan, dan
kedamaian agar pendapat yang berbeda tidak memicu konflik, baik konflik pribadi maupun
masyarakat.

Kriminalitas di Media Sosial


a. Penipuan berkedok jual beli online.
b. Penculikan, pemerkosaan, penggelapan. Media sosial dapat menjadi perantara dalam
melakukan aksi kejahatan tersebut.
c. Prostitusi online.
d. Pembajakan akun media sosial. Pembajakan akun media sosial merupakan kejahatan cyber
sangat sering terjadi, butuh seseorang dengan keahlian IT yang sangat tinggi sekali untuk bisa
melakukan pembajakan akun media sosial ini dan targetnya pun tidak segan-segan. Tujuan
pembajakan akun media sosial ini biasanya untuk meminta tebusan sejumlah uang atau hanya
untuk mengambil alih akun media sosial tersebut sehingga pembajak bisa leluasa menebar
propaganda melalui akun media sosial yang berhasil mereka bajak.
e. Pencurian identitas
f. Cyberbullying (perundungan maya)
g. Pelecehan
h. Rasa panik atau cemas atau rendahnya rasa percaya diri atau gagap sosial
i. Adiksi media sosial dan game online ; adiksi atau kecanduan rentan dialami oleh anak-anak
yang bermain media sosial di berbagai platform termasuk bermain game online. Hal ini dapat
terjadi karena mekanisme kontrol (baik dari orang tua hingga negara) yang relatif lemah terhadap
aktivitas anak bermedia sosial atau bermain serta minimnya pilihan kegiatan alternatif yang
tersedia bagi anak dan remaja.

Upaya Minimalkan Dampak Produk TIK


1. Jaga Privasi Anak dalam Media Sosial
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengunggah foto anak:
 Jangan unggah foto anak tanpa busana
 Jangan mengunggah foto anak orang lain tanpa izin orang tua yang bersangkutan
 Jangan membagikan identitas anak untuk umum
 Jangan menggunggah foto anak yang memalukan, memperlihatkan kelemahan anak, ketakutan
yang akan bedampak pada kehidupannya kelak.
 Jangan memamerkan foto anak yang sedang sakit.
 Jangan mengunggah foto anak yang melakukan aktivitas tak lazim karena dapat memicu
kontroversi.

2. Lindungi Data Pribadi di Internet


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan data kita di internet.
Berikut beberapa di antaranya:
 Gunakan password yang sulit untuk akun-akun yang kita miliki di internet, misalnya akun email,
media sosial, aplikasi, toko online, dan sebagianya. Hindari password yang mudah ditebak seperti
tanggal lahir, nama pasangan, nama sekolah, dan sebagainya. Lakukan juga pergantian password
tersebut secara berkala (misalnya dua bulan sekali).
 Untuk setiap akun tersebut, lebih baik jika menggunakan password yang berbeda pula, sehingga jika
terdapat akun kita yang password-nya diretas, tidak akan membuat akun lainnya mudah diretas juga
 Jangan membagikan informasi, khususnya data pribadi, terlalu banyak di media sosial.
 Hargai privasi orang lain, jangan membagikan data pribadi orang tanpa seizin yang bersangkutan
 Hati-hati jika menggunakan Wi-Fi di tempat publik, jangan pernah membagikan data penting apalagi
melakukan transaksi keuangan (memasukkan data kartu kredit, melakukan kegiatan e-banking, dan
lain-lain) ketika gawai atau komputer kita terhubung dengan koneksi publik
 Perhatikan alamat URL dari situs yang kita kunjungi, termasuk ketika berbelanja online. Jangan
sampai terjebak dengan situs palsu yang bermaksud mencuri data kita.
 Jika mendapat tautan (link) situs web melalui e-mail, pesan singkat, dan sebagainya, yakinkan dulu
jika link tersebut mengarah ke situs yang kita tuju. Bukan ke situs palsu yang umumnya bermaksud
untuk phising.
 Jika bermaksud install aplikasi baru di gawai atau komputer kita, perhatikan akses yang diminta oleh
aplikasi tersebut. Jangan sampai aplikasi tersebut dapat mengakses data kita yang tidak dibutuhkan
untuk penggunaan aplikasi tersebut.
 Lakukan setting privasi di setiap akun media sosial yang kita gunakan. Tentukan siapa yang bisa
mengakses profil dan unggahan kita.

Anda mungkin juga menyukai