Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Singkat Media Sosial

Kelahiran media sosial erat dengan sejarah penemuan teknologi komputer, digitalisasi,
dan jaringan internet sebagai unsur-unsur pendukungnya. Sejak tahun 1940-an,
ilmuwan dan insinyur telah mulai mengembangkan teknologi super computer secara
intensif. Melalui super computer ini, diharapkan manusia dapat lebih terhubung.

Pada tahun 1969, untuk pertama kalinya hadir prototipe internet dengan oleh
perusahaan Advanced Research Projects Agency (ARPA). Bentuk dan teknologinya
pada masa itu masih berupa sebuah jaringan komputer yang kemudian diberi nama
ARPANET. Melalui ARPANET inilah lantas hadir cikal bakal terbentuknya jaringan
internet modern yang membuka ruang kehadiran media sosial.

Pada 1978, lahir embrio media sosial melalui penemuan sistem papan buletin
atau bulletin board system (BBS) oleh pencinta dunia komputer Ward Christensen dan
Randy Suess. BBS memungkinkan penggunanya untuk berhubungan dengan orang lain
melalui surat elektronik ataupun mengunggah dan mengunduh melalui perangkat lunak
yang tersedia saat itu. Keterhubungan ini menjadi awal terciptanya komunitas virtual
meski masih dalam lingkup terbatas dan konektivitas internet masih menggunakan
saluran telepon yang terhubung dengan modem.

Dari embrio ini, media sosial kian menunjukkan wujudnya dengan kemunculan situs
GeoCities pada 1995. GeoCities melayani web hosting yang digunakan untuk melayani
penyewaan penyimpanan data situs web agar dapat diakses dari mana pun. Tidak
hanya menjadi kemajuan terhadap media sosial, GeoCities juga merupakan tonggak
awal kelahiran situs web lainnya. Pada tahun yang sama, juga muncul
situs Classmates.com yang merupakan situs jejaring sosial terbatas pada lingkungan
orang-orang tertentu saja.

.
Pada 1997, kemajuan konektivitas tersebut diikuti dengan kelahiran situs Six Degree.
Melalui Six Degree pengguna dimungkinkan untuk membuat profil, menambah teman,
terhubung, dan mengirim pesan untuk pertama kalinya. Dengan kemampuan tersebut,
Six Degree disebut sebagai sistem jejaring sosial pertama karena lebih mampu
menawarkan kemampuan berjejaring sosial dibanding situs pendahulunya.

Kemajuan media sosial menjadi kian masif seiring kemunculan Google pada 1998
sebagai mesin pencari utama di internet dan tampilan indeks yang dimunculkan. Sejak
titik ini, laju perkembangan jejaring sosial begitu evolutif dari tahun ke tahunnya. Masing-
masing situs yang lahir menawarkan keunggulan, keunikan, dan segmentasi yang
bervariasi.

Evolusi pesat dimulai pada 1999 dengan kemunculkan situs yang dapat digunakan
untuk membuat blog pribadi, yakni blogger. Blogger memampukan penggunanya untuk
membuat halaman situs sendiri sehingga sesama pengguna bisa saling berbagai
informasi dan pendapat mengenai topik persoalan yang sedang hangat.
Pada 2001, muncul ensiklopedia daring dan terbesar di dunia yang terus berkembang
dan laris hingga saat ini, yakni Wikipedia. Berikutnya pada 2002, muncul Friendster
sebagai situs yang laris digunakan sebagai ruang pencarian pasangan. Melalui
keterhubungan di jaringan maya Friendster, anak muda sebagai pengguna terbesarnya
akan menindaklanjuti dengan pertemuan fisik langsung. Friendster begitu fenomenal
sehingga kehadirannya segera diikuti oleh ragam situs sosial interaktif lainnya.

Pada 2003, muncul media sosial LinkedIn yang secara spesifik menjadi ruang bertukar
informasi pekerjaan. Pada tahun yang sama, lahir pula MySpace sebagai situs jejaring
sosial yang begitu mudah digunakan. Hingga akhir 2005, Friendster dan MySpace
berkembang menjadi situs jejaring sosial yang paling diminati.

Tahun 2004 identik dengan kelahiran Flickr dan Facebook. Sementara yang pertama
disebutkan menjadi situs berjejaring yang memampukan para penggunanya
mengunggah foto dan video, yang terakhir disebutkan lantas berkembang menjadi
raksasa media sosial hingga saat ini. Facebook dibuat oleh Marx Zuckerberg di
Cambridge, Massachusetts dan diperkenalkan pada dunia di tahun tersebut. Pada 2005,
juga lahir raksasa media sosial YouTube sebagai wadah terbesar untuk membagikan
konten video.

Sejak itu, berbagai media sosial populer terus bermunculan, termasuk Path, Twitter,
hingga Instagram. Tidak hanya lahir, media-media sosial ini juga mengalami
perkembangan kemampuan, jenis, karakter, hingga fungsionalitas. Kemampuannya
menjadi kian canggih dengan alogoritma yang kompleks. Variasi media sosial pun kian
beragam, mulai dari jejaring sosial, blog, juga layanan berbagi media (media sharing)

Fungsi media sosial berkembang, tidak hanya sebagai media interaksi penghubung
antar individu layaknya fungsi perdananya pada 1978 lalu. Sebagai contoh, media sosial
telah menjadi saluran pemasaran untuk menarik minat pasar tentang produk atau jasa
yang ditawarkan. Dalam bidang akademik, media sosial juga menjadi objek analisis
kontemporer yang mencerminkan cara pandang dan kecenderungan masyarakat.

Selain itu, melampaui fungsi bercakap biasa, media sosial juga telah menjadi ruang
membangun citra diri. Para politisi menggunakan media sosial untuk mengampanyekan
pemikiran, ide, profil dirinya, serta mempertontonkan kunjungan-kunjungan ke
masyarakat. Orang muda menggunakan media sosial untuk menunjukkan capaian diri
dan memamerkan gaya hidup.
Prinsip dalam Etika Bermedia Sosial
Etika bermedia sosial merujuk pada norma-norma dan perilaku yang diharapkan
dari pengguna saat berinteraksi di platform media sosial.

Saat menggunakan media sosial, penting untuk menjaga sikap yang menghormati
orang lain, berperilaku sopan, serta mempertimbangkan akibat dari setiap tindakan
yang dilakukan.

Berikut adalah beberapa prinsip etika bermedia sosial yang dapat diikuti:

1. Menghormati Orang Lain

Hindari menghina, mengancam, atau merendahkan orang lain dalam setiap bentuk
komunikasi di media sosial.

Jangan menyebarluaskan informasi pribadi atau foto tanpa izin dari orang yang
bersangkutan.

2. Berbicara secara Sopan dan Tidak dengan Kebencian

Gunakan bahasa yang santun dan sopan dalam setiap postingan, komentar, atau
pesan.

Hindari kata-kata kasar, cacian, atau menyebarkan kebencian.

3. Jangan Menyebarkan Informasi Palsu

Pastikan informasi yang dibagikan di media sosial adalah benar dan telah
diverifikasi.Hindari menyebarkan kabar bohong atau hoax yang dapat
menyebabkan kebingungan dan ketidakpastian.

4. Hormati Privasi Orang Lain

Jangan mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa izin.

Jika ingin membicarakan seseorang, lakukan dengan baik dan secara konstruktif,
jika memang perlu. Atau lebih baik bicarakan secara pribadi dengan orang
tersebut.

5. Jangan Lakukan Bullying atau Pelecehan

Jangan mengintimidasi, menyakiti perasaan, atau menyebabkan ketidaknyamanan


pada orang lain. Hormati perbedaan pendapat dan hargai keberagaman.
6. Berpikir Sebelum Memposting

Pertimbangkan akibat dari setiap postingan atau komentar yang dibagikan.

7. Batasi Penggunaan Informasi Pribadi

Hindari memberikan informasi pribadi yang sensitif di media sosial. Selalu periksa
dan atur pengaturan privasi akun untuk melindungi informasi pribadi.

8. Transparansi dan Keaslian

Individu dan organisasi harus transparan tentang identitas, afiliasi, dan minat
mereka saat terlibat dengan orang lain di platform media sosial.

Pengguna platform media sosial harus asli dan menghindari terlibat dalam perilaku
yang menipu atau manipulatif .

9. Hargai Hak Cipta dan Sumber Informasi

Jangan menggunakan materi yang dilindungi hak cipta tanpa izin atau memberikan
kredit yang pantas pada sumber informasi yang dikutip.

10. Melakukan Tanggung Jawab Sebagai Pengguna

Sebagai pengguna media sosial, kita semua bertanggung jawab untuk


menciptakan lingkungan yang positif, mendukung, dan bermanfaat.

Mematuhi etika bermedia sosial ini sangat penting untuk membangun kepercayaan
dan kredibilitas dengan audiens dan memastikan bahwa platform media sosial
tetap menjadi ruang yang aman untuk semua pengguna.
Perbuatan yang Dilarang UU ITE
UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan secara rinci apa saja perbuatan
yang dilarang. Bagi mereka yang melanggar UU ITE berpotensi mendapat
hukuman berupa denda hingga kurungan penjara. Berikut beberapa perbuatan
yang dilarang UU ITE:

1. Menyebarkan Video Asusila


Perbuatan pertama yang dilarang dalam UU ITE adalah orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Ini diatur dalam pasal 27 ayat
(1) UU ITE.

Setiap orang yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27


ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2. Judi Online
Selanjutnya, pasal 27 ayat (2) UU ITE memuat larangan perbuatan yang
bermuatan perjudian. Hukuman untuk mereka yang melanggar adalah dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Pencemaran Nama Baik


Pasal 27 ayat (3) UU ITE juga mengatur tentang pencemaran nama baik. Pelaku
yang dijerat dengan pasal ini bakal dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh
juta rupiah). Selanjutnya pada revisi UU No. 19 Tahun 2016, dijelaskan bahwa
ketentuan pada pasal 27 ayat (3) merupakan delik aduan.

4. Pemerasan dan Pengancaman


Orang yang melakukan pemerasan dan pengancaman juga berpeluang dijerat
pasal 27 ayat (4) UU ITE. Hukumannya adalah dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
5. Berita Bohong
Berita bohong juga dilarang dalam pasal 28 ayat (1) UU ITE yang berbunyi
bahwa setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik.

Bagi para pelaku penyebar berita bohong bakal dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

6. Ujaran Kebencian
Orang yang menyebarkan informasi dengan tujuan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) juga merupakan
perbuatan yang dilarang dalam pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Hukuman pelaku ujaran kebencian sebagaimana dijelaskan pada pasal 28 ayat


(2) adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

7. Teror Online
Pada pasal 29 UU ITE mengatur perbuatan teror online yang dilarang. Pasal ini
bakal menjerat setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.

Hukuman bagi pelaku teror online yang bersifat menakut-nakuti orang lain
dengan adalah pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Perbuatan Lain yang Dilarang UU ITE


1. Mengakses, mengambil, dan meretas sistem elektronik milik orang lain
dengan cara apapun (pasal 30)
2. Melakukan intersepsi atau penyadapan terhadap sistem elektronik milik
orang lain dari publik ke privat dan sebaliknya (pasal 31)
3. Mengubah, merusak, memindahkan ke tempat yang tidak berhak,
menyembunyikan informasi atau dokumen elektronik, serta membuka
dokumen atau informasi rahasia (pasal 32)
4. Mengganggu sistem elektronik (pasal 33)
5. Menyediakan perangkat keras atau perangkat lunak, termasuk sandi
komputer dan kode akses untuk pelanggar larangan yang telah disebutkan
(pasal 34)
6. Pemalsuan dokumen elektronik dengan cara manipulasi, penciptaan,
perubahan, penghilangan, dan pengrusakan (pasal 35).

Anda mungkin juga menyukai