Anda di halaman 1dari 16

Kestabilan Ketahanan Nasional dari Spektrum

Ancaman di Era Global melalui Konsep Astagatra


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan negara yang
dilewati oleh garis katulistiwa yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah,
beragam kebudayaan, adat istiadat, suku, ras, bahasa dan lain-lain.
Modern ini kita tengah berada dalam era global, fenomena ini menjadi suatu
kemudahan untuk sharing apapun antar negara namun, kemudahan ini juga
sertamerta membawa suatu ancaman karena disisi lain globalisasi adalah tantangan
bagaimana negara kita yang archipilago ini untuk tetap terintegrasi dan tidak mudah
terintervensi dari pihak lain.
Karena tidak bisa dipungkiri globalisasi bukan sekedar mudahnya masuk
budaya asing, lebih dari itu. Arus ini menerjang multi dimensi sisi kehidupan bangsa,
ekonomi, politik bahkan samapi keideologi menjadi sasaran empuk untuk diterjang
oleh globalisasi ini apabila Indonesia tidak siap menerimanya. Kesiapan suatu negara
menerima globalisasi ini bukan merupakan pertanyaan yang perlu ditunggu
jawabannya apalagi pilihan dalam jawabannya, karena hakikatnya jawabannya cuma
satu, yaitu harus siap.
2017, globalisasi bukan hal baru telah lebih 3 tahun kita lewati fenomena ini.
Kenyataan normatif kita masih tetap terintegrasi, ketahanan nasional kita masih
sanggup membawa indonesia berdiri dikaki sendiri. Namun era global bukan
sebentar, ini akan terus berkembang meluas bermetamorfosis dan semakin deras
tentunya. Bukan sekedar multi dimensi yang akan mulai goyah, namun kestabilan
ketahanan nasional Indonesia akan diuji untuk menghadapi spektrum dari fenomena
ini, sehingga tentunya diperlukan strategi atau semacam imun untuk bangsa guna
menjaga kestabilan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertulis diatas, maka penyusun dapat
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk tantangan spektrum globalisasi bagi ketahanan nasional ?
2. Bagaimana Strategi yang diperlukan untuk menjaga kestabilan ketahanan
nasional ?
3. Bagaimana korelasi Astagatra menjadi strategi yang diperlukan dalam menjaga
kestabilan ketahanan nasional ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penulisan
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bentuk tantangan spektrum globalisasi bagi ketahanan nasional.
2. Mengetahui apa strategi yang diperlukan untuk menjaga kestabilan ketahanan
nasional.
3. Mengetahui korelasi Astagatra dengan Ketahanan Nasional NKRI di masa saat
ini.
4. Dapat mengkaji lebih jauh kondisi riil Indonesia dari strategi Ketahanan
Nasionalnya, bukan hanya berdasarkan opini publik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional menurut Lembaga Ketahanan Nasional adalah
kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan
baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri langsung atau tidak langsung
yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
Istilah ketahanan nasional sudah dikenal sejak awal tahun 1960-an. Pada
saat itu ketahanan nasional belum diberi definisi tertentu dan belum disusun dalam
suatu konsepsi yang lengkap. Pada waktu itu istilah ketahanan nasional dipakai
dalam rangka pembahasan masalah pembinaan teritorial atau masalah pertahanan
keamanan pada umumnya. Definisi Lemhannas tentang Ketahanan Nasional baru
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1967.
Ketahanan Nasional sebagai pendekatan/metode/cara menjalankan suatu
kegiatan khususnya pembangunan negara. Sebagai suatu pendekatan, ketahanan
nasional menggambarkan pendekatan yang integral. Integral dalam arti
pendekatan yang mencerminkan antara segala aspek atau isi, baik pada saat
membangun maupun pemecahan masalah kehidupan.

B. Tantangan Spektrum Globalisasi Terhadap Ketahanan Nasional


Globalisasi menurut John Huckle merupakan suatu proses kejadian,
keputusan, dan kegiatan satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang
signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah jauh lainnya.
Menurut Robert Cox, karakteristik globalisasi adalah kecenderungan
menyatunya internasionalisasi produksi, pembagian kerja internasional yang baru,
perpindahan penduduk dari selatan ke utara lingkungan kompetitif baru yang
mempercepat proses itu dan internasionalisasi negara, membuat negara sebagai
agen globalisasi baru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa globalisasi ini merupakan proses mendunianya
segala aspek kehidupan, baik sebagai individu maupun berbangsa dan bernegara.
Globalisasi awalnya telah muncul sejak abad ke-15, ketika armada Spanyol dan
Portugis mengarungi samudera, untuk mendirikan koloni-koloni, serta
memborong rempah-rempah untuk diperdagangkan di Eropa. Di abad ke-21 ini
globalisasi mulai menampakkan eksistensinya kembali dengan definisi dan arti
yang berbeda dengan kemunculannnya di abad 15 itu. Globalisasi di zaman
modern ini diawali tahun 2011 dimana amerika menandatangani perjanjian
bilateral dengan korea berkaitan tentang pasar bebas antar negara tersebut, hal ini
lah yang mengilhami kebebasan pasar dirasakan semua belahan dunia, termasuk
Indonesia merasakan fonemena ini.
Banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya
globalisasi ini, mulai terkenalnya pasar barang Indonesia di dunia, wisatawan
mancanegara yang mulai banyak mendatangi Indonesia, dan banyak lagi
keuntungan-keuntungan yang dirasakan tak terkecuali dibidang psikis yaitu etos,
semangat kerja masyarakat indonesia semakin hari semakin berorientasi global.
Namun disisi lain, Indonesia dengan 200juta lebih penduduknya, belum
mampu siap secara keseluruhan menerima keuntungan-keuntungan dari fenomena
ini. Mengapa demikian masih banyak masyrakat indonesia yang belum mengerti
internet, dimana internet ialah nafas dari globalisasi. Kemudian filterisasi tentang
hal-hal yang dengan bebas masuk ke Indonesia pun belum diperkuat sehingga ini
menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mengahadapi ini.
Tantangan ini menjadi titik lemah tersendiri yang membawanya menjadi
suatu bentuk ancaman, kurangnya filterisasi membuat berbagai macam hal dengan
mudah masuk ke Indonesia, penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri yang sulit
dibendung, yang mempengaruhi nilai-nilai di Indonesia. Kemajuan teknologi
informasi mengakibatkan dunia menjadi kampung global yang interaksi
antarmasyarakat berlangsung dalam waktu yang aktual. Yang terjadi tidak hanya
transfer informasi, tetapi juga transformasi dan sublimasi nilai-nilai luar secara
serta merta dan sulit dikontrol. Akibatnya, terjadi benturan peradaban, yang
lambat-laun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin terdesak oleh nilai-
nilai individualisme. Fenomena lain yang juga terjadi adalah konflik vertikal
antara pemerintah pusat dan daerah, di samping konflik horizontal yang
berdimensi etno-religius, yang keduanya masih menunjukkan potensi yang patut
diperhitungkan.
Ancaman berdimensi teknologi informasi adalah munculnya kejahatan
yang memanfaatkan kemajuan Iptek tersebut, antara lain kejahatan siber, dan
kejahatan perbankan. Kondisi lain yang berimplikasi menjadi ancaman adalah
lambatnya perkembangan kemajuan Iptek di Indonesia sehingga ketergantungan
teknologi terhadap negara-negara maju semakin tinggi. Ketergantungan terhadap
negara lain tidak saja menyebabkan Indonesia menjadi pasar produk-produk
negara lain, tetapi lebih dari itu, sulit bagi Indonesia untuk mengendalikan
ancaman berpotensi teknologi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk
melemahkan Indonesia.
Kemajuan global sebenarnya tidak dimaksudkan berdampak negatif bagi
manusia. Dampak negatif yang kemudian dipersepsi sebagai ancaman hakekatnya
merupakan kelebihan dari pengaruh gejala global tersebut.
Globalisasi yang dipicu oleh kemajuan di bidang teknologi komunikasi,
transportasi dan perdagangan berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia dan
bangsa di segala bidang. Malcolm Waters menyebut ada 3 (tiga) tema atau
dimensi utama globalisasi, yaitu : economic globalization , political globalization
dan cultural globalization. Economic globalization atau globalisasi ekonomi
ditunjukkan dengan tumbuhnya pasar uang dunia, zona perdagangan bebas,
pertukaran global akan barang dan jasa serta tumbuhnya korporasi internasional.
Political globalization atau globalisai politik ditandai dengan digantikannya
organisai internasional dan munculnya politik global. Cultural globalization atau
globalisasi budaya ditandai dengan aliran informasi, simbol dan tanda ke seluruh
bagian dunia (Kalijernih, 2009:40). Pendapat lain mengatakan bahwa aspek
globalisasi, meliputi : economic, cultural dan environmental yang memiliki
implikasi penting bagi suatu negara bangsa (Kate Nash, 2000 : 95).
Masing masing dimensi tersebut membawa pengaruh bagi suatu bangsa.
Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik ialah semakin menguatnya
pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara berkembang, yang
ditandai oleh menguatnya ide kebebasan dan demokrasi. Pengaruh globalisasi
terhadap bidang politik, antara lain maraknya internasionalisasi dan penyebaran
pemikiran serta nilai-nilai demokratis, termasuk di dalamnya masalah hak asasi
manusia (HAM).
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya
kapitalisme dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya
perusahaan-perusahaan transnasional yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas
negara. Selanjutnya juga akan semakin ketatnya persaingan dalam menghasilkan
barang dan jasa dalam pasar bebas.
Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi pasar yang lebih bebas untuk
mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi modal, membuat
keuntungan dan manajemen yang rasional. Ini semua menuntut adanya
mekanisme global baru berupa struktur kelembagaan baru yang ditentukan oleh
ekonomi raksasa.
Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai
dari peradaban lain. Hal ini berakibat terjadinya erosi nilai-nilai sosial budaya,
atau bahkan jati diri suatu bangsa. Pengaruh ini semakin lancar sejalan dengan
pesatnya kemajuan teknologi media informasi dan komunikasi seperti televisi,
komputer, satelit, internet, dan sebagainya. Masuknya nilai budaya asing akan
membawa pengaruh pada sikap, perilaku dan kelembagaan masyarakat.
Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya yang mampu
mensosialisasikan budaya nasional sebagai jati diri bangsa.
Globalisasi juga berdampak terhadap aspek pertahanan dan keamanan
negara. Menyebarnya perdagangan dan industri di seluruh dunia akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan yang dapat
mengganggu keamanan bangsa. Globalisasi juga menjadikan suatu negara perlu
menjalin kerjasama pertahanan dengan negara lain, seperti : latihan perang
bersama, perjanjian pertahanan dan pendidikan militer antar personel negara. Hal
ini dikarenakan ancaman dewasa ini bukan lagi bersifat konvensional, tetapi
kompleks dan semakin canggih. Contohnya ialah : ancaman terorisme,
pencemaran udara, kebocoran nuklir, kebakaran hutan, illegal fishing, illegal
logging dan sebagainya.
Gejala global menghadirkan fenomena-fenomena baru yang belum pernah
dihadapi oleh negara bangsa sebelumnya. Fenomena baru itu misalnya, hadirnya
perusahaan multinasional, semakin luasnya perdagangan global, dan persoalan
lingkungan hidup. Di tengah era global, negara dan bangsa dewasa ini akan
berhadapan dengan fenomena-fenomena antara lain ;
a. Menguatnya identitas lokal atau etno nationalism
b. Berkembangnya ekonomi global
c. Munculnya lembaga-lembaga transnasional
d. Disepakatinya berbagai hukum internasional
e. Munculnya blok-blok kekuatan
f. Pertambahan populasi dan meningkatnya arus migrasi
g. Munculnya nilai-nilai global
h. Kerusakan lingkungan hidup

C. Strategi Yang Diperlukan Untuk Menjaga Kestabilan Nasional


Setelah mengetahui bentuk-bentuk tantangan yang telah dijabarkan
dalam subbab sebelumnya, penulis merangkumnya dalam berbagai lapisan
dimensi ancaman di Era global ini, yaitu sebagai berikut.
a) Dimensi Ekonomi
b) Dimensi Politik
c) Dimensi Sosial Budaya
d) Dimensi Teknologi Informasi
e) Dimensi Keselamatan Umum
Secara garis besar kelima dimensi itu menggambarkan multidimensi dari
ancaman di Era Global, multi dimensi ini selanjutnya akan dibahas sebagai suatu
spektrum ancaman di Era Global ini.
Spektrum ini tentunya sedari awal telah menerjang Indonesia, namun
hingga saat ini Indonesia masih tetap terintegrasi, tetap merdeka, dan masih
melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun kita tidak boleh lengah
dengan hal-hal kecil seperti Hacker, penyadapan, dan kejahtan cyber, ini
merupakan fenomena kecil akibat era global yang tengah marak saat sekarang ini
dan hal ini diakui oleh lembaga pertahanan negara, kemudahan mengakses
jaringan internet dalam perkembangan teknologi informasi saat ini, harus
diwaspadai ancaman yang tak hanya menghantui orang per orang tetapi juga
simbol-simbol kenegaraan. Kementerian Pertahanan suatu negara kerap menjadi
sasaran untuk diserang karena menyimpan berbagai informasi penting yang setiap
saat diintip oleh pihak lawan.
Jaringan yang terhubung antara komputer di seluruh dunia melalui internet
biasanya terpusat di Amerika Serikat sehingga negara adidaya itu dapat dengan
mudah mendapat informasi dari negara-negara lain. Terlebih internet pertama kali
memang dikembangkan di AS dan kini dipakai di seluruh dunia.
Hal yang perlu diingat pula adalah mengakses data melalui internet rentan
dengan penyadapan atau peretasan dari pengguna jaringan internet yang tidak
bertanggung jawab. Jaringan internet juga bisa dipakai untuk mematai-matai
negara lain selain digunakan untuk propaganda.
Untuk itu kesiapan Indonesia menangkal berbagai ancaman di dunia maya
menjadi keniscayaan. Meskipun menurut Menteri Pertahanan ancaman serius
terhadap kedaulatan melalui dunia maya belum tampak namun kewaspadaan
merupakan hal mutlak untuk mempersiapakan hal-hal yang akan terjadi dimasa
depan.
Dari penjabaran tersebut diatas, strategi hebat yang perlu diambil oleh
Indonesia untuk menghadapi ini semua adalah langkah konsistensi menjaga
kestabilan nasional, konsistensi yang perlu ditekan kan disini adalah konsistensi
dari semua pihak, karena sebagai bangsa yang terintegrasi kita semua
berkesinambungan.
Tidak perlu doktrin baru yang perlu dilakukan atau diterapkan di negara
archipelago ini, Indonesia telah punya suatu wawasan nasional yang hanay perlu
ditegakkan kembali di amalkan dihayati dengan konsisten yang tinggi.
D. Astagatra
Unsur-unsur yang berkaitan erat dengan ketahanan nasional itulah yang
disebut “Astagatra” (8 aspek kehidupan) merupakan gabungan dari aspek trigatra
dan pancagatra yang mana antara keduanya terdapat hubungan yang bersifat
timbal-balik. Unsur-unsur tersebut dianggap mempengaruhi negara dalam hal
mengembangkan kekuatan nasionalnya untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan.
Dalam praktiknya kondisi ketahanan nasional dapat kita ketahui melalui
pengamatan atas delapan gatra yang sudah disebutkan diatas. Sedangkan
lemah/menurunnya tingkat ketahanan nasional akan menurunkan kemampuan
bangsa dalam menghadapi ancaman kekuatan yang terjadi.

E. PENJELASAN TIAP UNSUR ASTAGATRA


Telah dijelaskan sebelumnya Astagatra merupakan gabungan 2 Gatra yaitu Tri
Gatra dan Panca Gatra. Tri Gatra merupakan gatra mengenai kependudukan,
wilayah dan sumber daya, sedangkan Panca Gatra merupakan gatra mengenai
Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Keamanan. Berikut merupakan
penjelasan penjabaran dari setiap gatra.
1. TRIGATRA
1.1 Gatra Penduduk
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional
negara yang bersangkutan. Faktor yang bersangkutan dengan penduduk
negara meliputi dua hal berikut.
a. Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, ketrampilan, etos kerja,
dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan,
persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah.

1.2 Gatra Wilayah


a. Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional Negara. Adapun
hal yang terkait dengan wilayah Negara meliputi:
b. Bentuk wilayah Negara dapat berupa Negara pantai, Negara
kepulauan, dan Negara kontinental.
c. Luas wilayah Negara; ada Negara dengan wilayah luas dan Negara
dengan wilayah sempit (kecil).
d. Posisi geografis, astronomis, dan geologis Negara.
e. Daya dukung wilayah Negara; ada wilayah yang habitable dan ada
wilayah yang unhabitable.

1.3 Gatra Sumber Daya


Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen
ketahanan nasional, meliputi:
a. Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup
sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang.
b. Kemauan mengeksplorasi sumber daya alam.
c. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa
depan dan lingkungan hidup.
d. Kontrol atas sumber daya alam.

2. PANCA GATRA
2.1 Gatra Bidang Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang
memberikan motivasi. Ideology juga mengandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa dan Negara. Ideologi
mendukung ketahanan suatu bangsa oleh karena ideologi bagi suatu
bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu:
a. Sebagai tujuan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang
bersangkutan, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu
menjadi cita-cita yang hendak dituju.
b. Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, atinya
masyarakat yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan
ideologi sebagai milik bersama dan menjadikannya bersatu.
2.2 Gatra Bidang Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang
digunakan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Kehidupan politik dapat
dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang memberikan
input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai output. Sistem politik
yang diterapkan dalam suatu negara sangat menentukan kehidupan politik
di negara yang bersangkutan.
Upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang politik
adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran dan
masukan berdasarkan Pancasila yang merupakan pencerminan dari
demokrasi Pancasila.

2.3 Gatra Bidang Ekonomi


Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan
masyarakat dalam mengelola faktor produksi dan distribusi barang dan
jasa untuk kesejahteraan rakyat. Upaya meningkatkan ketahanan ekonomi
adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi dan kelancaran barang dan
jasa secara merata ke seluruh wilayah negara. Upaya untuk menciptakan
ketahanan ekonomi adalah melalui sistem ekonomi yang diarahkan untuk
kemakmuran rakyat. Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight
liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli.
Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan selaras
antarsektor. Pembangunan ekonomi dilaksanakan bersama atas dasar
kekeluargaan.
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus dilaksanankan secara
selaras dan seimbang antarwilayah dan antarsektor.
Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan
kemandirian ekonomi. Ketahanan di bidang ekonomi dapat ditingkatkan
melalui pembangunan nasional yang berhasil, namun tidak dapat
dilupakan faktor-faktor non-teknis dapat mempengaruhi karena saling
terkait dan berhubungan.

2.4 Gatra Bidang Sosial Budaya


Istilah social budaya mencakup dua segi utama kehidupan bersama
manusia, yaitu segi social dimana manusia harus mengadakan kerja sama
demi kelangsungan hidupnya dan segi budaya yang merupakan
keseluruhan tata nilai dan ara hidup yang manifestasinya tampak dalam
tingkah laku dan hasil tingkah laku yng terlembagkan.
Masyarakat membentuk pola budaya dengan satu aau beberapa
focus budaya, misalnya nilai utama yang mengintegrasikan semua unsure
kebudayaan menjadi satu konfigurasi cultural, focus budaya dapat berupa
nilai dan norma religious, ekonomis dan nilai social cultural lain, seperti
ideology modern, ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.5 Gatra Bidang Ketahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya
paya seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan
Negara demi kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pertahanan dan keamanan NKRI dilakukan dengan menyusun,
mengerahkan, dan menggerakkan seluruh potensi nasional, termasuk
kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan nasional secara
terintegrasi dan terkoordinasi.
Ketahanan di bidang keamanan adalah ketangguhan suatu bangsa
dalam upaya bela negara, di mana seluruh IPOLEKSOSBUDHANKAM
disusun, dikerahkan secara terpimpin, terintegrasi, terorganisasi untuk
menjamin terselenggaranya Sistem Ketahananan Nasional. Prinsip-prinsip
Sistem Ketahanan Nasional antara lain adalah sebagai berikut.
1) Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
2) Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila,
landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan
nusantara.
3) Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang
melibatkan segenap potensi dan kekuatan nasional.
4) Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan
dan keamanan nasional (Sishankamnas) dan sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

F. KORELASI ANTAR GATRA DAN ASTAGATRA


Antara trigatra dan pancagatra serta antargatra itu sendiri terdapat hubungan
timbal balik yang erat yang dinamakan korelasi dan interdependensi yang artinya
adalah sebagai berikut.
1) Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada kemampuan bangsa dan
negara di dalam mendayagunakan secara optimal gatra alamiah (trigatra) sebagai
modal dasar untuk penciptaan kondisi dinamis yang merupakan kekuatan dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional (pancagatra).
2) Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, yaitu suatu tatanan yang
utuh, menyeluruh dan terpadu, di mana terdapat saling hubungan antar gatra di
dalam keseluruhan kehidupan nasional (astagatra).
3) Kelemahan di salah satu gatra dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan
mempengaruhi kondisi secara keseluruhan sebaliknya kekuatan dari salah satu
atau beberapa gatra dapat didayagunakan untuk memperkuat gatra lainnya yang
lemah, dan mempengaruhi kondisi secara keseluruhan.
4) Ketahanan nasional Indonesia bukan merupakan suatu penjumlahan ketahanan
segenap gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan yang integratif dari
kondisi-kondisi dinamik kehidupan bangsa di bidang-bidang ideologi, politik,
ekonomi, social budaya, pertahanan dan keamanan..
Antara Gatra Ekonomi dengan Gatra Ideologi, Politik, Sosial Budaya,
Pertahanan dan Keamanan
Berarti kehidupan ekonomi yang tumbuh mantap dan merata, akan
menyakinkan kebenaran ideologi yang dianut, mendinamisir kehidupan
politik dan perkembangan sosial budaya serta mendukung pengembangan
Pertahanan dan Keamanan. Keadaan ekonomi yang stabil, maju dan
merata menunjang stabilitas dan peningkatan ketahanan aspek lain.
Contohnya:
Bila ada goncangan ekonomi maka terjadilah kekacauan seperti perang
antar suku,golongan.Dengan perekonomian yang stabil tentunya
kehidupan dapat mengalami peningkatan.

Antara Gatra Sosial Budaya dengan Gatra Ideologi, Politik, Ekonomi,


Pertahanan dan Keamanan
Dalam arti kehidupan sosial budaya yang serasi, stabil, dinamis,
berbudaya dan berkepribadian, akan menyakinkan kebenaran ideologi,
memberikan iklim yang kondusif untuk kehidupan politik yang
berbudaya, kehidupan ekonomi yang tetap mementingkan kebersamaan
serta kehidupan pertahanan dan keamanan yang menghormati hak-hak
individu.
Contohnya:
Adanya upaya perebutan budaya bangsa oleh Negara lain memunculkan
sikap peningkatan kewaspadaan terhadap ketahanan dan keamanan.
Karena apabila salah satu budaya bangsa diambil maka sama dengan identitas kita
diambil.bisa menimbulkan gejolak politik ekonomi juga.

G. Peran Astagatra Menjaga Kestabilan Nasional


Astagatra telah ada sejak dulu namun, keberadaannya sempat
terabaikan di masyarakat, banyak dari masyarakat yang berkoar-koar
meneriakkan menjaga ketahanan nasional namun mengabaikan
keberadaan fondasinya yaitu Astagatra.
Astagatra sangat relevan korelasi nya sebagai jawaban atas
penjagaan kestabilan ketahanan nasional Indonesia, namun hanya saja
perlu adanya konsistensi, kekontinuean masyarakat memperkuat isi-isinya
dan sinkronisasi semua pihak untuk mewujudkan ini semua.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, spektrum yang berasal dari
multidimensi ancaman era global ialah telah sejalan dengan fungsi
astagatra teruatama pancagatranya, dan yang perlu diingat mengenai antar
gatra ini saling berkoordinasi, jika suatu gatra terserang semuanya akan
terganggu sehingga fondasi ini perlu diperkuat. Filterisasi yang perlu
dilakukan adalah memperkuat sisi-sisi astagatra ini, mengingat aspek-
aspek dala, astagatra ini merupakan aspek yang mengukur ketahanan
nasional suatu bangsa.
Sehingga penulis dalam analisis kali ini memberikan beberapa
solusi berdasarkan studi kasus yang dibahas yaitu :
1. Astagatra adalah konsep yang perlu diperkuat keberadaannya,
sistemnya diterapkan, dihayati dalam bentuk perilaku di
masyarakat.
2. Isi pemahaman dalam astagatra ini perlu menjadi filtersisasi
dalam menghadapi ancaman era global terhadap kestabilan
ketahanan negara dimasa depan.
3. Perlu dilakukan pembelajaran geostrategi astagatra sejak dini
kepada generasi muda.
4. Konsistensi Indonesia dalam birokrasi pertahanan nasional
melalui lemhanas.
5. Indonesia tidak perlu takut ancaman era global, karena Indonesia
hanya perlu menyadarkan masyarakatnya, menegakkan dasar
negara dan berpedoman kan menghadapi era global dengan
wawasan nasional negara kesatuan Republik Indonesia yaitu
Astagatra.
6. Salah satu bentuk ancaman era global yang dirasakan Indonesia
saat ini adalah maraknya penyadapan terhadap situs penting
Indonesia sehingga perlu adanya tindakan keamanan yang tetap
dilakukan konsisten berlandaskan asas astagatra.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ayo dibaca dev dan dibuat :*******
3.2 Saran
Sekian banyak yang telah dijabarkan, agar dapat terwujud tentunya
harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, kesadaran yang tinggi dan
sinkronisasi kesinambungan semua pihak sangat amat diperlukan. Maka
yang terlebih dahulu dibenahi ialah kesadaran diri, kemudian kesiapan
kurikulum mengenai ketahanan nasional melalui konsep astagatra dan
penghayatan terhadap hal tersebut.
Tentunya ini akan menjadi strategi filterisasi di zaman era Global
ini. Sehingga tidak ada lagi rasa was-was yang perlu ditakutkan mengenai
fenomena dunia yang memang harus kita hadapi bersama.

Anda mungkin juga menyukai