Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISI FARMASI II

“Analisis Sampel Biologis”

DOSEN PENGAMPU : Apt. Burhanuddin Ghasim Soka, S.Farm., M. Farm.

NAMA ANGGOTA :

 ALAWIYAH MUZAEMA (1908060022)


 NIKMATUL WALIDAIN (1908060004)
 RAHMAN HADI SAPUTRA (1908060010)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 FARMASI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana.

Atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan, oleh
karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih kepada:
1. Apt. Burhanuddin Ghasim Soka , S. Farm., M. Farm. Selaku pembimbing mata kuliah Analisi
Farmasi II yang telah memberikan saya kepercayaan untuk menyusun makalah ini.
2. Orang tua yang banyak memberikan motivasi dan bantuan baik moril mau pun materi
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
 Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
berbagai kekurangan di dalamnya. Olehnya itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut
dan pembaca memberikan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 20 Oktober 2021

KELOMPOK III

2
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................6
2.1 Pengertian Sampel Biologis ..........................................................................6
2.2 Sampel Biologis dan Pengambilan Sampel..................................................6
2.2.1 Blood /Darah........................................................................................6
2.2.2 Urine......................................................................................................7
2.2.3 Feses......................................................................................................8
2.2.4 Saliva.....................................................................................................8
2.2.5 Keringat................................................................................................8
2.2.6 ASI.........................................................................................................8
2.2.7 Sperma..................................................................................................8
2.3 Identifikasi Obat dalam Sampel Biologis...................................................9
2.3.1 Darah....................................................................................................9
2.3.2 Urine......................................................................................................9
2.3.3 Feses ...................................................................................................11
2.3.4 Saliva ..................................................................................................12
2.3.5 Sperma..................................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................15


3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Penelitian farmakokinetik melibatkan penentuan kadar obat dalam sampel biologis.


Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kuantitatıf kadar obat dalam suatu sampel
biologis yang merupakan hal yang sangat penting dalam evaluasi dan interpretasi data
farmakokinetika. Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan kadar dalam
tubuh untuk penelitian farmakokinetik, sebagai contoh darah, urine, feses, saliva, jaringan
tubuh, cairan blister, cairan spinal dan cairan sinovial. Penentuan kadar suatu obat dalam
sampel biologis merupakan hal yang kompleks disebabkan sampel biologis pada umumnya
merupakan suatu matriks yang kompleks. Jika suatu obat atau metabolitnya dalam sampel
biologis dapat dianalisa langsung tanpa perlu dilakukan perlakuan awal terhadap sampel
yang diperoleh maupun pemisahan obat atau metabolit yang ditentukan maka hal ini
merupakan suatu hal yang menguntungkan. Akan tetapi perlakuan awal sampel maupun
isolasi obat atau metabolit yang akan ditentukan dari matriks biologis yang diperoleh harus
dilakukan. (Brejtthaupt, Gdebel dkk. 1981)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan perlakuan awal sampel maupun metode
untuk memisahkan atau mengisolasi obat dan/atau metabolitnya adalah tahapan dari
prosedur yang dipilih hanus seminimal mungkin untuk menghindari kehilangan obat dari
obat atau metabolit yang akan ditentukan. Semakin panjang tahapan prosedur untuk
perlakuan awal maupun untuk memisahkan atau mengisolasi obat atau metabolitnya makin
besar kemungkinan hilangnya obat atau metabolit yang akan ditentukan sepanjang prosedur
yang dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka didalam makalah ini kami akan membahas
tentang "ANALISIS OBAT DALAM SAMPEL BIOLOGIS".

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan sampel biologi ?

2. Apa saja sampel bilogis dan cara pengambilan sampel ?

3. Bagaimana cara mengidentifikasi obat dalam sampel bilogis ?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaaksud dengan sampel bilogis.

2. Untuk mengetahui dan memahami penyiapan sampel bilogis dan bagaimana cara
pengambilan sampel.

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara mengidentifikasi obat dalam sampel
biologis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian Sampel Biologis

Sampel biologis adalah sampel yang diambil dari sebagian tubuh untuk tujuan analisis,
misalnya darah, urine, feses, saliva atau bagian tubuh. Menurut Chamberlain, sampel
biologis merupakan contoh uji yang diambil atau berasal dari tubuh manusia, hewan, atau
tumbuhan berupa urin, darah, cairan lambung, daging, hati, atau jaringan lainnya.
(Chamberlain, Thormann W. 1998)

2.2 . Sampel Biologis dan pengambilan sampel

2.2.1 Blood/darah

Blood/ darah merupakan sampel biologis yang palng baik untuk identifikasi obat/
zat aktif dan untuk analisis kuantitatif. Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah
dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan
vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi.
Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah
phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture. (Kiswari, R., 2014)

Gambar 1. Macam-macam cara pengambilan sampel darah

6
Pengambilan darah atau flebotomi merupakan prosedur pengambilan sampel yang
paling umum di laboratorium. Agar dapat diperoleh spesmen darah yang memenuhi
syarat uji laboratornum, maka prosedurpengambilan sampel darah harus dilakukan
dengan benar, mulai dari persiapan peralatan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan
letak vena, teknik pengambilan sampai dengan pelabelan. Pada pengambilan darah
vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada
anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan,
vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada
vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan
arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa
digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan
jarumn yang ukurannya lebih kecil . Ada dua cara dalam pengambilan darah vena,
yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat
suntik (syrung), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum
(vacutainer) Volume darah yang diambil yaitu 10-20 ml untuk dewasa, 1-5 ml untuk
anak- anak dan 1-3 ml untuk bayi. (Hanukoglu I. 2015)

2.2.2 Urine

Air seni alias air kencing atau urin adalah cairan sisa yang dilepaskan oleh ginjal,
yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui proses urinas (berkemih). Ekskresi
urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
ginjal dan untuk menjaga kestabilan cairan tubuh.( Widman , F.K. 2000)

Jenis-jenis specimen urine antara lain:


7
Gambar 2. Contoh sampel urine

a. Urine sewaktu/urine acak (random) adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan
tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik
dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai
kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat
khusus.

b. Urine pagi. Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan
sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur- unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan
pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine

c. Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus- menerus
dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk
analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natri um, dsb.
Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya
dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluena. Wadah untuk menampung spesimen
urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar,
dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga

8
harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zal-
zat yan terdapat dalam urine es. (Widman , F.K. 2000)

2.2.3 Feses

Feses merupakan sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua
pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan,
epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol,
skatol,sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal: 100- 200 gram / hari.
Frekuensi defekasi: 3x / hari -3x / minggu Pada keadaan patologik seperti diare
didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati
saluran pencernaan dengan cepat dann tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.
Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan
sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jarn bersarung dari rektum.
Hal - hal yang perlu diperhatikan Penyimpanan sebagi berikut : (Kleyman T, dkk.
2015)

a) Feses tahan I jam pada suhu ruang.

b) Bilal jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart's medium, ataupun Pepton
water.

c) Penyimpanan < 24 Jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 Jam pada suhu 4°C.

Gambar . Bentuk feses


9
2.2.4 Saliva

Adalah suatu cairan bening yang dihasilkan dalam mulut manusia dan beberapa
jenis hewan.Umumnya saliva digunakan untuk menunjukkan obat-obatan yang
dikonaumsi, seperti ganja, kokain dan barbiturat. Dari saliva bisa didapatkan sampel dari
DNA.( Sharma S, dkk. 2015)

Syarat sebelum melakukan pemeriksaan saliva, antara lain :

a. Tidak diperbole hkan untuk makan, minum, sikat gigi, dan merokok, selama 1 jam
sebelum pemeriksaan.

b. Mengingat sekresi saliva yang terus berubah setiap jamnya, waktu pemeriksaan saliva
yang ideal menurut penelitian adalah pada pukul 09.00-11.00. Pada sore hari produksi
saliva sangat banyak, sedangkan pada waktu tidur produksi saliva hampir mendekati
nol.

Faktor yang mempengaruhi keadaan saliva:

a. Kadar fosfat dan kalsium dalam saliva.

b. Banyaknya jumlah baktern streptOcOCcus mutan dalam mulut.

c. Merokok.

Metode pengambilan saliva dengan cara:

10
Gambar 3. Cara pengabilan sampel saliva

a. Metode draining, yaitu dengan cara membiarkan Saliva terus mengalir ke dalam tabung
gelas.

b. Metode spitting, yaitu dengan cara saliva dIkumpul kan terlebih dahulu dalam keadaan
mulut tertutup, setelah itu diludahkan ke dalam tabung gelas.

C. Metode suction, yaitu dengan cara saliva disedot dengan menggunakan pipa suction
yang diletakkan di bawah lidah.

d. Metode swab, yaitu dengan cara menggunakan 3 buah cotton roll. 1 buah cotton roll
diletakkan di bawah lidah, 2 buah sisanya diletakkan pada vestibulum molar 2 atas.
Setelah itu, dilakukan penimbangan berat saliva.

2.2.5 Keringat
Keringat merupakan cairan biologis yang mengadung elektrolit, garam terlarut,
dan bahan aktif / senyawa yang terlarut. Ada dua jenis kelenjar keringat dapat ditemukan
pada manusia yaitu kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin (Hanukoglu, 2017). Kelenjar
keringat ekrin tersebar di sebagian besar tubuh dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan keringat berair dan payau yang sering dipicu oleh suhu tubuh yang
berlebihan. Kelenjar keringat apokrin terbatas pada ketiak dan beberapa area tubuh
lainnya dan menghasilkan sekresi tidak berbau, berminyak, buram yang kemudian
memperoleh bau khasnya dari pembusukan bakteri. (Hanukoglu, 2017)
Pada manusia berkeringat terutama merupakan sarana termoregulasi, yang dicapai
dengan sekresi kelenjar ekrin yang kaya air. Tingkat keringat maksimum orang dewasa
dapat mencapai 2-4 liter per jam atau 10-14 liter per hari (10-15 g/m²), tetapi lebih sedikit
pada anak-anak sebelum pubertas.( Vaknine H. 2017)

2.2.6 ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami yang menyediakan sumber nutrisi lengkap
untuk bayi pada enam bulan kehidupan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki
peluang lebih kecil mengalami kesakitan dan kematian akibat diare dan infeksi lainnya.
ASI banyak mengandung protein. (Boggula VR. 2017)

11
Terjadi ekresi obat dari plasma ke ASI, dengan kondisi sebagai berikut :
 Tidak tergantung volume ASI
 Tergantung pada :
 Partisi obat terkait dengan derajat ionisasi (pH) → pH ASI : 6,8-7,3.
 Berat molekul obat.
 Kelarutan obat dalam lemak.
 Konsentrasi obat asam lemah dalam ASI rendah bila dibandingkan di dalam plasma.
 Konsentrasi obat basa lemah dalam ASI lebih besar dibandingkan di dalam plasma.
 Obat yang diekskresi melalui ASI kurang dari 1%.

Gambar .Bayi yang diberikan ASI

2.2.7 Sampel Sperma


Sperma terdiri dari sel sperma (spermatozoa) dan cairan sperma (plasma sperma).
Spermatozoa terdiri dari 20 jt/nl atau 40 jt/ejakulat. Plasma sperma yaitu mengandung
nutrisi yang diperlukan spermatozoa untuk mempertahankan hidup. Analisis sperma
merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai kualitas dan kuantitas sperma
untuk mengetahui tingkat kesuburan pria. Dalam pemeriksaan sperma, hal yang perlu
diperiksa adalah julmah sel sperma, bentuk atau morfologi sel sperma. Tes ini dikenal
dengan nama sperm count.( (Evelyn, 2004)
Sperma merupakan bagian dari air mani. Air mani adalah cairan putih kental yang
keluar dari penis ketika ejakulasi. Air mani mengandung sel-sel sperma yang membawa
materi genetik, enzim, vitamin C, kalsium, protein, sodium, zinc dan fruktosa. Sebelum
pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai
berikut : ( Widman , F.K., 2000)

12
a. Melakukan abstinensia selama 3-5 hari, paling lama selama 7 hari. Pengeluaran
ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium.
Bila tidak mungkin, harus tiba di laboratorium paling lambat 2 jam dari saat
dikeluarkan.
b. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bermulut besar yang bersih dan steril
(jangan sampai tumpah), kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang
bersangkutan.
c. Pasien mencatat waktu pengeluaran air mani, setelah itu langsung di serahkan pada
petugas laboratorium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2
kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup
karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.
d. Sperma dikeluarkan dengan cara rangsangan tangan (onani/mastubasi), bila tidak
mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan
jangan ada yang tumpah.
e. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.

Gambar. Sampel sperma

2.3 Identifikasi Obat Dalam Sampel Biologis

2.3.1 Darah

Darah merupakan sampel biologis yang paling umum digunakan dan mengandung
berbagai komponen seluler seperti sel darah merah, sel darah putih, platelet.dan berbagai
13
protein seperti albumin dan globulin. Pada umumnya bukan darah utuh (whole blood)
tetapi plasma ataupun serum yang digunakan untuk penentuan kadar obat. Serum
diperoleh dengan membiarkan darah untuk menggumpal dan supernatant yang dikumpu
lkan setclah sentrifugasi adalah serum. Sedangkan plasma diperoleh dengan penambahan
antikoagulan pada darah yang diambil dan supernatant yang diperoleh setelah sentri
fugasi meupakan plasma. Jadi, plasma dan serum dibedakan dari protein yang
dikandungnya. (Nugraha, 2015)

Gambar 4. Darah/Blood

a. Plasma Darah
Plasma adalah bagian cair dari darah yang diberi antikoagulan (anti pembekuan darah).
Darah ditambah antikoagulan maka tidak akan terjadi pembekuan dan darah tetap cair.
Darah yang ditambahkan antikoagulan tersebut setelah didiamkan beberapa menit atau
setelah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 ment. Plasma dalam darah
akan terpisah menjadi 3 bagian yaitu :
1. Plasma, yang berada pada lapisan paling atas, berupa cairan berwarna kuning.
2. Buffy coat, yang berada di lapisan tengah yang tipis, merupakan lapisan sel leukosit
dan trombosit.
3. Eritrosit, yang berada di lapisan paling bawah (Riswanto, 2013).
14
Gambar 5.Perbandingan komponen darah dan plasma darah

b. Serum Darah
Serum pada hakekatnya mempunyai susunan yang sama seperti plasma yaitu
mengandung sekitar 7% protein dan dua pertiga diantaranya adalah fraksi albumin,
kecuali fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan II, V, VIII, XIII (Widman, 2000).

Serum adalah bagian cair dari darah yang tidak diberi antikoagulan. Apabila darah
dalam tabung didiamkan selama 5-10 menit, maka darah akan membeku. Darah akan
terjadi dua bagian, yaitu serum berupa cairan berwarna kuning dan bekuan darah berupa
masa solid yang berwarna merah. Serum manusia digunakan untuk tujuan pengujian
diagnostik seperti dalam pemeriksaan kimia (Riswanto, 2013).
Serum merupakan sejumlah darah dimasukkan kedalam wadah (tabung) dan
dibiarkan selama 15 menit maka darah tersebut akan membeku dan selanjutnya
mengalami retraksi, akibat dari terperasnya cairan dari dalam bekuan kemudian
disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit (Evelyn, 2004).
Serum telah menjadi sampel yang hampir secara universal digunakan untuk
pemeriksaan kimiawi. Bahan-bahan yang bisa diukur didalam serum umumnya
digolongkan kedalam kategori berikut (Kiswari, 2014) :

15
1. Bahan yang dalam keadaan normal memiliki fungsi dalam sirkulasi diantaranya :
glukosa, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, protein total, albumin, kalsium,
magnesium, fosfor, trigliserida, kolesterol, hormone, vitamin (folat, B12), protein
(haptoglobin, transferin, imunoglobulin).
2. Metabolit (produk sisa yang tidak berfungsi dan sedang dalam proses pengeluaran)
diantaranya : urea, kreatinin, asam urat, ammonia, bilirubin.
3. Bahan yang dikeluarkan dari sel akibat kerusakan sel dan kelainan permeabilitas atau
kelainan poliferasi sel (biasanya enzim/protein).
4. Obat dan zat toxic : antibiotik, obat jantung, obat antiasma, antikejang, salisilat,
alkohol, dan zat lain yang disalah gunakan.

2.3.2 Urin

a) Pemeriksaan aseton, untuk mengetahui adanya benda-benda keton dalam urine.


Prosedur kerja: Dipipet urine lebih 5 ml kedalam tabung reaksi. tambahkan 3 tetes
larutan Natrium Nitroprusida 5%, 5 ml amonia 10%, dan 5 ml larutan ammonium
sulfat jenuh. amati hasil perubahan setelah kuranglebih 10 menit. Hasil positif bila
terjadi warna ungu.

b) Metode Ehrich, untuk menentukan adanya urobilinogen dalam urine Prosedur Kerja:
dituangkan urin kurang lebih 5 ml kedalam tabung reaksi. tambahkan kurang lebih I
ml reagen Ehrlich. kocok dan amati warnanya. hasil positif bila tampak warna
kemerahan. Netode Dusa, lunuk mengetanui aqlanya Dirubin dalam urine Prosedur
Kerja: Tuang kurang lebih 5 ml urin kedalam tabung reaksi. kocok kurang lebih S
menit dengan kuat. amati busa yang terjadi. Hasil positif terjadi bila busa berwarna
kuning.

c) Metode Fehling Unne yang di gunakan pada pemerik saan ini uine harus jernih, segar,
dan tidak mengandung kadar protein tinggi Alasan : jika urine lama bakteri akan
berkembangbiak sehingga glukosa di rubah menjadi asam pirufat dan asam laktat,
jika urine keruh akan mengacaukan hasil pemeriksaan, jika protein tinggi akan
meredul.

16
Gambar 6. Cara penanganan sampel urine

Hasil analisa urine : (Widman , F.K., 2000)

 Hijau → Zat warna normal dalam jumlah besar : indikan (indoxisulfat).


Pengaruh obat-obatan : Methyleneblue
Indikasi penyakit : Obstruksi (Penyumbatan usus)
 Kuning → Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin, urochrom. Zat warna
normal Bilirubin.
Pengaruh obat-obatan : Santonin, riboflavin atau pengaruh permen
Indikasi penyakit : Tidak ada (Normal)
 Merah → Zat warna normal dalam jumlah besar : Uroerythrin. Zat warna abnormal :
Hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obatan : Santonin, amidopylin, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit : Glomerulonevitis nefitit akut (Penyakit ginjal), kanker kandung
kencing.
 Cokelat → Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin. Zat warna abnormal :
Bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit : Hepatitis

17
 Cokelat tua atau Hitam → Zat warna normal dalam jumlah besar : Indikan. Zat
warna abnormal : Darah tua, alkapton, melamin.
Indikasi penyakit : Sindroma nefrotika (Penyakit ginjal).
 Serupa susu → Zat warna normal dalam jumlah besar : Fosfat, urat. Zat warna
abnormal : Pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang
membeku.
Indikasi penyakit : Infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa. Hasil analisa
urine

2.3.3 Feses

a. Test benzidin adalah suatu test penyaring untuk darah samar (yang tidak terlihat).
b. Leucomalachite hijau LMG warna uji, yaitu merupakan reagen telah ada sejak awal
abad ke dan mengalami interaksi kimia dengan darah menghasilkan warna hijau yang
khas.
c. Kastle-Meyer warna uji, yaitu fenolftalein adalah reagen kimia aktif dalam tes khusus
ini. Ketika dalam hidrogen peroksida dan fenolftalein dicampur bersama-sama hasil
warna gelap merah muda. Perubahan warna ini disebabkan oleh hemoglobin molekul
yang mengandung oksigen dalam sel darah merah menyebabkan reaksi kimia antara
hidrogen peroksida dan fenolftalein.
d. Luminal, yaitu luminal sangat sensitif dan dapat mengungkapkan darah yang hadil
dalam jumlah menit. Luminal mampu mengekspos darah di tempat-tempat yang
sudah dibersihkan berulang kali kecuali pelarut seperti pemutih yang digunakan dan
bahkan pada dinding yang telah dilukis untuk menyembunyikan darah. Terlepas dari
fakta bahwa ia dapat berdampak negatif terhadap beberapa proses pengkajian
pengujian serologi luminol tidak mempengaruhi mengetik darah berikutnya atau
analisis DNA.( Kleyman T & Hanukoglu A. 2017)

2.2.4 Saliva
Umumnya saliva digunakan untuk menunjukkan obat-obatan yang dikonsumsi,
seperti ganja, kokain dan barbiturat. Dari saliva bisa didapatkan sampal dari DNA.
Bahkan, meskipun saliva tidak ditemukan di sampel saliva dapat digunakan juga

18
sebagai alat untuk mendeteksi penyakit, karena jauh lebih mudah dan dalam banyak
kasus lebih aman. Tes HIV merupakan salah satu tes yang mana saliva digunakan
sebagai sampel, meskipun tes darah masih merupakan cara standar untuk tes HIV.
Biasanya metode yang digunakan yaitu metode spitting yaitu dengan cara saliva
dikumpulkan terlebih dahulu dalam keadaan mulut tertutup, setelah itu diludahkan ke
dalam tabung gelas. Untuk metode kromotografi, metode KCKT merupakan metode
yang sangat populer untuk menetapkan kadar senyawa obat baik dalam bentuk
sediaan maupun sampel hayati. Hai ini disebabkan karena KCKT merupakan metode
yang memberikan sensitifitas san spesifitas yang tinggi.( Brejtthaupt and Gdebel.
1981)
2.2.5 Sampel Sperma
Sperma yang baru keluar selalu menunjukkan adanya gumpalan atau koagulan
diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera
mencair pada suhu kamar dalam waktu 15-20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma
mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari
enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim.
(Theurillat, R., and Thormann W. 1998)
Ada dua cara pemeriksaan yaitu makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis antara lain, meliputi :
1. Pemeriksaan Volume
Dilakukan setelah sperma mencair

Cara kerja :
 Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk
sekali ejakulasi.
 Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.

 Baca hasil. Volume normal sperma, tergantung tes. Bagi orang indonesia volume
yang normal 2-3 ml. volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia,
sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia. Hypospermia disebabkan
oleh :

19
 Ejakulasi yang berturut-turut

 Vasica seminalis kecil

 Penampungan sperma tidak sempurna


2. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH
cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan
pH meter.
Cara kerja :
 Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung

 Baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukkan sifat yang agak basa yaitu 7,2-
7,8. Pengukuran sperma harus segera dilakukan setelah sperma mencair karena
akan mempengaruhi pH sperma. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang
kronis dari kelenjar prostat, epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika
seminalis kecil, buntu dan rusak.
3. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik. Bau
sperma yang khas disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara kerja :
 Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya.

 Dalam laporan bau dilaporkan : Khas/ tidak khas dalam keadaan infeksi, sperma
berbau busuk/ amis. Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/ kaporit.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sampel biologis adalah
sampel yang diambil dari sebagian tubuh untuk tujuan analisis, misalnya darah, urine, feses,
saliva atau bagian tubuh. yang dalam penyiapan sampelnya, diperlukan perlakuan/ treatment
khusus.

3.2 Saran

21
Sebaiknya sebelum menganalisis sampel biologis, semua alat harus dalam keadaan bersıh
dan steril untuk menhindari terjadinya kontaminasi antara sampel dengan zat-zat lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Brejtthaupt and Gdebel. 1981. Determinaton Of Allopurinol And Oxipurinol In Biological
Fluids By High Performance Liquid Chromatography. Jurnal Of Chromatography, 226:
237-242.

[2] Hanukoglu I, Boggula VR, Vaknine H, Sharma S, Kleyman T, Hanukoglu A (2017).


Histokimia dan Biologi Sel. 147 (6) : 733-748.
[3] https://id.scribd.com/doc/Analisis-Obat-Sampel-Biologis. (diakses tanggal 23 oktober 2021).

[4] Nugraha, G. 2015. Panduan Pemeriksaan Hematologi Dasar. Edisi 1. Jakarta:

CV.Trans Info Media.

22
[5] Kiswari, R., 2014. Hematologi & Transfusi, S.1 : Erlangga.

[6] Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia.

[7] Theurillat, R., and Thormann W. 1998. Monitoring Of Tricyclic Antidepressant In Human
Serum and Plasma By HPLC : Cahracterization Of a Simple, laboratory developed
method via external quality assessment. Jurnal Of Pharmacetical and Biomedical
Analysis, 18; 751-760.
[8] www.research ucsf edu/chr/guide/UCSE Biospecimen Guide May05 pdf. (Diakses pada hari
kamis , 5 Desember 2013 pukul 20.00 WITA).

[9]www.brmc-cares.com/Documents/Blood%20Collection%20Procedure.pdf.(Diakses pada
hari kamis, 5 Desember 2013 puku 20.45 WITA).

[10] www.fk.unair.ac.id/pdfiles/Spesimen Managemen 2007 pdf. (diakses pada hari kamis, 5


Desember 2013 pukul21.00 WITA).

[11] Widman , F.K., 2000. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. ECG: Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai