Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ali Taibin

NIM : 1908060011

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Tugas 1 Metopen

Bagian 1

Inkontinensia urin stres adalah kondisi umum, terutama pada wanita, dan
mempengaruhi kesejahteraan fisik, psikososial, sosial, dan ekonomi yang efektif
diobati di praktek umum, dengan peningkatan yang signifikan dari parameter
klinis dan kualitas hidup [3,4]. Penelitian epidemiologis telah mengungkapkan
hubungan antara stres inkontinensia urin pada wanita dan beberapa faktor, yang
paling umum adalah usia, kehamilan, dan persalinan [5,6]. Faktor mekanis, seperti
obesitas dan paritas, tampaknya lebih erat terkait dengan adanya inkontinensia
dan, secara umum, efeknya tidak tergantung pada usia [7,8].

Obesitas memiliki dampak besar pada inkontinensia urin pada wanita


[1,9]. Obesitas merupakan kondisi umum di kalangan wanita, baik di negara maju
maupun negara berkembang [10]. Wanita dengan indeks massa tubuh (BMI) yang
tinggi menunjukkan peningkatan tekanan intra-abdomen, yang menekan dasar
panggul dan dengan demikian dapat berkontribusi pada pengembangan stres
inkontinensia urin [9]. Kami berhipotesis bahwa lingkar pinggang yang tinggi
mungkin lebih erat terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita daripada
BMI tinggi. Untuk menguji hipotesis, kami menyelidiki apakah obesitas perut
secara independen terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita Korea.

Dikutip dari : Han Mo, Lee NY, Park HS. Abdominal obesity is associated with
stress urinary incontinence in Korean Women. Int Urogynecol K (2005) 17:35-9.
Bagian 1

a. Masalah (M) dan Dampak (D)

Inkontinensia urin stres adalah kondisi umum, terutama pada wanita, dan
mempengaruhi kesejahteraan fisik, psikososial, sosial, dan ekonomi yang efektif
diobati di praktek umum, dengan peningkatan yang signifikan dari parameter
klinis dan kualitas hidup.

Alasan : Karena pada penggalan paragraf di atas sudah diketahui permasalahan


utamanya yaitu Inkontinensia (M). Sedangkan untuk dampaknya terkandung
pada kalimat Mempengaruhi…..(D). Dari sini kita dapat menarik dampaknya
karena kata pengaruh pasti sudah mengandung dampak.

b. Area Spesifik (A) dan Elaborasi (E)

Penelitian epidemiologis telah mengungkapkan hubungan antara stres


inkontinensia urin pada wanita dan beberapa faktor, yang paling umum adalah
usia, kehamilan, dan persalinan. Faktor mekanis, seperti obesitas dan paritas,
tampaknya lebih erat terkait dengan adanya inkontinensia dan, secara umum,
efeknya tidak tergantung pada usia.

Alasan : Karena pada permasalahan Inkontinensia sudah pernah atau telah


dilakukan penelitian dan yang lebih beresiko adalah wanita (A) sebagai area
spesifiknya. Sedangkan pada kata telah dilakukan penelitian epidemiologis…
mengandung Elaborasi (E) atau hal yang telah di ketahui atau di teliti
sebelumnya.

c. Kesenjangan (K)

Kami berhipotesis bahwa lingkar pinggang yang tinggi mungkin lebih erat terkait
dengan stres inkontinensia urin pada wanita daripada BMI tinggi. Untuk menguji
hipotesis, kami menyelidiki apakah obesitas perut secara independen terkait
dengan stres inkontinensia urin pada wanita Korea.
Alasan : Karena pada penggalan paragraf di atas terdapat unsur yang belum
diketahui. Dibuktikan dengan kata kami menyelidiki (K), yang berarti sang
peneliti belum mengetahui hipotesisinya terbukti atau tidak.
Bagian 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang pada neonatus sering ditemukan dan merupakan satu-satunya


gejala disfungsi susunan saraf pusat pada neonatus, sulit dideteksi, sukar
diberantas serta berkaitan erat dengan mortalitas dan morbiditas seperti epilepsi,
palsi serebral dan keterlambatan perkembangan di kemudian hari. Deteksi dini,
mencari etiologi dan memberikan tata laksana yang adekuat sangat penting pada
kejang neonatus. Kejang umumnya berkaitan dengan penyakit berat yang
memerlukan terapi spesifik, Kejang mempengaruhi tindakan suportif seperti alat
bantu nafas dan alimentasi yang sering diberikan pada neonatus dengan penyakit
tertentu, Kejang dapat menyebabkan kerusakan otak.[1]

Tremor ialah serentetan gerakan involunter, ritmis, berbentuk getaran,


pada satu atau lebih bagian tubuh. Gerakan ini timbul akibat berkontraksinya
otot-otot yang berlawanan secara bergantian atau irregular dengan frekuensi dan
amplitudo tetap dalam periode waktu yang lama.1-4 Tremor merupakan gangguan
gerakan yang paling sering ditemukan. Insiden dan prevalensi- nya meningkat
sejalan peningkatan usia. Lebih dari 4% pasien dengan usia diatas 65 tahun
mengalami gangguan gerak ini dimana 2/3 populasi diantaranya meng- alami
tremor pergelangan tangan sehingga menyebabkan gangguan fungsional dan
sosial dalam kehidupan sehari-hari.[3]

Untuk pengobatan kejang demam diberikan pengobatan rumatan sebagai


profilaksis kejang demam berulang.Pemberian fenobarbital atau asam valproat
setiap hari terbukti efektif dalam menurunkan risiko terjadinya kejang berulang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek samping yang sering terjadi pada
pemakaian fenobarbital terus-menerus adalah hiperaktivitas, dan gangguan
pemusatan perhatian.Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian mengenai
hubungan pemakaian fenobarbital yang dipakai secara rutin dan yang tidak rutin
pada anak kejang dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).[2]

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasrkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah penelitian
sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh penggunaan obat Phenobarbital bagi
pasien tremor".

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan obat


Phenobarbital terhadap pasien tremor.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi :

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah penegtahuan, pengalaman, serta wawasan dalam


melakukan suatu kajian ilmiah, menjadi landasan teori bagi peneliti-peneliti
berikutnya dan menjadi bahan rujukan atau refrensi pada masalah yang sama.

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan informasi seklaigus edukasi kepada masyarakat tentang pengaruh


penggunaan obat Phenobarbital terhadap pasien tremor.

c. Manfaat Akademis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, bisa menjadi penunjang kompetensi


dasar mahasiswa untuk menyelesikan tugas Ujian Tengah Semester (UTS) yang
diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fadila, Sara., Najdmir., & Rahmatini. 2014. Hubungan Pemakaian


Fenobarbital Rutin dan Tidak Rutin Pada Anak Kejang Demam dengan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Kesehatan
Andalas. No : 3.(2), hal.221-224

2. Handriyastuti, Setyo. 2007. Kejang pada Neonatus, Permasalahan dalam


Diagnosis dan Tata laksana. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 9, No. 2, hlm.
112-120

3. Tumewah, Rizal. 2015. Penatalaksanaan Tremor Terkini. Jurnal Biomedik


(JBM), Volume 7, Nomor 2, hlm.107-116

Anda mungkin juga menyukai