Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Aldi Kurniawan

Nim : 1908060031

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Tugas 1 Metopen

Bagian 1

Inkontinensia urin stres adalah kondisi umum, terutama pada wanita, dan
mempengaruhi kesejahteraan fisik, psikososial, sosial, dan ekonomi dari
pengobatan yang efektif dalam praktek umum, dengan peningkatan yang
signifikan dari parameter klinis dan kualitas hidup [3,4]. Penelitian epidemiologis
telah mengungkapkan hubungan antara stres inkontinensia urin pada wanita dan
beberapa faktor, yang paling umum adalah usia, kehamilan, dan persalinan [5,6].
Faktor mekanis, seperti obesitas dan paritas, tampaknya lebih erat terkait dengan
adanya inkontinensia dan, secara umum, efeknya tidak tergantung pada usia [7,8].

Obesitas memiliki dampak besar pada inkontinensia urin pada wanita


[1,9]. Obesitas merupakan kondisi umum pada wanita, baik di negara maju
maupun negara berkembang [10]. Wanita dengan indeks massa tubuh (BMI) yang
tinggi menunjukkan peningkatan tekanan intra-abdomen, yang menekan dasar
panggul dan dengan demikian dapat berkontribusi pada pengembangan stres
inkontinensia urin [9]. Kami berhipotesis bahwa lingkar pinggang yang tinggi
mungkin lebih erat terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita daripada
BMI tinggi. Untuk menguji hipotesis, kami menyelidiki apakah obesitas perut
secara independen terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita Korea.

Dikutip dari : Han Mo, Lee NY, Park HS. Abdominal obesity is associated with
stress urinary incontinence in Korean Women. Int Urogynecol K (2005) 17:35-9.
a. Masalah dan Dampak
Inkontinensia urin stres adalah kondisi umum, terutama pada wanita, dan
mempengaruhi kesejahteraan fisik, psikososial, sosial, dan ekonomi dari
pengobatan yang efektif dalam praktek umum, dengan peningkatan yang
signifikan dari parameter klinis dan kualitas hidup
karena : Inkontinensia urin merupakan masalah yang akan di teliti dan
memberikan dampak yang besar kedepannya
b. Area Spesifik dan Elaborasi
Penelitian epidemiologis telah mengungkapkan hubungan antara stres
inkontinensia urin pada wanita dan beberapa faktor, yang paling umum
adalah usia, kehamilan, dan persalinan [5,6]. Faktor mekanis, seperti
obesitas dan paritas, tampaknya lebih erat terkait dengan adanya
inkontinensia dan, secara umum, efeknya tidak tergantung pada usia
Karena : terdapat beberapa faktor penyebab inkontinensia urin pada wanita
Dan terdapat hal-hal yang sudah diteliti seperti hubungan antara stres
inkontinensia urin pada wanita dan beberapa faktor
c. Kesenjangan
Kami berhipotesis bahwa lingkar pinggang yang tinggi mungkin lebih erat
terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita daripada BMI tinggi.
Untuk menguji hipotesis, kami menyelidiki apakah obesitas perut secara
independen terkait dengan stres inkontinensia urin pada wanita Korea.
Karena : disini kita tau apa yang sudah diketahui dan penelitian yang akan
dilakukan selanjutnya
Bagian 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoporosis juga merupakan penipisan massa tulang sehingga tulang
menjadi rapuh (fragil) dan mudah patah. Keadaan osteoporosis paling sering
ditemukan pada usia tua dan sebenarnya dapat dicegah. Di perkirakan, karena
osteoporosis ini menimbulkan lebih 1,5 juta kasus patah tulang pertahun dan
memerlukan biaya sampai 38 juta dollar setiap harinya meskipun fakta berkata
demikian, banyak yang tidak berupaya untuk melakukan pencegahan dan akhirnya
harus menanggung biaya pengobatan yang tidak murah [2] Perubahan gaya hidup,
dimana orang yang semasa mudanya kurang gerak dikatakan berpotensi besar
menderita osteoporosis. Selain karena perubahan gaya hidup, faktor resiko
terjadinya osteoporosis bisa karena nutrisi, penggunaan obat-obatan tertentu
dalam jangka panjang, kurang paparan sinar matahari, dan gangguan haid pada
wanita. [1]
Faktor resiko osteoporosis dapat dibedakan menjadi faktor resiko yang
sifatnya tidak dapat diubah dan yang dapat diubah. Untuk yang tidak dapat diubah
diantaranya : Gender perempuan: Padaumumnya perempuan mempunyai tulang
yang lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan laki-laki, Usia lanjut, Riwayat
osteoporosis dalam keluarga: Umumnya tipe perawakan tubuh dalam anggota
keluarga saling mirip satu dengan lainnya. Ras: Perempuan Asia dan Kaukasia
lebih mudah terkena osteoporosis dibandingkan perempuan Afrika. Bentuk badan:
Semakin kecil dan kurus tubuh seseorang, semakin beresiko mengalami
osteoporosis. Beberapa penyakit seperti anoreksia, diabetes, diare kronis,penyakit
ginjal dan hati. Sedangkan untuk faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah
diantaranya adalah : Berhenti merokok, Kurangi konsumsi alkohol, Segera atasi
kekurangan asupan kalsium,Lakukanprogramlatihanfisik, Menambah berat badan
bagi yang kekurangan berat badan (kurus), Flindari penggunaan obat-obatan
steroid, fenobarbital, fenitoin [1]
Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu primer,
sekunder dan tersier (sesudah terjadi fraktur) Seperti mengkonsumsi makanan
berkalsium, rutin berolahraga latihan fisik, pemberian kalsitonin, terapi [1] Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
osteoporosis pada manula dan menganalisis lebih mendalam variabel-variabel
penelitian yang lebih kompleks khususnya faktor-faktor risiko penyebab
perubahan fisik dan osteoporosis. Bagi manula agar sedini mungkin mulai
mengenali penyebab terjadinya osteoporosis dan melakukan pencegahan
osteoporosis [2]

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah


sebagai berikut :
a. Bagaimana upaya pencegahan osteoporosis pada penderita lansia baik pria
maupun wanita ?
b. Bagaimana pengetahuan sedini mungkin tentang gejala osteoporosis pada
penderita lansia baik pria maupun wanita ?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui upaya pencegahan osteoporosis pada penderita lansia baik


pria maupun wanita
b. Mengetahui tentang gejala osteoporosis pada penderita lansia baik pria
maupun wanita

1.4 Manfaat

a. Diharapkan kita dapat menambah pengetahuan, pemahaman, pengalaman


serta wawasan peneliti dalam melaksanakan penelitian sederhana secara
ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dan melaksanakan fungsi
farmasi sebagai peneliti (researcher).
b. diharapkan hasilnya dapat menjadi tolak ukur dalam meningkatkan upaya
pencegahan osteoporosis pada penderita lansia baik pria maupun wanita
c. Sebagai informasi dan bahan acuan (referensi) lebih lanjut tentang
penyakit osteoporosis
d. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana gejala awal
dan upaya pencegahan osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

[1]MeriRamadani (2010) faktor-faktor resiko osteoporosis dan upaya


pencegahannya Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2010-Scptember 2010,
Vol. 4, No. 2

[2]Pertami ,B,S. Budiono (2017) Hubungan Pencegahan Osteoporosis Pada


Lansia Dengan Perubahan Fisik Di Posyandu Lansia Wundudopi 1 | Vol .
III / No . 1-9 / April 2017

Anda mungkin juga menyukai