BIOKIMIA KLINIK
20N01122501
OLEH
Tahun 2021
1
PENGESAHAN
Modul Praktikum Biokimia Klinik telah disusun dan atau direvisi oleh tim
untuk memenuhi kebutuhan praktikum Biokimia Klinik
Yulia Yusrini Djabir, S.Si, M.Si, M.BMSc, PhD, Apt Yulia Yusrini Djabir, S.Si, M.Si, M.BMSc, PhD, Apt
NIP. 19780728 200212 2 003 NIP. 19780728 200212 2 003
Disahkan oleh,
Dekan Fakultas Farmasi Unhas,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayat-Nya sehingga Modul Pembelajaran Praktikum Biok imia
Klinik ini dapat diselesaikan. Buku ini dapat diselesaikan berkat kerjasama dari
berbagai pihak, untuk itu bagi semua pihak yang telah membantu, kami
menyampaikan terima kasih.
Pemeriksaan laboratorium pada praktikum Biokimia Klinik pada dasarnya
dapat mengajarkan mahasiswa bagaimana cara preparasi sampel cairan
tubuh, termasuk darah dan urin, hingga metode analisa cairan tubuh
menggunakan instrument tertentu. Pembahasan dalam buku penuntun ini
akan difokuskan pada pemeriksaan yang terkait dengan kondisi organ yang
dibuat sejalan dengan materi kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah.
Materi praktikum yang disajikan dalam penuntun ini diharapkan dapat
memberikan kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh mahasiswa terutama
dalam rangka pembentukan pondasi pemahaman akan dasar-dasar biokimia
klinik dan interpretasinya guna menunjang pembelajaran dan
kompetensi mahasiswa kedepannya.
Untuk melengkapi kekurangan-kekurangan pada materi Praktikum
Biokimia Klinik ini, kami mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca
yang membangun demi perkembangan kompetensi materi praktikum
dan kelancaran transfer ilmu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Pengesahan........................................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAGIAN I IDENTITAS MATA KULIAH .................................................................4
BAGIAN II PENDAHULUAN
II.1 Deskripsi Umum Praktikum ............................................................. 6
II.2 Organisasi Materi Praktikum ........................................................... 6
II.3 Tata Tertib Laboratorium ................................................................. 8
BAGIAN III MODUL-MODUL .
III.1 Modul 1 Pemeriksaan Urin dan Feces ....................................... 10
III.2 Modul 2 Flebotomi ......................................................................... 19
III.3 Modul 3 Pemeriksaan Elektrolit ................................................... 25
III.4 Modul 4. Pemeriksaan Biomarker Jantung ............................... 25
III.5 Modul 5 Pemeriksaan Fungsi Hati ..............................................34
III.6 Modul 6 Pemeriksaan Fungsi Ginjal ........................................... 41
III.7 Modul 7 Pemeriksasan Glukosa Darah ..................................... 50
III.8 Modul 8 Pemeriksaan Lipid dan Lipoprotein ............................. 56
iii
BAGIAN I
IDENTITAS MATA KULIAH
SASARAN BELAJAR
Audience: Mahasiswa program studi farmasi unhas yang mengikuti mata kuliah
Biokimia Klinik
Behaviour: Setelah mengikuti mata kuliah dan praktikum Biokimia Klinik, audience
diharapkan mampu:
- Memahami pentingnya analisa cairan tubuh untuk mendapatkan gambaran
mengenai fungsi organ tubuh
- Memahami teknik preanalistik yang penting dilakukan untuk menghindari
kesalahan pengukuran
- Mengidentifikasi parameter biokimia (biomarker) yang penting dalam
melakukan urinalisis dan analisa darah
- Menginterpretasikan hasil analisis urin dan darah berdasarkan nilai range
normal
- Memahami teknik, instrumen dan prinsip analisis biomarker serta quality
control analisis
4
Condition: Selama perkuliahan dan praktikum, mahasiswa diharapkan memiliki
dan meningkatkan kemampuan:
- bekerja sama dan kepemimpinan
- berpartisipasi aktif dan mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi atau
tanya jawab
- melakukan presentasi baik menggunakan slide maupun poster
- membahas kasus klinik sehubungan dengan pengukuran biomarker darah
Degree: Setelah mengikuti perkuliahan dan praktikum diharapkan mahasiswa
melampaui kriteria sebagai berikut:
Mampu menjelaskan teknik umum, instrumentasi dan kontrol kualitas
dalam analisis biomarker dalam cairan tubuh
Mampu membedakan parameter biomarker yang dapat diperoleh dari
cairan tubuh tertentu dan mengetahui nilai normal dan abnormalnya
Mampu menganalisis bagaimana gangguan metabolisme dapat
menimbulkan gejala klinis atau penyakit
Mampu mengemukakan opini/argument secara sistematis berdasarkan
informasi akurat dan relevan
Mampu membuat laporan ilmiah berdasarkan interpretasi data
biomarker
Mampu mengevaluasi kondisi klinis berdasarkan interpretasi data
biomarker
Mampu melakukan analisis yang tepat dalam mengukur kadar
biomolekul penting dalam cairan tubuh
5
BAGIAN II
PENDAHULUAN
6
menginterpretasi hasil pemeriksaan dan mengkaji hubungannnya
dengan kasus klinik
Modul 5: Pemeriksaan Fungsi Hati
Merupakan rangkaian pembelajaran pokok bahasan 9 mengenai
Biomarker Fungsi Hati. Salah satu sasaran pembelajaran pokok
bahasan tersebut agar mahasiswa memahami fungsi hati dan
biomarker pemeriksaan fungsi hati
Modul 6: Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Merupakan rangkaian pembelajaran pokok bahasan 10 mengenai
Biomarker Fungsi Ginjal. Salah satu sasaran pembelajaran pokok
bahasan tersebut agar mahasiswa mampu memahami analisis
protein dan biomarker no protein dalam darah terkait
pemeriksaan fungsi ginjal
Modul 7: Pemeriksaan Glukosa
Merupakan rangkaian pembelajaran pokok bahasan 12-13
mengenai Pemeriksaan Klinik Glukosa dan metabolitnya. Salah
satu sasaran pembelajaran pokok bahasan tersebut agar
mahasiswa memahami gangguan metabolisme karbohidrat,
parameter dan teknik analisa glukosa darah serta implikasinya
dalam diagnosis penyakit dan pengobatan.
Modul 8: Pemeriksaan Lipid dan Lipoprotein
Merupakan rangkaian pembelajaran pokok bahasan 14-15
mengenai Pemeriksaan Klinik Lipid. Salah satu sasaran
pembelajaran pokok bahasan tersebut agar mahasiswa mampu
memahami jenis metabolit lipid dan teknik analisanya dalam
sampel darah serta implikasinya dalam diagnosis penyakit dan
pengobatan.
7
II.2 Tata Tertib laboratorium
1. Praktikan sudah harus berada di laboratorium paling lambat 15 menit
sebelum praktikum dimulai, bagi yang terlambat diperbolehkan
mengikuti praktikum atas persetujuan koordinator praktikum
2. Praktikan diwajibkan menggunakan jas praktikum putih yang
dilengkapi dengan papan nama serta sepatu tertutup.
3. Ketua kelas beserta perangkatnya menyiapkan alat-alat serta bahan
dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk percobaan yang akan
dilaksanakan dengan menghubungi asisten pembimbing yang
bertugas pada saat itu
4. Praktikan tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak
berkenan dengan praktikum selama dalam laboratorium demi
efisiensi waktu
5. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, dan atau merokok di
dalam laboratorium selama praktikum berlangsung
6. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta
ijin kepada dosen atau juga asisten
7. Praktikan yang berhalangan hadir, harus dapat memberikan
keterangan tertulis resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya
kepada koordinator asisten
8. Surat keterangan sakit dari dokter ataupun surat izin diterima paling
lambat 1 minggu setelah ketidakhadiran pertama.
9. Surat izin atas kegiatan kemahasiswaan harus sepengetahuan
bagian kemahasiswaan fakultas
10. Setiap ketidakhadiran tersebut dapat diganti pada jadwal yang
disepakati sebagai remedial
11. Tata tertib mengenai alat, bahan dan kebersihan:
A. Setiap anggota kelas bertanggung jawab atas keselamatan dan
kebersihan ala-alat yang digunakan dan pada akhir percobaan
alat diserahkan kembali dalam keadaan lengkap dan bersih
B. Kerusakan alat dan atau bahan, akan menjadi tanggungjawab
bersama oleh praktikan
8
C. Koordinator alat/bahan meminta prosedur percobaan yang akan
dilakukan pada pertemuan berikutnya paling lambat 1 minggu
sebelum percobaan tersebut dilakukan
D. Koordinator mengisi Lembar Penyiapan Alat/Bahan/kebersihan
yang berisi tugas setiap anggota kelompok alat/bahan/kebersihan
E. Anggota mengerjakan penyiapan alat/bahan/kebersihan sesuai
dengan tugas masing-masing dan melaporkan hasilnya kepada
Koordinator paling lambat 1 hari sebelum percobaan
F. Khusus kebersihan, pelaporan kepada Koordinator paling lambat
15 menit sebelum praktikum dimulai
9
MODUL 1: PEMERIKSAAN URIN DAN
FESES
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
10
I. PRAKTIKUM URINALISIS
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
analisis urin untuk mendeteksi beberapa biomarker yang terdapat dalam
urin yang bisa dijadikan alat diagnostik untuk kondisi tertentu, termasuk
kelainan ginjal, hati, infeksi, diabetes mellitus, serta kelainan hati.
Percobaan ini akan sekaligus mempertajam pemahaman mahasiswa
mengenai teori urinalisis yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
Urinalisis.
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
11
f) Teori dan Prinsip Dasar
Suatu cairan dinyatakan sebagai urin apabila kadar ureum yang tinggi
melebihi 1 g/dl dan kadar kreatinin lebih dari 50 mg/dl.
Terdapat beberapa jenis sampel urin :
1. Urin sewaktu
Sesuai namanya, urin diambil kapan saja tidak ada ketentuan khusus.
Keuntungannya cukup baik dilakukan pada saat penderita datang dan dapat
dilakukan pada kondisi emergency. Kelemahannya adalah tidak
mencerminkan kondisi dalam satu hari.
2. Urin pagi
Urin yang dikeluarkan pertama kali saat bangun tidur. Urin ini lebih pekat
sehingga baik untuk pemeriksaan berat jenis, sedimen, protein dan tes
kehamilan (HCG)
3. Urin postprandial
Urin dikeluarkan sekitar 1,5-3 jam setelah anda makan. Pemeriksaan ini
berguna terutama bagi penderita DM untuk pemeriksaan skrining adanya
glukosuria. Kelemahannya adalah ketepatan waktu dalam pengambilan urin.
4. Urin 24 jam
Urin yang dikumpulkan selama satu hari penuh. Urin yang dikeluarkan
selama satu hari, contohnya dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi hari
berikutnya, ditampung untuk dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi anda selama satu hari. Kelemahannya adalah
kesulitan dalam pengumpulan bahan.
5. Urin 3 gelas
Pengambilannya ditampung dalam 3 gelas tanpa menghentikan aliran urin.
Sebelumnya anda tidak boleh berkemih dulu. Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan keadaan masing-masing saluran kencing, namun memiliki
kelemahan dalam ketepatan pengumpulan bahan pada masing-masing
gelas.
Wadah untuk pengambilan bahan urin harus bersih dan kering; bahan
terbaik dari gelas, bermulut lebar bertutup rapat, disposibel dari plastik; diberi
label; dan tidak perlu steril (kecuali pemeriksaan bakteriologi).
Setelah dilakukan pengumpulan bahan urin, sebaiknya segera dilakukan
pemeriksaan, karena apabila terlalu lama akan terjadi perubahan pada
12
komposisi zat dan hasil yang keluar, sebagian di antaranya adalah
pertumbuhan bakteri meningkat, kadar glukosa menurun, pH menjadi alkalis,
dekomposisi silinder, lisisnya eritrosit, urin menjadi makin keruh, perubahan
warna dan bau, dan nitrit menjadi positif.
Komposisi normal urin secara umum adalah :
a. Kimiawi : Ureum > 1000 mg/dl (35Xserum); Kreatinin > 50 mg/dl
(70Xserum); NaCl; Asam Urat; sedikit : Protein, Fosfat, Sitrat
b. Seluler: sedikit Eritrosit, Lekukosit, Epitel,Silinder fisiologis, Kristal
Berdasarkan hasil urinalisis, kita akan mengetahui apakah kondisi kita
baik atau buruk secara medis, biasanya dibuat berdasarkan tiga pemeriksaan.
1. Pertama, pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik
bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh kita.
Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak
biasa, dan warna abnormal.
2. Kedua, kita akan mendapatkan hasil dari tes yang menggunakan kertas
kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada
di atas normal. Tes ini dimaksudkan untuk memeriksa:
a. Level pH yang mengindikasikan kadar asam di urin. Level pH tidak
normal bisa bermakna gangguan ginjal atau saluran kencing.
b. Konsentrasi yang menunjukkan tingkat konsentrasi partikel-partikel yang
ada di urin. Konsentrasi di atas normal biasanya mengindikasikan
dehidrasi.
c. Protein yang seyogyanya tidak terdeteksi. Pertambahan sedikit tidak
terlalu mengkhawatirkan, namun jumlah besar mungkin menunjukkan
sebuah masalah di ginjal.
d. Gula yang biasanya terlalu rendah untuk dapat dideteksi. Makanya,
keberadaan sedikit gula akan dilanjutkan dengan tes untuk diabetes.
e. Keton yang, bila terdeteksi, menandakan diabetes dan membutuhkan
tes lanjutan.
f. Berbagai produk sel darah putih, misalnya nitrit dan leukosit esterase,
yang mungkin menandakan infeksi saluran kencing.
g. Sel darah merah atau komponen darah lain, seperti hemoglobin atau
myoglobin, yang mungkin menandakan kerusakan ginjal, batu ginjal,
13
infeksi, kelainan darah, atau kanker kandung kemih. Hasil ini tentunya
membutuhkan tes lanjutan.
3. Ketiga, hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan
untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau
tidak.
a. Lekosit (sel darah putih) untuk kemungkinan infeksi.
b. Eritrosit (sel darah merah) sebagai tanda kelainan ginjal, kelainan darah,
atau kondisi medis lainnya.
c. Sel epitelial yang memiliki dua makna: tumor atau sampel urin
terkontaminasi, Biasanya, laboratorium akan meminta sampel baru.
d. Bakteri atau jamur yang mungkin mengindikasikan infeksi.
e. Kristal untuk kemungkinan batu ginjal.
g) Peralatan
Baskom, botol semprot, dipstick (dan brosurnya), dek dan objek glass,
mikroskop, sentrifuge, rak tabung, reagen strip, tabung reaksi, tabung
sentrifuge, dan wadah urin
h) Bahan
Aquadest, kertas pH universal, sampel urin pagi, urin sewaktu, tissue,
pereaksi (Asam Asetat, Asam Sulfosalicyl 20%, Benedict, Erlich,
Schlesinger)
i) Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung sampai ¾ penuh
c. Warna dan kejernihan urin diamati (tidak berwarna, kuning muda,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning,
merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu.
Kejernihan dinyatakan (jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.
Biasanya urin segar pada orang normal jernih)
d. Bau urin diperiksa (bau makanan, obat-obatan, atau bau busuk)
e. Hasil dicatat.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
14
b. Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
c. Endapan atau sedimen diletakkan diatas objeck glass dan ditutup
dengan deck glass
d. Kristal atau sel epitel diamati dengan menggunakan mikroskop
(40x10)
3. Pemeriksaan Kimia Urin
a. Pemeriksaan kimia urin dengan reagen strip
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel urin diperiksa secara semikuantitatif dengan reagen strip
3. Strip dicelupkan sebatas yang ditentukan ke dalam sampel urin
4. Diamkan 40-60 detik
5. Perubahan warna diamati dengan membandingkan dengan
warna standar (tertera pada brosur dipstick) dan hasil
pengamatan dicatat
b. Pemeriksaan kimia urin dengan reagen kimia langsung
1. Pemeriksaan Protein
Sampel urin 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 3 tetes asam sulfosalisilat 20% (jika terjadi
kekeruhan, diperjelas dengan penambahan asam asetat 6%
sebanyak 3 tetes). Hasil positif, jika keruh.
2. Pemeriksaan glukosa
Reagen benedict diteteskan 8 tetes ke dalam sampel urin 5 ml
dalam tabung reaksi. Dicelupkan dalam air mendidih selama 5
menit, lalu dikocok. Hasil positif, jika berwarna merah.
3. Pemeriksaan urobilinogen
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 1 ml
reagen erlich. Hasil positif, jika berwarna merah.
4. Pemeriksaan Urobilin
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan
amoniak dan larutan iodium 1%. Setelah 5 menit, ditambahkan
dengan reagen Schlesinger, endapannya disaring. Filtrat diamati
dibawah sinar UV. Hasil positif, jika berflouresensi hijau merah.
5. Pemeriksaan Bilirubin
15
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi, dikocok. Warna busa
diperhatikan. Hasil positif, jika warna busa kuning.
Sampel urin 5 ml ditambahkan BaCl2 10% kemudian di kocok
dan disaring,Endapan ditambahkan preaksi fouchet. Jika positif
bilirubin berwarna hijau.
6. Pemeriksaan Kalsium
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 5 ml
reagen Sulkowitch. Hasil positif, jika terjadi kekeruhan.
7. Pemeriksaan Klorida
Sampel urin 10 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 tetes
kalium kromat 20% dan perak nitrat. Hasil positif, jika warna
merah tetap.
8. Pemeriksaan Keton
Sampel ditambahkan 1 gram rothera kemudian di kocok dan
ditambahkan 1-2 ml amonia. Hasil positif jika berwarna ungu
merah.
16
Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik urin
17
Reaksi :
Pembahasan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………….………………………………………………………………………
………………………….………………………………………………………………
………………………………….………………………………………………………
………………………………………….………………………………………………
………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………………………….…………………………………………
……………………………………………………….…………………………………
……………………………………………………………….…………………………
……………………………………….....................................................................
18
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
( )
19
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan
20
II. PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FESES
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
analisis feses untuk mendeteksi beberapa biomarker yang terdapat
dalam feses yang bisa dijadikan alat diagnostik untuk kondisi tertentu,
termasuk deteksi dini kanker kolon, hemoroid, kelainan ginjal serta
kelainan hati. Percobaan ini akan sekaligus mempertajam pemahaman
mahasiswa mengenai teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
analisis feses.
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
21
f) Teori dan Prinsip Dasar
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, selulosa, bakteri dan bahan patologis, jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya
dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu. Feses
yang digunakan untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan, untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan
feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Feses hendaknya diperiksa dalam
keadaan segar, kalau dibiarkan akan menyebabkan unsur-unsur dalam tinja
menjadi rusak. Feses merupakan bahan yang selalu dianggap infeksius, jadi
berhati-hatilah dalam bekerja.
Feses yang dikeluarkan secara normal mencerminkan bentuk dan
diameter lumen kolon. Konsistensi normal feses sedikit platis- tidak cair,
seperti bubur, atau keras. Warna coklat yang lazim terjadi karena
penguraian pigmen empedu oleh bakteri menjadi sterkobilin, dan baru
berasal dari produk penguraian protein indol dan skatol. Pada orang dengan
motilitas saluran cerna yang normal yang mengkonsumsi beragam
makanan, waktu transit kolon adalah 24 sampai 48 jam. Isi usus halus
(kimus) mulai masuk ke sekum 2 sampai 3 jam setelah makan, tetapi
prosesnya belum selesai sampai 6-9 jam setelah makan.
Pemeriksaan laboratorium feses terdiri dari :
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pada pemeriksaan feses harus dilakukan evaluasi terhadap ukuran,
bentuk, konsistensi, bau, warna, dan ada tidaknya darah, pus, mukus,
potongan jaringan dan sisa makanan. Pemeriksaan ini harus dilakukan
sebelum pasien mendapati barium atau pencahar. Perubahan dalam
bentuk atau ukuran mengisyaratkan perubahan motilitas atau kelainan
dinding kolon. Konsistensi dinyatakan pada gambar berikut :
22
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk memperkuat pengamatan
makroskopik. Untuk mendiagnosis infentasi parasit dan telurnya
biasanya diperlukan pemeriksaan mikroskopik walaupun nematoda
dewasa atau potongan cacing pita kadang-kadang tampak jelas pada
feses. Selain membuktikan adanya parasit, pemeriksaan mikroskopik
juga digunakan untuk penapisan yang cepat terhadap efisiensi
pencernaan, seperti terlihat serat-serat daging menunjukkan proteolysis
tidak adekuat. Sel epitel dengan jumlah tertentu dapat ditemukan dalam
feses, jika jumlahnya banyak atau mukus dalam jumlah besar
mengisyaratkan adanya iritasi mukosa usus.
3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan darah samar, pemeriksaan ini
penting dilakukan untuk memastikan adanya perdarahan yang tidak
dapat terdeteksi secara makroskopik maupun mikroskopik dan juga
merupakan pemeriksaan yang sangat efektif untuk mengetahui indikasi
adanya lesi atau karsinoma pada saluran pencernaan. Selain itu, ada
pemeriksaan bilirubin, pemeriksaan ini akan beraksi negatif pada tinja
23
normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen
dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi
mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi. Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode
pemeriksaan Fouchet
g) Peralatan
Baskom, botol semprot, mikroskop, botol dan pipet, dek dan objek
glass, stick/tusuk gigi, sentrifuge, rak tabung, reagen strip, tabung
reaksi, tabung sentrifuge, dan wadah feses
h) Bahan
Aquadest, NaCl 0,9 %, sampel feses segar, tissue, gloves, pereaksi
(Asam Asetat 10%, Eosin 1-2%, Lugol 1-2%, dan reagen fouchet),
pewangi ruangan semprot
i) Prosedur Kerja
Pemeriksaan Makroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Sampel feses dimasukkan ke dalam wadah yang kering, kedap
udara dan bebas urin.
c. Ukuran, bentuk, warna dan konsistensi feses diamati (coklat, coklat
tua, kuning-coklat, sangat coklat tua, hitam, abu-abu, hijau atau
kuning-hijau, dan merah).
d. Bau feses diperiksa (bau indol, skatol, asam butirat menyebabkan
bau normal pada feses, bau busuk, bau tengik atau asam)
e. Hasil dicatat.
24
Pemeriksaan Mikroskopik
o Alat dan bahan disiapkan
o Sampel feses disuspensikan dengan NaCl 0,9 % untuk
mengencerkan sampel feses jika terlalu padat.
o Sampel feses diambil secukupnya menggunakan stik/tusuk gigi
dan diletakkan pada objek glass, kemudian :
1. ditambahkan eosin 1-2 % sebanyak 1 tetes untuk melihat
protozoa,
2. ditambahkan lugol 1-2% sebanyak 1 tetes untuk melihat telur
cacing,
3. ditambahkan asam asetat 10% beberapa tetes untuk melihat
leukosit
4. ditambahkan NaCl 0,9% untuk melihat unsur-unsur lain pada
feses.
d. Objek glass yang telah berisi sampel dan pereaksi ditutup dengan
deg glas kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
10x atau 40x.
e. Hasil dicatat.
Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan darah samar dengan metode guajac dengan cara:
- Alat dan bahan disiapkan
- Sampel feses dibuat emulsi sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 1 ml asam asetat glacial, kemudian dicampur.
- Pada tabung reaksi yang lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk
guajac dan 2 ml alkohol 90%, kemudian dicampur.
- Isi tabung kedua dituang secara hati-hati ke dalam tabung yag
berisi emulsi feses, sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan yang terpisah
- Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas
kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
- Hasil pengamatan dicatat.
b. Pemeriksaan darah samar dengan metode kit strip:
- Alat dan bahan disiapkan
25
- Sampel emulsi feses diteteskan ke strip feses secara hati-hati
- Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada strip
control dan sampel. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
- Hasil pengamatan dicatat.
26
Reaksi :
Pembahasan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………….………………………………………………………………………
………………………….………………………………………………………………
………………………………….………………………………………………………
………………………………………….………………………………………………
………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………………………….…………………………………………
……………………………………………………….…………………………………
……………………………………………………………….…………………………
……………………………………….....................................................................
27
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
( )
28
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan
29
MODUL 2: FLEBOTOMI &
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
30
I. PRAKTIKUM FLEBOTOMI
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan mengambil
sampel darah dengan teknik flebotomi. Flebotomi merupakan teknik
pengambilan sampel melalui pembuluh darah vena menggunakan jarum
dan spoit steril. Saat in teknik flebotomi merupakan standar yang
dilakukan di klinik untuk mengambil sampel darah. Praktikum ini juga
akan melengkapi pemahaman mahasiswa mengenai preparasi sampel
darah seperti yang diajarkan pada pokok bahasan 2 yaitu Proses
Pengambilan Spesimen
b) Deskripsi singkat praktikum
Praktikum Flebotomi mengajarkan mahasiswa teknik pengambilan
spesimen darah dari pembuluh darah vena dengan menggunakan spoit
steril dengan menentukan tempat atau bagian tubuh dimana darah akan
di ambil (venipuncture) secara aseptis. Hal-hal yang penting
diperhatikan termasuk cara pemasangan tourniquet dipasang beberapa
inchi di atas tempat penusukan. Tourniquet sebelum penusukan jarum,
kapan torniquet harus dilepaskan dan wadah atau tube apa yang harus
digunakan untuk menyimpan darah, serta cara penyimpanan spesimen
darah yang telah diperoleh. Pengambilan darah menggunakan alat
vacutainer yang memanfaatkan bantuan vakum sehingga darah dari
lumen akan tertarik/mengalir dengan sendirinya ke dalam vacutainer.
Tujuan praktikum adalah untuk melakukan teknik flebotomi dengan
menggunakan jarum suntik (spoit) dan alat vacutainer
c) Sasaran pembelajaran praktikum
Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel darah melalui teknik
flebotomi sesuai prosedur standar
d) Alokasi waktu praktikum
Praktikum dilaksanakan selama 180 menit
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
31
f) Teori dan Prinsip Dasar
Flebotami (bhs Ingris : Phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan omia. Phleb
berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (cutting).
Flebotomis adalah seorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk
mengeluarkan dan menampung spesimen darah dari pembuluh darah vena,
arteri atau kapiler.
Pasien diminta mengambil posisi yang menyamankan tubuhnya. Kursi yang
dirancang khusus dengan ketinggian dan sandaran yang bisa diatur akan
menciptakan suasana santai bagi pasien selama proses pengambilan darah
dilakukan. Semua alat yang akan dipakai sudah harus tersedia di atas meja-kerja,
siap-pakai dan diletakkan sedemikian rupa sehingga posisinya mudah dijangkau
oleh tangan. Pemilihan ukuran semprit/ vacutainer atau lancet harus sesuai dengan
jenis tes laboratorium yang diminta. Demikian juga urutan tipe vacutainer perlu
dilakukan guna menghindari terjadinya kontaminasi silang antar tabung/vacutainer.
Teknik Pelaksanaan Flebotomi
A. Pemilihan Vena
Cari 3 vena yang paling mudah ditemukan di daerah antikubiti dengan cara melihat
atau dengan cara palpasi. Vena mediana, vena cubiti mediana, dan vena cephalica
mediana, secara tipikal berada ditengah daerah antikubiti. Vena cephalica berada di
lateral dan vena basilica berada di medial. Pemilihan vena berdasarkan beberapa
alas an, yaitu :
1. Dekat (vena mediana paling dekat dengan permukaan kulit, sehingga
mudah diakses).
2. Tidak bergerak (vena mediana merupakan vena yang paling tidak bergerak
ketika jarum menusuk sehingga tusukan dapat berhasil dengan sukses).
3. Aman (tusukan pada vena mediana kurang beresiko).
4. Nyaman ( vena mediana tidak terlalu membuat rasa tidak nyaman saat
ditusuk)
B. Tempat tusukan Alternatif
Pada mayoritas pasien, pengambilan specimen pada daerah antikubiti tidak
memungkinkan untuk beberapa sebab, antara lain :
1. Kegagalan saat menentukan vena yang dicari
2. Infus terpasang distal daerah antikubiti
32
3. Daerah antikubiti memar berlebihan akibat prosedur tusukan yang
sebelumnya
4. Adanya udem pada daerah antikubiti
5. Luka parut yang berlebihan
6. Kondisi kulit seperti ruam, infeksi, luka bakar
7. Mastektomi
Beberapa tempat alternative selain daerah antekubiti adalah bagian dorsal tangan,
bagian lateral pergelangan tangan, kaki, dan tumit (dengan ijin dokter), vena kulit
kepala (neonatus) , dan arteri Femoralis (hanya oleh dokter).
C. Pengambilan Spesimen Pada Pediatri
Pada kelompok pediatric perlu dikelompokkan lagi atas bayi (infants and neonatus)
dan anak anak (small children). Untuk anak yang lebih besar, dengan vena juga
sudah relative besar dan mudah terlihat, prosedurnya sama dengan tusukan vena
pada orang dewasa. Saat melakukan pengambilan specimen pada pediatric,
beberapa hal yangperlu diperhatikan adalah:
1. Persiapan diri Flebotomis. Perlu kesiapan khusus karena pasien yang akan
dihadapi belum tentu koperatif (anak dan orang tua )
2. Mempersiapkan anak dan orang tua (salah satu poin penting adalah
meyakinkan orang tuanya bahwa tindakan yang akan dilakukan benar-benar
diperlukan dalam rangka diagnostic dan terapi yang tepat.
3. Prosedur Flebotomi pediatric. Jelaskan secara sederhana teknik yang akan
digunakan. Bila perlu dijelaskan bahwa kemungkinan ditusuk bisa lebih dari satu kali
karena pembuluh darahnya masih halus/kecil. Prosedur flebotomi yang akan
digunakan sangat tergantung pada usia dan besar/ kecilnya si anak.
Pembuluah darah vena pada kelompok umur ini belum berkembang dengan
sempurna. Sampel kapiler harus diambil kecuali dokter secara khusus meminta
pengambilan yang perifer. Jika tusukan vena diminta untuk kebutuhan jumlah
darah, vena pada tangan lebih berkembang dan lebih mudah di akses daripada
daerah antikubiti. Pengambilan melalui vena harus dilakukan dengan jarum yang
kecil atau wing needle. Asisten dibutuhkan untuk menstabilitasi lengan atau tangan
anak-anak
33
D. Pengambilan Spesimen Pada Geriatri
Pada pasien geriatric (lanjut usia) tidak diperlukan teknik atau metode khusus untuk
mendapatkan specimen darah. Yang menjadi bahan pertimbangan adalah adanya
penurunan fungsi-fungsi organ akibat proses penuaan. Metode penusukan
kulit/kapiler, wing nidle maupun dengan vacutiner biasa merupakan alternative
pilihan tergantung kondisi fisiknya.Tusukan kulit/kapiler dilakukan terutama karena
penipisan dan penurunan elastisitas/kelenturan kulit. Keadaan tersebut
mengakibatkan pengambilan specimen lebih sulit karena vena menjadi Mobilepada
saat dilakukan penusukan. Elastisitas kulit yang menurun juga menyebabkan
mudah terjadi pendarahan atau hematom. Pada lansia pembuluh darah juga
mengalami aterosklerotik sehingga relative lebih sulit pada saat tusukan vena.
Pengambilan specimen tidak boleh dilakukan pada vena-vena yang melebar
(varises). Darah yang diperoleh pada varises tidak menggambarkan biokimiawi
tubuh yang sebenarnya karena darah yang diperoleh adalah darah yang
mengalami stasis. Resiko lainnya adalah kecendrungan untuk terjadi konfilkasi
pendarahan dan infeksi.
E. Pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler biasanya dilakukan pada pasien dengan keadaan
seperti dibawah ini ;
1. Pasien dengan luka bakar hebat
2. Pasien dengan obesitas berat
3. Pasien dengan kecendrungan trombotik
4. Pasien lansia atau pasien yang memiliki vena superficial yang rapuh
5. Pasien yang menjalani tes dirumah
6. Point-of-care testing (POCT )
7. Tes pada neonatus
8. Pasien yang takut pada jarum suntik
Lokasi pengambilan darah kapiler seharusnya mempertimbangkan usia pasien,
daerah yang mudah diakses, dan tes yang diperlukan.
a. Bayi sampai umur 12 bulan, hanya tusukan pada medial atau lateral
permukaan plantar yang dapat dilakukan. Kedalaman tusukan tidak melebihi 2.0
mm.
34
b. Usia 1 tahun sampai dewasa. Pengambilan darah kapiler biasanya
dilakukan pada bagian tebal jari ke tiga atau ke empat kaki. Hindari ibu jari karena
kulitnya terlalu tipis. Hindari juga jari kelingking karena tidak terlalu tebal dan dapat
melukai tulang
f) Peralatan
Pemasang jarum (holder), jarum spoit, sarung tangan, tourniquet,
vacutainer
g) Peralatan
Alkohol 70%, kapas, kertas label, plester
i) Prosedur kerja
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Identitas pasien dicatat sebelum pengambilan darah
c. Sarung tangan dipakai, tourniquet dipasang tidak lebih dari 1 menit,
dan peralatan lainnya terjangkau. Jika menggunakan vacutainer,
Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
d. Vena ditentukan, pilih bagian vena median cubital atau cephalic.
Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena
teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
e. Lokasi vena yang sudah ditentukan tersebut dibersihkan dengan
menggunakan kapas alkohol dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihkan jangan dipegang lagi.
f. Jarum ditusuk dengan sudut sekitar 15 derajat, dengan lubang jarum
menghadap keatas.
g. Tourniquet dilepaskan saat vena diakses
h. Jika menggunakan vacutainer, dipasang tabung vacutainer pada holder
maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tabung
dilepaskan setelah spesimen darah yang diperlukan sudah cukup.
i. Diletakkan kapas steril di atas tempat penusukan, bukan diatas jarum.
Kemudian jarum dilepaskan. Kapas ditekan pada tempat penusukan.
dipasang plester untuk menghentikan pendarahan. Disarankan jangan
menekuk siku agar tidak menimbulkan memar.
j. Jika menggunakan spoit, spesimen dimasukkan kedalam tabung/wadah
k. Label dipasang disertai dengan waktu pengambilan spesimennya.
l. Dibuang alat dan bahan yang sudah digunakan pada tempatnya.
35
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
36
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
( )
37
I. PRAKTIKUM PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
A. Tujuan Praktikum
Eritrosit kurang mengnadung air, namun mengandung beberapa jenis lipid dan
protein yang di bagian ujungnya berikatan dengan karbohidrat. Adanya
perbedaan jenis monosakarida (karbohidrat sederhana) yang berkaitan dengan
protein dan glikolipid tersebut menyebabkan adanya perbedaan golongan
darah dalam system ABO
Dalam sistem rhesus, antigennya adalah suatu protein yang menjadi bagian
utuh dari membran eritrosit, berbeda dengan system ABO yang merupakan
karbohidrat dalam bentuk oligosakarida. Untuk mengetahui bentuk dari sel-sel
darah, dapat dibuat teknik hapusan darah dengan pewarnaan MGG (May
Grunwald – Giemsa), sehingga dibawah mikroskop akan tampak sebagai
berikut:
38
kebiruan. Merupakan lapisan tebal yang dapat mencapai hampir
separuh volume darah. Jumlahnya sangat banyak di seluruh lapang
pandang.
2. Leukosit, merupakan sel yang membentuk lapisan tipis diatas lapisan
eritrosit dengan
bentuk inti dna ukuran sitoplasma yang bermacam-macam. Berperan
dalam proses pertahanan tubuh dari serangan penyakit.
3. Trombosit (keeping darah atau platelet), merupakan sel yang tidak
berinti dan berperan dalam mempertahankan keutuhan jaringan. Di
bawah mikroskop tampak tersebar di sana sini dalam lapang pandang
dan berukuran sangat kecil.
C. Prinsip Percobaan
1. Saat darah ditetesi antisera, jika terjadi penggumpalan pada darah yang
ditetesi antisera A, maka darah tersebut merupakan golongan A.
2. Jika terjadi penggumpalan pada darah yang ditetesi antisera B maka
darah tersebut merupakan golongan B.
3. Jika terjadi penggumpalan pada darah yang ditetesi antisera AB dan
atau A dan B, maka darah tersebut golongan AB
4. Jika tidak terjadi penggumpalan, maka darah tersebut golongan O.
5. Jika pada darah yang ditetesi antisera D terjadi penggumpalan, maka
darah tersebut merupakan golongan D+ (Rh+ ). Jika tidak terjadi
penggumpalan, maka darah tersebut merupakan golongan D(Rh).
D. Alat dan bahan Alat Bahan
Alat
1. Lanset
2. Objek glas
Bahan
1. Needle lancet
2. Tusuk gigi
3. Anti serum A,B,O dan Rh
4. Alkohol Swab
39
E Prosedur kerja
1. Lemaskan bagian jari yang akan diambil darah dan desinfeksi dengan
menggunakan alkohol swab
2. Tusuk ujung jari tersebut dengan menggunakan lanset (jangan lupa
untuk selalu mengganti needle / jarum tiap kali ganti pasien)
3. Hapuslah tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas alkohol
bersih
4. Pijit jari tersebut secara perlahan hingga keluar darah di bagian yang
disuntik tadi dan teteskan pada kertas golongan darah, dan tempatkan di
masing-masing kolom bertuliskan A, B, AB, dan Rh dengan jumlah
tetesan yang sama.
5. Pada kolom yang bertuliskan A, teteskan 1 tetes antisera A
6. Pada kolom yang bertuliskan B, teteskan 1 tetes antisera B
7. Pada kolom yang bertuliskan AB, teteskan 1 tetes antisera AB
8. Pada kolom yang bertuliskan D/Rh, teteskan 1 tetes antisera D/Rh
9. Aduk masing-masing dengan menggunakan tusuk gigi secara horizontal
10. Goyangkan sebentar diatas meja dan amati proses yang terjadi (apakah
terdapat penggumpalan atau tidak)
F. Hasil pengamatan
G. PEMBAHASAN
................................................................................................................. .............
............................................................................................................................. .
................................................................................................................... ...........
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
....................................................................................................................... .......
............................................................................................................................. .
......................................................................................................................... .....
............................................................................................................................. .
........................................................................................................................... ...
............................................................................................................................. .
40
............................................................................................................................ ..
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
G. KESIMPULAN
........................................................................................................................... ...
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
............................................................................................................................. .
..............................................................................................................................
................................................................................................................
I. REFERENSI
1.
2.
Asiten pendamping
(.....................................)
41
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 42
MODUL 3: PEMERIKSAAN ELEKTROLIT
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
43
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan kadar elektrolit. Praktikum ini akan memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai jenis-jenis biomarker elektrolit dan
interpretasi hasil terhadap manifestasi klinik. Praktikum ini akan
mendukung teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
Pemeriksaan Elektrolit
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
Elektrolit
Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat
pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion negative disebut
anion. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent
(mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg dari
hydrogen Pengaturan Elektrolit
Sodium (Natrium/ Na+)
Natrium adalah elektrolit paling banyak terdapat pada cairan
ekstraseluler. Natrium berfungsi mempertahankan keseimbangan air,
pengatur utama volume cairan ekstraseluler, mempengaruhi volume
cairan intraseluler, sebagai hantaran impuls saraf dan kontraksi otot,
sebagai dasar elektrolit pada pompa Natrium – Kalium. Natrium diatur
oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urin. Nilai normal sekitar
135-145 mEq/ L (mmol/L)
Potassium (Kalium)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Kalium
berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari
cairan sel. Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan
kontraksi syaraf, jantung, otot, intestinal, dan jaringan paru; metabolisme
45
protein dan karbohidrat. Membantu pada pengaturan keseimbangan
asam basa karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen.
Pengaturan ion K oleh pompa Natrium, sekresi aldosteron merangsang
ekskresi K dalam urin. Nilai normal Kalium sekitar 3,5 – 5 mEq/L
Calsium (Kalsium)
Kalsium berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah,
katalisatos kontraksi otot dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk
absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan gigi. Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal. Hormon thyrokalsitonin menghambat penyerapan kalsium tulang.
Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein.
Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein.
Magnesium di absorpsi oleh intestinal dan diekskresi oleh ginjal. Nilai
normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein.
Chlorida (Klorida)
Klorida merupakan cairan anion ekstraseluler ditemukan di darah, cairan
intestinal, dan limpa. Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
darah. Nilai normal klorida sekitar 95 – 105 mEq/L (mmol/L)
Bikarbonat
Bikarbonat merupakan molekul anion. Berfungsi pada keseimbangan
asam basa. Di atur oleh ginjal. Nilai normal sekitar 25 – 29 mEq/ L
(mmol/L)
Fosfat
Ion fosfat merupakan anion dalam sel tubuh. Berfungsi sebagai
keseimbangan asam basa. Penting pada pembelahan sel dan transmisi
dari herediter. Fosfat diatur oleh PTH (Parathyroidhormon) dan
46
diaktifkan oleh vitamin D. Nilai normal sekitar 2,5 – 4,5 mEq/L (mmol/L)
Pengeluaran Cairan
Cairan tubuh hilang melalui ginjal dalam bentuk urin, saluran intestinal
dalam bentuk feses, dan melalui keringat. Insensible Water Loss (IWL)
adalah kehilangan cairan yang tidak dapat di persepsikan, sekitar 15-20
ml/24 jam
Pengeluaran cairan melalui organ-organ:
1. Ginjal
a. Pengatur keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari
b. Produksi urin untuk semua usia 1 ml/kg/jam, (orang dewasa sekitar
1,5 lt/hari)
c. Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosterone
2. Kulit
a. Diatur oleh saraf simpatis
b. Rangsangan kelenjar dapat dihasilkan dari aktivitas otot, suhu
lingkungan dan demam
3. Paru-paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
4. Gastrointestinal
a. Pada kondisi normal cairan yang hilang sekitar 100-200/ hari
b. IWL sekitar 10-15 cc/kg BB/24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL
pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius
47
g) Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h) Bahan
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat. Aquadest,
kapas, larutan standar dan reagen kalsium, larutan standar dan reagen
natrium, larutan standar dan reagen kalium, larutan standar dan reagen
klorida, larutan standar dan reagen CKMB, serum, tip.
i) Prosedur Kerja
Pra-analitik
Persiapan probandus : menghindari aktifitas berat
Persiapan sampel : hindari pemakaian sampel yang keruh, ikterik,
hemolysis
Pengambilan Spesimen
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Bagian pengambilan darah dibersihkan dengan alkohol 70%
c. Torniquet dipasang pada bagian atas lengan (probandus diminta
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali)
d. Darah diambil melalui vena mediana cubital
e. Torniquet dilepaskan secara perlahan dan diambil darah sesuaijumlah
yang diinginkan
f. Darah dimasukkan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm, serumnya diambil
Analitik
1. Humalyzer dinyalakan dan diatur untuk pengukuran elektrolit
2. Larutan dibuat :
- 1000 µl buffer kalsium dan zat warna kalsium 1000 µl dimasukkan
ke dalam gelas beaker dan dihomogenkan dengan baik dan reagen
siap digunakan
3. Dipipet sampel sebanyak 20 µl lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan
ditambahkan reagen kerja sebanyak 1000 µl kemudian diinkubasi
selama 5 menit dan dibaca hasil pada alat humalyzer.
48
Pasca-analitik
Interpretasi hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan darah dan kondisi
pasien
j) Reaksi
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
49
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
( )
50
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 51
MODUL 4: PEMERIKSAAN BIOMARKER
JANTUNG
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
52
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan biokimia darah untuk mengetahui fungsi jantung yang terdiri
dari beberapa biomarker dengan fungsi diagnostik masing-masing.
Praktikum ini akan memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai
jenis-jenis biomarker jantung dan manfaat interpretasi hasil terhadap
manifestasi klinik. Praktikum ini akan mendukung teori yang diajarkan
dalam kuliah pokok bahasan Pemeriksaan Fungsi Jantung
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
Biomarker Jantung
Istilah biomarker (biological marker) diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1989 sebagai Medical Subject Heading (MeSH) term: "parameter
biologis yang bisa diukur dan dihitung (seperti konsentrasi enzim
spesifik, konsentrasi hormon spesifik, distribusi fenotip gen spesifik
dalam populasi dan adanya zat biologis) yang bertindak sebagai indeks
untuk penilaian terkait kesehatan dan fisiologi, seperti penyakit jantung,
penyakit psikiatrik, paparan lingkungan dan efeknya, diagnosis penyakit,
proses metabolik, penyalahgunaan zat, kehamilan, perkembangan sel,
penelitian epidemiologis. Pada tahun 2001, kelompok kerja
menstandarisasi definisi biomarker sebagai “karakteristik yang secara
objektif diukur dan dievaluasi sebagai indikator proses biologis normal,
proses patogenik, atau respon farmakologis terhadap intervensi
terapetik.
Jenis-jenis biomarker pada jantung :
1. Troponin T
Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu pertanda biokimiawi yang baru
dalam pemeriksaan kerusakan sel miosit otot jantung dengan memantau
penglepasan suatu protein kontraktil sel miokard yaitu troponin T akibat
disintegrasi sel pada iskemi berat. Penelitian diluar negri menunjukan
bahwa troponin T ini mempunyai sensitifitas 97% dan spesifitas 99%
dalam deteksi kerusakan sel miokard. Bahkan disebutkan penanda ini
dapat mendeteksi kerusakan sel miosit jantung yang sangan minimal
(mikro infark), yang mana oleh penanda jantung yang lain, hal ini tidak
ditemukan.
2. CK MB
Enzim CK-MB dalam keadaan normal ditemukan di dalam otot jantung
dan dilepaskan ke dalam darah jika terjadi kerusakan jantung.
54
Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah
serangan jantung dan menetap selama 36-48 jam. Kadar enzim ini
biasanya diperiksa pada saat penderita masuk rumah sakit dan setiap 6-
8 jam selama 24 jam berikutnya.
3. Myoglobin
Pemeriksaan mioglobin digunakan pada saat terjadi dugaan serangan
jantung dan untuk perkiraan reperfusi koroner pasca trombolisis.
Merupakan protein otot yang dikeluarkan pada saat adanya kerusakan
oleh sel otot jantung dan oto rangka. Secara imunologi, tidak ada
perbedaan antara protein dari otot jantung dan otot rangka. Myoglobin
tidak seperti Troponin T, karena kurang spesifik. Tetapi tetap penting
untuk memeriksa Myoglobin juga akan bervariasi berdasarkan latar
belakang penyakit dari pasien yang dapat ditemui pada pemeriksaan
jantung lainnya.
4. proBNP
proBNP digunakan sebai alat bantu diagnosa pasien yang diduga
mengalami gagal jantung kongestif, pada monitoring pasien dengan
difungsi ventrikel kiri terkompensasi, serta untuk stratifikasi risiko pasien
dengan sindrom koroner akut.
Pada orang dewasa, penggunaan BNP telah ditunjukkan sebagai
penanda penyakit jantung dan bisa menguntungkan dalam
membedakan penyakit pulmoner dengan penyakit jantung pada kondisi
layanan kesehatan akut. Sejumlah penelitian menunjukkan
meningkatnya BNP dan NT pro BNP pada berbagai jenis penyakit
jantung anak.
5. Laktat dehydrogenase
Laktat dehydrogenase adalah enzim yang berfungsi mengubah asam
laktat menjadi laktat dan menghasilkan energy. Enzi mini terdapat pada
hamper semua jaringan dan kadarnya meningkat dalam darah apabila
terjadi kerusakan sel. Tes LDH digunakan untuk membantu diagnosis
serangan jantung, tetapi perlu dilakukan tes pendukung terutama
troponin
6. Serum Glutamat Oxaloasetat Transferase (SGOT)
55
GOT Banyak terdapat di hati dan jantung, sehingga apabila kadarnya
meningkat dalam serum/plasma dapat digunakan sebagai indicator
kerusakan sel jantung
g) Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h) Bahan
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat. Aquadest,
kapas, larutan standar dan reagen CKMB, serum, tip.
i) Prosedur Kerja
Pra-analitik
Persiapan probandus : menghindari aktifitas berat
Persiapan sampel : hindari pemakaian sampel yang keruh, ikterik,
hemolysis
Pengambilan Spesimen
g. Alat dan bahan disiapkan
h. Bagian pengambilan darah dibersihkan dengan alkohol
70%
i. Torniquet dipasang pada bagian atas lengan (probandus
diminta mengepal dan membuka tangannya berkali-kali)
j. Darah diambil melalui vena mediana cubital
k. Torniquet dilepaskan secara perlahan dan diambil darah
sesuai jumlah yang diinginkan
l. Darah dimasukkan disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm, serumnya diambil
Analitik
3. Humalyzer dinyalakan dan diatur untuk pengukuran elektrolit atau
kreatinin kinase
4. Larutan dibuat :
- 1000 µl buffer kalsium dan zat warna kalsium 1000 µl dimasukkan
ke dalam gelas beaker dan dihomogenkan dengan baik dan reagen
siap digunakan
56
3. Dipipet sampel sebanyak 20 µl lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan
ditambahkan reagen kerja sebanyak 1000 µl kemudian diinkubasi
selama 5 menit dan dibaca hasil pada alat humalyzer.
Pasca-analitik
Interpretasi hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan darah dan kondisi
pasien
j) Reaksi
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
57
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
( )
58
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya) 59
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan
MODUL 5: PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
60
a. Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan fungsi hati yang terdiri dari beberapa biomarker, dengan
fungsi diagnostik masing-masing. Praktikum ini akan memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai jenis-jenis biomarker hati dan
manfaat interpretasi hasil terhadap manifestasi klinik. Praktikum ini akan
mendukung teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan Tes Fungsi
Hati.
e. Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
61
hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini
masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:
1. Empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan
cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah
merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong
empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung
kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan
biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak,
mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan
mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam
air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke
peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang
yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
2. Sebagian besar asam amino
3. Faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
4. Protein C, protein S dan anti-trombin
5. Kalsidiol
6. Trigliserida melalui lintasan lipogenesis
7. Kolesterol
8. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang
berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-
kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa.
9. Enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea.
Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat
racun.
10. Trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan
produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang.
11. Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama
sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang
belakang mampu mengambil alih tugas ini.
12. Albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
13. Angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan
tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang
62
disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh
juxtaglomerular apparatus.
14. Enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat
transferase dan laktat dehidrogenase
Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada
umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain:
1. Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat asam
amino, asam laktat, asam lemak non ester dan gliserol. Pada
manusia dan beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat
mengkonversi gliserol menjadi glukosa. Lintasan dipercepat oleh
hormon insulin seiring dengan hormon tri-iodotironina melalui
pertambahan laju siklus Cori.
2. Glikogenolisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk
kemudian dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya
kebutuhan energi oleh tubuh. Hormon glukagon merupakan stimulator
utama kedua lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis
menghindarikan tubuh dari simtoma hipoglisemia. Pada model tikus,
defisiensi glukagon akan menghambat kedua lintasan ini, namun
meningkatkan toleransi glukosa.[18] Lintasan ini, bersama dengan
lintasan glukoneogenesis pada saluran pencernaan dikendalikan oleh
kelenjar hipotalamus.
3. Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
64
E. Bilirubin
Eritrosit pada akhir masa hidupnya dirusak didalam system retikulo
endothelial. Globulin dipisahkan dari hem dan cincin forfirin dibuka. Besi
dilepaskan dan menjadi terikat ke transferin dan selanjutnya digunakan
untuk sintesis haemoglobin baru. Bagian terbesar dari hemoglobin
menjaadi bilirubin. Bilirubin yang tersirkulasi didalam plasma terikat ke
albumin, meliputi bilirubin dikonjugasi dan bilirubin tak terkonjugasi.
Prinsip pengukuran yaitu bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphanic
acid (DSA) membentuk warna zat merah azo. Serapan pada 546 nm
sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glucoronida
bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA sedang
albumin terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan
DSA dibantu akselerator (zat pemercepat).
Beberapa parameter lain yang menyatakan kerusakan hati yaitu :
No Parameter Tes Nilai Rujukan
1 Ekskresi empedu
Bilirubin direk serum 0,1-0,4 mg/100 ml
Bilirubin indirek serum 0,1-0,5 mg/100 ml
Bilirubin serum total 0,2-0,9 mg/100 ml
Bilirubin kemih 0
Urobilinogen kemih 0-4 mg/24 jam
2 Metabolisme protein
Protein serum total 6-8 mg/100 ml
Albumin serum 3,5-5,5 mg/100 ml
Globulin serum 1,5-3 mg/100 ml
Masa protrombin 11-16 detik
Amonia darah 30-70 µg/100 ml
3 Enzim-enzim serum
AST (SGOT) 5-40 unit/ml
ALT (SGPT) 5-35 unit/ml
LDH 200-500 unit/ml
Fosfatase Alkali 2-5 unit Bodansky
65
g. Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h. Bahan
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat. Asam
sulfanic, asam hydroclorit, kafein, natrium benzoate, naatrium nitrit
(pengukuran bilirubin), buffer sitrat pH 4,2; bromkresol green, albumin, natrium
azida (pengukuran albumin); 2-amino-2-metil-1-propanol pH 10,4; magnesium
asetat, zink sulfat, natrium azida, p-nitrophenyl phosphate, serum,tip, kapas
(pengukuran ALP).
m. Prosedur Kerja
66
Pengukuran Bilirubin
1. Bilirubin Total
Alat dan bahan disiapkan. Diatur kondisi pemeriksaan suhu 20-25 C.
Reagen bilirubin total sebanyak 1000 µl dipipet ke dalam kuvet
blanko sampel dan sampel. Reagen T-nitrit ditambahkan 1 tetes (40
µl) pada sampel. Dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 5
menit. Sampel dan blanko sampel dipipet 100 µl ke dalam kuvet.
Dicampur dengan baik, dan diinkubasi pada suhu kamar 10-30
menit. Absorbansi sampel diukur terhadap blanko sampel.
2. Bilirubin direct
Alat dan bahan disiapkan. Diatur kondisi pemeriksaan suhu 20-25 C.
Reagen bilirubin total sebanyak 1000 µl dipipet ke dalam kuvet
blanko sampel dan sampel. Reagen D-nitrit ditambahkan 1 tetes (40
µl) pada sampel. Dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 2
menit. Sampel dan blanko sampel dipipet 100 µl ke dalam kuvet.
Dicampur dengan baik, dan diinkubasi pada suhu kamar 5 menit.
Absorbansi sampel diukur terhadap blanko sampel.
Pengukuran ALP
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Diatur kondisi pemeriksaan dengan celah optic 1 cm, suhu 30 C
atau 37 C, panjang gelombang Hg 405 nm, 400-420 nm dan
pengukuran terhadap udara (kenaikan absorbansi)
3. Reagen dan kuvet dihangatkan sampai pada suhu yang
dikehendaki dan suhu dijaga konstan (+0,5 C) selama tes
4. Percobaan dilakukan dengan metode starf reagen. Sampel 20 µl
dan larutan buffer 1000 µl masing-masing dipipet ke dalam kuvet
5. Dicampur dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu 30 C atau 37 C
6. Substrat 250 µl ditambahkan ke dalam kuvet
7. Absorbansi dibaca setelah 1 menit (dijalnkan stopwatch), baca lagi
absorban tepat setelah 1, 2 dan 3 menit
8. Percobaan dilakukan dengan metode starf sampel. Sampel 20 µl
dan reagen kerja 1000 µl dipipet ke dalam kuvet.
9. Dicampur dan absorbansi dibaca setelah 1 menit (dijalnkan
stopwatch), baca lagi absorban tepat setelah 1, 2 dan 3 menit
67
Pengukuran Albumin
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Diatur kondisi pemeriksaan dengan suhu 20-25 C, setelah optic 1
cm, panjang gelombang Hg 546 nm
3. Sampel atau standar 10 µl dipipet ke dalam kuvet.
4. Ditambahkan reagen warna 1000 µl dan reagen blanko 1000 µl,
dicampur dengan baik dan diinkubasi selama 5 menit pada 20-25 C
5. Absorbansi sampel dan standar diukur terhadap reagen blanko
dalam 30 menit.
Reaksi
Pembahasan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
68
…………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………….……………………………………
…………………………………………………………….……………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
…………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………….……………………………………
…………………………………………………………….……………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
…………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………….……………………………………
…………………………………………………………….……………………………
……………………………………………………………………………………………
69
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
( )
70
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 71
MODUL 6: PEMERIKSAAN FUNGSI
GINJAL
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
72
a. Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan kadar biokimia darah untuk mengetahui fungsi ginjal yang
terdiri dari beberapa biomarker, dengan fungsi diagnostik masing-
masing. Praktikum ini akan memperdalam pemahaman mahasiswa
mengenai jenis-jenis biomarker ginjal dan manfaat interpretasi hasil
terhadap manifestasi klinik. Praktikum ini akan mendukung teori yang
diajarkan dalam kuliah pokok bahasan Tes Fungsi Ginjal.
e. Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
74
Osmolalitas urin 24 jam (harus rata-rata 300-900 mOsm/kg) dan
osmolalitas urin acak/sewaktu (harus rata-rata 500-800 mOsm/kg)
c. Tes klirens urea
Uji ini membutuhkan sampel darah untuk mengukur jumlah urea
dalam aliran darah dan dua specimen urin, dikumpulkan satu jam
terpisah, untuk menentukan jumlah urea yang disaring, atau
dibersihkan, oleh ginjal menjadi urin.
d. Uji Protein Urin
Ginjal menyaring semua protein dari aliran darah dan kemudian
menyerap kembali, sehingga tidak ada protein, atau hanya sedikit
jumlah protein yang masuk ke dalam urin.
Tes Darah
a. Blood urea nitrogen (Uji Nitrogen Urea Darah, BUN).
Urea merupakan produk sampingan dari metabolism protein.
Dibentuk di hati, produk limbah ini kemudian disaring dari darah
dan dibuang dalam urin oleh ginjal. Uji ini untuk mengukur jumlah
nitrogen yang terkandung dalam urea. Kadar BUN yang tinggi
menunjukkan terjadinya disfungsi ginjal. Nilainya harus dengan
rata-rata 8-20 mg/dl
b. Kreatinin
Tes ini mengukur kadar kreatinin, produk sampingan dari
metabolisme otot, mirip dengan urea, yang disaring dari darah
oleh ginjal dan dibuang ke dalam urin. harus 0,8-1,2 mg/dl (untuk
pria) dan 0,6-0,9 mg/dl (untuk wanita)
c. Tes darah lainnya. Pengukuran tingkat darah dari elemen lain
diatur dalam bagian oleh ginjal. Tes lain seperti tes kaadar
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfor,
protein, asam urat dan glukosa. Misal tingkat asam urat harus 3,5-
7,2 mg/dl (untuk pria) dan 2,6-6,0 mg/dl (untuk wanita)
g. Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h. Bahan
75
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat.
Aquadest, kapas, larutan standar asam urat, larutan standar kreatinin,
natrium klorida, reagen asam urat, reagen kreatinin dan serum, tip.
i. Prosedur Kerja
Pra-analitik
Persiapan probandus (untuk asam urat kreatinin) : puasa 8-14 jam
Persiapan sampel : hindari pemakaian sampel yang keruh,
ikterik, hemolysis
Pengambilan Spesimen
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Bagian pengambilan darah dibersihkan dengan alkoho 70%
c. Torniquet dipasang pada bagian atas lengan (probandus diminta
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali)
d. Darah diambil melalui vena mediana cubital
e. Torniquet dilepaskan secara perlahan dan diambil darah sesuai
jumlah yang diinginkan
f. Darah dimasukkan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm, serumnya diambil
Analitik
1. Asam urat
a. Humalyzer dioperasikan dan diset untuk pengukuran asam urat
b. Reagensia disiapkan dan larutan standar disimpan pada suhu 37
C.
c. Pembuatan larutan :
- Larutan blanko (1000 µl reagen + 20 µl API)
- Larutan standar (1000 µl reagen + 20 µl larutan standar)
- Larutan sampel (1000 µl reagen + 20 µl serum (yang akan diuji))
d. Larutan diinkubasi pada humalyzer selama 5 menit
e. Petunjuk humalyzer diikuti. Dilakukan pengukuran pada larutan
blanko, standard dan sampel
f. Hasil pengukuran dibaca.
2. Ureum
76
a. Humalyzer dioperasikan dan diset untuk pengukuran BUN
b. Reagensia disiapkan dan larutan standar disimpan pada suhu 30
C.
c. Pembuatan larutan :
- Semi mikro
Standar = 100 µl standar + 1000 µl reagen
Sampel = 100 µl standar + 1000 µl reagen
- Semi makro
Standar = 200 µl standar + 2000 µl reagen
Sampel = 200 µl standar + 2000 µl reagen
d. Larutan diinkubasi pada humalyzer (30 detik untuk semi mikro
dan 2 menit untuk semi makro)
e. Petunjuk humalyzer diikuti. Dilakukan pengukuran pada larutan
blanko, standard dan sampel
f. Hasil pengukuran dibaca.
3. Kreatinin
a. Humalyzer dioperasikan dan diset untuk pengukuran kreatinin
b. Reagensia disiapkan dan larutan standar disimpan pada suhu 30
C.
c. Pembuatan larutan :
- Semi mikro
Standar = 100 µl standar + 1000 µl reagen
Sampel = 100 µl standar + 1000 µl reagen
- Semi makro
Standar = 200 µl standar + 2000 µl reagen
Sampel = 200 µl standar + 2000 µl reagen
d. Larutan diinkubasi pada humalyzer (30 detik untuk semi mikro
dan 2 menit untuk semi makro)
e. Petunjuk humalyzer diikuti. Dilakukan pengukuran pada larutan
blanko, standard dan sampel
f. Hasil pengukuran dibaca.
Pasca-analitik
77
Interpretasi hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan darah dan kondisi
pasien
j. Reaksi
78
k. Pembahasan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
…………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………….……………………………………
…………………………………………………………….……………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………
…………….……………………………………………………………………………
…………………….……………………………………………………………………
…………………………….……………………………………………………………
…………………………………….……………………………………………………
…………………………………………….……………………………………………
…………………………………………………….……………………………………
…………………………………………………………….……………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
79
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
( )
80
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 81
MODUL 7: PEMERIKSAAN GLUKOSA
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
82
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan mengukur
glukosa darah, mulai dari pemisahan darah hingga penggunaan
instrumen Humalyzer(R) untuk menganalisa sampel. Pengukuran
glukosa darah secara klinis bermanfaat untuk mengetahui kadar gula
darah pasien sebagai indikator seseorang menderita penyakit Diabetes
Mellitus. Praktikum ini mendukung teori yang diberikan pada pokok
bahasan Metabolisme glukosa dan analisanya.
b) Deskripsi singkat praktikum
Pada praktikum kali ini, mahasiswa dituntun untuk melakukan
pengukuran kadar glukosa darah secara oksidasi enzimatik
menggunakan spesimen serum darah probandus. Terdapat 3 jenis gula
darah yang diukur, yaitu kadar glukosa puasa, sewaktu dan tes toleransi
glukosa. Percobaan ini mengkondisikan probandus dipuasakan dan
diberi glukosa 75% lalu diukur gula darahnya setelah 2 jam. Tujuan
praktikum adalah untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan instrument humalyzer menggunakan kit diagnostik yang
menggunakan prinsip enzimatiK
c) Sasaran pembelajaran praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan analisa kadar gula darah
probandus sesuai prosedur standar serta menginterpretasi hasil
pengukuran yang dihubungkan dengan kondisi probandus.
d) Alokasi waktu praktikum
Praktikum dilaksanakan selama 180 menit
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
f) Teori dan Prinsip Dasar
Glukosa merupakan golongan karbohidrat yang merupakan sakarida.
Glukosa diserap oleh hati dan sebagian disimpan sebagai glikogen atau
asam-asam lemak sehingga kadar glukosa darah dipertahankan dalam
batas normal 80-120 mg/dL atau 3,0 – 7,0 mmol/L. Pengaturan kadar
glukosa darah sangat ditentukan oleh beberapa hormone. Hormon
insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah sedangkan glucagon
83
dapat menaikkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah tinggi
dalam waktu yang lama akan menyebabkan diabetes mellitus.
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada
manusia berkisar antara 4,5 – 5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang
mengandung karbohidrat, kadar tersebut dapat naik hingga 6,5 – 7,2
mmol/L. Di saat puasa, kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar
3,3 – 3,9 mmol/L. Kadar glukosa darah berkurang.
Pembentukan glukosa
Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan
akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang
dicerna secara aktif mengandung residu glukosa. Glukosa dibentuk dari
senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan mekanisme untuk mengubah senyawa
nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utamanya yaitu
asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionate. Hati dan ginjal
merupakan jaringan yang terlibat karena mengandung komplemen
lengkap mengenai enzim yang diperlukan.
Glukosa juga dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolisis. Glikogen
disintesis dari glukosa dan prekursor lainnya lewat lintasan glikogenesis.
Pemecahannya terjadi melalui lintasan terpisah yang disebut
glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa di hati
dan pembentukan laktat di otot akibat adanya enzim glukosa-6-
fosfatase.
Tabel Pengamatan
Reaksi
87
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
88
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
( )
89
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 90
MODUL 8: PEMERIKSAAN LIPID DAN
LIPOPROTEIN
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
91
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan kadar lipid yang terdiri dari beberapa biomarker, dengan
fungsi diagnostik masing-masing. Praktikum ini akan memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai jenis-jenis biomarker lipid dan
manfaat interpretasi hasil terhadap manifestasi klinik. Praktikum ini akan
mendukung teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
Pemeriksaan Lipid dan Kolesterol
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
92
sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan
molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses
dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik,
artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau
membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau
sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan"
biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan
pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak,
gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida
(diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid
prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari
lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-
turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga
metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia
dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid,
beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh
melalui makanan.
Kolesterol adalah senyawa atau zat kimia yang dapat membentuk
kompleks yang memiliki berat molekul tinggi. Terdapat dalam jaringan tubuh
dan dapat dikonversi oleh kelenjar adrenal dan kelenjar gonad menjadi
hormone steroid. Kelebihan kolesterol dari makanan biasanya meningkatkan
kolesterol plasma, kolesterol dalam plasma bentuk ester rantai panjang
asam lemak tak jenuh.
Lipid dalam darah terutama terdiri dari kolesterol, trigliserida (minyak),
asam lemak bebas, dan fosfolipida. Semua komponen lipida darah tersebut
lebih dari 50% terdiri dari air dan tidak larut dalam darah. Oleh karena itu,
lipid diangkut sebagai senyawa kompleks dengan cairan protein transport
yang disebut lipoprotein yang dapat bercampur baik dengan darah. Jenis-
jenis lipoprotein yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),
intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), high
density lipoprotein (HDL) dan apolipoprotein.
93
Kadar normal dari lipid plasma yaitu :
Kadar
Kadar yang ingin Kadar batas hingga
Pemeriksaan tinggi
dicapai (mg/dL) tinggi (mg/dL)
(mg/dL)
Kolesterol
< 200 200 – 239 > 240
total
LDL < 130 130 – 159 > 160
HDL
-Pria > 40
> 60
-Wanita > 50
g) Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h) Bahan
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat. Aquadest,
kapas, larutan standar dan reagen kolesterol total, larutan standar dan
94
reagen kolesterol LDL, larutan standar dan reagen kolesterol HDL, larutan
standar dan reagen trigliserida, serum, tip.
i) Prosedur Kerja
Pra-analitik
Persiapan probandus (untuk kolesterol total dan trigliserida) :
puasa 8-14 jam
Persiapan sampel :
hindari pemakaian sampel yang keruh, ikterik, hemolysis
Pengambilan Spesimen
b. Alat dan bahan disiapkan
c. Bagian pengambilan darah dibersihkan dengan alkoho 70%
d. Torniquet dipasang pada bagian atas lengan (probandus diminta
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali)
e. Darah diambil melalui vena mediana cubital
f. Torniquet dilepaskan secara perlahan dan diambil darah sesuai
jumlah yang diinginkan
g. Darah dimasukkan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm, serumnya diambil
Analitik
1. Humalyzer dinyalakan dan diatur untuk pengukuran kolesterol
2. Larutan dibuat :
- Larutan blanko (1000 µl reagen + 10 µl API)
- Standar (1000 µl reagen + 10 µl larutan standar kolesterol)
- Sampel (1000 µl reagen + 10 µl serum)
3. Larutan sampel diinkubasi pada suhu 37 C selama 5 menit untuk
LDL,HDL,Trigliserida.
4. Diikuti petunjuk pada alat humalyzer (dengan pengukuran blanko,
standar, dan sampel).
5. Hasil pengukuran dipelajari.
95
Pasca-analitik
Interpretasi hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan darah dan kondisi
pasien
j) Reaksi
96
k) Pembahasan
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………
……….…………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………………………………
……………………….…………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………….…………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………
……….…………………………………………………………………………………
……………….…………………………………………………………………………
……………………….…………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………….…………………………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
……………………………….…………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………
97
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………...
Daftar Pustaka :
…………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………
( )
98
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Tamalanrea, Makassar, 90245
Telp. (0411) 588556, HP. 081355381632
NAMA :
KLP/GOL :
PERCOBAAN :
PRA-PRAKTIKUM (15%)
Nilai
Parameter Nilai yang Diberikan
Maksimal
Kelengkapan Atribut Lab 5
Kelengkapan Peralatan Praktikum 5
Kelengkapan Bahan Praktikum 5
BOBOT TOTAL (A)
PRAKTIKUM (80%)
Kemampuan melaksanakan prosedur praktikum 30
Kemampuan menginterpretasikan data praktikum 20
Kemampuan mengemukakan pendapat 15
Kemampuan bekerja sama dalam kelompok 15
BOBOT TOTAL (B)
POST-PRAKTIKUM (10%)
Kebersihan meja kerja 5
Kerapian meja kerja 5
BOBOT TOTAL (C)
RESPONSI *) Lulus Respon / Gagal Respon
CATATAN ASISTEN :
*) = Coret yang tidak perlu dan bila gagal responsi, maka nilai keaktifan dikurangi setengahnya
*) Menghilangkan lembar keaktifan ini, tidak diperkenankan untuk meminta nilai keaktifan ulang
(Nilai keaktifan dikurangi setengahnya)
*) Diselipkan pada modul praktikum pada bagian belakang tiap akhir percobaan 99
Laboratorium Kimia Klinik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
ASPEK I. RESPONSI
No. Kriteria Pembobotan Nilai
Mengetahui tujuan, prinsip dan teori singkat
1. 3
praktikum permodulnya
Mengetahui penanganan alat dan bahan yang
2. 4
akan digunakan pada praktikum permodulnya
3. Mengetahui cara kerja 4
4. Mengetahui teknik keselamatan kerja 4
Total Nilai Responsi
100
ASPEK V. DISKUSI
No. Kriteria Pembobotan Nilai
1. Menyiapkan presentasi diskusi 3
Mampu memahami dan menjelaskan materi
2. 5
diskusi
Mampu memahami dan menjawab pertanyaan
3. 4
yang diajukan selama diskusi
Mampu menyebutkan atau mengutip literatur yang
4. 4
menunjang diskusi
5. Mampu membuat kesimpulan 3
Total Nilai Diskusi
101
RANGKUMAN PENILAIAN PRAKTIKUM
NAMA MHS : MODUL :
NIM : TANGGAL :
KELOMPOK :
NILAI
No. Aspek Penilaian
1. Responsi
1.Mengetahui tujuan, prinsip
dan teori singkat praktikum
permodulnya
2.Mengetahui penanganan alat
dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum
permodulnya
3.Mengetahui cara kerja
4.Mengetahui teknik
keselamatan kerja
Sub Total
2. Persiapan/Jurnal
1.Membawa/menyiapkan alat
dan bahan
2.Memakai jas lab dan
berpenampilan rapi
3.Mengenakan atribut lab
(papan nama, masker dll)
4.Membawa modul
Sub Total
3. Pelaksanaan/Keaktivan
1.Terlibat secara aktif dalam
kegiatan praktikum
2.Menggunakan alat dan bahan
sesuai prosedur praktikum
3.Menggunakan alat dan bahan
sesuai dengan teknik
laboratorium yang baik
4.Mengoprasikan instrumen
sesuai sop
5.Menjaga kebersihan
laboratorium
6.Menfokuskan perhatian pada
kegiatan praktikum (berprilaku
baik)
Sub Total
102
4. Hasil/Pengolahan Data
1. Mengamati hasil praktikum
secara cermat
2. Menyajikan dan menganalisis
data secara baik dan sistematis
3. Menafsirkan hasil praktikum
dan membuat kesimpulan
Sub Total
5. Diskusi
1. Menyiapkan presentasi
diskusi
2. Mampu memahami dan
menjelaskan materi diskusi
3. Mampu memahami dan
menjawab pertanyaan yang
diajukan selama diskusi
4. Mampu menyebutkan atau
mengutip literatur yang
menunjang diskusi
5. Mampu membuat kesimpulan
Sub Total
6. Laporan
1.Menyajikan data hasil
pengamatan yang lengkap dan
sistematis
2.Menyajikan gambar/foto
tahap-tahap percobaan
3.Mampu memahami dan
menuliskan reaksi-reaksi yang
tejadi pada pengujian sampel
4.Mampu menjelaskan fungsi
dari penambahan tiap reagen
dalam pengujian sampel
5.Membahas data hasil
pengamatan dan
membandingkannya dengan
literatur
6.Mampu membuat kesimpulan
Sub Total
TOTAL
103
Laboratorium Kimia Klinik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
JADWAL PRAKTIKUM
BIOKIMIA KLINIK
104