FESES
NAMA : HASRIANDI
NIM : N011171047
KELOMPOK : 7 (TUJUH)
I. PRAKTIKUM URINALISIS
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
analisis urin untuk mendeteksi beberapa biomarker yang terdapat dalam
urin yang bisa dijadikan alat diagnostik untuk kondisi tertentu, termasuk
kelainan ginjal, hati, infeksi, diabetes mellitus, serta kelainan hati.
Percobaan ini akan sekaligus mempertajam pemahaman mahasiswa
mengenai teori urinalisis yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
Urinalisis.
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
f) Teori dan Prinsip Dasar
Suatu cairan dinyatakan sebagai urin apabila kadar ureum yang tinggi
melebihi 1 g/dl dan kadar kreatinin lebih dari 50 mg/dl.
Terdapat beberapa jenis sampel urin :
1. Urin sewaktu
Sesuai namanya, urin diambil kapan saja tidak ada ketentuan khusus.
Keuntungannya cukup baik dilakukan pada saat penderita datang dan dapat
dilakukan pada kondisi emergency. Kelemahannya adalah tidak
mencerminkan kondisi dalam satu hari.
2. Urin pagi
Urin yang dikeluarkan pertama kali saat bangun tidur. Urin ini lebih pekat
sehingga baik untuk pemeriksaan berat jenis, sedimen, protein dan tes
kehamilan (HCG)
3. Urin postprandial
Urin dikeluarkan sekitar 1,5-3 jam setelah anda makan. Pemeriksaan ini
berguna terutama bagi penderita DM untuk pemeriksaan skrining adanya
glukosuria. Kelemahannya adalah ketepatan waktu dalam pengambilan urin.
4. Urin 24 jam
Urin yang dikumpulkan selama satu hari penuh. Urin yang dikeluarkan
selama satu hari, contohnya dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi hari
berikutnya, ditampung untuk dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi anda selama satu hari. Kelemahannya adalah
kesulitan dalam pengumpulan bahan.
5. Urin 3 gelas
Pengambilannya ditampung dalam 3 gelas tanpa menghentikan aliran urin.
Sebelumnya anda tidak boleh berkemih dulu. Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan keadaan masing-masing saluran kencing, namun memiliki
kelemahan dalam ketepatan pengumpulan bahan pada masing-masing
gelas.
Wadah untuk pengambilan bahan urin harus bersih dan kering; bahan
terbaik dari gelas, bermulut lebar bertutup rapat, disposibel dari plastik; diberi
label; dan tidak perlu steril (kecuali pemeriksaan bakteriologi).
Setelah dilakukan pengumpulan bahan urin, sebaiknya segera dilakukan
pemeriksaan, karena apabila terlalu lama akan terjadi perubahan pada
komposisi zat dan hasil yang keluar, sebagian di antaranya adalah
pertumbuhan bakteri meningkat, kadar glukosa menurun, pH menjadi alkalis,
dekomposisi silinder, lisisnya eritrosit, urin menjadi makin keruh, perubahan
warna dan bau, dan nitrit menjadi positif.
Komposisi normal urin secara umum adalah :
a. Kimiawi : Ureum > 1000 mg/dl (35Xserum); Kreatinin > 50 mg/dl
(70Xserum); NaCl; Asam Urat; sedikit : Protein, Fosfat, Sitrat
b. Seluler: sedikit Eritrosit, Lekukosit, Epitel,Silinder fisiologis, Kristal
Berdasarkan hasil urinalisis, kita akan mengetahui apakah kondisi kita
baik atau buruk secara medis, biasanya dibuat berdasarkan tiga pemeriksaan.
1. Pertama, pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik
bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh kita.
Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak
biasa, dan warna abnormal.
2. Kedua, kita akan mendapatkan hasil dari tes yang menggunakan kertas
kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada
di atas normal. Tes ini dimaksudkan untuk memeriksa:
a. Level pH yang mengindikasikan kadar asam di urin. Level pH tidak
normal bisa bermakna gangguan ginjal atau saluran kencing.
b. Konsentrasi yang menunjukkan tingkat konsentrasi partikel-partikel yang
ada di urin. Konsentrasi di atas normal biasanya mengindikasikan
dehidrasi.
c. Protein yang seyogyanya tidak terdeteksi. Pertambahan sedikit tidak
terlalu mengkhawatirkan, namun jumlah besar mungkin menunjukkan
sebuah masalah di ginjal.
d. Gula yang biasanya terlalu rendah untuk dapat dideteksi. Makanya,
keberadaan sedikit gula akan dilanjutkan dengan tes untuk diabetes.
e. Keton yang, bila terdeteksi, menandakan diabetes dan membutuhkan
tes lanjutan.
f. Berbagai produk sel darah putih, misalnya nitrit dan leukosit esterase,
yang mungkin menandakan infeksi saluran kencing.
g. Sel darah merah atau komponen darah lain, seperti hemoglobin atau
myoglobin, yang mungkin menandakan kerusakan ginjal, batu ginjal,
infeksi, kelainan darah, atau kanker kandung kemih. Hasil ini tentunya
membutuhkan tes lanjutan.
3. Ketiga, hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan
untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau
tidak.
a. Lekosit (sel darah putih) untuk kemungkinan infeksi.
b. Eritrosit (sel darah merah) sebagai tanda kelainan ginjal, kelainan darah,
atau kondisi medis lainnya.
c. Sel epitelial yang memiliki dua makna: tumor atau sampel urin
terkontaminasi, Biasanya, laboratorium akan meminta sampel baru.
d. Bakteri atau jamur yang mungkin mengindikasikan infeksi.
e. Kristal untuk kemungkinan batu ginjal.
g) Peralatan
Baskom, botol semprot, dipstick (dan brosurnya), dek dan objek glass,
mikroskop, sentrifuge, rak tabung, reagen strip, tabung reaksi, tabung
sentrifuge, dan wadah urin
h) Bahan
Aquadest, kertas pH universal, sampel urin pagi, urin sewaktu, tissue,
pereaksi (Asam Asetat, Asam Sulfosalicyl 20%, Benedict, Erlich,
Schlesinger)
i) Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung sampai ¾ penuh
c. Warna dan kejernihan urin diamati (tidak berwarna, kuning muda,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning,
merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu.
Kejernihan dinyatakan (jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.
Biasanya urin segar pada orang normal jernih)
d. Bau urin diperiksa (bau makanan, obat-obatan, atau bau busuk)
e. Hasil dicatat.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
c. Endapan atau sedimen diletakkan diatas objeck glass dan ditutup
dengan deck glass
d. Kristal atau sel epitel diamati dengan menggunakan mikroskop
(40x10)
3. Pemeriksaan Kimia Urin
a. Pemeriksaan kimia urin dengan reagen strip
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel urin diperiksa secara semikuantitatif dengan reagen strip
3. Strip dicelupkan sebatas yang ditentukan ke dalam sampel urin
4. Diamkan 40-60 detik
5. Perubahan warna diamati dengan membandingkan dengan
warna standar (tertera pada brosur dipstick) dan hasil
pengamatan dicatat
b. Pemeriksaan kimia urin dengan reagen kimia langsung
1. Pemeriksaan Protein
Sampel urin 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 3 tetes asam sulfosalisilat 20% (jika terjadi
kekeruhan, diperjelas dengan penambahan asam asetat 6%
sebanyak 3 tetes). Hasil positif, jika keruh.
2. Pemeriksaan glukosa
Reagen benedict diteteskan 8 tetes ke dalam sampel urin 5 ml
dalam tabung reaksi. Dicelupkan dalam air mendidih selama 5
menit, lalu dikocok. Hasil positif, jika berwarna merah.
3. Pemeriksaan urobilinogen
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 1 ml
reagen erlich. Hasil positif, jika berwarna merah.
4. Pemeriksaan Urobilin
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan
amoniak dan larutan iodium 1%. Setelah 5 menit, ditambahkan
dengan reagen Schlesinger, endapannya disaring. Filtrat diamati
dibawah sinar UV. Hasil positif, jika berflouresensi hijau merah.
5. Pemeriksaan Bilirubin
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi, dikocok. Warna busa
diperhatikan. Hasil positif, jika warna busa kuning.
Sampel urin 5 ml ditambahkan BaCl2 10% kemudian di kocok
dan disaring,Endapan ditambahkan preaksi fouchet. Jika positif
bilirubin berwarna hijau.
6. Pemeriksaan Kalsium
Sampel urin 5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 5 ml
reagen Sulkowitch. Hasil positif, jika terjadi kekeruhan.
7. Pemeriksaan Klorida
Sampel urin 10 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 tetes
kalium kromat 20% dan perak nitrat. Hasil positif, jika warna
merah tetap.
8. Pemeriksaan Keton
Sampel ditambahkan 1 gram rothera kemudian di kocok dan
ditambahkan 1-2 ml amonia. Hasil positif jika berwarna ungu
merah.
Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik urin
Pembahasan
Leukosist negative
Nitrit Negative
Urobilinogen 17 μmol/L
Protein negative
pH 8.0
Keton Negative
Bilirubin Negative
Glukosa Negative
Darah Negative
Pemeriksaan makroskopis Urin
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Bau : bau khas (bau pesing)
Pemeriksaan makroskopis Feses
Warna : cokelat
Bentuk dan Konsitensi : bristol stool chart tipe 4
Bau : Bau khas
Pada tabel 1 dapat dilihat hasil dari pemeriksaan sampel urin secara makroskopis
dan menggunakan urin analyzer. Pada hasil pemeriksaan makroskopis diperoleh warna
urin yang kuning, jernih dan berbau khas (bau pesing). Pada analisis menggunakan urin
analyzer diperoleh hasil negativ pada leukosit, nitrit, protein, keton, bilirubin, glukosa dan
darah. Pada urin normal, leukosit tidak akan terdeteksi atau akan terdeteksi namun dalam
jumlah yang sedikit dan masih dalam kadar normal. Hasil negatif pada nitrit menyatakan
bahwa pasien tidak mengalami Infeksi Saluran Kemis (ISK). Adanya nitrit pada urin pasien
dapat dipicu oleh adanya infeksi bakteri pada saliran kemih karena bakteri mengandung
enzim yang mampu mengubah nitrat menjadi nitrit sehingga nitrit menjadi salah satu
indicator yang sangat spesifik untuk mendiagnosa pasien dengan ISK. Pada analisis
diperoleh pH urin yaitu 8. Hal ini menandakan bahwa pH urin pada pasien normal dengan
range (4,5-8) (1)(2).
Pada hasil pemeriksaan makroskopis feses diperoleh warna feses yang cokelat,
bentuk dan konsistensi berupa Bristol stool tipe 4 dan berbau khas. Untuk pengamatan
mikroskopis tidak ditemukan telur cacing. Kondisi ini dapat dikatan normal sehingga tidak
ada masalah yang terjadi pada pasien . Feses normal akan berwarna kuning yang berasal
dari degradasi empedu oleh bakteri, tidak lembek dan tidak keras, berbau khas yang
berasal dari indol, skatol dan asam butirat (3).
Kesimpulan :
Berdasarkan uraian diatas maka pasien dinyatakan tidak mengalami infeksi saluran
kemih (ISK) karena hasil yang diperoleh pada analisis normal. Berdasarkan hasil
pemeriksaan feses, maka pasien dapat dikatakan normal, tidak ada infeksi pada pasien.
Daftar Pustaka :
1. Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson,
P.A.,Kradjan, W.A., 2013, Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics The
Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania,
United States of America.
2. Chu, C. M. and Lowder, J. L. (2018) ‘Diagnosis and treatment of urinary tract
infections across age groups’, American Journal of Obstetrics and Gynecology,
219(1), pp. 40–51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231
3. Setya, K. A. 2013. Parasitologi: Praktikum Analisis Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
(MARCHYLINA ECHI)
Laboratorium Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ASPEK I. KEAKTIFAN
Format penilaian praktikum daring untuk keaktifan/ diskusi interaktif :
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
analisis feses untuk mendeteksi beberapa biomarker yang terdapat
dalam feses yang bisa dijadikan alat diagnostik untuk kondisi tertentu,
termasuk deteksi dini kanker kolon, hemoroid, kelainan ginjal serta
kelainan hati. Percobaan ini akan sekaligus mempertajam pemahaman
mahasiswa mengenai teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
analisis feses.
e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik
f) Teori dan Prinsip Dasar
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, selulosa, bakteri dan bahan patologis, jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya
dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu. Feses
yang digunakan untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan, untuk pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan
feses 24 jam untuk pemeriksaan tertentu. Feses hendaknya diperiksa dalam
keadaan segar, kalau dibiarkan akan menyebabkan unsur-unsur dalam tinja
menjadi rusak. Feses merupakan bahan yang selalu dianggap infeksius, jadi
berhati-hatilah dalam bekerja.
Feses yang dikeluarkan secara normal mencerminkan bentuk dan
diameter lumen kolon. Konsistensi normal feses sedikit platis- tidak cair,
seperti bubur, atau keras. Warna coklat yang lazim terjadi karena
penguraian pigmen empedu oleh bakteri menjadi sterkobilin, dan baru
berasal dari produk penguraian protein indol dan skatol. Pada orang dengan
motilitas saluran cerna yang normal yang mengkonsumsi beragam
makanan, waktu transit kolon adalah 24 sampai 48 jam. Isi usus halus
(kimus) mulai masuk ke sekum 2 sampai 3 jam setelah makan, tetapi
prosesnya belum selesai sampai 6-9 jam setelah makan.
Pemeriksaan laboratorium feses terdiri dari :
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pada pemeriksaan feses harus dilakukan evaluasi terhadap ukuran,
bentuk, konsistensi, bau, warna, dan ada tidaknya darah, pus, mukus,
potongan jaringan dan sisa makanan. Pemeriksaan ini harus dilakukan
sebelum pasien mendapati barium atau pencahar. Perubahan dalam
bentuk atau ukuran mengisyaratkan perubahan motilitas atau kelainan
dinding kolon. Konsistensi dinyatakan pada gambar berikut :
2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk memperkuat pengamatan
makroskopik. Untuk mendiagnosis infentasi parasit dan telurnya
biasanya diperlukan pemeriksaan mikroskopik walaupun nematoda
dewasa atau potongan cacing pita kadang-kadang tampak jelas pada
feses. Selain membuktikan adanya parasit, pemeriksaan mikroskopik
juga digunakan untuk penapisan yang cepat terhadap efisiensi
pencernaan, seperti terlihat serat-serat daging menunjukkan proteolysis
tidak adekuat. Sel epitel dengan jumlah tertentu dapat ditemukan dalam
feses, jika jumlahnya banyak atau mukus dalam jumlah besar
mengisyaratkan adanya iritasi mukosa usus.
3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan darah samar, pemeriksaan ini
penting dilakukan untuk memastikan adanya perdarahan yang tidak
dapat terdeteksi secara makroskopik maupun mikroskopik dan juga
merupakan pemeriksaan yang sangat efektif untuk mengetahui indikasi
adanya lesi atau karsinoma pada saluran pencernaan. Selain itu, ada
pemeriksaan bilirubin, pemeriksaan ini akan beraksi negatif pada tinja
normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen
dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi
mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi. Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode
pemeriksaan Fouchet
g) Peralatan
Baskom, botol semprot, mikroskop, botol dan pipet, dek dan objek
glass, stick/tusuk gigi, sentrifuge, rak tabung, reagen strip, tabung
reaksi, tabung sentrifuge, dan wadah feses
h) Bahan
Aquadest, NaCl 0,9 %, sampel feses segar, tissue, gloves, pereaksi
(Asam Asetat 10%, Eosin 1-2%, Lugol 1-2%, dan reagen fouchet),
pewangi ruangan semprot
i) Prosedur Kerja
Pemeriksaan Makroskopik
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Sampel feses dimasukkan ke dalam wadah yang kering, kedap
udara dan bebas urin.
c. Ukuran, bentuk, warna dan konsistensi feses diamati (coklat, coklat
tua, kuning-coklat, sangat coklat tua, hitam, abu-abu, hijau atau
kuning-hijau, dan merah).
d. Bau feses diperiksa (bau indol, skatol, asam butirat menyebabkan
bau normal pada feses, bau busuk, bau tengik atau asam)
e. Hasil dicatat.
Pemeriksaan Mikroskopik
o Alat dan bahan disiapkan
o Sampel feses disuspensikan dengan NaCl 0,9 % untuk
mengencerkan sampel feses jika terlalu padat.
o Sampel feses diambil secukupnya menggunakan stik/tusuk gigi
dan diletakkan pada objek glass, kemudian :
1. ditambahkan eosin 1-2 % sebanyak 1 tetes untuk melihat
protozoa,
2. ditambahkan lugol 1-2% sebanyak 1 tetes untuk melihat telur
cacing,
3. ditambahkan asam asetat 10% beberapa tetes untuk melihat
leukosit
4. ditambahkan NaCl 0,9% untuk melihat unsur-unsur lain pada
feses.
d. Objek glass yang telah berisi sampel dan pereaksi ditutup dengan
deg glas kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
10x atau 40x.
e. Hasil dicatat.
Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan darah samar dengan metode guajac dengan cara:
- Alat dan bahan disiapkan
- Sampel feses dibuat emulsi sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 1 ml asam asetat glacial, kemudian dicampur.
- Pada tabung reaksi yang lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk
guajac dan 2 ml alkohol 90%, kemudian dicampur.
- Isi tabung kedua dituang secara hati-hati ke dalam tabung yag
berisi emulsi feses, sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan yang terpisah
- Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas
kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
- Hasil pengamatan dicatat.
b. Pemeriksaan darah samar dengan metode kit strip:
- Alat dan bahan disiapkan
- Sampel emulsi feses diteteskan ke strip feses secara hati-hati
- Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada strip
control dan sampel. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
- Hasil pengamatan dicatat.
Pembahasan
Kesimpulan :
Daftar Pustaka :
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Koordinator modul
(MARCHYLINA ECHI)
Laboratorium Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ASPEK I. KEAKTIFAN
Format penilaian praktikum daring untuk keaktifan/ diskusi interaktif :