Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK BALITA DI POSYANDU DESA TELUKAGUNG RT 02

PROPOSAL SKRIPSI

Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat tugas metodologi penelitian

Dosen pengampu : H. Sutangi, S.Kp., M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Rayssa zhafira aini

NPM : 132010120008

FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT

UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU

2022
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK BALITA DI POSYANDU DESA TELUKAGUNG RT 02

Telah disetujui dan disidangkan dihadapan Tim Penguji Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Wiralodra Indramayu

Indramayu, November 2022

Penguji I

H. Sutangi, S.Kp.,M.Kes

NIDN. 88348100161

Penguji II

Sukhriatun Fitriah, SKM.,M.KM

NIDN. 0428028705

i
RIWAYAT HIDUP

A. Data pribadi

Nama : Rayssa Zhafira Aini

Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 03 Agustus 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Desa Telukagung Blok Sindupraja Rt 02 Rw01

Indramayu

No. Telephone/Hp : 082321225325

Email : rayssazhafira@gmail.com

ii
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK BALITA DI POSYANDU DESA TELUKAGUNG RT 02

By

Rayssa Zhafira Aini

NPM : 132010120008

ABSTRAK

Latar belakang : Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita)

merupakan bagian yang sangat penting (Riskedes, 2013). Pada masa ini anak

juga mengalami periode kritis. Berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi,

serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan stimulasi pada usia ini

akan membawa dampak negatif yang menetap sampai dewasa berkaitan

dengan masa dewasa bahkan sampai usia lanjut (Depkes, 2013).

Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran caregiver atau orang yang

merawat balita (Soetjiningsih, 2013). Caregiver paling banyak diperankan

oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka seharusnya mengenali dan

memahami tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi dan berinteraksi

dengan anak (WHO, 2012).

Prevalensi Gangguan perkembangan anak di Indonesia cenderung

meningkat dalam 6 tahun terakhir. Perkembangan anak balita di Indonesia

iii
perlu mendapat perhatian serius,karena jumlah balita di Indonesia cukup

tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2013 jumlah penduduk di Indonesia di

perkirakan mencapai 248.422.956 jiwa, sekitar 23 juta jiwa diantaranya

merupakan anak balita.

Tujuan : Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan

anak balita di Posyandu Desa Telukagung Rt 02 tahun 2022.

Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross

sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

menggunakan teknik sampling jenuh. Cara pengambilan sampel ini adalah

dengan mengambil semua anggota populasi yang ada. Sempel dalam

penelitian ini adalah seluruh anak balita yang ada di Posyandu Desa

Telukagung Rt 02. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan lembar kuesioner cheaklist, observasi, wawancara, dan tape

recorder.

Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Perkembangan Anak, Balita

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI DESA TELUKAGUNG ” tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat

tugas metodologi penelitian.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal

penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada orang tua,

teman-teman, sahabat, dan Bapak Dosen H. Sutangi, S.Kp., M.Kes. selaku dosen

mata kuliah metodelogi pemnelitian.

Indramayu, 20 November 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

2. Tujuan khusus

D. Manfaat

1. Bagi peneliti

2. Bagi responden

3. Bagi universitas

E. Ruang lingkup penelitian

F. Penelitian sebelumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Anak

B. Pola Asuh Orang Tua

vi
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

D. Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak

E. Penilaian Perkembangan Anak

F. Kerangka Teori

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

OPERASIONAL

1. Kerangka teori

2. Kerangka konsep

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

a. Jenis dan desain penelitian

b. Lokasi dan waktu penelitian

c. Teknik sampling

d. Populasi dan sampel

1) Populasi

2) Sampel

e. Sumber data

f. Teknik pengumpulan data

g. Instrumen penelitian

h. Validasi data

i. Penyajian data

vii
DAFTAR PUSTSKA

LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian

yang sangat penting (Riskedes, 2013). Pada masa ini anak juga mengalami

periode kritis. Berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi, serta kekurangan

kasih sayang maupun kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa

dampak negatif yang menetap sampai dewasa berkaitan dengan masa dewasa

bahkan sampai usia lanjut (Depkes, 2013).

Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran caregiver atau orang

yang merawat balita (Soetjiningsih, 2013). Caregiver paling banyak

diperankan oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka seharusnya

mengenali dan memahami tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi dan

berinteraksi dengan anak (WHO, 2012).

Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling

berkaitan antara proses biologis, proses sosial-emosional dan proses kognitif.

Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama lain dan sepanjang

perjalanan hidup manusia. Selama proses perkembangan tidak tertutup

kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat

proses perkembangan selanjutnya. Perkembangan tersebut mencakup

1
perkembangan perilaku sosial, bahasa, kognitif, fisik atau motorik (motorik

kasar dan motorik halus), (Depkes, 2012).

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis yaitu periode usia

anak di bawah lima tahun. Pada lima tahun pertama kehidupan, proses tumbuh

kembang anak berjalan sangat pesat dan optimal dimana anak sangat

memerlukan rangsangan atau stimulus yang berguna untuk perkembangannya.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara

anak dengan orang tuanya. (Adriani, 2013)

Salah satu faktor dalam perkembangan anak yaitu lingkungan

pengasuhan. Dalam pengasuhan peran orang tua sangat penting untuk

memantau agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Orang tua

perlu mengetahui dan mengenali ciri-ciri serta prinsip perkembangan seorang

anak. Interaksi antara anak dan orang tua sangat bermanfaat bagi proses

perkembangan anak secara keseluruhan. Anak yang pertumbuhan dan

perkembanganya baik akan menjamin kelangsungan hidup yang baik untuk

masa depannya kelak (Maryam, 2015).

Pola asuh orang tua bertujuan agar anak dapat tumbuh dan

berkembang dengan optimal. Dalam penerapan pola asuh, orangtua perlu

memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan sifat- sifat yang

berbeda dari satu anak dengan anak yang lain, sehingga orang tua dapat

menerapkan beberapa pola asuh secara bergantian untuk menghadapi anak

2
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Bina Keluarga

Balita dan Anak, 2013).

Pengasuhan keluarga selama 5 tahun pertama kehidupan sangat

berpengaruh terhadap 4 dominan perkembangan yaitu motorik,kognitif,bahasa

dan sosial-emosional anak. Berbagai aspek inilah sangat berpengaruh terhadap

perkembangan dan perilaku anak di masa mendatang (Kariger dkk, 2012).

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk

mengetahui penyakit-penyakit yang potensial yang dapat mengakibatkan

gangguan perkembangan anak. Skrinning perkembangan merupakan prosedur

rutin dalam pemeriksaan tumbuh

kembang anak sehari- hari yang dapat memberikan petunjuk ada tidaknya

sesuatu yan perlu mendapat perhatian. (Soetjiningsih,2012).

Penyimpangan sekecil apapun pada masa ini apabila tidak terdeteksi

akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari. Angka

kejadian gangguan perkembangan anak di seluruh dunia masih tergolong

tinggi yaitu di Amerika Serikat bekisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina

22%, dan Indonesia 13-18% (Hidayat, 2010). Prevalensi Gangguan

perkembangan anak di Indonesia cenderung meningkat dalam 6 tahun

terakhir. Perkembangan anak balita di Indonesia perlu mendapat perhatian

serius,karena jumlah balita di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data

3
Riskesdas 2013 jumlah penduduk di Indonesia di perkirakan mencapai

248.422.956 jiwa, sekitar 23 juta jiwa diantaranya merupakan anak balita.

Struktur populasi kelompok usia anak di Indonesia pada tahun 2013

mencakup 37,66% dari seluruh kelompok usia atau ada 89,5 juta penduduk

termasuk dalam kelompok usia anak. Berdasarkan kelompok usia, jumlah

anak kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 22,7 juta jiwa (9,54%), (Kemenkes

RI, 2014). Diperkirakan lebih dari 200

juta anak di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan

optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, dan lingkungan yang

tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik,

emosi, dan sosial anak (Kesehatan masyarakat, 2014).

Departemen kesehatan RI Dalam (Widati,2013) melaporkan bahwa 0,4

juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik

perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan

kurang dan keterlambatan bicara.

Sedangkan menurut Dinas Kesehatan dalam (Widati,2013) sebesar 85.779

(62,02%) anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan.

Ada beberapa bentuk gaya pengasuhan yang di terapkan orang tua

yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu pola asuh

demokratis,pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Pola asuh demokratis

adalah pola asuh yang memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan

mengeksplorasi berbagai hal yang sesuai dengan kemampuan anak dengan

4
sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua. Pola asuh otoriter

adalah pengasuh yang bersifat pemakasaan, keras dan kaku dimana orang tua

membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau

tahu perasan sang anak (Djamarah, 2014). Pola Asuh Permisif adalah pola

asuh dimana orang tua jarang atau tidak pernah mengkontrol perbuatan

anakanya(Septriari, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah “ adakah hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita di

posyandu desa telukagung rt 01 tahun 2022 ? ”.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak

balita di Posyandu Desa Telukagung Rt 02 tahun 2022.

b. Tujuan khusus

1. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak balita di

Posyandu desa Telukagung Rt 02 tahun 2022.

2. Mengetahui perkembangan anak balita di Posyandu

desa Telukagung Rt 02 tahun 2022.

5
3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita di Posyandu desa

Telukagung Rt 02 tahun 2022.

D. Manfaat

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung pada penelitian

berikutnya tentang Hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita dan menambah wawasan peneliti

mengenai metode penelitian dan perkembangan anak.

2. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan

ibu tentang perkembangan anak, serta dapat meningkatkan

kewaspadaan dan kesadaran kepada ibu yang memiliki anak balita

sehingga dapat memberikan pola asuh yang baik untuk

meningkatkan perkembangan anak.

3. Bagi universitas

Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bacaan

diperpustakaan untuk mahasiswi khususnya yang berkaitan dengan

pola asuh orang tua dan perkembangan anak balita.

6
E. Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola

asuh orang tua dengan perkembangan anak balita di Posyandu desa

telukagung rt 01 tahun 2022.

F. Penelitian Sebelumnya

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

Penelitian

1 HUBUNGAN Adanya Pendekatan Teknik

ANTARA POLA hubungan cross analisis

ASUH ORANG antara pola sectional Kolmogorov

TUA TERHADAP asuh orangtua semirnov

STATUS GIZI terhadap

BALITA DI status gizi

PUSKESMAS balita di UPK

SIANTAN HULU puskesmas

(tri handayani) siantian hulu.

jurnal untan vol 4

n0 1, 2019

2 HUBUNGAN

POLA ASUH IBU

7
DENGAN

STATUS GIZI

ANAK BALITA

DI DESA

TUNANG

KECAMATAN

MEMPAWAH

HULU

KABUPATEN

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Anak

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang berbeda,

namun berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan (growth)

merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,

9
organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran

panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks pada pola yang teratur dan sebagai hasil

dari proses pematangan.

(April, 2009).

Perkembangan juga berarti “mekar terbuka atau membentang;

menjadi; menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna

dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya (Tim Penyusun

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2001 dalam April

2009). Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, yang dalam

proses tersebut sangat berkaitan pada hubungan dengan orang tua. Periode

penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Masa balita

merupakan pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Masa balita terjadi perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativita s, kesadaran sosial, emosional, dan

intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan

berikutnya. Perkembangan moral serta dasar -dasar kepribadian juga dibentuk

pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau

stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan anak

akan optimal bila interaksi sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap

perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan (Kania, 2006).

10
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang

saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan merupakan “ Never Ending Process ”

2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi

3. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu

4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas

6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/ fase

perkembangan. (April, 2009).

Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Aspek-aspek

perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus,

kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian

(Depkes, 2006)

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot

besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

11
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

menjimpit, menulis dan sebagainya.

3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan

respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

mengikuti perintah dan sebagainya.

4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang

berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan

mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh

anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya, dan sebagainya.

Ciri-ciri perkembangan pada masa balita menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2006) pada tiga tahun pertama kehidupan

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih

berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-

cabangnya, sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang komplek. Jumlah

dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan mempengaruhi segala

kinerja

otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga

bersosialisasi. Kecepatan pertumbuhan pada masa balita akan mulai menurun

12
dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi serta

perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat.

Anak di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keterampilan

berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya. Anak

balita merupakan kelompok tersendiri yang dalam perkembangan dan

pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih khusus. Apabila

perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini mengalami gangguan,

hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak

yang berkualitas. Balita terbagi dalam dua kategori berdasarkan karakteristik,

yaitu anak usia satu sampai tiga tahun (batita) dan anak usia prasekolah

(Uripi, 2004).

Perkembangan anak di masa prasekolah sangat penting. Menurut

Sumardi.I.S. (2005) masa prasekolah merupakan masa emas (golden age)

dimana anak berusia 0–6 tahun, rentang usia ini sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan anak pada kehidupan selanjutnya. Menurut

nursalam (2005)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

13
B. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak merupakan cara yang

digunakan dalam proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak

untuk membentuk hubungan yang hangat, dan memfasilitasi anak untuk

mengembangkan kemampuan anak yang meliputi perkembangan motorik

halus, motorik kasar, bahasa, dan kemampuan sosial sesuai dengan tahap

perkembangannya (Kurniawati dkk, 2011).

Menurut Baumrind (1971) dalam Apriany (2006) pola asuh orangtua

terdiri dari 2 dimensi yaitu parent warmth (dimensi kehangatan) dan parent

control (dimensi kendali) yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi

satu sama lain. Dimensi kehangatan menunjukkanbahwa respon dan afeksi

pada anak. Sedangkan dimensi kendali adalah aspek dimana orangtua

mengendalikan perilaku anak untuk memastikan bahwa peraturan mereka

dipatuhi.

Berdasarkan kedua dimensi di atas, maka terdapat empat kategori pola

asuh orangtua yaitu permissive, authoritarian, authoritative, dan neglectfull.

Orangtua yang menerapkan pola asuh authoritative memperlihatkan

kehangatan tetapi keras, menjungjung tinggi kemandirian tetapi menuntut

tanggungjawab akan sikap anak. Pada pola asuh authoritarian, orangtua

menjungjung tinggi kepatuhan, kenyamanan dan disiplin yang

berlebihan/orangtua lebih menekankan pemberian hukuman terhadap

kesalahan, tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan. Pola asuh

14
permissive, orangtua bersikap menerima, murah hati dan agak pasif dalam hal

kedisiplinan,menerima seluruh tingkah laku yang ditampilkan anak,

mengabulkan setiap permintaan anak/terlalu memberikan perhatian yang

berlebihan tanpa menegakkan otoritasnya sebagai orangtua. Sedangkan pola

asuh neglectfull, orangtua memberikan kendali dan afeksi yang rendah pada

anaknya, mereka membiarkan anak mengambil keputusan sendiri, orangtua

dan anak tidak ada kedekatan emosi dan orangtua cenderung mengabaikan

kesejahteraan anak (Maccoby, 1980 dalam Apriany, 2006).

Muthmainnah (2012) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua

dikatakan positif ketika orang tua mampu untuk bersikap positif kepada anak

yang akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap

menghargai diri sendiri. Dan dikatakan pola asuh negatif bila orang tua sering

melakukan hal-hal yang negatif, seperti suka memukul, mengabaikan, kurang

memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah

memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat

kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Sikap negatif orang tua

akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa

dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai,

dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak

memberikan kasih sayang.

Markie dkk (2002) dalam Muchtar (2011) mendefinisikan Positive

Parenting adalah pendekatan pola asuh yang bertujuan untuk mengembangkan

15
dan menglola prilaku anak dengan cara membangun dan tidak menyakitkan

anak. Pola asuh ini dikembangkan berdasarkan komunikasi yang baik dan

juga perhatian yang positif untuk membantu anak agar berkembang. Anak-

anak yang diasuh dengan pendekatan pola asuh positif kemungkinan besar

akan berkembang baik, memiliki kemampuan baik, dan

selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri atas segala hasil yang telah

dicapainya. Pendekatan dengan pola asuh yang positif akan mengembangkan

kebiasaan baik yang merupakan landasan dalam mengembangkan karakter

yang positif. (Muchtar, D.H. 2011)

Menurut Nelsen & Lisa (2003) dalam buku Muchtar (2011), berikut

ini

perbandingan pola asuh negatif dan pola asuh positif :

Tabel 2.1 Perbandingan Pola Asuh Positif dan Negatif

Pola Asuh Negatif Pola Asuh Positif

 Melihat dan  Melihat dan


memberlakukan memberlakukan
anak sebagai “hak milik” anak sebagai “titipan”
 Berusaha untuk membentuk  Mengasuh dan
anak sesuai dengan mengembangkan
keinginan orang tua anak supaya anak menjadi
 Menjadi teman yang tidak dirinya sendiri
menyenangkan dan  Sangat menghormati dan
menekankan kalau orang mendukung anak
tua tidak bisa menjadi  Selalu tegas dan tetap

16
teman bagi anak fokus
 Mengalah terhadap pada usaha untuk mencari
keinginan anak atau orang faktor penyebab dan
tua mencari solusi
 Kontrol  Membimbing
 Mencoba untuk sempurna  Mengajarkan dan
 Memberikan hukuman mendidik

 Sangat melindungi bahwa kesalahan dan

 Menghindari perasaan kegagalan adalah keadaan

terutama emosi negative agar kita dapat mengambil

 Membetulakan atau pelajaran untuk menjadi

mencari lebih baik

jalan keluar untuk anak  Melibatkan anak untuk

 Selalu berpikir dari mencari

kacamata orang tua jalan keluar yang terbaik.

 Selalu merasa khawatir atau  Menawarkan pengawasan

takut yang pada tempatnya

 Selalu merasa kesal jika  Mengizinkan anak untuk

anak berprilaku tidak sesuai mengekspresikan perasaan

dengan keinginan orang tua dan emosi negatifnya

 Mempunyai ersepsi bahwa  Mengajarkan yang

kecerdasan intelektual berguna

adalah faktor utama yang dalam kehidupan

akan membuat anak sukses  Berusaha masuk ke dunia

kemudian hari anak


 Menaruh kepercayaan dan
keyakinan pada anak
 Berusaha agaranak belajar

17
dari prilaku atau kejadian
yang tidak menyenangkan
 Memiliki persepsi bahwa
kecerdasan intelektual
membuat
anak menjadi mampu dan
kecerdasan emosionallah
yang membuat anak
sukses dan mampu meraih
sgala potensi yang ada
dalam dirinya.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Untuk membantu para profesional menilai faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak, mereka telah dikelompokkan ke dalam empat bidang

yaitu :

a. Environmental factors (Rumah, penghasilan, pekerjaan, pendidikan)

b. Biological factors (Jenis kelamin, kesehatan umum, kesehatan mental,

praktek kesehatan)

c. Interpersonal relationships (Kedekatan, pola asuh orang tua, jaringan

sosial) Interaksi dengan yang manusia lain merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi seorang anak. Kontak mata, senyuman,

18
memberikan lingkungan untuk mereka agar dapat berkomunikasi lebih

lanjut, adanya pertukaran makna dalam berkomunikasi, dan

keterlibatan orang tua atau pengasuh akan membatu mengembangkan

dunia mereka dalam berkomunikasi atau berhubungan dengan orang

lain.(Field dkk, 2007)

d. Early environments and experiences (Pengalaman dan lingkungan

sebelumnya) (Shanker, Blair & Diamond, 2008)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak menurut

Edward (2006) adalah :

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta

pengalamannya sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka

tidak mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola

pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan

masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-

19
pola tersebut dianggapnya berhasil dalam mendidik anak

kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya

dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu

kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak

juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola

asuh terhadap anaknya.

D. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Balita

Pengasuhan dalam keluarga sangatlah penting untuk perkembangan

anak di masa mendatang. Pengasuhan ini termasuk pengasuhan di aspek

psikososial yang mengarah kepada perkembangan yang positif. Indikator-

indikator yang mempengaruhi perkembangan yang positiflah yang dibutuhkan

untuk menilai seberapa jauh pengasuhan yang diberikan oleh keluarga atau

bagaimana penerapan nilai-nilai budaya dalam keluarga tersebut. Pengasuhan

dalam keluarga merupakan serangkaian tindakan atau aktivitas yang

diperankan oleh pengasuh dalam keluarga di lingkungannya, atau

kondisi lingkungan yang diatur oleh pengasuh agar anak mampu untuk

beradaptasi

sehingga apa yang menjadi tujuan dari pengasuhan tersebut dapat tercapai.

(Kariger

dkk, 2012).

Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti melakukan

penelitian yang membahas tentang perkembangan anak yang dipengaruhi oleh

20
status perkawinan, hubungan antara oerang tua dan anak, dan hubungan anak

dengan saudaranya. (Groenendyk & Brenda 2007)

Baru-baru ini, ada peneliti yang sudah menekankan akan pentingnya

interaksi dalam sebuah keluarga. Diantaranya pengasuhan yang dilakukan

oleh ayah dan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah interaksi ini

berpengarug langsung terhadap perkembangan anak. (Groenendyk & Brenda

2007)

Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada prilaku atau nilai-nilai

yang

diberikan oleh ayah dan ibu berupa pemberian dukungan satu sama lain atau

juga bisa tidak adanya dukungan yang diberikan oleh orang tua tergantung

bagaimana orang tua tersebut. ( Groenendyk & Brenda 2007)

Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka dalam

menunjukkan harapan-harapan mereka tentang dunia sosial mereka. Menurut

teori kedekatan internal adalah anak-anak mempunyai keinginan kepada orang

tuanya agar diberikan respon saat mereka mengharapkan suatu hal ketika

diberikan perawatan dalam keluarganya. Adanya respon orang tua terhadap

harapan-harapan anak dapat mengajarkan mereka tentang adanya sebuah

hubungan timbal balik atau adanya komunikasi yang dua arah (Pierre &

Forman, 2012)

Teori kedekatan ini sudah diprediksi dan menunjukkan bahwa anak

yang

21
berusia 2 tahun secara positif dapat termotivasi untuk bekerjasama dengan

teman-teman bermainnya dalam menyelesaikan tugasnya, atau sebuah solusi

dari permasalahan didapat ketika adanya orang tua yang selalu siap untuk

membantu mereka (Pierre & Forman, 2012)).

Menurut Marcobby, hubungan timbal balik antara anak dan orang tua

akan membantu anak dalam mengembangkan respon yang diberikan orang

tuanya, dimana peran orang tua menjadi fokus uatama dalam memberikan

respon (Pierre&Forman, 2012). Dengan respon yang diberikan orang tua

dalam berkolaborasi dengan anknya, anak juga belajar tentang cara memberi

respon yang sama. Kolaborasi antara anak dan orang tua ini bukanlah untuk

mengekang anak terhadap respon yang ada, tapi dengan repon yang diberikan

orang tua, anak mampu untuk berfikir lebih luas dan terarah, sehingga adanya

interaksi yang menyenangkan bagi anak, adalah kewajiban orang tua merepon

anaknya dengan tanpa paksaan, sehingga orang tua dan anak dapat saling

memberikan kenyamanan (Pierre & Forman, 2012).

E. Penilaian Perkembangan Anak

1. Penilaian Cepat Perkembangan pada Umur Tertentu

Muhaimin (2003) menjelaskan bahwa penting untuk dapat

menilai

perkembangan secara cepat pada semua umur. Tabel di bawah ini

memperlihatkan rentang umur normal saat anak mencapai kemampuan

tertentu yang dapat diukur dengan alat sederhana (kubus kayu

22
berukuran 1 inci, crayon, kertas, buku gambar). Jika tampak adanya

keterlambatan, diperlukan pemeriksaan klinis dan perkembangan

secara lengkap dan terencana.

2. Penilaian Perkembangan Anak dengan Kuisioner Pra Skrining

Pertumbuhan (KPSP)

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan salahsatu

alat skrining yang diwajibkan oleh Departemen Kesehatan untuk

digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer. KPSP sangat mudah

digunakan baik oleh petugas kesehatan bahkan bagi guru TK (Taman

Kanak-kanak), guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), maupun

orangtua untuk mendeteksi dini adanya kelainan perkembangan anak

sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan intervensi

dini (Ariani, 2012).

Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP bertujuan untuk

mengetahui perkembangan seorang anak, dengan hasil normal atau ada

penyimpangan.

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15,

18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum

mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur

skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7

bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.

Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai

23
masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining

maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat

yang lebih muda. (Depkes RI, 2006)

BAB III

KERANGKA TEORI, KERAN

GKA KONSEP & HIPOTESIS

A. Kerangka teori Kelekatan


Pola asuh positi

Hubungan Pola asuh


antar orang tua
personal
Pola asuh negatif

Hubungan
sosial

a. Gender
biologi b. General Perkembangan
health anak :
c c. Mental  Normal
Faktor-Faktor health  Menyimpang
yang 24 d. Health
Mempengaruhi practise
lingkungan
a. Housing
b. Income
c. Employment
d. Education

Pengalaman
& lingkungan
sebeumnya

Bagan 2.1 Kerangka Teori Modifikasi dari Shanker; Blair & Diamond (2008); Nelsen

&Lisa (2003), Depkes RI (2006)

B. Kerangka konsep

Penelitian ini meneliti variabel yang berisi pola asuh orang tua

dan perkembangan anak balita, perkembangan anak mencakup

perkembangan bahasa, motorik halus, motorik kasar dan perkembangan

sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dibagi

menjadi empat, yaitunya: Lingkungan, biologi, hubungan antar personal

(Pola asuh orang tua) dan pengalaman. Sedangkan pola asuh disini

meliputi pola asuh positif dan pola asuh negatif.

25
INDEPENDEN

DEPENDEN
Perkembangan anak
Pola asuh orang tua
balita

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan jawaban sementara

peneliti terhadap pertanyaan penelitian (Dahlan, 2008). Berdasarkan kerangka

konsep penelitian, hipotesis yang muncul adalah :

Ha : Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua tehadap

perkembangananak balita.

D. Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya

(Hidayat, 2008).

NO Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Ukur Skala


Ukur
1 Pendidikan akhir Pendidikan terakhir Kuision  Dasar Ordinal
orang tua er A  Menengah
 Atas

26
2 Pekerjaan Aktivitas keseharian Kuision  Tidak Nominal
orang tua er A bekerja
 Bekerja
3 Lama interaksi Waktu yang dihabiskan Kuision Penilaian Ordinal
orang tua dengan orang tua untuk er A 1. Interaksi baik
anak berinteraksi dengan Lama interaksi >
anak 3 jam
2. Interaksi
kurang baik
Lama interaksi <
3 jam
Sumber: Hartono
(2012)
4 Pola asuh orang tua Cara orang tua dalam Kuision Penilaian: Ordinal
memberikan er 1. Pola asuh
pengasuhan kepada dengan positif , jika,
anak usia 1 – 3 tahun 14 Skor positif >
yang bertujuan untuk pernyat skor negatif
mengembangkan aan 2. Pola asuh
dan mengelola prilaku menggu negatif , jika,
anak saat ini dan nakan Skor negatif >
masa mendatang. skala skor positif
likert Modifikasi
(Kuisio Nelsen & Lisa
ner B) (2003) dan
Likert (2014)
5 Perkembangan Bertambahnya KPSP Penilaian: Ordinal
anak kemampuan (skill) dengan 1. Perkembangan
anak usia 1 – 3 tahun 9 dan anak sesuai (S)
dalam hal struktur dan 10 jika skor 9 - 10
fungsi tubuh yang yang pernyat 2. Perkembangan
meliputi perkembangan aan anak
motorik halus, motorik (Kuisio kemungkinan ada
kasar, sosial dan ner C) penyimpangan
bahasa. jika skor
kurang atau sama
dengan 6
Sumber : Depkes
RI (2006)

27
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Rancangan

penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran

28
dan pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat /sekali waktu

(Hidayat, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2-7 November 2022.

Penelitian ini dilakukan pada Posyandu desa Telukagung Blok Sindupraja Rt

02, yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Plumbon Kota Indramayu.

Alasan penelitian ini dilakukan di Posyandu Telukagung Rt adalah karena

terdapat banyak anak balita disana, dan dari keterangan salah seorang

Kelompok Kerja (POKJA) 4 Kelurahan Rempoa terdapat kasus

perkembangan anak balita yang menyimpang, serta hasil studi pendahuluan

yang sudah dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat penyimpangan

perkembangan disana.

Salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan anak adalah pola

asuh orang tua. Karena hal tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana

hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak usia balita disana.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh balita yang ada di Posyandu Desa Telukagung Blok Sindupraja Rt 02

yang berjumlah 59 anak balita.

2. Sampel

29
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan sampel para orang

tua yang memiliki anak dengan usia berkisar 1–5 tahun. Kriteria sampel

meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimana kriteria tersebut

menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan. Kriteria inklusi

merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel.

3. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan

teknik sampling jenuh. Cara pengambilan sampel ini adalah dengan

mengambil semua anggota populasi yang ada (Hidayat, 2008). Jadi,

jumlah sampel yang digunakan adalah 59 orang anak.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner, observasi, wawancara, dan tape recorder.

1. Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui perilaku pola asuh orang

tua terhadap perkembangan anak balita di Posyandu Desa Telukagung Rt

02.

2. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku pola asuh orang tua

terhadap perkembangan anak balita di Posyandu Desa Telukagung Rt 02.

30
3. Wawancara dilakukan sebagai pedoman untuk meningkatkan perilaku

pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak balita di Posyandu Desa

Telukagung Rt 02.

4. Tape recorder digunakan untuk merekam wawancara yang dilakukan

dengan informan.

E. Variable penelitian

1. Pengolahan data (Editing)

Editing yaitu memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul untuk memastikan bahwa data yang terkumpul

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat

juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Pemasukan data (Entry)

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam program computer statistik untuk dapat di analisis atau dibuat distribusi

frekuensinya.

31
4. Pembersihan Data (Cleaning)

Proses pengecekkan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat

ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan.

Apabila terjadi kesalahan maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga

sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah mendeskripsikan setiap variable yang diteliti,

diagnosis asumsi statistik lanjut deteksi nilai ekstrim/outlier (Amran, 2012).

Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai

karakteristik responden, mulai dari pendidikan responden, pekerjaan, lama

interaksi responden dengan anak balita, jenis kelamin anak balita, pola asuh

responden serta perkembangan anak balita.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square. Uji ini digunakan untuk

menguji hubungan antara variabel independen dan dependen berskala ordinal

(Dharma, 2011). Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan pola asuh orang

tua dengan perkembangan anak balita.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Yulia. 2012. Pengelolaan dan Analisis Data Statistik di Bidang

Kesehatan. Fakulltas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta: Jakarta

Andrade dkk. Family environment and child’s cognitive development: an

epidemiological approach. Darci Neves Santos Instituto de Saúde Coletiva

– UFBa Rua Padre Feijó, 29 4º andar. (2005): hal 2

Apriany, Dyna. Gambaran Pola Asuh Orangtua Pada Anak Penyandang

Epilepsi Usia Balita Di Poliklinik Anak RSUP.Perjan Dr. Hasan Sadikin

Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani. 2006

33
April, Apriani. 2009. Keberfungsian Keluarga Dengan Perkembangan Anak

Usia

Prasekolah. Tesis S2.

Ariani. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 2,(Agustus 2012);

Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum.

Blair, C. & Diamond, A. 2008. Biological processes in prevention and

intervention: The promotion of self-regulation as a means of preventing

school failure. Development and Psychopathology. Vol. 20: h. 899-911

Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian

Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto: Jakarta

Dharma, KK. 2011. Metode Penelitian Keperawatan. Panduan Melaksanakan

dan Menerapkan Hasil Penelitian. CV Trans Info Media: Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi,

dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dasar

34
Dewi & Pujiastuti. 2012 . Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan Anak

Usia Pr ase k ol ah Di Tk Kartika X-9 Cimahi 2012. STIKES Jenderal

Achmad Yani Ci mah i

Edwards D C. 2006. Ketika Anak Sulit Diasuh: Panduan Orangtua Mengubah

Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Groenendyk & Brenda. Coparenting and Early Conscience Development in

the Family. The Journal of Genetic Psychology. Vol. 168 no.2 (2007): h. 201-

224

Hasinuddin & Fitriah. Modul Anticipatory Guidance: Terhadap Perubahan

Pola Asuh Orang Tua Yang Otoriter Dalam Stimulasi Perkembangan Anak.

STIKES Ngudia Husada Madura, 2011

Hidayah, Nur. Layanan pada Anak Usia Dini ( Studi Kasus di TPA

Beringharjo

Yogyakarta ). 2004

Hidayat, A. Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah edisi

2.

Jakarta: Salemba Medika.

35
I Gusti Ngurah Suwarba, dkk 2008. Artikel kesehatan tentang perkembangan

anak.

Kania, Nia. 2006. Seminar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk

Mencapai

Tumbuh Kembang Yang Optimal

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informend consent

INFORM CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama :
Umur :
Agama :
Alamat:
Menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Rayssa Zhafira Aini
NPM : 132010120008
Pekerjaaan : Mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat,
Universitas Wiralodra

36
Judul penelitian : HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BALITA DI POSYANDU DESA

TELUKAGUNG RT 02

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti, dengan ini saya
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian.

Demikian pernyataan ini saya buat, tanpa paksaan dan tekanan dari peneliti.

Indramayu, 20 Oktober 2022

Responden

( )
Peneliti
(Rayssa Zhafira Aini)

Lampiran 2. Kuesioner

A. Identitas Responden

Nama orang tua :

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lama interaksi orang tua dengan anak : Jam

37
Umur anak :

Alamat :

No. Telp / Hp :

Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama dan isilah pernyataan-

pernyataan tesebut dengan tanda () sesuai dengan diri saudara yang sebenarnya.

Kerjakan dengan teliti, jangan ada nomor yang terlewatkan. Alternatif pilihan

jawaban sebagai berikut:

SS : Jika Anda “Sangat Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai dengan diri

Anda

S : Jika Anda “Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai dengan diri Anda

TS : Jika Anda “Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai dengan diri

Anda

STS : Jika Anda “Sangat Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai

dengan diri Anda

No Pernyataan SS S TS STS

38
1 Saya melihat dan memberlakukan anak
sebagai
titipan dari Tuhan Yang Maha Esa
2 Saya mengasuh dan mengembangkan
anak supaya anak menjadi dirinya sendiri
3 Saya sangat menghormati dan mendukung
anak
4 Saya selalu fokus untuk mencari solusi
dari
permasalahan anak
5 Saya membimbing anak kepada hal-hal
yang
bermanfaat
6 Saya mendidik anak agar belajar dari
kesalahan
7 Saya melibatkan anak untuk mencari jalan
keluar terbaik
8 Saya sangat melindungi dan tidak
memberikan
kepercayaan kepada anak (Over
protective)
9 Saya tidak memberi kesempatan kepada
anak
untuk mengungkapkan perasaannya
10 Saya selalu mengikuti keinginan anak

11 Saya selalu membuat keputusan sendiri


tanpa
memikirkan pendapat anak
12 Saya selalu merasa khawatir atau takut

13 Saya selalu merasa kesal jika anak


berperilaku
tidak sesuai dengan keinginan saya
14 Saya mempunyai persepsi bahwa
kecerdasan
intelektual adalah faktor utama yang akan
membuat anak sukses

39
Kuesioner Praskrining untuk Bayi 18-24Bulan

No Pemeriksaan Ya Tidak

1 Jika anda bersembunyi di belakang Sosialisasi


sesuatu/dipojok, kemudian muncui &
dan menghilang secara berulang- kemandirian
ulang di hadapan anak, apakah ia
mencari anda atau mengharapkan
anda muncul kembali?
2 Letakkan pensil di telapak tangan Gerak halus
bayi. Coba ambil pensil tersebut
dengan
perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali?
3 Apakah anak dapat berdiri selama 30 Gerak kasar
detik atau lebih dengan berpegangan
pada kursi/meja?
4 Apakah anak dapat mengatakan 2 Bicara & bahasa
suku kata yang sama, misalnya: “ma-
ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA
bila ia mengeluarkan salah—satu
suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat Gerak kasar
badannya ke posisi berdiri tanpa
bantuan anda?
6 Apakah anak dapat membedakan Sosialisasi&
anda dengan orang yang belum ia kemandirian
kenal? la akan menunjukkan sikap
malu-malu atau ragu- ragu pada saat

40
permulaan bertemu dengan orang
yang belum dikenalnya ?
7 Apakah anak dapat mengambil Benda Gerak halus
kecil seperti kacang atau kismis,
dengan meremas di antara ibu jari
dan jarinya ?
8 Apakah anak dapat duduk sendiri Gerak kasar
tanpa bantuan?
9 Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh Bicara & bahasa
anak
(tidak perlu kata-kata yang lengkap).
Apakah ia mencoba meniru
menyebutkan kata-kata tadi ?
10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak halus
mempertemukan dua kubus kecil
yang ia
pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup
panel tidak ikut dinilai

Kuesioner Praskrining untuk Anak 30- 60 bulan

No Pemeriksaan Ya Tidak

1 Isi titik-titik di bawah ini dengan Bicara &


jawaban anak. bahasa
Jangan membantu kecuali
mengulangi
pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika
kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika
kamu lapar?” “Apa
yang kamu lakukan jika kamu
lelah?” Jawab YA
biia anak merjawab ke 3

41
pertanyaan tadi dengan
benar, bukan dengan gerakan atau
isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang
benar adalah
“menggigil” ,”pakai mantel’ atau
“masuk
kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar
adalah
“makan”
Jika lelah, jawaban yang benar
adalah
“mengantuk”, “tidur”,
“berbaring/tidur-tiduran”,
“istirahat” atau “diam sejenak”
2 Apakah anak dapat mengancingkan Sosialisasi
bajunya atau &
pakaian boneka? kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak kasar
berpegangan.
Jika perlu tunjukkan caranya dan
beri anak ands
kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan
dalam waktu 6
detik atau lebih?
4 Ikuti perintah ini dengan seksama. Bicara &
Jangan memberi isyarat dengan bahasa
telunjuk atau mats pads saat
memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan
kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini
di depan kamu” “Letakkan kertas
ini di
belakang kamu” Jawab YA hanya
jika anak
mengerti arti “di atas”, “di bawah”,
“di depan”

42
dan “di belakang”
5 Apakah anak bereaksi dengan Bicara dan bahasa
tenang dan tidak rewel (tanpa
menangis atau menggelayut pada
anda) pada saat anda
meninggalkannya?

43

Anda mungkin juga menyukai