PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma
darah di mana kadar gula darah ini bisa meningkat. Peningkatan kadar gula
darah dapat berakibat seperti dehidrasi, keluarnya glukosa dalam urine yang
menyebabkan pengeluaran kencing secara berlebihan, minum berlebihan yang
disebakan oleh kegagalan metabolisme glukosa sehingga terjadi penurunan
berat badan, kesemutan. (Restyana, 2015).
Kondisi peningkatan kadar gula darah lebih banyak terjadi pada pasien
dengan Diabetes Melitus. Diabetes Melitus di Indonesia menurut Riset
Kesehatan Dasar (2018), menyatakan Indonesia sendiri merupakan negara
dengan penderita Diabetes Melitus yang mengalami peningkatan cukup
signifikan pada lima tahun terakhir. Di tahun 2013 angka prevalensi diabetes
pada orang dewasa mencapai 6,9% dan ditahun 2018 angka tersebut terus
melonjak mencapai 8,5%. Kemungkinan masalah peningkatan kadar gula
darah banyak dihadapi oleh masyarakat.
Menurut World Health Organisation (WHO) Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (gula darah) yang dari waktu kewaktu dapat menyebabkan
kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf
(neuropati). Sekitar 422 juta orang diseluruh dunia menderita diabetes,
mayoritas tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah serta 1,6
juta kematian secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Baik
jumlah kasus maupun prevelensi diabetes terus meningkat dalam beberapa
dekade terakhir. Hasil dari riset kesehatan dasar jumlah prevelensi 8,5% di
Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas menyebutkan salah satu dampak DM adalah
gangguan saraf (neuropati) yang menyebabkan rasa nyeri atau kebas bagi
penderita DM sehingga mengakibatkan gangguan pola tidur. Dan jika
masalah tersebut tidak teratasi tentunya akan berakibat terganggunya aktivitas
1
sehari-hari bagi seseorang yang mengidapnya, karena istirahat dan tidur
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang perlu terpenuhi.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. Istirahat berarti keadaan yang rileks, tenang,
santai, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Dan tidur
adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh
baru dapat berfungsi secara optimal. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,
tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. (Kasiati & Wayan, 2016).
Pemenuhan istirahat dan tidur sangat diperlukan terutama bagi orang
yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila
kebutuhan istirahat dan tidur tidak cukup, maka jumlah energi yang
diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. (Kasiati & Wayan, 2016).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
dasar dengan gangguan pemenuhan kebutuhan Istirahat dan Tidur pada Pasien
penderita Diabetes di RS DKT Bengkulu.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dasar gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
pada klien diabetes melitus di RS DKT Bengkulu
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan istirahat tidur pada
pasien diabetes melitus di RS DKT Bengkulu
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran pengkajian yang dilakukan dengan gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur pada klien dengan diabetes melitus
b. Memberikan gambaran rumusan masalah keperawatan dengan
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien dengan diabetes
melitus
2
c. Memberikan gambaran perencanaan masalah keperawatan dengan
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien dengan diabetes
melitus
d. Memberikan gambaran tindakan keperawatan dengan gangguan
kebutuhan istirahat dan pada klien dengan diabetes melitus
e. Memberikan gambaran evaluasi keperawatan dengan gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur pada klien dengan diabetes melitus
D. Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan bacaan
dan informasi bagi mahasiswa pada mata kuliah KDP khususnya tentang
asuhan keperawatan dasar dengan gangguan istirahat dan tidur pada
penderita diabetes
b. Bagi Rumah Sakit
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan keperawatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan istirahat dan tidur
pada penderita diabetes meilitus di Rumah Sakit DKT Bengkulu
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,
dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalandi taman juga bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Hidayat, 2006). Sedangkan
pengertian tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang
yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup
(Guyton, 1997). Tidur dikarakteristikan dengan aktivitas fisik yang minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
B. Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur, yaitu :
a. Psikologis
1) Perubahan tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
2) Ansietas
3) Suhu tubuh
4
b. Lingkungan
1) Suhu, kelembaban yang berubah-ubah
2) Stimulasi yang berlebih
3) Kegaduhan
4) Pengobatan
c. Fisiologis
1) Demam
2) Hipertiodisme
3) Ulkus gastrik
4) Gangguan hati
5) Nafas pendek
6) Urgensi berkemih
7) Mual
8) Gangguan ketidaknymanan
d. Faktor Predisposisi
Menurut Potter and Perry (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur antara lain:
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang
lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit
menjadikan seseorang kurang tidur bahkan tidak dapat tidur.
2) Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Seseorang
dengan kelelahan tingkat menengah dapat tidur nyeyak, sedangkan
pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur
REM lebih pendek.
3) Sres Psikologi
Depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan oleh kondisi cemas yang meningkatkan norepirefin
darah melalui sistem saraf simpatis dan akan mengurangi tahap
REM dan NREM.
5
4) Obat-Obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur yaitu,
a) Diuretik
b) Antidepresan
c) Kafein
d) Betabloker
e) Narkotika
f) Amfetamin
5) Nutrisi
Makanan seperti keju, susu, daging dan ikan tuna dapat
mempercepat tidur.
6) Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk
tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang
dapat tidur nyenyak dan sebaliknya.
7) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat
menimbulkan gangguan proses tidur.
C. Patofisiologi
Tidur merupakan hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur
merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer
endokrin kardio vaskular, respirasi muskuloskeletal (Guyton, 1997).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk
tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian batang otak
atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kesadaran RAS
memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima
stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.
6
Gangguan pola tidur dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, ansietas,
suhu tubuh, faktor lingkungan (suhu, kelembaban yang berubah-ubah,
stimulasi yang berlebih, kegaduhan, pengobatan, faktor fisiologis (demam,
hipertiodisme, ulkus gastrik, gangguan hati, nafas pendek, urgensi berkemih,
mual, gangguan ketidaknyamanan). Hal tersebut membuat kerja RAS
berlebihan menyebabkan kewaspadaan berlebih dan akhirnya mengganggu
pola tidur pasien (Potter and Perry, 2006).
D. Klasifikasi
1. Tahap 1 NREM
Tahap NREM (Non-Rapid Eye Movement) dikenal juga dengan
tidur ayam. Istilah ini sudah tidak asing di telinga kamu. Tidur ayam
adalah istilah yang menjelaskan kondisi tidur, tetapi pikiran, mental, dan
tubuh kamu berada di tengah-tengah antara tidur terlelap dan setengah
sadar. Pada fase ini, otak merilis gelombang beta, gelombang cepat dan
kecil.
Pada fase 1 NREM, kamu masih bisa dibangunkan atau terbangun
dengan mudah meski sudah terlelap. Selain itu, aktivitas otot dan
pergerakan mata ketika kamu memasuki tahap tidur ini akan lambat.
Ketika kinerja otak mulai melambat, organ penting ini juga merilis
gelombang alpha. Ini ditandai dengan munculnya sensasi aneh yang
kamu rasakan, seperti nyata tetapi kamu sedang memejamkan mata.
Kamu akan mengalami sensasi seperti terjatuh hingga tersentak kaget,
atau merasakan ada seseorang yang memanggil nama kamu. Sensasi ini
disebut dengan halusinasi hypnagogic. Sentakan mengejutkan yang
kamu rasakan disebut sentakan mioklonik.
2. Tahap 2 NREM
Memasuki tahap 2 NREM dalam tidur, pernapasan, dan denyut
jantung semakin teratur, diikuti dengan penurunan suhu tubuh. Pada
tahapan ini, kesadaran kamu semakin menurun. Meski kamu mendengar
suara-suara, kamu tidak terlalu paham yang sedang terjadi.
7
Gerakan mata berhenti dan terjadi perambatan gelombang otak
pada fase ini. Tubuh bersiap tidur nyenyak dengan
hadirnya spindle tidur. Bekerjasama dengan K-complex, dua aktivitas ini
melindungi tidur sekaligus menekan adanya respon rangsangan dari luar.
3. Tahap 3 NREM
Setelah melalui tahap kedua, di tahap ini kamu tertidur lebih
nyenyak. Otak merilis gelombang delta yang membuat kamu menjadi
kurang responsif. Pada tahap ini tidak terindikasi adanya gerakan otot
atau gerakan mata. Fase ini menjadi tahap transisi antara tidur nyaman
dan tidur terlelap.
Kamu akan sulit dibangunkan pada tahap ini. Setelah berhasil
terbangun, kamu masih harus menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar,
atau ‘mengumpulkan nyawa’ bukan tidak mungkin, terjadi aktivitas tanpa
disadari, seperti ngompol, mengigau, hingga berjalan sambil tidur. Pada
tahapan ini tubuh melakukan perbaikan atau regenerasi jaringan sekaligus
meningkatkan pasokan darah menuju ke otot, juga memperkuat imunitas
tubuh.
4. Tahap REM
Sekarang, kamu memasuki tahap akhir atau REM (Rapid Eye
Movement) alias tidur bermimpi. Berbeda dengan tahap 2 dan 3, pada
tahap ini, terjadi peningkatan aktivitas karena munculnya mimpi, seperti
napas dan detak jantung yang semakin cepat, pergerakan mata yang
cenderung agresif, gelisah, hingga tekanan darah yang mengalami
peningkatan.
Mimpi terjadi karena adanya peningkatan aktivitas pada otak, tetapi
otot justru mengalami kelumpuhan sementara. Data dari The American
Sleep Foundation menyatakan seseorang kira-kira menghabiskan 20
persen dari waktu tidur pada tahapan ini atau selama 70 hingga 90 menit.
E. Manifestasi Klinis
1) Ketidakpuasan Tidur
2) Keluhan verbal tentang kesulitan-kesulitan tidur
8
3) Keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik
4) Tidak dapat tidur (insomnia)
5) Total waktu tidur kurang dari usia yang normal
6) Memiliki kebiasaan buruk atau aneh saat tidur (mengorok, berhenti
nafas, menggerakan anggota keluarga)
7) Bangun 3 kali atau lebih di malam hari
F. Pemeriksaan Penunjang
Menentukan secara pasti gangguan tidur adalah pemeriksaan
polisomnografi. Polisomnografi adalah alat uji diagnostik untuk mengevaluasi
gangguan tidur. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-ukologram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari (Potter and Perry, 2006).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum
menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan
dapat memberikan efek ketergantungan.Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapatmengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantorke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi,
peningkatan spiritualdan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman.Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasanakamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
9
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankanwaktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yangmenyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli ataudokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalammemandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untukmeningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa
berdaya ataumerasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
sipenderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagisi penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam danmelarang si penderita untuk tidur pada siang hari
meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan sipenderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yangtidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
10
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
danalkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ketempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi FarmakologiMenurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek
samping yang ditimbulkandari obat-obatan seperti ketergantungan, maka
terapi ini hanya boleh dilakukanoleh dokter yang kompeten di bidangnya.
Obat-obatan untuk penanganangangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberianobat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam,Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebutmengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor,gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb (
Remelda, 2008)
11
berat ringanya keluhan, lamanya keluhan berlangsung, upaya apa
saja yang telah dilakukan, apa yang diharapkan pasien dari
pelayanan kesehatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit masa kanak-kanak, Imunisasi, Alergi, pengalaman dirawat
sebelumnya dan pengobatan terakhir
4. Riwayat penyakit keluarga
Dengan siapa tinggal dan berapa jumlah anggota keluarga, apakah
ada yang menderita penyakit serupa, apakah ada yang menderita
penyakit menular dan menurun, bagaimana efek bagi keluarga bila
ada salah satu anggota keluarga yang sakit
5. Pola kesehatan fungsional (Pola Gordon)
a. pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Arti sehat dan sakit bagi pasien
Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining,
kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan, diet, latihan dan
olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi
Pemeriksaan diri sendiri : payudara, riwayat medis
Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan. eluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan.
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
b. pola nutrisi dan cairan
Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan, nafsu makan Kepuasan akan berat badan
Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan
bau, gigi, mukosa mulut, mual asa dan bau, gigi, mukosa
12
mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi
makanan
Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini
dan SMRS)
c. pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam
tidur dan m tidur dan bangun, ritual menjelang tidur,
lingkun bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur,
tingkat kesegaran setelah tidur)
Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan,
musik)
Jadwal istirahat dan relaksasi
Gejala gangguan pola tidur
Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan
dll) Data
pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk)
d. pola aktivitas dan latihan
Aktivitas kehidupan sehari-hari
Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
Aktivitas menyenangkan
Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian,
mandi, makan, kamar mandi)
Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
Data pemeriksaan fisik (pernapasa, Data pemeriksaan
fisik (pernapasa, kardiovaskular kardiovaskular,
muskuloskeletal, neurologi)
e. pola eliminasi
13
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol
BAK, adanya perubahan lain
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol
BAB, adanya perubahan lain
Keyakinan budaya dan kesehatan
Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan
diri
Penggunaan bantuan untuk ekskresi
Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen,
genitalia, rektum, prostat)
f. pola presepsi dan kognitif
Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, Gambaran
tentang indra khusus (pnglihatan, penciuma penciuman,
pendengar, perasa, peraba)
Penggunaan alat bantu indra
Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
Keyakinan budaya terhadap nyeri
Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri
Data pemeriksaan fisik yang berhubungan Data
pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis
(neurologis, ketidaknyamanan)
g. pola reproduksi dan seksual
Masalah menstruasi
Papsmear terakhir
Perawatan payudara setiap bulan
Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
14
h. pola presepsi dan konsep diri
Keadaan sosial : peekrjaan, situasi Keadaan sosial :
peekrjaan, situasi keluarga, kelom keluarga, kelompok
sosial pok sosial
Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri,
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan
tubuh (yg disukai dan tidak)
Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perub Ancaman
terhadap konsep diri (sakit, perubahan per ahan peran)
Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,
murung, gidak mau berinteraksi)
i. pola mekanisme koping
Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya
Takut terhadap kekerasan
Pandangan terhadap masa depan
Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya
masalah
j. pola nilai dan kepercayaan
Apakah klien menganut suatu agama
Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia
dengan penciptan-Nya
Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan
dalam ibadah
k. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran
2) Keadaan umum
3) Tanda-tanda vital
15
4) Kepala
5) Wajah
6) Hidung
7) Telinga
8) Mulut dan tenggirikan
9) Leher
10) Thorak
11) Abdomen
12) Ekstremitas
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan reistraint fisik, kurang
kontrol tidur
16
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
17
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR PROFESI
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
A. PENGKAJIAN ANAMNESA
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian/Jam : 9 November 2021/19.30 WIB Ruang/RS: Wira 06
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
Nama : Ny.L
Umur : 54 Tahun
Alamat : Jalan Raden Patah Rt.20
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal Masuk RS : 9 November 2021
Diagnosa Medis : DM Tipe 2
No.Rekam Medis : 065495
2. KELUHAN UTAMA
Ny. L diantar ke RS DKT dengan keluhan nyeri dari pinggang sampai kaki
sebelah kiri dan sulit bergerak sudah 3 hari tidak bisa tidur.
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. L mengatakan nyeri dari pinggang sampai kaki sebelah kiri, lemas, sulit
bergerak dan tidak nyaman.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. L mengatakan mempunyai riwayat Cholestrol tinggi, asam urat dan
DM.
19
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.L mengatakan tidak ada keluarga lain yang menderita penyakit diabetes
melitus.
4. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL (Contoh: GORDON)
a. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Ny. L mengatakan mengetahui tentang kondisi penyakitnya dan telah
melakukan diet makanan seperti makan makanan rendah gula dan makan
beras merah.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Ny. L mengatakan makan sehri 2x sebanyak 1 centong nasi, minum sehari
kurang lebih 1000 cc.
c. Pola eliminasi
Ny.L mengatakan BAK 4x sehari
Ny.L mengatakan BAB 1x sehari
d. Pola istirahat dan tidur
Ny.L mengatakan sudah 3 hari ini tidur hanya 3 jam dan sering terbangun
dimalam hari, posisi tidur tidak berbaring melainkan duduk.
- Lama tidur malam : 09.00-05.00 wib
- Setelah mengalami gangguan : 01.00-03.00 wib
- Siang : Ny.L jarang tidur siang
- Keluhan dengan tidur : tidur terganggu, sering terbangun
saat tidur
Subjektif : - Ny.L mengeluh sulit tidur
karena nyeri dari asam urat
dan gula darah klien yang tinggi
- Ny. L mengeluh sering terjaga
saat malam hari
- Ny. L mengatakan tidak puas
terhadap tidurnya karena sering
terbangun saat malam hari
- Ny.L mengeluh istirahatnya
tidak cukup
Objektif : - Ny. L tampak sering menguap
- Konjungtiva Ny.L tampak
anemis
- Terdapat kantong mata
- Wajah Ny.L tampak lelah
e. Pola aktivitas dan latihan
Ny. L Mengatakan kesehariannya berjualan sayur ke pasar sampai siang
hari, dan sepulang dari pasar Ny.L baru bisa istirahta. Semenjak sakit Ny.L
mengatakan tidak bekerja. Untuk aktivitas sehari-jhari dibantu, seperti ke
Wc dan memakai baju dibantu.
f. Pola peran dan hubungan
Ny.L mengatakan dikeluarga berperan sebagai seorang ibu dan istri.
g. Pola persepsi kognitif dan sensori
20
Ny. L tidak mengalami gangguan kognitif dan sensori, fungsi intelektual
utuh.
h. Pola persepsi diri/Konsep diri
Ny. L mengatakan mengetahui identitasnya sebagai wanita dan seorang ibu.
Tidak ada daerah tubuh yang tidak disukai oleh Ny.L
i. Pola seksual dan reprosuksi
Ny. L mengatakan sudah tidak menstruasi(menopause) sejak tahun 2010.
j. Pola mekanisme koping
Ny.L mengetahui akan kondisinya, sehingga saat sakit Ny.L memutuskan
untuk membawa dirinya berobat ke RS.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Ny. L percaya bahwa penyakit dan kondisinya saat ini adalah ujian dari
Allah SWT.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
21
sel/mm3 sel/mm3
Rapid Antigen Negatif Negatif
b. Radiologi
EKG
Hasil: Normal Sinus Rhytm
Tidak ada tanda iskemia/infark
HR.100x x/menit
7. PROGRAM TERAPI
Tanggal : 9 November 2021
Nama Obat Dosis Cara Pemberian
Infus RL 20 tetes IV
Santagesik 2 Amp/kolf Drip Infus Iv
Ranitidine 2x1 Amp IV
Dexamethasone 2x1 Amp IV
Glimopiride 1x2 mg P.O
Gabapentin 1x300 mg P.O
Metforin 3x500 mg P.O
Diclofenac 2x50 mg P.O
B. DAFTAR MASALAH
22
TD: 116/77 mmHg
Klien tampak sering
menguap
Wajah klien tampak
lelah
23
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan/SLKI Intervensi/SIKI Rasional TTD
Jam Keperawatan/SDKI perawat
1. 9/11/21 Gangguan Pola tidur Setelah dilakukan tindakan SIKI : Dukungan Tidur 1. Mengetahui pola tidur
19.45 Wib berhubungan dengan keperawatan selama 2 X 24 1. Identifikasi pola istirahat pasien selama sakit
Restaint Fisik jam diharapkan gangguan dan tidur 2. Mengetahui penyebab
pola tidur dapat diatasi. 2. Identifikasi faktor klien sulit tidur
SLKI : pola tidur : meningkat pengganggu tidur 3. Mengetahui makanan
Level: 3. Identifikasi makanan dan atau minuman yang
1. Menurun minuman yang membuat klien sulit
2. Cukup menurun mengganggu tidur untuk tidur
3. Sedang 4. Modifikasi linggkungan 4. Membuat klien merasa
4. Cukup meningkat 5. Fasilitasi menghilangkan lebih nyaman
5. Meningkat stres sebelum tidur 5. Agar pasien merasa
Dengan kriteria hasil: 6. Batasi waktu tidur siang rileks sebelum tidur
Keluhan sulit tidur 7. Tetapkan jadwal rutin 6. Agar pasien tidak terlalu
Keluhan sering terjaga tidur banyak tidur siang
Keluhan tdak puas 8. Jelaskan pentingnya tidur 7. Melatih kebiasaan tidur
tidur cukup selama sakit pasien
Keluhan pola tidur 9. Anjurkan menepati 8. Membantu kesembuhan
berubah kebiasaan tidur pasien
Keluhan istirahat 10. Anjurkan menghindari 9. Melatih kebiasaan tidur
tidak cukup makanan dan minuman pasien
yang megganggu tidur 10. Agar pasien tidak
SLKI: Status Kenyamanan kesulitan untuk tidur
Level:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
24
4. Cukup menrun
5. Menurun
Dengan kriteria hasil:
Keluhan tidak
nayaman
Keluhan sulit tidur
Lelah.
25
D. IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
26
Tanggal Evaluasi Formatif Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Sumatif TTD
(SOAP) (SOAP) Perawat
11/11/21 Jam 08.00 08.40 1. Menanyakan keluhan dan Jam 14.00
S: jam tidur Ny.L S:
Klien mengatakan tidur sudah 09.00 2. Menanyakan faktor Klien mengatakan tidur sudah
mulai agak nyenyak pengganggu tidur mulai agak nyenyak
Klien mengatakan tidur tadi 09.46 3. Menjelaskan pentingnya Klien mengatakan tidur tadi
malam 6 jam tidur cukup saat sakit malam 6 jam
Klien mengatakan jarang 10.21 4. Menjelaskan pentingnya Klien mengatakan jarang
terbangun pada malam hari tidur cukup saat sakit terbangun pada malam hari
O: 12.19 5. Mengajurkan pasien O:
Td: 112/70 mmHg melanjtkan intervensi Td: 120/75 mmHg
Kantung mata mulai menipis relaksasi benson. Kantung mata menipis
Klien tampak tidak menguap 12.40 6. Menanyakan perasaan Klien tidak menguap
Konjungtiva ananemis klien setelah dilakukan Wajah terlihat cerah
A: Pola tidur dan status kenyamanan terapi relaksasi benson A: Pola tidur dan status kenyamanan
berada pada level 4 13.47 7. Memutar murottal Al- berada pada level 4
P: intervensi dukungan tidur dilanjutkan Quran P: intervensi dukungan tidur dilanjutkan
secara mandiri
27
28
BAB IV
PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTISE (EBNP)
A. SOP EBNP
SOP
LATIHAN RELAKSASI
BENSON
Langkah Kedua :
a. Atur posisi paasien senyaman mungkin.
Mintalah pasien untuk menunjukkan posisi
mana yang ia inginkan untuk melakukan terapi
relaksasi benson.
b. Pengaturan posisi dapat dilakukan dengan cara
duduk, berlutut, ataupun tiduran, selama tidak
mengganggu pikiran pasien.
c. Pikiran pasien jangan sampai terganggu oleh
apa pun termasuk karena adanya salah posisi
atau posisi yang tidak nyaman yang
mengakibatkan pasien menjadi tidak focus
pada intervensi yang akan dilakukan. Lakukan
modifikasi lingkungan agar tidak gaduh, batasi
pengunjung, atau jika perluy tutup ruangan
yang akan digunakan untuk relaksasi dengan
tirai penutup khusus ruangan.
Langkah Ketiga :
a. Anjurkan dan bimbing pasien untuk
memejamkan kedua mata sewajarnya.
b. Anjurkan pasien untuk menghindari
memicingkan atau menutupkan mata sekuat-
kuat.
c. Tindakan menutup mata dilakukan dengan
wajar dan tidak mengeluarkan banyak tenaga.
Langkah Keempat :
Anjurkan pasien untuk melemaskan otot-ototnya :
a. Bimbing dan mulailah pasien untuk
melemaskan otot-ototnya mulai dari kaki,
betis, paha, sampai dengan perut pasien.
b. Anjurkan pasien untuk mengendurkan semua
kelompok otot pada tubuh pasien
c. Anjurkan pasien untuk melemaskan kepala,
leher, dan pundak dengan memutar kepala dan
30
mengangkat pundak perlahan-lahan.
d. Untuk lengan dan tangan, anjurkan pasien
untuk mengulurkan kedua tangannya,
kemudian mengendurkan otot-otot tangannya,
dan biarkan terkulai wajah dipangkuan.
e. Anjurkan pasien untuk tidak memegang lutut,
kaki, atau mengaitkan kedua tangannya
dengan erat.
Langkah Kelima :
Perhatikan napas dan mulailah menggunakan
kata-kata atau ungkapan fokus yang berakar pada
keyakinan pasien.
a. Anjurkan pasien untuk menarik napas melalui
hidung secara perlahan, pusatkan kesadaran
pasien pada pengembangan perut, tahanlah
napas sebentar sampai hitungan ketiga.
b. Setelah hitungan ketiga, keluarkan napas
melalui mulut secara perlahan-lahan (posisi
mulut seperti sedang bersiul) sambil
mengucapkan ungkapan yang telah dipilih
pasien dan diulang-ulang dalam hati selama
mengeluarkan napas tersebut.
Langkah Keenam :
Anjurkan pasien untuk mempertahankan sikap
pasif. Sikap pasif merupakan aspek penting dalam
membangkitkan respons relaksasi. Anjurkan
pasien untuk tetap berpikiran tenang.
a. Saat melakukan teknik relaksasi, kerapkali
berbagai macam pikiran datang mengganggu
konsentrasi pasien. Oleh karena itu, anjurkan
pasien untuk tidak memperdulikannya dan
bersikap pasif.
Langkah Ketujuh :
Lanjutkan intervensi relaksasi benson untuk
jangka waktu tertentu. Teknik ini cukup dilakukan
selam 5-10 menit saja. Tetapi jika menginginkan
waktu yang lebih lama, lakukan tidak lebih dari 20
menit.
Langkah Kedelapan :
Lakukan teknik ini dengan frekuensi dua kali
sehari sampai pasien mengatakan tidak
merasakan nyeri ataupun cemas lagi.
8 HASIL Dokumentasikan:
a. Tanggal atau jam dilakukan tindakan
b. Nama tindakan
c. Respon klien selama tindakan
31
d. Nama dan paraf perawat
B. Dokumentasi Kegiatan
32
C. Berita Acara Penerapan EBNP
Berita Acara Kegiatan Penerapan Evidence Based Nursing Practise
(EBNP) Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Ny. L
Di Ruang Wira RS DKT Kota Bengkulu
Mengetahui,
Karu Ruang Wira
(Jasti, S.Kep)
33
D. Hasil Penerapan EBN
1. Tanggal dan jam dilakukan
Penerapan EBN terapi relaksasi benson yang dilakukan pada Ny.L
dilakukan pada hari jum’at tanggal 12 November 2021 dan kegiatan ini
berlangsung kurang kebih selama 15 menit yaitu dari jam 10.00-10.15 wib.
2. Respon Klien
Selama kegiatan berlangsung klien memperhatikan apa yang diajarkan
oleh perawat bagaimana cara melakukan terapi tersebut. Klien merasa lebih
rileks dan lebih tenang saat mencoba mempraktekkan apa yang diajarkan
oleh perawat.
3. Hasil
a. Klien dapat mengetahui penyebab klien mengalami sulit tidur dan
pengertian dari terapi relaksasi benson.
b. Klien dapat mengetahui tujuan dan manfaat dari terapi relaksasi benson
yang telah diajarkan oleh perawat.
c. Klien dapat melakukan terapi relaksasi benson secara mandiri.
d. Diharapkan klien dapat menerapkan terapi relaksasi benson jika klien
kembali mengalami gangguan pada tidur.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan
istirahat tidur dengan pada Ny. L dengan diagnosa keperawatan Pola tidur
tidak efektif, nyeri akut, dan gangguan mobilitas fisik terjadi peningkatan
level outcome yang cukup signifikan pada hari ke 2 dilakukannya
implementasi keperawatan.
2. Hasil pengkajian didapat berfokus pada gangguan kebutuhan istirahat tidur
pasien
3. Maslah keperawatan yang muncul diantaranya Pola tidur tidak efektif, nyeri
akut, dan gangguan mobilitas fisik.
4. Implementasi keperawatan telah dilakukan selama 2x24 jam beserta terapi
komplementer yang sudah didasari dengan jurnal ya itu terapi relaksasi
benson terbukti efektif dalam meningkatkan pola tidur pasien menjadi lebih
baik.
5. Evaluasi keseluruhan untuk pola tidur dan status kenyaamanan mengalami
perubahan yaitu membaik berada pada level 4 diimplementasi hari ke-2.
A. Saran
Dengan hasil studi kasus ini penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi:
1. Pendidikan
Menjadi salah satu sumber bacaan, informasi bagi mahasiswa pada mata
kuliah KDP terkhusus pada topik gangguan kebutuhan istirahat tidur.
2. Bagi Rumah Sakit
Menjadi pertimbangan acuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah gangguan kebutuhan istirahat tidur pada pasien RS DKT Kota
Bengkulu.
35