Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Jaminan Kesehatan Kesehatan


1. Definisi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah jaminan
perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh
(komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta
yang iurannya di bayar oleh Pemerintah (
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan program
pembiayaan kesehatan yang diberikan pemerintah untuk menjamin
penduduk miskin dapat hidup sehat dan produktif. Sejatinya jamkesmas
tidak jauh berbeda dengan program-program jaminan kesehatan lainnya.
Hanya saja jamkesmas hanya diberikan pada penduduk miskin. Indikator
kepemilikan jamkesmas dikelompokkan bersama dengan kepemilikan
BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) karena kemiripan dalam bentuk
programnya. Program BPJS Kesehatan PBI memberikan keanggotaan
BPJS Kesehatan bebas iuran kepada penduduk miskin dan rentan.
2. Tujuan Penyelenggaraan Program Jamkesmas
a. Secara umum
Memberikan akselerasi dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien.
b. Secara khusus
Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu guna
mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di
Rumah Sakit.
Melalui program Jamkesmas pula diharapkan akan terjadi proses
penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
yang pada akhirnya akan berdampak kepada peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program Jamkesmas
berbentuk bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara nasional agar terjadi
subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Jamkesmas meliputi :
a. Pembinaan, pengembangan pembiayaan dan jaminan pemeliharaan
kesehatan
b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin
c. Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin.
4. Kepesertaan Program Jamkesmas
Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak
mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan
memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Selanjutnya
pada tahun 2010, sasaran program Jamkesmas diperluas kepada tiga
kelompok sasaran baru yaitu orang miskin baru akibat tertimpa musibah
bencana, orang miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan di
Rumah Tahanan (Rutan), orang-orang tua miskin yang tinggal di Panti
Sosial, anak terlantar dan anak‐anak yatim piatu yang tinggal di panti‐panti
asuhan.
Jaminan kesehatan pada kelompok tersebut ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1185‐SK‐ Menkes‐XII‐2009 tertanggal
13 Desember 2009 Tentang Penetapan orang miskin di Lapas‐ Rutan,
Orang‐orang tua miskin, anak terlantar dan yatim piatu di panti‐panti sosial,
serta orang miskin akibat bencana dijamin oleh Jamkesmas. Sasaran
Jamkesmas di setiap Kabupaten/Kota belum dianggap sah apabila
Bupati/Walikota belum menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota
dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dengan bentuk
Keputusan Bupati/Walikota.

B. Masalah Kesehatan Ibu


1. Tingginya angka kematian ibu
Angka kematian Ibu di Indonesia lebih tinggi sebesar tiga sampai enam
kali dibandingkan negara-negara ASEAN. Tingginya angka kematian ibu
disebabkan oleh, antara lain, komplikasi saat melahirkan, masih rendahnya
persentase persalinan oleh tenaga kesehatan, dan belum optimalnya
layanan antenatal.
2. Angka kematian bayi masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara
Singapura dan Malaysia.
3. Masalah gizi pada ibu hamil, bayi, dan balita
Masih tingginya kekurangan gizi pada balita disebabkan oleh, antara lain,
kurangnya asupan gizi, kurang memadainya pola asuh, pengetahuan
masyarakat, perilaku masyarakat dalam perbaikan gizi dan pemantauan
pertumbuhan di posyandu kurang optimal

C. Sistem Layanan Kesehatan Reproduksi


1. Indikator-indikator dalam sub indeks pelayanan kesehatan dan nilai sub
indeks kesehatan reproduksi
a. Kesehatan Reproduksi
Terdiri dari 3 variabel pembentuk sub pembentuknya yakni : proporsi
penggunaan alat Keluarga Berencana dengan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP), proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan
kesehatan ibu hamil sebanyak 4 kali dan proporsi Kurang Energi
Kronis pada Wanita Usia Subur.
b. Pelayanan Kesehatan
1) Indikator persalinan di ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan.
Proporsi persalinan dibantu tenaga kesehatan dengan unit
analisis batita. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter
kandungan, dokter umum, dan bidan. Fasilitas kesehatan yang
dimaksud adalah rumah sakit (RS) pemerintah, RS swasta, rumah
bersalin (RB), klinik, praktik tenaga kesehatan, puskesmas,
puskesmas pembantu, dan Polindes/Poskesdes.
2) Indikator Proporsi Dokter
Proporsi kecamatan dalam satu kabupaten yang memiliki
kecukupan rasio dokter per jumlah penduduk kecamatan. Rasio
dokter cukup jika dalam 1 kecamatan memiliki minimal 1 dokter
per 2.500 penduduk.
3) Indikator Proporsi Posyandu
Proporsi desa dalam satu kabupaten yang memiliki
kecukupan rasio posyandu per desa. Rasio posyandu cukup jika
dalam 1 desa memiliki jumlah posyandu minimal 4 posyandu.
4) Indikator Proporsi Bidan
Proporsi desa dalam satu kabupaten yang memiliki
kecukupan rasio jumlah bidan per jumlah penduduk desa. Rasio
jumlah bidan cukup jika dalam 1 desa memiliki minimal 1 bidan
per 1.000 penduduk.
5) Indikator Kepemilikan Jaminan Pelayanan Kesehatan
Persentase penduduk yang memiliki minimal satu jenis
jaminan pelayanan kesehatan. Jenis jaminan yang dimaksud adalah
Askes/JPK/PNS/veteran/Pensiun, JPK jamsostek, Asuransi
Kesehatan Swasta, Tunjangan Kesehatan Perusahaan, jamkesmas,
Jamkesda.

Keterkaitan antara sub indikator komposit kesehatan reproduksi


terhadap indikator-indikator pelayanan kesehatan mencakup persalinan
bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Tenaga kesehatan yang menjadi penolong kelahiran bayi ini didominasi
oleh bidan, dokter kebidanan dan kandungan, kemudian dokter umum.
Penolong persalinan yang terlatih merupakan hal yang sangat berhubungan
terhadap kesehatan reproduksi ibu. Penolong persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan (dokter atau perawat) menjadi hal yang sangat diperlukan
guna menjamin persalinan yang aman. Semua indikator dipengaruhi oleh
kesenjangan tingkat penghasilan penduduk. Peran tenaga kesehatan saat
menolong persalinan dalam bentuk program ‘dokter keluarga’ berhasil
meningkatkan persalinan yang aman bagi ibu dan anak yang dilahirkan.

2. Indikator dalam mendongkrak kesehatan reproduksi :


a. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
b. Kecukupan jumlah dokter.
c. Serta faktor lain berupa kepemilikan kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JPK).

Dengan adanya kepemilikan kartu JPK atau saat ini sudah tergabung
dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau asuransi
kesehatan, menjadi penentu apakah kelahiran akan ke fasilitas kesehatan
atau tidak. Dengan meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan akan
membuat nilai kesehatan reproduksi secara umum pun akan meningkat.
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang memanfaatkan alat
reproduksi untuk menjalani kehamilan dan persalinan aman serta
mendapatkan bayi tanpa risiko apapun, dan kemudian kesehatan ibu dapat
kembali normal.

Kesehatan reproduksi tidak hanya pada pelayanan alat kontrasepsi,


tetapi termasuk penyakit infeksi menular seksual yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.

3. Faktor menyebabkan masalah kesehatan reproduksi :


a. Faktor sosial ekonomi dan demografi
b. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi
c. Lokasi tempat tinggal yang terpencil menyebabkan sulit mengakses
fasilitas kesehatan.

Berdasarkan faktor yang mungkin menyebabkan masalah, maka upaya


peningkatan kesehatan reproduksi perlu diprioritaskan pada perluasan
pelayanan kesehatan berkualitas dan penyebarluasan komunikasi,
informasi dan edukasi kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
diharapkan adalah pelayanan obstetrik yang komprehensif dan
peningkatan pelayanan keluarga berencana. Penyediaan fasilitas pelayanan
obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik
neonatal emergensi dasar (PONED), dan posyandu yang terjangkau oleh
seluruh penduduk dapat membantu pemerintah dalam upaya penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

Peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas


kesehatan, proporsi kecukupan jumlah dokter, proporsi kecukupan jumlah
posyandu, proporsi kepemilikan JPK dapat meningkatkan nilai sub indeks
kesehatan reproduksi yang terdiri dari indikator penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang, pemeriksaan kehamilan, dan masalah kurang
energi kronis pada wanita usia subur.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati L, Tjandrarini. 2018. Peran Indikator Pelayanan Kesehatan untuk


Meningkatkan Nilai Sub Indeks Kesehatan Reproduksi dalam Indeks
Pembangunan Kesehatan Reproduksi Masyarakat (IPKM). Media
Libangkes, 28 (2) : 95-102

Zahtamal, Restuastuti T, Chandra F. 2011. Analisis faktor Determinan


Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 6 (1) : 1-8

Anda mungkin juga menyukai