ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, menyebabkan batuk, demam, dan nyeri dada. Ada 50 orang penderita TB
Paru di Puskesmas Siantan Hilir Pontianak yang harus segera diobati. Intervensi sangat penting karena banyak kasus TB kambuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas pemberdayaan keluarga dalam skrining laten Infeksi TB berdasarkan pedoman WHO terhadap tingkat kepatuhan pasien TB dan beban
keluarga. Metode penelitian adalah penelitian eksperimen semu yang melibatkan 36 orang (keluarga) penderita TB dengan teknik consecutive sampling.
Sebanyak 18 orang mendapat intervensi pemberdayaan (pengobatan), dan 18 orang lainnya tidak diobati. Sebelumnya, mereka memberikan informed consent
pada masing-masing kelompok. Penelitian dilakukan selama dua bulan dan telah diberikan tiga kali kunjungan terapi selama penelitian untuk kelompok
intervensi. Instrumen yang digunakan adalah Morisky Medication Obedience Scale-8 (MMAS-8) dan Caregiver Burden Scale (CBS). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terkait pemberdayaan keluarga pada skrining laten Infeksi TB berbasis WHO dalam meningkatkan kepatuhan pasien
dengan p = 0,000 dan beban caregiver dengan p = 0,000 (p <0,005). Diharapkan dengan penerapan pemberdayaan keluarga dalam skrining dapat mencegah dan
menurunkan angka kesakitan penderita TB. Pemberdayaan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB Paru dan mengurangi beban keluarga. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terkait pemberdayaan keluarga pada skrining laten Infeksi TB berbasis WHO dalam
meningkatkan kepatuhan pasien dengan p = 0,000 dan beban caregiver dengan p = 0,000 (p <0,005). Diharapkan dengan penerapan pemberdayaan keluarga
dalam skrining dapat mencegah dan menurunkan angka kesakitan penderita TB. Pemberdayaan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB Paru dan
mengurangi beban keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terkait pemberdayaan keluarga pada skrining laten Infeksi TB berbasis WHO dalam me
mengurangi penularan TB. Biasanya pengetahuan, kurangnya kesadaran dan kemauan untuk
masyarakat tidak berobat karena tidak menerima pengobatan TB secara lengkap.
memiliki gejala atau tidak mengenali gejala Penelitian ini menerapkan teknik skrining berbasis
yang ada dan merasa sehat, hambatan pedoman WHO mengenai pengelolaan LTBI yaitu
untuk mengakses layanan yang ada atau pedoman penanganan LTBI dengan pendekatan
alasan lain (WHO, 2015). kesehatan masyarakat / keluarga, penjelasan proses
Hasil penelitian tentang efektivitas skrining penyakit, pemeriksaan laboratorium dan regimen
TB dalam meningkatkan tingkat kepatuhan dan pengobatan LTBI, serta algoritma diagnostik apa yang
penyelesaian pengobatan TB menunjukkan hasil harus digunakan. khusus untuk anggota keluarga
yang bermakna dimana semakin pendek durasi yang masih hidup dengan penderita TB dan kontak
pengobatan dikaitkan dengan peningkatan anak di bawah usia lima tahun. Penelitian ini
kepatuhan itu sendiri. Kepatuhan terhadap menggunakan pedoman modul yang dibuat oleh
pengobatan LTBI merupakan penentu penting peneliti dengan pendekatan keluarga. Kemudian
bagi penderita dan juga keberhasilan program dilakukan evaluasi dengan melihat kepatuhan pasien
TB. Walaupun penelitian baru-baru ini dalam dalam minum obat. Penerapan pedoman WHO
empat tahun terakhir telah memberikan berbasis pendekatan keluarga belum dilakukan di
informasi yang berharga mengenai penularan Indonesia.
TB, diagnosis dan pengobatan masih banyak
yang harus ditemukan untuk secara efektif
mengurangi kejadian dan akhirnya Diharapkan kedepannya pemberdayaan
memberantas TB di dunia (Sterling, 2011). keluarga pasien TB dapat meningkatkan
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kemampuan untuk mendeteksi ada tidaknya
pada tanggal 5 Desember 2017 di UPTD (Kantor Unit anggota keluarga yang tinggal di lingkungan
Pelaksana Teknis) Puskesmas (Puskesmas) Siantan yang sama yang terinfeksi oleh penderita TB
Hilir data dari pasien TB yang berobat dari bulan melalui skrining LTBI yang disusun dalam
Januari sampai dengan Desember 2017 sebanyak 50 bentuk pedoman modul berbasis WHO. Hasil
orang dengan 21 kasus baru, meningkat dari tahun penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
2016 yang mana hanya berjumlah 36 orang dengan petugas pelayanan kesehatan / puskesmas
kasus baruTBasmanyas22orang (UPTD) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di
masyarakat untuk mendapatkan informasi dari
Rekam Medis Puskesmas Siantan Hilir, keluarga dan menjaring penderita TB baru
2017). Berdasarkan wawancara dengan petugas sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
pemegang program TB bahwa sebagian pasien dan kematian akibat TB. Penelitian ini bertujuan
belum patuh minum obat TB baru dengan untuk mengetahui efektivitas pemberdayaan
alasan mobilitas tinggi, lupa minum obat, keluarga dalam skrining laten Infeksi TB
minum obat dua kali sebulan menambah biaya berdasarkan pedoman WHO terhadap tingkat
transportasi, lama pengobatan berkepanjangan kepatuhan pasien TB dan beban keluarga.
(6-9 bulan) ) dan alasan lainnya. Tingkat survei
kepatuhan di atas 50%. Angka penemuan kasus metode
/ CDR (Case Detection Rate) adalah 39%.
Program pemberantasan penyakit infeksi di Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Pontianak
Puskesmas tidak pernah melibatkan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir
pemberdayaan keluarga dalam skrining LTBI yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
pada keluarga penderita TB. Data yang tersedia Oktober 2018. Penelitian ini merupakan penelitian
di UPTD Puskesmas Siantan Hilir hanya eksperimental dengan rancangan Pretest and Post
berdasarkan kunjungan pasien yang berobat ke Test Nonequivalent Control Group. Pengumpulan data
unit Puskesmas, sedangkan data akurat tentang dilakukan dengan melihat rekam medis penderita
penderita TB laten atau yang sudah tertular Tuberkulosis di Puskesmas Siantan Hilir. Populasi
tetapi belum berobat di layanan kesehatan penelitian ini adalah seluruh keluarga penderita TB
belum tersedia. yang berjumlah 50 orang. Sampel terdiri dari 36 orang
(keluarga) penderita TB dengan berturut-turut
teknik pengambilan sampel. Sebanyak Pemberdayaan dilakukan dengan Independent t test dan
18 orang-orang diterima Pemberdayaan Paired t-test. Instrumen yang digunakan adalah MMAS-8
intervensi (pengobatan) dan 18 lainnya tidak (Morisky Medication Obedience Scale) dan Caregiver
diobati. Skrining LTBI serta pemberian modul / Burden Scale (CBS). Kepatuhan pasien TB dilakukan
pedoman WHO kepada keluarga pasien TB dengan independent t-test dan Paired t-test. Selanjutnya
sebanyak tiga kali intervensi selama 2 bulan. meminta sampel untuk dijadikan responden penelitian
Penelitian dilakukan di rumah pasien TB. Analisis dan apabila responden setuju maka peneliti akan
data yang digunakan meliputi analisis univariat menjelaskan tujuan penelitian untuk mengetahui apakah
jenis kelamin dan usia. Analisis bivariat digunakan ada pengaruh skrining terhadap kepatuhan pasien TB
untuk menjelaskan variabel bebas (pemberdayaan dan beban keluarga dalam merawat anggota keluarga
keluarga dan skrining Infeksi TB Laten (LTBI)) dan dengan TB. . Setelah responden mengerti, selanjutnya
variabel terikat (kepatuhan pasien TB dan beban mereka diminta untuk menandatangani informed
keluarga dalam merawat penderita TB). Efektivitas consent. Pada tahap ini akan dijelaskan kerahasiaan
responden.
Temuan
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Kelompok
Pria Perempuan Total
n % n % n %
Sebuah. Intervensi 13 72,2 5 27,8 18 100
b. Kontrol 11 61,1 7 38,9 18 100
Dari tabel 1 ini terlihat sebaran responden menurut jenis kelamin / jenis kelamin yang paling banyak terdapat pada kategori
laki-laki pada kelompok intervensi yaitu 72,2% dan pada kelompok kontrol yaitu 61,1%. Studi ini menemukan banyak pasien
laki-laki daripada perempuan yang disebabkan oleh salah satunya adalah merokok.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di
Pontianak Tahun 2018
Karakteristik Responden
Kelompok
Berarti SD Min-Max
Sebuah. Intervensi 38,56 14,01 31,59-45,52
b. Kontrol 35,47 19,22 25,91-45,03
Dari tabel 2 terlihat rata-rata umur penderita TB paru pada kelompok intervensi adalah
35,47 tahun (SD 19,22) dan rerata umur penderita TB paru pada kelompok kontrol adalah
38.56 (SD 14.01).
Tabel 3. Karakteristik Uji Kesetaraan Responden Menurut Jenis Kelamin di Pontianak Tahun 2018 (n = 36)
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Kelompok
Pria Perempuan Nilai-p
n % n %
Sebuah. Intervensi 13 72,2 5 27,8 0,494
b. Kontrol 11 61,1 7 38,9
Dari tabel 3 diatas menunjukkan hasil uji kesetaraan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin /
jenis kelamin tingkat signifikan hasil yaitu 0,494 lebih besar dari 0,05 (p value> 0,05) sehingga tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Tabel 4. Karakteristik Uji Kesetaraan Responden Berdasarkan Usia di Pontianak Tahun 2018 (n = 36)
Tabel 4 di atas menunjukkan hasil karakteristik kesetaraan responden berdasarkan umur, diperoleh
hasil tingkat signifikansi 0,586 lebih besar dari 0,05 (p value> 0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok.
Tabel 5. Deskripsi Kepatuhan sebelum dan sesudah Pengobatan dalam Kelompok Intervensi dan
Kontrol (n = 36)
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Tingkat Kepatuhan Berarti SD CI 95% p Berarti SD CI 95% p
nilai* nilai*
Kelompok Intervensi 76,38 9,47 71,67-81,10 93,75 8,83 89,35-98,14
(n = 18) 0,175 0,014
Kelompok Kontrol (n = 18) 72,91 4,79 70,53-75,30 73,61 5,79 70,68-76,54
CBS
Kelompok Intervensi 81,48 3.01 79,98-82,98 92,59 2,63 91,28-93,90
(n = 18) 0,090 0,000
Kelompok Kontrol (n = 18) 80,16 1,11 79,60-80,71 80,06 1,19 79,47-80,66
Tabel 6. Nilai Kepatuhan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberdayaan Keluarga pada Skrining
Laten Infeksi TB pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Pontianak (n = 36)
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Variabel (Pretest) (Posttest) CI 95% Nilai p **
Berarti SD Berarti SD
Ketaatan
Kelompok Intervensi (n = 18) 76,38 9,47 15,33 4.287 - 6,40-3,46 0,000
Kelompok Kontrol (n = 18) 72,91 4,79 11,67 4.287 - 1,61-8,56 0,579
* * Uji-t berpasangan
- Uji beda kepatuhan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi (p = 0,000) **
- Uji kepatuhan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol (p = 0,579) **
Analisis perbedaan nilai kepatuhan antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi
yang dilakukan uji-t berpasangan menghasilkan nilai probabilitas 0,000 (p value <0,05). Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan nilai kepatuhan yang bermakna antara sebelum dan sesudah
intervensi pemberdayaan keluarga skrining Infeksi TB laten pada kelompok intervensi. Sedangkan
kelompok kontrol menghasilkan nilai probabilitas 0,579 (nilai p> 0,05) yang menunjukkan tidak ada
perbedaan nilai kepatuhan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pemberdayaan keluarga dalam skrining infeksi TB laten
efektif meningkatkan nilai kepatuhan pada pasien TB paru.
Tabel 7. Nilai SPB Sebelum dan Sesudah Pemberian Intervensi Pemberdayaan Keluarga pada
Skrining Laten Infeksi TB pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Pontianak (n = 36)
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Variabel (Pretest) (Posttest) CI 95% Nilai p **
Berarti SD Berarti SD
CBS
Kelompok Intervensi (n = 18) 80,16 1,11 80,06 1,19 - 0,10-0,29 0,331
Kelompok Kontrol (n = 18) 81,48 3.01 92,59 2,63 - 12,20-10,00 0,000
* * Uji-t berpasangan
Analisis perbedaan nilai SPB antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi yang
dilakukan dengan uji-t berpasangan menghasilkan nilai probabilitas 0,000 (p value> 0,05). Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan nilai SPB yang bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian
intervensi pemberdayaan keluarga pada skrining Infeksi TB laten berdasarkan pedoman WHO pada
kelompok intervensi. Sedangkan kelompok kontrol menghasilkan nilai probabilitas 0,331 (nilai p>
0,05), yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai CBS antara sebelum dan sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol.
Diskusi Mobilitas dan interaksi sosial di antara penduduk usia 15-50
tahun yang harus bekerja untuk memperoleh penghasilan guna
Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa memenuhi kebutuhan keluarga, memungkinkan mereka untuk
pemberdayaan keluarga dalam skrining berinteraksi lebih tinggi.
infeksi TB laten efektif menurunkan nilai Berdasarkan hasil penelitian terhadap 38
Caregiver Burden Scale (CBS) pada keluarga responden penderita TB Paru di wilayah Siantan
penderita TB. Hilir Kota Pontianak tentang pemberdayaan
Keadaan ini diduga ada kaitannya dengan keluarga dalam skrining infeksi TB laten terlihat
tingkat aktivitas kerja dan berperan sebagai perbandingan umur penderita TB dengan rata-rata
pekerja produktif sehingga mudah tertular umur produktif yaitu 35 sampai 45 tahun. tahun
kuman TBC dari penderita, khususnya BTA dari total responden sebanyak 38 responden
positif. Lebih tinggi
. Dapat diasumsikan bahwa kelompok usia keluarga dengan anggota keluarga yang menderita TB (p
ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi <0,05). Beberapa keluarga menyebutkan bahwa kehidupan
sehingga kemungkinan besar akan anggota keluarga yang mengidap TB memerlukan perawatan
terpapar kuman besar tuberkulosis rutin di Puskesmas sehingga mengeluarkan biaya
Mycobacterium selain itu reaktivasi transportasi, waktu yang dihabiskan dan meninggalkan
endogen (reaktivasi yang sudah ada di pekerjaan. Efek pengobatan yang diinginkan antara lain
dalam tubuh) dapat terjadi pada usia tua. pencegahan dan diagnosis dini TB, mengurangi morbiditas
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), dan mortalitas TB, mengurangi penularan, mengurangi
sekitar 75% penderita TB merupakan beban keluarga, dan menghemat pengeluaran / ekonomi
kelompok usia paling produktif (15-50
keluarga. Sementara efek samping yang tidak diinginkan
tahun). Diperkirakan seorang penderita TBC
termasuk toksisitas obat yang merugikan, lebih banyak
dewasa, akan kehilangan waktu kerja
beban keluarga dan biaya yang berlebihan untuk mengobati
rata-rata 3 sampai 4 bulan. Hal ini
pasien TB. Beban keluarga dan pasien antara lain tuntutan
mengakibatkan hilangnya pendapatan
rumah tangga tahunan sekitar 20-30%. Jika untuk mematuhi program pengobatan TB yang dianjurkan
dia meninggal karena TBC, maka dia akan hingga tuntas, seperti harus menjalani pemeriksaan
kehilangan penghasilan selama sekitar 15 laboratorium yang lebih sering, mengonsumsi obat
tahun. Selain merugikan secara ekonomi, tambahan, atau yang lebih ekstrim memilih pengobatan yang
TB juga menimbulkan dampak buruk memiliki risiko toksisitas tinggi (Brutnetti, 2013).
lainnya, dicap secara sosial bahkan
dikucilkan oleh masyarakat.
Dukungan keluarga sangat penting bagi keberhasilan
pasien dalam pengobatan TB Paru dengan selalu Menurut Hiswani (2009), pendapatan rendah
mengingatkan pasien untuk makan obat, memberikan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
pemahaman yang mendalam tentang pasien yang sedang tuberkulosis. Kondisi ini menyebabkan
sakit dan mendorong mereka untuk tetap rajin berobat. perumahan yang buruk (suhu ruangan, ventilasi,
Dukungan keluarga diperlukan untuk mendorong pasien TB penerangan, kelembaban, sanitasi, tidak
paru dengan menunjukkan kepedulian dan simpati, serta memadai) dan kepadatan berlebih, gizi makanan
merawat pasien. Dukungan keluarga yang melibatkan yang buruk dan kondisi kerja yang buruk.
kepedulian emosional, pendampingan dan penegasan, akan Kelembaban di rumah memudahkan
membuat pasien TB tidak merasa kesepian dalam perkembangbiakan kuman TBC paru, demikian
menghadapi situasi dan dukungan keluarga dapat pula keadaan ventilasi udara di ruangan kecil
memberdayakan pasien TB selama masa pengobatan dengan (kurang dari 15% luas lantai) erat kaitannya
terus memberikan dukungan, seperti mengingatkan pasien dengan kejadian penyakit TBC paru. Ventilasi
untuk minum obat dan peka terhadap penderita Paru. TBC berperan besar dalam sirkulasi udara, terutama
jika mengalami efek samping dari obat TBC. menghilangkan CO2 dan bahan berbahaya
seperti kuman TBC paru.
Penelitian ini menunjukkan hasil dimana
Menurut Kementerian Kesehatan Republik keluarga merasa bebannya berkurang dalam hal
Indonesia (2011) keluarga dan penderita TB perlu pendanaan selain karena pengobatan gratis
diberdayakan melalui pemberian informasi yang tetapi lebih kepada keefektifan pengobatan
memadai tentang TB dan pentingnya upaya dalam jangka panjang, diharapkan tidak
pencegahan dan pengendalian TB. Memberdayakan terulang lagi. Hasil penelitian tentang manfaat
keluarga dengan meningkatkan penyediaan informasi biaya dan efektivitas yang terkait dengan
tentang perawatan, pengobatan dan pencegahan skrining sistematis dan pengobatan LTBI
penularan penyakit TB Paru, diharapkan dapat menemukan bahwa biaya dan hasil dari strategi
mengubah perilaku keluarga meliputi menumbuhkan skrining LTBI dan rejimen pengobatan sangat
aspek pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap bermanfaat dibandingkan dengan tidak adanya
dan tindakan, kesadaran peduli kesehatan anggota intervensi skrining dalam regulasi dan
keluarga, pengobatan dan pencegahan. penularan TB pengobatan kelompok masyarakat dengan TB.
paru. Hasilnya adalah penambahan biaya pasien TB
setiap tahun dapat dihindari dan ditingkatkan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kualitas hidup pasiennya (Brutnetti, 2013). Untuk
antara beban keluarga yang dialami mengembangkan prinsip dan rekomendasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Nierengarten, 2003. Pengobatan TB yang resistan
perbedaan yang bermakna terkait pemberdayaan terhadap berbagai obat yang efektif. Diambil dari:
keluarga dalam skrining Infeksi TB laten berbasis https://www.thelancet.com/journals/
WHO dalam meningkatkan kepatuhan pasien laninf / artikel / PIIS1473-3099 (03) 00557-7 /
dengan p = 0,000 (p <0,005). Penelitian di atas juga fulltext
menunjukkan bahwa pemberdayaan keluarga Sterling TR, Villarino ME, Borisov AS, dkk. (2011).
dalam skrining Infeksi TB laten berdasarkan Tiga Bulan Rifapentine dan Isoniazid untuk
pedoman WHO efektif dalam meningkatkan Infeksi Tuberkulosis Laten. Diambil Dari:
kepatuhan pasien TB dan mempengaruhi http://www.nejm.org/doi/
(mengurangi) beban orang tua dalam merawat full / 10.1056 / NEJMoa1104875 # t = artikel
pasien TB di Pontianak tahun 2018. Batasan dalam
penelitian ini yaitu memalukan berkeluarga Uplekar M, Weil D, Lonnorth K, dkk.
dengan TB, sehingga takut mengirim keluarga (2015). Strategi TB Akhir Baru WHO.
penderita TB ke pelayanan kesehatan. Ini Diambil Dari: https: //www.ncbi.nlm.nih.
mempengaruhi besarnya dukungan keluarga. gov / pubmed / 25814376
Modul skrining LTBI memudahkan puskesmas
untuk mengurangi TB laten di masyarakat. WHO (2011). Bukti untuk Tindakan. Geneve:
Organisasi Kesehatan Dunia. Dalam Hayati
Referensi Armelia 2011. Evaluasi Kepatuhan Berobat
Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2010-2011
Andrew J, Guyatt G, Oxman AD, dkk. Di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas
(2013). Pedoman GRADE: 14. Beralih Depok, Depok
Dari Bukti ke Rekomendasi: Signifikansi
dan Penyajian Rekomendasi. Diambil Organisasi Kesehatan Dunia. (2013).
Dari: https: // Pengendalian Tuberkulosis Global: Laporan
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23312392 WHO (WHO / HTM / TB / 2013.11). Jenewa: 2013.