Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

TIROID DALAM KEHAMILAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Bhayangkara TK II Medan

Oleh:
` Ari Satria 2208320040
Fauzi Alhuda 2208320001
Indah Novia Kasih 2208320026
Rinda Ayudya 2208320005
Alfiyah Anis Hulu 2208320010

Pembimbing:
dr. x

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RS BHAYANGKARA TK II MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan refarat ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior
di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan.
Judul referat ini adalah mengenai “Tiroid dalam Kehamilan”. Tujuan
penulisan referat ini agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Bhayangkara TK II Medan dan mengaplikasikannya untuk kepentingan
klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. x yang telah
membimbing penulis dalam refarat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa refarat ini masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca telaah jurnal ini. Harapan penulis semoga telaah
jurnal ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3


2.1 Fisiologi Keelenjar Tiroid..................................................................................3

2.2 Fungsi Kelenjar Tiroid Pada Kehamilan Normal..............................................4

2.3 Insiden Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan ......................................................3

2.4 Etiologi Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan .....................................................4

2.5 Faktor Risiko Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan ............................................6

2.6 Manifestasi Klinis Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan .....................................6

2.7 Diagnosis Kalainan Tiroid Dalam Kehamilan ..................................................8

2.8 Penatalaksanaa Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan ........................................12

2.9 Komplikasi Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan .............................................15

2.10 Penatalaksanaa Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan ......................................16


BAB 3 PENUTUP.................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................32

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses hyperplasia glandular dan bertambahnya volume kelenjar tiroid akan
menyebabkan kelenjar tiroid membesar sedang, sehingga penggunaan iodid
(iodide uptake) oleh kelenjar tiroid ibu juga meningkat. Akibatnya, sekresi harian
hormone tiroksin juga akan meningkat. Pada awal kehamilan hormone tiroksin
ibu akan berpindah ke janin sehingga terjadi hipotiroidisme janin. Proses ini akan
terjadi selama kehamilan.1 (sarwono kebidanan)
Hormon tiroid diperlukan untuk perkembagan otak dan fungsi mental normal.
Selain kadar hormone total ataupun terikat, konsentrasi thyroid binding globulin
(TBG) karena adanya aktivitas silang dari hormone chorionic gonadotropin yang
lemah, maka pada awal kehamilan aktivitas tirotropin akan menurun, sehingga
tidak dapat melalui sawar plasenta. Pada kehamilan 12 minggu pertama kadar
hormone chorionic gonadotropin akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin
bebas akan meningkat dan akan menekan kadar tirotropin, sehingga thyrotropin
releasing hormone (TRH) tidak dapat terdeteksi dalam serum darah ibu. Berbeda
dengan trimester pertama, pada pertengahan kehamilan, walaupun serum TRH
janin tidak meningkat, tetap dapat terdeteksi. Hal ini karena ada transfer plasenta
yang minimal. Gangguan kelenjar tiroid pada umumnya didapatkan pada
perempuan muda. Insidensi hipertioridisme, hipotiroidisme dan tiroiditis
diperkirakan sekitar 1%.1
Selama kehamilan, terjadi peningkatan metabolisme tubuh dan peningkatan
sekresi hormon-hormon demi memenuhi kebutuhan janin intrauterin; salah satu
hormon yang meningkat ialah hormon tiroid. Hipertiroid dalam kehamilan
merupakan sebuah kondisi tingginya hormon tiroid oleh tingginya sekresi kadar
hormon -hCG selama trimester pertama dalam kehamilan, yang dapat
merupakan kondisi hipertiroid yang telah ada sebelum kehamilan, atau kondisi
yang didapatkan selama masa kehamilan.2
Hipertiroid dalam kehamilan dicirikan oleh adanya peningkatan kadar free T4
(fT4) atau T4 dan penurunan kadar TSH, tanpa disertai penanda serum
autoimunitas tiroid (TR-ab). Selama masa kehamilan, ukuran kelenjar tiroid akan

1
mengalami pembesaran sebesar 10%-40% dan peningkatan sebanyak 50% dalam
sekresi tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Insidensi hipertiroid dalam
kehamilan bervariasi, yaitu sekitar 2-17 dalam 1000 kelahiran, dan merupakan
1%-3% dari jumlah kasus hipertiroid. Data lain menunjukkan bahwa hipertiroid
dalam kehamilan terjadi sebesar 0,05%-3% dari seluruh jumlah kehamilan.2
Meskipun jarang, identifikasi hipertiroidisme pada wanita hamil sangat
penting karena hasil yang tidak diinginkan dapat terjadi pada baik ibu maupun
janin. Secara umum, hipertiroidisme subklinis jarang dikaitkan dengan hasil
kehamilan yang merugikan, sedangkan tirotoksikosis yang tidak terkontrol secara
signifikan meningkatkan risiko ibu dan komplikasi janin, seperti hipertensi akibat
kehamilan, gagal jantung kongestif ibu, abortus, prematuritas, berat badan lahir
rendah, lahir mati, pembatasan pertumbuhan intrauterin, bersama dengan
gangguan neurobehavioral pada keturunan di kemudian hari.3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut
dihubungkan oleh istmus terletak di bagian anterior leher setinggi vertebra C
5,6,7,dan Tho 1. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya
diperkirakan 10-20 gram. Lobus kanan biasanya lebih besar dan lebih vascular
dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran

2
darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat
sampai 1ml/menit/gram sehingga dapat didengarkan dengan stetoskop yang
disebut bruit. Setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala kapiler dan limpatik.
Folikel mengandung koloid yang dikelilingi selapis epitel tiroid. Kelenjar tiroid
memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan
menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin
(T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin.4
Aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid mengatur fungsi kelenjar tiroid dan
pertumbuhan. Produksi dan pelepasan hormon tiroid diatur oleh thyroid-releasing
hormone (TRH) dari hipotalamus. TRH mencapai hipofisis anterior melalui
sistem portal, dimana sel tirotropik dirangsang untuk menghasilkan thyroid-
stimulating hormone (TSH) atau thyrotropin. TSH dilepaskan ke aliran darah
sistemik kemudian dibawa sampai ke kelenjar tiroid. Di sini, TSH merangsang
pengambilan iodida, dan semua proses yang mendorong pembentukan dan
pelepasan T4 dan T3. TSH mengaktifasi adenilsiklase yang berbatasan dengan
membran sel folikel dan meningkatkan kerja cAMP. T3 memiliki efek inhibisi
kuat terhadap sekresi TRH. Hampir semua T3 dalam sirkulasi berasal dari T4.
TSH juga merangsang konversi T4 menjadi T3 yang secara biologis lebih aktif.
Sebagian besar hormon tiroid terikat pada protein plasma agar hormon tersebut
terlindungi selama diangkut. Terdapat keseimbangan antara hormon yangterikat
protein dengan hormon yang bebas. Hormon tiroid larut dalam lemak dan dapat
dengan mudah melintasi membran sel melalui proses difusi.4

2.2 Fisiologi Kelenjar Tiroid Pada Kehamilan


Setelah konsepsi, terjadi peningkatan konsentrasi total T4 dan thyroid-
binding globulin (TBG) pada usia kehamilan 4–8 minggu. Human chorionic
gonadotropin (Hcg) memiliki struktur yang homolog terhadap TSH dan aktivitas
tirotropik sehingga menyebabkan penurunan kadar serum TSH pada trimester
pertama. Hormon Hcg mencapai kadar maksimal pada usia gestasi 12 minggu.
Peningkatan ini bertujuan untuk menekan sekresi TSH oleh kelenjar hipofisis.5
Selama kehamilan, juga terjadi berbagai perubahan pada fisiologi hormon
tiroid karena berbagai faktor yang saling berhubungan dan kompleks. Pertama,

3
peningkatan konsentrasi estrogen yang menyebabkan peningkatan gradual dari
konsentrasi serum protein transport hormone tiroid mayor yaitu TBG. Kedua, dari
awal kehamilan, terjadi peningkatan konsentrasi iodotyronine deiodinase type 3
(yang mendegradasi thyroxine (T4) dan tri-iodothyronine (T3 menjadi komponen
inaktif) yang tinggi pada dinding uterine dan plasenta. Degradasi ini
menyebabkan perubahan penurunan transien dari konsentrasi T4 bebas yang
dikompensasi oleh peningkatan sintesis dan sekresi hormone tiroid. Peningkatan
kosentrasi TBG pada ibu hamil setara dengan peningkatan kadar hormon tiroid.5
Total T3 dan T4 serum mengalami peningkatan sebesar 1,5 kali selama
kehamilan dibandingkan sebelum hamil. Peningkatan sintesis kadar hormon tiroid
dan metabolisme, diikuti pula oleh peningkatan kebutuhan iodine harian.
Peningkatan kebutuhan ini diperburuk oleh peningkatan hilangnya iodine melalui
urine karena peningkatan filtrasi glomerular selama kehamilan. Sedangkan pada
wanita dengan kebutuhan iodine yang cukup tidak akan mengalami pembesaran
kelenjar tiroid. American Thyroid Association dan The Endocrine Society
menganjurkan peningkatan konsumsi iodine dari 150 μg hingga 250 μg per hari
pada wanita hamil untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan iodine dan
kehilangan iodine selama kehamilan. Sebagian besar penelitian menunjukan
bahwa terjadi penurunan kadar fT4 hingga ke kadar dibawah normal seiring
berakhirnya kehamilan. Perubahan hormone tiroid selama kehamilan
kemungkinan berhubungan dengan kebutuhan untuk mensuplai T4 ke sel fetus,
terutama sel neuronal. Konsentrasi T4 yang adekuat diperlukan untuk
perkembangan neural dimana kebutuhan T4 sepenuhnya bergantung pada ibu
terutama trimester pertama dimana plasenta memiliki peranan penting dalam
transport T4.6

4
Gambar 1. Perubahan konsentrasi T4 bebas dalam sirkulasi janin7

2.3 Insiden Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan


Insidensi kehamilan dengan gejala klinik tirotoksikosis atau hipertiroidisme
adalah 1:2000 kehamilan. Insidensi kejadian hipotiroid dalam kehamilan adalah
sekitae 2,5%. Defisiensi kelenjar tiroid klinik ditemukan pada 1,3 per 1.000 dan
subklinis 23 per 1.000 orang.1
Literatur Barat menunjukkan prevalensi dari hipotiroidisme pada kehamilan
sebesar 2,5% dan hipertiroidisme pada kehamilan memiliki prevalensi 0,1 sampai
0,4%. Ada kekurangan data tentang prevalensi gangguan tiroid pada wanita hamil
India. Beberapa laporan menunjukkan prevalensi 4,8% hingga 11% di antara
populasi ibu hamil di India.8

2.4 Etiologi Kelaianan Tiroid dalam Kehamilan


Hipertiroid
Penyebab yang paling umum terjadinya tirotoksikosis dalam kehamilan
adalah penyakit graves. Proses otoimun pada organ spesifik ini biasanya
berhubungan dengan antibody yang merangsang kelenjar tiroid seperti yang telah
di bahas sebelumnya. Antibodi yang merangsang kelenjar tiroid ini (thyroid
stimulating antibody) selama kehamilan akan menurun dan pada sebagian besar
peremouan akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia.1
Selain itu terdapat etiologi lain yang terkait kondisi hipertiroid dalam
kehamilan, yaitu: kondisi autoimun terkait tiroid (penyakit Graves, tiroiditis
kronik, tiroiditis sporadik asimtomatik, kondisi non-autoimun terkait tiroid (goiter
multinodular, adenoma toksik, tiroiditis subakut), hipertiroid gestasional (gestasi

5
multipel, tumor trofoblastik, mola hidatidiformis, koriokarsinoma), dan iatrogenic
(konsumsi berlebihan dari levotiroksin, iodine-induced).9
Hipotiroid
Sebagian besar penyakit hipotiroid pada orang dewasa desebabkan oleh
proses dirusaknya kelenjar tiroid oleh otoantibodi, khususnya antibody antithyroid
peroxidase. Oleh karena itu, gangguan-gangguan hipotiroid juga berhubungan
dengan tirotoksikosis Graves. Kedua kelaianan ini mungkin akibat terjadinya
transfer timbal balik sel-sel janin pada kehamilan sebelumnya.1
Tiroiditis autoimun kronis merupakan penyebab utama hipotiroidisme selama
kehamilan di daerah yang cukup yodium. Defisiensi yodium dan kelebihan
yodium merupakan penyebab potensial hipotiroidisme ibu. Beberapa penelitian
menunjukkan hypothyroidism kongenital (kretinisme) terjadi secara endemik di
daerah kekurangan yodium berat. Meskipun penelitian ini tidak menilai fungsi
tiroid pada wanita hamil, hipotiroidisme ibu diasumsikan menjadi penyebab
umum kretinisme endemik. Kekurangan yodium yang parah dapat menyebabkan
hipotiroidisme yang jelas pada ibu dan janin.10

2.5 Faktor Risiko Kelainan Tiroid Dalam kehamilan


Panduan American Thyroid Association tidak mendukung universal
skrining, tetapi merekomendasikan memesan TSH pada kunjungan antenatal
pertama untuk wanita dengan atribut risiko tinggi untuk disfungsi tiroid, dengan
T4 bebas jika TSH abnormal. Jika TSH meningkat penulis menganjurkan
pengujian TPOab. Dalam istilah praktis American Thyroid Definisi asosiasi
tentang 'risiko tinggi' luas dan kemungkinan besar akan menangkap yang besar
proporsi perempuan. Demikian pula, pertimbangan harus diberikan untuk skrining
TSH pra konsepsi pada wanita berisiko tinggi meskipun hal ini belum dilakukan
dievaluasi secara luas. Faktor risiko disfungsi tiroid adalah :11

1. Riwayat disfungsi tiroid atau pembedahan


2. Riwayat penyakit tiroid dalam keluarga
3. Goiter
4. Adanya antibodi antitiroid
5. Gejala atau tanda hipotiroidisme

6
6. Wanita dengan diabetes tipe 1
7. Riwayat keguguran atau kelahiran premature
8. Gangguan autoimun
9. Infertilitas
10. Sebelumnya iradiasi kepala atau leher
11. Obesitas yang tidak wajar
12. Usia 30 tahun atau lebih
13. Pengobatan dengan amiodaron
14. Pengobatan dengan litium
15. Baru-baru ini terpapar kontras beryodium

2.6 Manifestasi Klinis Gangguan Tiroid Dalam Kehamilan


Hipertiroid
Hipertiroid dalam kehamilan dapat secara jelas menimbulkan gejala klinis
(penurunan kadar TSH dan peningkatan T3 dan/atau T4 dalam serum) atau secara
subklinis (penurunan kadar TSH tanpa peningkatan kadar T3 dan T4 (dalam batas
normal)). Gejala klinis yang timbul terkadang sulit dibedakan dengan gejala-
gejala dan tanda-tanda yang muncul yang berkaitan dengan kehamilan normal,
seperti keringat berlebih, sesak napas, takikardi, dan murmur sistolik jantung.10
Kehamilan normal akan menimbulkan keadaan klinik yang mirip dengan
kelebihan tiroksin (T4), sehingga tirotoksikosis yang ringan mungkin akan sulit
terdiagnosis. Beberapa gejala yang sering ditemukan adalah takikardi pada
kehamilan normal, nadi rata-rata waktu tidur meningkat, tiromegali, eksoftalmus,
dan berat badan tidak bertambah walaupun cukup makan.1
Gejala spesifik yang mungkin ditemukan terkait hipertiroid dalam
kehamilan yang disebabkan oleh penyakit Grave adalah tiromegali/goiter,
eksoftalmos, dan tidak bertambahnya berat badan dengan asupan makanan yang
memadai. Pada keadaan hipertiroid terdapat kemungkinan pasien terjun ke dalam
badai tiroid yang ditandai dengan keadaan hipermetabolik dalam kehamilan.
Dampak badai tiroid ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi jantung dan diikuti
dengan keadaan hipertensi pulmonal dan gagal jantung.10

7
Hipotiroid
Hipotiroidisme selama kehamilan biasanya tanpa gejala, terutama ketika
subklinis. Tanda dan gejala yang menyarankan hipotiroidisme termasuk
penambahan berat badan yang tidak tepat, intoleransi dingin, kulit kering dan
keterlambatan relaksasi yang dalam refleks tendon. Fitur lain seperti sembelit,
kelelahan, dan mengantuk biasanya dikaitkan dengan kehamilan. Gejala
hipotiroidisme lainnya termasuk kelelahan ekstrem, intoleransi dingin, kram otot,
sembelit, dan masalah dengan memori atau konsentrasi.12

2.7 Diagnosis Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan

Hipertiroid
Tirotoksikosis atau hipertiroidisme merupakan penyulit pada sekitar 1 dari
2000 kehamilan. Seperti dapat diduga, tirotoksikosis ringan sulit didiagnosis
selama kehamilan. Beberapa tanda yang membantu adalah:13
1. Takikardi yang melebihi peningkatan yang biasa terjadi pada kehamilan
2. Kecepatan nadi saat tidur yang meningkat abnormal
3. Tiromegali
4. Eksoftalmus
5. Kegagalamn pada wanita yang tidak kegemukan untuk menambah berat badan
walaupun asupan makanan normal atau meningkat.
Pada anamnesis hal yang perlu ditanyakan ialah gejala utama yang
dikeluhkan oleh pasien, riwayat penyakit pasien sebelumnya, dan riwayat
penyakit keluarga. Gejala yang sering dikeluhkan ialah gejala sering letih, mual,
muntah, kulit hangat, lembab dan berkeringat. Mencari informasi riwayat penyakit
secara mendetail diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis. Anamnesis
dapat memberikan informasi apakah keadaan ini merupakan keadaan fisiologik
ibu hamil atau suatu hal patologik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi
pemeriksaan tanda-tanda hipertiroid secara sistemik dan keadaan kelenjar tiroid
secara spesifik. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan ialah pemeriksaan
kadar serum TSH dilanjutkan dengan kadar T4 dan fT4. Kadar serum TSH
biasanya lebih rendah pada kehamilan trisemester pertama, terutama pada usia
gestasi 9-13 minggu.13

8
American Thyroid Association (ATA) dan Endocrine Society (ES), kadar
TSH yang direkomendasikan pada trisemester pertama kehamilan ialah sebesar
0,1 mIU/L sampai 2.5 mIU/L, dan pada trisemester kedua dan ketiga 0,3 mIU/L
sampai 3 mIU/L. Penurunan kadar TSH dalam kehamilan merupakan akibat
stimulasi tiroid oleh tingginya kadar hCG. Diagnosis hipertiroid dalam kehamilan
terlihat dengan adanya penurunan kadar TSH dan peningkatan kadar T3 dan/atau
T4.6
Untuk menegakkan hipertiroidisme dapat dilihat dalam algoritma berikut.

Gambar 2. Algoritma untuk mengevaluasi hipertiroidisme dalam kehamilan14


Pada tabel berikut dapat dilihat hasil-hasil tes fungsi tiroid pada kehamilan normal
dan hipertiroidisme.

9
Tabel 1. Perbandingan tes-tes evaluasi tiroid pada kehamilan dan hipertiroid15

Tabel 2. Referensi nilai normal fungsi tiroid16

Diagnosis Prenatal
Berdasarkan rekomendasi American Thyroid Association, pemantauan janin
dengan ultrasonografi (USG) serial sebaiknya dilakukan pada wanita dengan
hipertiroid tidak terkontrol dan/atau wanita dengan kadar TRAb tinggi (lebih dari
tiga kali batas atas normal). Konsultasi dengan spesialis kandungan atau dengan

10
konsultan fetomaternal sebaiknya dilakukan. Pemantauan meliputi ultrasonografi
untuk denyut jantung, pertumbuhan, volum cairan amnion, dan goiter janin.17
Berdasarkan rekomendasi dari Endocrine Society (2012), pada wanita
dengan peningkatan TRAb atau thyroid-stimulating Immunoglobulin setidaknya 2
hingga 3 kali kadar normal dan pada wanita dalam pengobatan dengan antithyroid
drug (ATD), T4 bebas maternal dan disfungsi tiroid janin perlu dilakukan skrining
saat pemeriksaan USG anatomi janin di usia kehamilan 18-22 minggu dan diulang
setiap 4-6 minggu atau sesuai indikasi klinis. Bukti adanya disfungsi tiroid janin
meliputi pembesaran tiroid, hambatan pertumbuhan, hidrops, goiter, takikardia,
atau gagal jantung. Apabila diagnosis hipertiroid janin ditegakkan dan dicurigai
dapat membahayakan kehamilan, kordosentesis sebaiknya dilakukan pada kondisi
yang sangat jarang dan dilakukan dengan fasilitas yang sesuai. Kordosentesis
dapat dilakukan bila didapatkan adanya goiter janin pada ibu dalam pengobatan
ATD untuk menentukan apakah fetus hipertiroid atau hipotiroid.17

Hipotiroid
Hipotiroidisme adalah penyakit yang relatif umum terjadi pada kehamilan.
Antara 2,2% dan 2,5% wanita telah ditemukan memiliki kadar serum TSH 6 mU /
L atau lebih besar pada usia kehamilan 15 hingga 18 minggu. American Thyroid
Association (ATA) telah mendefinisikan hipotiroidisme terbuka sebagai serum
FT4 normal dengan TSH serum lebih dari 10 mIU/L, tetapi ini bukan definisi
standar.10
Diagnosis didasarkan pada rentang trimester TSH dan kadar T4 bebas.
Referensi normal untuk wanita tidak hamil adalah 0,5-4,5 mU/L. ATA
merekomendasikan kisaran rujukan untuk ibu hamil trimester 1 adalah 0,1-0,4
mU/L. Akan ada kembalinya secara bertahap ke kisaran tidak hamil pada
trimester ke-2 dan ke-3. Kadar T4 total meningkat karena peningkatan TBG
(Thyroid-Binding Globulin), sehingga pengukuran kadar T4 bebas
direkomendasikan. ATA merekomendasikan pengujian antibodi anti TPO
(Thyroid peroxidase) pada ibu hamil dengan TSH lebih dari 2,5 mU/L karena
wanita dengan hipotiroidisme subklinis dan anti TPO positif cenderung memiliki
risiko lebih tinggi terhadap hasil kehamilan yang merugikan.6

11
Tabel 3. Rekomendasi Kadar TSH berdasarkan trimester kehamilan11

2.8 Penatalaksanaan Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan


Tes skrining lini pertama untuk menilai status tiroid harus berupa
pengukuran TSH, Tingkat TSH harus dipantau pada wanita hamil wanita yang
dirawat karena hipotiroidisme, dan dosis levothyroxine harus disesuaikan dengan
tujuan tingkat TSH antara batas bawah rentang referensi dan 2,5 miliunit/L.
Hormon perangsang tiroid biasanya dievaluasi setiap 4–6 minggu sambil
menyesuaikan obat.18

Wanita hamil dengan hipotiroidisme terbuka seharusnya diobati dengan


penggantian hormon tiroid yang adekuat untuk meminimalkan risiko hasil yang
merugikan. Tingkat T4 bebas harus dipantau pada ibu hamil wanita yang dirawat
karena hipertiroidisme, dan dosis obat antitiroid (thioamide) harus disesuaikan
untuk mencapai free T4 di bagian atas akhir rentang kehamilan normal. Di antara
wanita yang juga memiliki tirotoksikosis T3, seharusnya T3 total dipantau dengan
tingkat tujuan di ujung atas rentang kehamilan normal. Wanita hamil dengan
hipertiroidisme terbuka harus diobati dengan obat antitiroid (thioamides).18

12
Gambar 3. Algoritma Klinis Penatalaksanaan Penyakit Tiroid pada Kehamilan.
Singkatan: T3, triiodothyronine; T4, tiroksin; TRAB, antibodi reseptor tiroid; TSH,
hormon perangsang tiroid; TSI, imunoglobulin perangsang tiroid. * Propylthiouracil
harus digunakan pada trimester pertama karena methimazole telah dikaitkan dengan cacat
lahir. Propanolol dapat dimulai dengan 10–40 mg setiap 6–8 jam untuk wanita dengan
gejala palpitasi atau gejala hipermetabolik lainnya. Kisaran normal T3 total pada
kehamilan adalah 1,5 kali kisaran normal tidak hamil. 18

Obat Anti Tiroid/Anti Thyroid Drugs (ATDs) tetap menjadi pengobatan


pilihan untuk hipertiroid Grave selama kehamilan. Dosis ATD terendah yang
diperlukan untuk mempertahankan TT4 1,5 × batas atas rentang referensi tidak
hamil atau FT4I pada batas atas kisaran referensi harus digunakan. Perawatan
harus diambil untuk menghindari overtreatment dengan ATD. TSH mungkin tetap
ditekan selama terapi ATD bahkan ketika TT4 FT4I telah dinormalisasi. Dosis
ATD harus diturunkan jika TSH menjadi terdeteksi. Terapi "blokir dan ganti",
yang terdiri dari penggunaan ATD dalam kombinasi dengan terapi levothyroxine,
tidak direkomendasikan.19
Pada trimester pertama, propylthiouracil (PTU) dapat diberikan dosis 50-150
mg setiap 8 jam tergantung pada tingkat keparahan gejala pasien. Ketika beralih
dari methimazole (MMI) ke PTU, rasio 1:20 digunakan (mis., MMI 15 mg = 300
mg PTU per hari dengan dosis 100 mg PO setiap 8 jam). Setelah trimester
pertama, MMI 5-20 mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Kadang-kadang,
pada pasien yang sangat bergejala hingga 30-40 mg dapat digunakan setiap hari.
Propranolol 10-20 mg setiap 6-8 jam dapat digunakan untuk mengendalikan
gejala hiperadrenergik dan diturunkan dan dihentikan sesuai toleransi. Pengobatan
jangka panjang dengan ß-blocker telah dikaitkan dengan pertumbuhan intrauterin
yang buruk, bradikardia janin, dan hipoglikemia neonatal. TSH, FT4 / FT4I, atau

13
TT4 harus diperiksa setiap 2-4 minggu seperti yang ditunjukkan secara klinis dan
dosis ATD dititrasi berdasarkan respon klinis dan biokimiawi. ATD dapat
dihentikan pada wanita dengan penyakit ringan yang membutuhkan ATD dosis
rendah dan TRAb yang sedikit meningkat. Pada 30-40% wanita, ATD dapat
dihentikan setelah usia kehamilan 30-34 minggu. Hipotiroidisme janin merupakan
indikasi untuk menurunkan atau menghentikan ATD.19
Tiroidektomi subtotal dapat diindikasikan selama kehamilan sebagai terapi
untuk penyakit Grave ibu jika seorang pasien memiliki reaksi buruk yang parah
terhadap terapi ATD, diperlukan dosis ATD yang terus menerus tinggi (lebih dari
30 mg/hari MMI atau 450 mg/hari PTU) atau pasien tidak patuh terhadap terapi
ATD dan memiliki hipertiroidisme yang tidak terkontrol. Waktu operasi yang
optimal adalah pada trimester kedua.20

Gambar 4. Algoritma tatalaksana hipotiroid pada kehamilan6

Hipotiroidisme ibu yang nyata membutuhkan perawatan segera dengan


tiroksin. Pertimbangan harus diberikan untuk memuat dengan tiroksin 150–200
µg/hari selama 3–4 hari pada kasus yang parah. Liotironin baik sendiri atau dalam
kombinasi harus dihindari karena penggantian berlebihan dengan T3 dapat
mengakibatkan hipotiroksinaemia ibu dan dengan demikian hipotiroidisme janin.

14
Suplemen kalsium dan zat besi yang biasa digunakan dapat mengurangi
penyerapan tiroksin dan harus dikonsumsi secara terpisah.11

Wanita dengan hipotiroidisme yang sudah ada sebelumnya perlu


meningkatkan dosis tiroksin sekitar 30% pada kehamilan. Hal ini dicapai dengan
meminum dua dosis tambahan per minggu (dalam banyak kasus meningkat dari
tujuh menjadi sembilan dosis per minggu). TSH dan T4 bebas harus diperiksa
ulang dalam 4 minggu dan dipantau setiap 4-6 minggu pertama kehamilan dan
setidaknya sekali antara 26 dan 32 minggu kehamilan, bertujuan untuk menjaga
TSH dalam rentang trimester tertentu. Setelah pengiriman, dosis tiroksin dapat
dikurangi ke tingkat sebelum hamil. Dengan perawatan yang memadai selama
kehamilan, fungsi tiroid neonatal pengujian tidak diperlukan.11

2.9 Komplikasi Kelainan Tiroid Dalam Kehamilan

Hipertiroid

1. Krisis Tiroid

Badai tiroid (krisis tiroid) jarang terjadi dan terutama didapatkan pada pasien
yang tidak mendapat terapi dan dipicu oleh adanya infeksi, trauma, pembedahan
tiroid, atau diabetes melitus yang tidak terkontrol. Krisis tiroid adalah suatu
keadaan emergensi endokrin, dimana terjadi suatu status hipermetabolik yang
ditandai oleh hiperpireksia, takikardi dan agitasi. Tekanan darah bisa normal atau
meningkat. Bisa terjadi sinus takikardi, disritmia atrium dan kadang-kadang gagal
jantung kongestif.21

Diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis pasien, bukan pada
gambaran laboratoris. Demam tinggi, disertai gangguan pada sistem saraf pusat,
sistem kardiovaskular, dan sistem pencernaan merupakan gejala dan tanda yang
khas. Jika keadaan tersebut tidak segera ditangani, bisa terjadi hipotensi dan
kolaps kardiovaskuler karena pelepasan katekolamin periferal dalam jumlah besar.
Skor kriteria Burch dan Wartofsky digunakan untuk memudahkan diagnosis.
Diagnosis krisis tiroid dapat ditegakkan bila didapatkan skor lebih dari 45. Pada

15
Pemeriksaan akan didapatkan penurunan kadar TSH dan peningkatan kadar T3
dan free T4.21

Penatalaksanaan mencakup pemberian -bloker intravena, dapat berupa


propranolol, labetalol atau esmolol. Esmolol dikatakan memiliki efek
kardioselektif yang lebih baik. Diberikan propranolol 20 mg intravena dan
dilanjutkan dengan dosis oral sebanyak 20-80 mg setiap 6 jam. Harus diperhatikan
pemberian cairan, karena terjadi peningkatan perspirasi. PTU diberikan dengan
dosis 1 gram oral atau melalui NGT. PTU dilanjutkan dengan dosis 200 mg tiap 6
jam. 1 jam setelah pemberian PTU, harus diberikan yodida untuk menghambat
pelepasan T3 dan T4 dari kelenjar tiroid. Diberikan sebagai tetesan larutan
supersaturasi sebanyak 5 tetes (SSKI/supersaturated potassium iodide) tiap 8 jam
atau larutan Lugol 10 tetes tiap 8 jam. Jika alergi terhadap yodida, dapat diberikan
litium karbonat 300 mg tiap 6 jam.21

Tabel 4.Skor kriteria Burch dan Wartofsky

2. Hipotiroid Kongenital

Hipotiroid kongenital (HK) adalah salah satu penyebab retardasi mental


pada anak yang dapat dicegah jika diketahui dan diterapi sejak dini. Hormon tiroid

16
berperan dalam perkembangan susunan saraf pusat (antara lain migrasi dan
mielinisasi). Diketahui bahwa 95% HK tidak memperlihatkan tanda dan gejala
klinis yang khas saat lahir dan durasi intervensi dini untuk mencegah retardasi
mental singkat. Oleh karenanya, sebagian besar negara maju telah melakukan
program skrining neonatal untuk deteksi dini HK.22

Hipotiroid kongenital dapat bersifat transien atau permanen dan di klasi


kasikan sesuai letak gangguannya: primer (di kelenjar tiroid) atau sekunder/sentral
(di hipo sis dan/atau hipotalamus); berat ringannya hipotiroid: (kadar serum TSH
> 100 mIU/L dianggap berat; dan usia awitan hipotiroid (intrauterin lebih berat)).
Bentuk yang paling sering ditemukan adalah HK primer permanen (kadar serum
TSH tinggi) akibat disgenesis tiroid. Pada HK permanen pengobatan harus
dilakukan seumur hidup sedangkan untuk yang transien tidak perlu.22

Gambar 5. Algoritma diagnosis hipotiroid kongenital22

Hipotiroid

17
Kelainan organ tiroid ibu dan janin saling berhubungan. Pada kseduanya fungsi
tiroid sangat bergantung pada cukup idaknya asupan iodin. Defisiensi asupa iodin
pada pada awal kehamilan dapat menyebabkan keadaan hipotiroid pada ibu.1

Hipotiroid dengan gambaran klinis yang jelas berhubuungan dengan keadan


perinatal yang buruk. Jika gangguan tiroid ini dapat diatasi sebelum terjadi
kehamilan, maka didapatkan keadaan perinatal yang normal. Keadaan hipotiroid
pada ibu dapat menghambat perkembangan neurofisiologik janin. Anak-anak
yang dilahirkan oleh perempuan dengan kadar T4 kurang dari 10 persenti,
berisiko terjadinya ketidakseimbangan perkembangan psikomotor. Selain itu pada
hipotiroid subklinis bisa meningkatkan terjadinya persalinan premature, solusio
plasenta, dan perawatan bayi di NICU.1

BAB 3

18
KESIMPULAN

Penyakit tiroid dapat terjadi pada masa kehamilan. Skrining dapat


dilakukan pada ibu dengan risiko tinggi terjadi gangguan tiroid sehingga diagnose
dapat ditegakkan sejak dini. Penyakit tiroid dapat berupa tingginya kadar hormone
tiroid (hipertiroid) atau rendahnya hormone tiroid (hipotiroid). Hormon tiroid
bermanfaat bagi janin maupun maternal. Abortus, persalinan prematur, pre-
eklampsia, tiroiditis pascapersalinan pada maternal, dan penurunan IQ pada anak-
anak semuanya merupakan sekuele disfungsi tiroid maternal. Sehingga kontrol
yang baik pada ibu dengan hipertiroid harus dilakukan sejak dini. Pada kasus
hipertiroid, propiltiourasil merupakan pilihan obat pada trimester pertama dan
methimazole digunakan bagi trimester kedua. Pada hipotiroid, pemberian
levotiroksin ditujukan untuk mencapai kadar hormone tiroid yang optimal.

DAFTAR ISI

19
1. Sukarya. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010.
2. Suparman E. Hipertiroid dalam Kehamilan. e-CliniC. 2021;9(2):479.
doi:10.35790/ecl.v9i2.34907
3. Moleti M, Di Mauro M, Sturniolo G, Russo M, Vermiglio F.
Hyperthyroidism in the pregnant woman: Maternal and fetal aspects. J Clin
Transl Endocrinol. 2019;16(April):100190. doi:10.1016/j.jcte.2019.100190
4. Djokomoeljanto. Ilmu Penyakit Dalam. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme,
dan hipertiroidisme. Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta. 2009.
5. Anggraeni R, Aryasa EM T. Manajemen Hipertiroid pada Kehamilan. J
Anestesi Obstet Indones. 2022;5(2):127-134.
doi:10.47507/obstetri.v5i2.102
6. Alexander EK, Pearce EN, Brent GA, et al. 2017 Guidelines of the
American Thyroid Association for the Diagnosis and Management of
Thyroid Disease during Pregnancy and the Postpartum. Thyroid.
2017;27(3):315-389. doi:10.1089/thy.2016.0457
7. Patel J, Landers K, Li H, Mortimer RH, Richard K. Delivery of maternal
thyroid hormones to the fetus. Trends Endocrinol Metab. 2011;22(5):164-
170. doi:10.1016/j.tem.2011.02.002
8. Pahwa S, Mangat S. Prevalence of thyroid disorders in pregnancy. Int J
Reprod Contraception, Obstet Gynecol. 2018;7(9):3493.
doi:10.18203/2320-1770.ijrcog20183401
9. Gabbe SJ, Niebyl JR, Simson JL, Landon MB, Galan HL, Jauniaux ER, et
al. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies (7th ed). New York:
Elsevier, 2017; p.937- 85
10. Deswita F, Ps RD, Ilmu B, Kedokteran F, Lampung U. Thyroid Disease in
Pregnancy : Diagnosis and Management. Medula. 2019;9(1):186-191.
11. Forehan S. Thyroid disease in the perinatal period - ABSTRACT ONLY.
Aust Fam Physician. 2012;41(8):578-581.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23145397.
12. Sahay RK, Nagesh VS. Review Article Hypothyroidism in pregnancy.
Indian J Endocrinol Metab. 2012;16(3). doi:10.4103/2230-8210.95667
13. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Williams Obstetrics (25th ed). New York: McGraw-Hill, 2018; p.1118-32

20
14. Greenspan FS, Baxter JD. The Thyroid Gland. Basic & Clinical
Endocrinology. 9th edition. New York. McGraw-Hill.2022 : 205-206
15. Schroeder BM . Thyroid Function During Pregnancy. Practice Guidelines
American Family Physician
16. Baker PN, Thyroid Disorders,, Medical Diseases Complicating Pregnancy,
Obsterics by Ten Teachers, 19th Edition, Hodder & Stoughton, 2011
17. Alamdari S, Azizi F, Delshad H, Sarvghadi F, Amouzegar A, Mehran L.
Management of hyperthyroidism in pregnancy: Comparison of
recommendations of american thyroid association and endocrine society. J
Thyroid Res. 2013;2013(October 2011):11-16. doi:10.1155/2013/878467
18. ACOG. Clinical Management Guidelines for Obstetrician – Gynecologists.
Obstet Gynecol. 2019;133(76):168-186.
19. Nguyen CT, Sasso EB, Barton L, Mestman JH. Graves’ hyperthyroidism in
pregnancy: a clinical review. Clin Diabetes Endocrinol. 2018;4(1):1-9.
doi:10.1186/s40842-018-0054-7
20. Kahaly GJ, Bartalena L, Hegedüs L, Leenhardt L, Poppe K, Pearce SH.
2018 European thyroid association guideline for the management of
graves’ hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018;7(4):167-186.
doi:10.1159/000490384
21. Decroli GP, Decroli E. Krisis Tiroid pada Wanita Multipara Usia 42 Tahun.
J Kesehat Andalas. 2019;8(1):178. doi:10.25077/jka.v8i1.988
22. Yati N, Utari A, Tridjaja B. Diagnosis dan tata laksana hipotiroid
kongenital. Badan penerbit Ikat Dr anak Indones. 2017:1-21.
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-
Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Hipotiroid-Kongenital.pdf.

21

Anda mungkin juga menyukai