KONJUNGTIVITIS
Oleh :
TRI ASIH MARIA WULANDARI FATUBUN
2017-84-030
Pembimbing :
dr. Carmila L Tamtelahitu, Sp.M
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan
paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti
menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi
untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.
2
BAB II
KONJUNGTIVITIS
2.1 Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan
pengobatan.
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau
panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Jika ada rasa sakit
agaknya kornea terkena. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan
terkenanya kornea.
3
Berair mata (epiphora) sering mencolok, diakibatkan oleh adanya sensasi
benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal
mengesankan keratokonjungtivitis sicca.
4
Konjungtiva palbebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera
dan menjadi konjungtiva bulbaris.
Jika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua
hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan
epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan
mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel
epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi
lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna
lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung
pigmen.
5
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan
satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa
sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi
berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada
nconatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi
folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang
konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
funginya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar
kelenjar Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar
Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas. ¹
2.4 Klasifikasi
A. Konjungtivitis Bakterial
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh
sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya
penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai.
6
Tanda dan gejala
- Iritasi mata,
- Mata merah,
- Sekret mata,
- Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh
tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat
menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
7
infeksi N gonorroeae, N konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae
berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3
Terapi
8
B. Konjungtivitis Virus
a) Demam Faringokonjungtival
Laboratorium
Terapi
b) Keratokonjungtivitis Epidemika
9
Tanda dan gejala
Laboratorium
Penyebaran
10
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi
melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical,
mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari
konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi
sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. Kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
11
dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus
local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk
ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10
hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari.3
12
memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses
sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
Epidemiologi
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang
terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa
bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar
ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel
konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam,
malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan
terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
13
2. Konjungtivitis Virus Menahun
a) Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata
dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior,
dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang
mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik,
yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi.3
b) Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Laboratorium
14
varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh
dari biakan jaringan sel – sel embrio manusia. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat
penyakit. 1
c) Keratokonjungtivitis Morbilli
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang
dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari
sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen,
dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan
kadang-kadang pada carunculus. 1,3
15
C. Konjungtivitis Klamidia
Trachoma
Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya.trachoma sering mirip konjungtivitis bacteria,
tanda dan gejala biasanya berair mata, fotofobia, sakit, eksudasi, edema palpebra,
kemosis konjungtiva bulbi, hyperemia, hipertrofi papiler, folikel tarsal dan limbal,
keratititis superior, pembentukan pannus dan nodus preaurikuler kecil dan nyeri
tekan.
Pada trachoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel
superior, keratitis subepitel, panus, folikel limbus superior, dan akhirnya sisa
katriks patognomotik pada folikel- folikel ini, yang dikenal sebagai sumur –
sumur Herbert, depresi kecil dalam jaringan ikat di batas limbus – kornea ditutupi
epitel. Pannus terkait adalah membrane fibrovaskuler yang timbul dari limbus,
dengan lengkung – lengkung vaskuler meluas ke atas kornea. Semua tanda
trachoma lebih berat pada konjungtiva dan kornea bagian atas dari pada bagian
bawah.
16
Untuk pengendalian, World Health Organization telah mengembangakn cara
sederhana untuk memeriksakan penyakit itu. Ini mencakup tanda – tanda sebagai
berikut :
TI : Infitrasi difus dan hipertrofi papil konjungtiva atas yang sekurang kurangnya
menutupi 50% pembuluh profunda normal.
CO : Kekeruhan kornea.
Laboratorium
17
Komplikasi dan sequele
Terapi
18
Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial
untuk mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang. Tindakan bedah ini
kadang –kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih
kusus.
Laboratorium
Terapi
19
2) Konjungtivitis Vernalis
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis
musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral
yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di
daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi, musim
panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Laboratorium
20
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang.
steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi
penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak, dan komplikasi
lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen profilaktik yang baik
untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres
es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien.
Agaknya yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
Pasien yang melakukan ini sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
3) Konjungtivitis Atopik
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien
atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak
bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan
lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
21
Laboratorium
Terapi
1) Phlyctenulosis
Definisi
22
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,
namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.
Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan
defisiensi diet.
Terapi
23
2.4.3 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun
Keratokonjungtivitis Sicca
Gejala:
- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang
siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.
Pengobatan:
24
2.4.4 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk
ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
25
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan
terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27