Di rumah Dhea
Pada suatu sore, Dhea duduk seorang diri di dalam kamar dengan wajah yang murung. Ia
merenungkan banyak hal dalam kehidupannya.
Dhea : Kapan aku seperti Mariah ? terlihat begitu bahagia dan memiliki banyak teman.
Apa daya diriku yang tidak punya teman sama sekali ( sambil memegang ponselnya).
Di sekolah
Keesokan harinya di sekolah pukul 7 pagi, Dhea melangkahkan kakinya menuju ke dalam kelas. Tiba
– tiba Siddiq lewat dengan membawa tumpukan buku. Dengan hitungan detik saja Siddiq jatuh dan
buku-bukunya berserakan di tanah. Tidak ada seorang pun yang tergerak hatinya untuk
menolongnya. Dhea yang melihatnya segera membantu Siddiq.
Siddiq : Ia nih, diminta ambil sama bu guru. Kukira sedikit, padahal banyak gini.
Dhea : Lain kali hati-hati yah. Siniin bukunya, biar aku bantu bawa
Mereka tertawa mengejek Dhea dan Siddiq. Tak disangka ejekan mereka sampai ke telinga Dhea
Dhea : Eh Siddiq, aku ke toilet sebentar ya (sambil menyerahkan buku dengan terburu-
buru)
Dhea keluar dari kamar mandi. Ia berjalan dengan wajah memandang kebawah. Kemudian Dhea
bertemu Alfa dan Daniel
Daniel : Oh, hei Dhea! Dari mana kamu ? Kukira bersama Siddiq
Mendengar hal itu, hati Dhea hancur berkeping-keping. Ia berlari ke kelas dan tiba-tiba ia jatuh
tersandung karena ulah Maria.
Maria : whoopsie.., maaf aku tak tahu kalo orang dari planet pecundang mau lewat
Dengan hati yang tersakiti, Dhea berdiri dan pergi meninggalkan mereka.
Sepulang sekolah, Siddiq melihat Dhea, kemudian Dhea memanggilnya. Dhea mendengar panggilan
Siddiq namun ia menghiraukannya.
Di kamar Dhea
Jam menunjukan pukul 2 siang, Xavier tengah berjalan melewati rumah Dhea dan tak sengaja
mendengar tangisan seorang perempuan dari dalam rumah Dhea. Ia berjalan dan mendekati sumber
suara tersebut. Xavier pun mengetuk pintu namun tak ada jawaban, ia mencoba membuka
pintutersebut namun ternyata tidak terkunci, ia pun masuk dan mendengar sumber suara yang
semakin jelas dan membuat Xavier semakin penasaran. Xavier memergoki Dhea yang sedang
mencoba melukai dirinya dengan silet.
Dhea : Lah kamu ngapain disini? Atas izin siapa kamu masuk?
Xavier : pokoknya apapun yg akan kamu lakukan disini, tolong jangan lakukan. Saya disini mau
menunjukan sesuatu untukmu. Yuk ikut saya
Xavier menarik tangan Dhea dan meletakan silet diatas meja, mereka pun pergi ke tempat dimana
Xavier katakan.
Di Taman
Xavier : coba deh kamu lihat anak laki – laki disana. Kenal ? ( sambil menunjuk anak laki-laki itu)
Xavier : kamu tahu? dia selalu terlihat bahagia. Tahu alasannya kenapa? Karena dia selalu bersyukur
atas apa yang dia punya. Bisa dikatakan situasi dia sama kamu tidak beda jauh. Hanya saja hal sekecil
apapun dalam hidupnya selalu ia syukuri
Dhea : Tolong ya, hidupku ya hidupku, hidup dia ya hidup dia. Kamu nggak perlu bandingin hidupku
dengannya dan kamu nggak tahu apa-apa tentang hidupku jadi jangan bersikap sok tahu dan ikut
campur! (dengan nada kesal). Eh bentar, dari mana kamu tahu masalah yang aku alami ?
Xavier : Soal tahu dari mana dan dari siapa itu tidak penting. Saya mengajakmu kesini untuk melihat
keluar jendela duniamu. Kamu tidak sendirian. Banyak orang di luar sana yang masalahnya bahkan
lebih besar dari padamu. Dan harus kamu tahu hidupmu sangat berharga. Hanya ada satu hal yang
bisa mengubah dirimu sendiri, ialah pilihanmu. Dan hal itu dapat mengubah segalanya.
Dhea : Tapi...
Xavier : You’re not neither a winner nor a loser, but you were born to be a chooser. Pilihanmu
menentukan hidupmu. Jadikanlah setiap detikmu berharga. Jangan membuang waktumu untuk hal
yang hanya menyakiti dirimu bahkan sampai mengorbankan nyawamu sendiri.
Dhea : (Dhea menatap Dirga dan termenung sesaat) sekarang aku sadar, betapa bodohnya aku yang
selama ini telah menyiksa diriku sendiri. Terima kasih Xavier, kamu sudah menyadarkanku. Mulai
sekarang aku akan berusaha untuk menghargai hidupku
Walaupun Dhea telah sadar akan apa yang dia lakukan selama ini. Dia masih bingung dengan satu
hal.
Xavier : Hahaha... Jangan lupa, mata dapat berbicara. Ketka seseorang berusaha untuk
menyembunyikan sesuatu. Ayo, saya kenalin kamu sama Dirga
(Xavier dan Dhea pergi menghampiri Dirga. Dhea berkenalan, tak lama kemudian Siddiq datang dan
ikut bergabung dengan mereka)
Siddiq : Hai...
Dirumah Dhea
Dhea : Mungkin memang benar apa yang Xavier bilang tadi di taman. Banyak hal yang ku miliki, tapi
aku tak sadar bahwa itulah hal yang luar biasa dan yang tak dimiliki orang lain. Inilah saatnya aku
berubah dan mengubah segalanya
Di Sekolah
Mariah sedang duduk sendirian. Tidak sengaja Dhea melihat dan menghampirinya
Dhea : Aku tak tahu alasannya mengapa kemarin kamu mengejek aku. Tapi aku ingin berterima kasih
( sambil tersenyum )
Dhea : Yah.. karena kata-katamu, aku semakin menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Makasih ya.
Banyak hal yang aku dapati dari semua ini. Banyak hal yang aku pelajari. Dan aku telah memilih
untuk bersyukur ( beranjak pergi )
Mariah : Tunggu Dhea.. Maafkan aku karena selalu kasar terhadapmu. Sebenarnya, aku melakukan
itu karena aku iri padamu, kamu mendapat nilai bagus di kelas, orang tua yang selalu ada untukmu.
Aku menyesali semuanya. Maafkan aku Dhea (dengan wajah penuh penyesalan)
Dhea : Sebelum kamu minta maaf juga, aku udah maafin kamu kok. Aku punya pesan buat kamu,
selalu bersyukur atas. Selalu melihat apa yang kurang, tapi lihat apa yang ada padamu. Okay ?
Dhea pun pergi meninggalkan Mariah dengan penuh senyuman. Ia melihat Xavier yang sedang
berdiri memperhatikannya dengan mengangkat jempolnya. Dhea pun membalasnya dengan senyum
yang lebar.
Tamat.