Anda di halaman 1dari 9

Skenario 1

Mata Anakku Sulit Dibuka Ketika Bangun Pagi

Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik dengan
keluhan kedua kelopak mata sulit dibuka ketika bangun pagi karena lengket akibat kotoran
yang banyak. Keluhan ini terjadi sejak 3 hari yang lalu. Awalnya kedua matanya merah dan
terasa sedikit bengkak, agak nyeri kalau menunduk atau ketika sujud. Beberapa hari
sebelumnya mata papanya juga merah dan banyak kotorannya. Pemeriksaan fisik kedua mata
ditemukan visus 20/20, palpebra terlihat sedikit edema, injeksi konjungtiva, kornea jernih,
bilik mata depan sedang, pupil bulat, reflek cahaya baik, lensa terlihat jernih, dan ada sekret
mukopurulen.

 Bagaimana etiopatogenesis dan penanganan penyakit mata pada skenario di atas ?

- Visus 20/20 : artinya seseorang bisa melihat suatu obyek di jarak 20 kaki,
sebagaimana orang normal.
- Infeksi konjungtiva : selaput bening yang menutupi bagian putih mata (sklera) dan
bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis paling sering menyerang anak-anak,
karena penyakit mata ini bisa menyebar dengan cepat di sekolah dan tempat
penitipan anak.
- Sekret mukopurulen : sekret yang bersifat kental dan lengket, kondisi sputum dalam
keadaan kental, kuning kehijauan.

KONJUNGTIVITIS

Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan
oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik. Peradangan
konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi pula karena asap, angina dan sinar.

Etiologi
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, infeksi
klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Sedangkan, konjungtivitis virus paling sering
disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus
namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi klamidia, yang disebabkan oleh
organisme Chlamydia trachomatis. Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE
terhadap allergen yang umumnya disebabkan oleh bahan kimia.

Klasifikasi
1) Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus.
Gejala konjungtivitis yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-
kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular dari satu mata ke
mata sebelahnya dan dengan mudah menular ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan
kuman.
Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti neospirin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari.
2) Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan
berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat
sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri.
Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam faringokonjungtiva. Biasanya
memberikan gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang
mengenai satu atau kedua mata. Konjungtivitis ini biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4 dan 7 dan
penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Konjungtivitis
ini mudah menular terutama anak-anak yang disebarkan melalui kolam renang. Masa inkubasi
konjungtivitis virus 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic
Pengobatan konjungtivitis virus hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibotik dengan
steroid topical.

3) Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang paling sering dan disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau
berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya yaitu terdapat papil besar pada konjungtiva,
datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi konjungtiva sering
sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi tumbuh-
tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokoknjungtivitis atopic dan konjungtivitis papilar raksasa.
Pengobatan konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit
dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah kemudian ditambahkan
kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin
dan steroid sistemik.

4) Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang
terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat timbul pada pasien diabetes dan
pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain candida sp, penyakit ini juga bisa
disebabkan oleh Sporothtrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun
jarang .

Gejala
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Cara Penularan

Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang keluar dari mata yang sakit yang
mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya yaitu tangan yang terkontaminasi
cairan infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak langsung, misalnya
tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan
handuk secara bersama-sama, penggunaan sapu tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan
bantal atau sarung bantal secara bersama-sama.

Tata Laksana
Komplikasi

a) Resistensi dan Efek Samping pada Penggunaan Kortikosteroid

Jangka Panjang
Kortikosteroid efektif dalam mengatasi peradangan akut, tetapi efek kortikosteroid sering tidak
bertahan lama bahkan menyebabkan resistensi atau rekurensi dalam perjalanan terapi jangka panjang.
Selain itu, efek samping kortikosteroid baik topikal maupun sistemik akan membatasi penggunaan
jangka panjang. Penggunaan kortikosteroid dapat memberikan efek yang sangat banyak dan dapat
terjadi pada setiap cara pemberian. Oleh karena itu, kortikosteroid hanya diberikan apabila manfaat
terapi melebihi risiko efek samping yang akan terjadi (risk-benefit ratio). Dosis dan lama terapi
dengan kortikosteroid bersifat individual. Pemberian kortikosteroid sebaiknya dimulai dari dosis
tinggi kemudian diturunkan secara perlahan menurut tanda klinis inflamasi. Apabila kortikosteroid
digunakan selama lebih dari 2-3 minggu, penghentiannya harus dilakukan secara bertahap

b) Terjadi Katarak
Corticosteroid-induced subcapsular cataract merupakan efek samping lain yang sering ditemukan
pada penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang. Penyebab terjadinya katarak yaitu ikatan
kovalen antara steroid dan protein lensa yang menyebabkan oksidasi protein struktural. Risiko
terjadinya katarak berbanding lurus dengan lama penggunaan kortikosteroid topikal.

c) Terjadi Glaukoma
Kortikosteroid topikal menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) pada beberapa pasien
yang disebut sebagai corticosteroid-induced ocular hypertension. Apabila peningkatan TIO tersebut
menetap dan menyebabkan gangguan lapang pandang serta kerusakan saraf penglihatan, maka akan
terjadi corticosteroid-induced glaucoma. Corticosteroid- induced ocular hypertension terjadi dalam
waktu beberapa minggu setelah pemberian kortikosteroid potensi kuat atau beberapa bulan setelah
pemberian kortikosteroid potensi lemah. Potensi dan konsentrasi sediaan kortikosteroid topikal
berbanding lurus dengan “kemampuan” mencetuskan corticosteroid-induced ocular hypertension dan
corticosteroid- induced glaucoma.

Pencegahan

Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah mengenai mata
yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara bersama-sama dengan orang lain, serta bagi
perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang kebersihan kelopak mata.

Selain itu pencegahan konjungtivitis diantaranya sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, pasien konjungtivitis harus mencuci tangannya agar menulari orang lain,
menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya, mengganti
sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang bersih setiap hari, menghindari penggunaan bantal,
handuk dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada pasien yang
menderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissu atau sejenisnya setelah membersihkan
kotoran mata.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2628/6.%20BAB%20II.pdf?
sequenc
http://repository.ump.ac.id/1263/3/ANGGI%20FAHMI%20LUCKYAMA%20BAB
%20II.pdf
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/104147/Rhevy%20Asril
%20Hudaiva%20-%20162310101070%20Sdh.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://eprints.umm.ac.id/40999/3/jiptummpp-gdl-rizkyaarin-47539-3-bab2.pdf
LO : topikal jangka panjang. Penyebab terjadinya
1. Epidemiologi katarak yaitu ikatan kovalen antara steroid dan
2. Cara penularan konjungtivitis protein lensa yang menyebabkan oksidasi
protein struktural. Risiko terjadinya katarak
Sumber penularan konjungtivitis secara umum berbanding lurus dengan lama penggunaan
adalah cairan yang keluar dari mata yang sakit kortikosteroid topikal.
yang mengandung bakteri atau virus. Salah
satu media penularannya yaitu tangan yang c) Terjadi Glaukoma
terkontaminasi cairan infeksi, misalnya Kortikosteroid topikal menyebabkan
melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara peningkatan tekanan intraokuler (TIO) pada
tidak langsung, misalnya tangan yang beberapa pasien yang disebut sebagai
terkontaminasi memegang benda yang corticosteroid-induced ocular hypertension.
kemudian terpegang oleh orang lain, Apabila peningkatan TIO tersebut menetap
penggunaan handuk secara bersama-sama, dan menyebabkan gangguan lapang pandang
penggunaan sapu tangan atau tisu secara serta kerusakan saraf penglihatan, maka akan
bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung terjadi corticosteroid-induced glaucoma.
bantal secara bersama-sama. Corticosteroid- induced ocular hypertension
terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah
pemberian kortikosteroid potensi kuat atau
beberapa bulan setelah pemberian
3. Komplikasi dan prognosis kortikosteroid potensi lemah. Potensi dan
konjungtivitis konsentrasi sediaan kortikosteroid topikal
berbanding lurus dengan “kemampuan”
a) Resistensi dan Efek Samping pada mencetuskan corticosteroid-induced ocular
Penggunaan Kortikosteroid hypertension dan corticosteroid- induced
glaucoma.
Jangka Panjang
Kortikosteroid efektif dalam mengatasi
peradangan akut, tetapi efek kortikosteroid 4. Pencegahan konjungtivitis
sering tidak bertahan lama bahkan
menyebabkan resistensi atau rekurensi dalam
Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan
perjalanan terapi jangka panjang. Selain itu,
tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
efek samping kortikosteroid baik topikal
mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan
maupun sistemik akan membatasi penggunaan
handuk dan lap secara bersama-sama dengan
jangka panjang. Penggunaan kortikosteroid
orang lain, serta bagi perawat dapat
dapat memberikan efek yang sangat banyak
memberikan edukasi kepada pasien tentang
dan dapat terjadi pada setiap cara pemberian.
kebersihan kelopak mata.
Oleh karena itu, kortikosteroid hanya
diberikan apabila manfaat terapi melebihi
risiko efek samping yang akan terjadi (risk- Selain itu pencegahan konjungtivitis
benefit ratio). Dosis dan lama terapi dengan diantaranya sebelum dan sesudah
kortikosteroid bersifat individual. Pemberian membersihkan atau mengoleskan obat, pasien
kortikosteroid sebaiknya dimulai dari dosis konjungtivitis harus mencuci tangannya agar
tinggi kemudian diturunkan secara perlahan menulari orang lain, menggunakan lensa
menurut tanda klinis inflamasi. Apabila kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan
kortikosteroid digunakan selama lebih dari 2-3 pabrik pembuatnya, mengganti sarung bantal
minggu, penghentiannya harus dilakukan dan handuk yang kotor dengan yang bersih
secara bertahap setiap hari, menghindari penggunaan bantal,
handuk dan sapu tangan bersama, menghindari
mengucek-ngucek mata, dan pada pasien yang
b) Terjadi Katarak
menderita konjungtivitis, hendaknya segera
Corticosteroid-induced subcapsular cataract
membuang tissu atau sejenisnya setelah
merupakan efek samping lain yang sering
membersihkan kotoran mata.
ditemukan pada penggunaan kortikosteroid
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

6. Penanganan awal konjungtivitis

Anda mungkin juga menyukai