Anda di halaman 1dari 6

dari satu mata ke mata sebelahnya dan dengan mudah menular ke orang lain melalui benda

KONJUNGTIVITIS yang dapat menyebarkan kuman.


Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik tunggal seperti neospirin,
1. Bagaimana etiopatogenesis dan penanganan penyakit mata pada skenario di atas? basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari.
2) Konjungtivitis Virus
Patogenesis penyakit konjungtivitis yaitu konjungtivitis bakterial terjadi secara akut, cara Konjungtivitis virus merupakan penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus,
penularannya dengan cara kontak langsung dengan penderita dapat melalui sentuhan tangan dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan
ataupun handuk yang digunakan penderita akibat dari penyakit ini dikarenakan e- coli. yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteri.
Jika sekret berwarna bening kemungkinan pasien memiliki penyakit kongjungtivitis viral, Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam faringokonjungtiva.
jika sekret bertekstur kental kemungkinan penderita memiliki penyakit konjungtivitis Biasanya memberikan gejala demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada
bakterial. konjungtiva yang mengenai satu atau kedua mata. Konjungtivitis ini biasanya disebabkan
adenovirus tipe 3,4 dan 7 dan penyebab yang lain yaitu organisme Coxsackie dan
Pikornavirus namun sangat jarang. Konjungtivitis ini mudah menular terutama anak-anak
yang disebarkan melalui kolam renang. Masa inkubasi konjungtivitis virus 5-12 hari, yang
2. Mengapa kedua mata pasien merah dan terasa bengkak dan nyeri? menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic
3. Apakah interpretasi dari pemeriksaan fisik pasien?put Pengobatan konjungtivitis virus hanya bersifat suportif karena dapat sembuh
4. Apakah terdapat pengaruh antara sakit mata pada papanya dengan kondisi anak tersebut? sendiri. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan
5. Kenapa nyeri dirasakan memberat saat menunduk atau sujud? antibotik dengan steroid topical.
6. Apa yang menyebabkan banyak kotoran pada mata anak tersebut?
3) Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
Definisi disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas),
menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya yaitu terdapat papil besar
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun
dengan penyakit sistemik. Peradangan konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi pula penyakit alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan
karena asap, angina dan sinar. yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi
Etiologi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus, vernal, keratokoknjungtivitis atopic dan konjungtivitis papilar raksasa.
infeksi klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh Pengobatan konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Sedangkan, penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah
konjungtivitis virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu kemudian ditambahkan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang
organisme Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
lainnya yaitu infeksi klamidia, yang disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE terhadap allergen yang
umumnya disebabkan oleh bahan kimia. 4) Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi
Klasifikasi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih yang dapat timbul
1) Konjungtivitis bakteri pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothtrix schenckii, Rhinosporidium
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang .
Gejala konjungtivitis yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva,
kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular Gejala
(1) Hiperemia konjungtiva, hiperemia merupakan tanda paling jelas pada kejadian adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel, yang jika diangkat meninggalkan
konjungtivitis. Warna kemerahan pada konjungtiva paling jelas terlihat di forniks dan akan permukaan yang kasar dan berdarah;
semakin berkurang kearah limbus, karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva
posterior. Warna merah terang biasanya terjadi pada konjungtivitis bakteri, dan warna putih (9) Granuloma, adalah lesi makrofag epithelium berupa nodul kecil yang merupakan reaksi
susu terjadi pada konjungtivitis alergika. Hiperemia yang terjadi tanpa infiltrasi sel peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh. Granuloma konjungtiva selalu mengenai
didapatkan pada iritasi yang disebabkan oleh angin, asap, panas matahari dan lain-lain; stroma dan paling sering berupa kalazion;

(2) Mata berair (Epifora), sekresi air mata yang terjadi pada konjungtivitis diakibatkan oleh (10) Adenopati Preaurikular, merupakan salah satu tanda penting dari konjungtivitis, yakni
adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar, sensasi tergores, atau oleh rasa gatal. merupakan sebuah nodul pada area preaurikular yang dapat tampak jelas pada sindrom
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah okuloglandular Parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika. Nodul
jumlah air mata; preaurikuler dapat terasa nyeri jika ditekan

(3) Eksudasi, pada hampir semua jenis konjungtivitis ditemukan banyak kotoran mata pada
palpebra terutama saat bangun tidur. Eksudat yang banyak, berlapis-lapis, amorf dan
menyebabkan palpebra saling melekat menandakan konjungtivitis bakteri atau klamidia;

(4) Pseudoptosis, adalah keadaan turunnya palpebra superior karena adanya infiltrasi sel
radang ke muskulus Muller;

(5) Hipertrofi papilar, adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Eksudat
radang mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan (papil)
konjungtiva. Pada keadaan normal, papil (tonjolan) pada konjungtiva tampak kecil,
sehingga menyebabkan tampilan konjungtiva licin seperti beludru;

(6) Kemosis, adalah edema yang terjadi pada stroma konjungtiva. Kemosis konjungtiva
biasanya lebih mengarah pada konjungtivitis alergika, namun dapat juga timbul pada
konjungtivitis Gonokokus atau Meningokokus akut dan terutama terjadi pada
konjungtivitis Adenoviral;

(7) Hipertrofifolikel, merupakan suatu hiperplasia limfoid lokal didalam lapisan limfoid
konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis, folikel dapat
dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. Folikel sebagian besar
tampak pada kasus konjungtivitis virus;

(8) Pseudomembran dan Membran, merupakan hasil dari proses eksudatif. Proses eksudatif
terjadi akibat adanya bakteri yang menyerang konjungtiva sehingga menyebabkan proses
inflamasi. Sel-sel inflamasi seperti neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan sel plasma
menyerang bakteri tersebut dan bercampur dengan fibrin dan mukus yang diekresikan oleh
sel goblet sehingga membentuk eksudat konjungtiva. Eksudat yang mengental akan
membentuk pseudomembran dan membran. Pseudomembran adalah suatu pengentalan
(koagulum) di atas permukaan epitel, yang bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membran
Cara Penularan

Patofisiologi Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang keluar dari mata yang
sakit yang mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya yaitu tangan
Konjungtiva adalah selaput lendir vaskuler yang tipis, transparan, dan transparan dari epitel yang terkontaminasi cairan infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara
skuamosa non-keratin yang menginvestasikan permukaan kelopak bagian dalam dan sklera tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian
anterior yang penting dalam mempertahankan lingkungan yang cocok untuk kornea dan terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersama-sama, penggunaan sapu
sebagai pertahanan terhadap infeksi dan trauma. Konjungtiva yang berkontak dengan mikro tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung bantal secara
organisme, alergi, iritasi dari debu dan bahan-bahan kimia menyebabkan reaksi inflamasi. bersama-sama.
Peradangan atau infeksi pada konjungtiva ditandai dengan dilatasi pembuluh konjungtiva
yang mengakibatkan hiperemia, edema konjungtiva, dan biasanya dengan pengeluaran
kotoran (AAO, 2019). Proses infeksi sampai penyembuhan konjungtivitis biasanya
membutuhkan waktu hingga dua minggu tergantung tingkat penyakitnya Tata Laksana

Pemeriksaan Penunjang
c) Terjadi Glaukoma
Kortikosteroid topikal menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) pada beberapa
pasien yang disebut sebagai corticosteroid-induced ocular hypertension. Apabila
peningkatan TIO tersebut menetap dan menyebabkan gangguan lapang pandang serta
kerusakan saraf penglihatan, maka akan terjadi corticosteroid-induced glaucoma.
Corticosteroid- induced ocular hypertension terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah
pemberian kortikosteroid potensi kuat atau beberapa bulan setelah pemberian kortikosteroid
potensi lemah. Potensi dan konsentrasi sediaan kortikosteroid topikal berbanding lurus
dengan “kemampuan” mencetuskan corticosteroid-induced ocular hypertension dan
corticosteroid- induced glaucoma.

Pencegahan

Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara bersama-sama
dengan orang lain, serta bagi perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang
kebersihan kelopak mata.

Selain itu pencegahan konjungtivitis diantaranya sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, pasien konjungtivitis harus mencuci tangannya agar menulari orang lain,
Komplikasi menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya,
mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang bersih setiap hari,
a) Resistensi dan Efek Samping pada Penggunaan Kortikosteroid menghindari penggunaan bantal, handuk dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-
ngucek mata, dan pada pasien yang menderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang
tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
Jangka Panjang
Kortikosteroid efektif dalam mengatasi peradangan akut, tetapi efek kortikosteroid sering
tidak bertahan lama bahkan menyebabkan resistensi atau rekurensi dalam perjalanan terapi
jangka panjang. Selain itu, efek samping kortikosteroid baik topikal maupun sistemik akan
membatasi penggunaan jangka panjang. Penggunaan kortikosteroid dapat memberikan efek
yang sangat banyak dan dapat terjadi pada setiap cara pemberian. Oleh karena itu,
kortikosteroid hanya diberikan apabila manfaat terapi melebihi risiko efek samping yang
akan terjadi (risk-benefit ratio). Dosis dan lama terapi dengan kortikosteroid bersifat
individual. Pemberian kortikosteroid sebaiknya dimulai dari dosis tinggi kemudian
diturunkan secara perlahan menurut tanda klinis inflamasi. Apabila kortikosteroid
digunakan selama lebih dari 2-3 minggu, penghentiannya harus dilakukan secara bertahap

b) Terjadi Katarak
Corticosteroid-induced subcapsular cataract merupakan efek samping lain yang sering
ditemukan pada penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang. Penyebab terjadinya
katarak yaitu ikatan kovalen antara steroid dan protein lensa yang menyebabkan oksidasi
protein struktural. Risiko terjadinya katarak berbanding lurus dengan lama penggunaan
kortikosteroid topikal.
LO : ditemukan pada penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang. Penyebab terjadinya
1. Epidemiologi katarak yaitu ikatan kovalen antara steroid dan protein lensa yang menyebabkan oksidasi
2. Cara penularan konjungtivitis protein struktural. Risiko terjadinya katarak berbanding lurus dengan lama penggunaan
kortikosteroid topikal.
Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang keluar dari mata yang
sakit yang mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya yaitu tangan c) Terjadi Glaukoma
yang terkontaminasi cairan infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara Kortikosteroid topikal menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) pada beberapa
tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian pasien yang disebut sebagai corticosteroid-induced ocular hypertension. Apabila
terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersama-sama, penggunaan sapu peningkatan TIO tersebut menetap dan menyebabkan gangguan lapang pandang serta
tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung bantal secara kerusakan saraf penglihatan, maka akan terjadi corticosteroid-induced glaucoma.
bersama-sama. Corticosteroid- induced ocular hypertension terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah
pemberian kortikosteroid potensi kuat atau beberapa bulan setelah pemberian kortikosteroid
potensi lemah. Potensi dan konsentrasi sediaan kortikosteroid topikal berbanding lurus
3. Komplikasi dan prognosis konjungtivitis dengan “kemampuan” mencetuskan corticosteroid-induced ocular hypertension dan
corticosteroid- induced glaucoma.
a) Resistensi dan Efek Samping pada Penggunaan Kortikosteroid

Jangka Panjang 4. Pencegahan konjungtivitis


Kortikosteroid efektif dalam mengatasi peradangan akut, tetapi efek kortikosteroid sering
tidak bertahan lama bahkan menyebabkan resistensi atau rekurensi dalam perjalanan terapi Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
jangka panjang. Selain itu, efek samping kortikosteroid baik topikal maupun sistemik akan mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara bersama-sama
membatasi penggunaan jangka panjang. Penggunaan kortikosteroid dapat memberikan efek dengan orang lain, serta bagi perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang
yang sangat banyak dan dapat terjadi pada setiap cara pemberian. Oleh karena itu, kebersihan kelopak mata.
kortikosteroid hanya diberikan apabila manfaat terapi melebihi risiko efek samping yang
akan terjadi (risk-benefit ratio). Dosis dan lama terapi dengan kortikosteroid bersifat Selain itu pencegahan konjungtivitis diantaranya sebelum dan sesudah membersihkan atau
individual. Pemberian kortikosteroid sebaiknya dimulai dari dosis tinggi kemudian mengoleskan obat, pasien konjungtivitis harus mencuci tangannya agar menulari orang lain,
diturunkan secara perlahan menurut tanda klinis inflamasi. Apabila kortikosteroid menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya,
digunakan selama lebih dari 2-3 minggu, penghentiannya harus dilakukan secara bertahap mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang bersih setiap hari,
menghindari penggunaan bantal, handuk dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-
b) Terjadi Katarak ngucek mata, dan pada pasien yang menderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang
Corticosteroid-induced subcapsular cataract merupakan efek samping lain yang sering tissu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


6. Penanganan awal konjungtivitis

Anda mungkin juga menyukai