Anda di halaman 1dari 5

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata.1 Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen tetapi
bisa juga endogen.2
Diagnosis
Gejala Klinis:
Gejala klinis yang biasanya dikeluhkan oleh pasien adalah mengeluh mata merah dan berair-
air. Pasien juga mengeluh sensasi benda asing yang mengganjal yang disertai dengan rasa pedih
seperti tergores atau terbakar karena pembengkakan dan hipertrofi papil. 2,3 Kelopak mata terasa
lengket dan adanya eksudat dengan sekret yang lebih nyata pada saat bangun tidur, hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus. 1,3 Namun bila pada saat bangun tidur nyerinya
berkurang, dan rasa terbakar bertambah sepanjang hari menandakan bahwa konjungtivitis terjadi
akibat mata kering.3 Rasa gatal yang hebat menandakan bahwa adanya konjungtivitis alergi. 3 Pasien
dengan konjungtivitis tidak mengeluh adanya pandangan kabur. 3 Pada anamnesis sebaiknya perlu
ditanyakan tentang riwayat alergi, pengobatan, usia, terpapar iritan, dan gejala-gejala kelainan okuli,
dan genital.4

Tanda Klinis:
 Hiperemi
Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda
konjungtivitis yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan
konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan
konjungtivitis karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah
limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. 2
 Lakrimasi (Mata Berair)
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau tergores atau akibat rasa gatal.
Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca. 2
 Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada
konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang
biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari,
dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia. 2
 Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M.
Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemika. 2
 Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus
atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk
substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila
mirip jeruji payung. 2
 Khemosis (Edema Konjungtiva)
Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan tanda
yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis,
serta kerato konjungtivitis. 2
 Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva
dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis,
chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada
pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya. 2
 Pseudomembran dan Membran
Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas,
epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel
sehingga kalau dilepas akan berdarah. 2
 Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada
radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe
preaurikuler. 2
 Infiltrasi
Infiltrasi muncul akibat pengerahan selular dan biasanya disertai oleh respon papilary. Hal ini
dapat dikenali dengan hilangnya detail dari pembuluh darah pada konjungtiva tarsal, terutama
kelopak atas. 3

Diagnosis Banding
Konjungtivitis sebaiknya dibedakan dengan iritis dan keratitis dengan perbedaan sebagai berikut
(Tabel 1):1
Tabel 1: Diagnosis Banding Konjungtivitis
Tanda Konjungtivitis Keratitis/Iritis
Tajam penglihatan Normal Turun nyata
Silau Tidak ada Nyata
Sakit Pedih, rasa terbakar Sakit
Mata merah Injeksi konjungtiva Injeksi silier
Sekret Serous, mukus, purulen Tidak ada
Lengket Kelopak Terutama pagi hari Tidak ada
Pupil Normal Mengecil

Klasifikasi
Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan onsetnya dibedakan menjadi: 4
a. Konjungtivitis akut adalah peradangan yang terjadi kurang dari 4 minggu, onset terjadi secara
tiba-tiba dan biasanya terjadi unilateral pada awalnya, dan akan menjangkit mata sebelahnya
sekitar 1 minggu kemudian.4
b. Konjungtivitis kronik adalah peradangan yang terjadi pada konjungtiva lebih dari 2 – 4
minggu.4
Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan penyebabnya yang paling umum dibedakan menjadi (Tabel 2):
a. Konjungtivitis Bakterialis
Suatu konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi gonokok, meningokok,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, hemiphilus influenzae, dan Escherchia
coli. Memberikan gejala sekret mukopurulen dan purulen sehingga kelopak mata terasa
lengket saat bangun tidur, kemosis konjungtiva yang memberikan sensasi benda asing, edema
kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Terdapat papil pada konjungtiva dan
mata merah. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke
sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan
kuman (fomit).1,2 Pada pemeriksaan fluoresens, tidak ditemukan adanya stain pada kornea. 5
(ABC)

b. Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis viral adalah suatu penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus,
yang paling sering adalah adenovirus. 2,5 Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri. 2 Pasien konjungtivitis
viral, biasanya mengeluhkan adanya rasa berpasir dan tidak nyaman awalnya pada salah satu
mata. Biasanya terdapat juga gejala yang berhubungan dengan demam atau batuk. Sekret
yang dihasilkan pada konjungtivitis viral biasanya lebih encer dan lebih bertahan lama
dibandingkan dengan konjungtivitis baketeri, yaitu sekitar beberapa minggu sehingga pasien
perlu diberitahukan tentang hal tersebut.5
Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan adanya injeksi konjungtiva yang merata pada
kedua mata dan mungkin terdapat sekret yang jernih. Pada konjungtiva juga bisa didapatkan
adanya pembentukan folikel yang merupakan agregasi dari limfoid. 5
c. Konjungtivitis Klamidia
Pasien biasanya berusia muda dengan riwayat konjungtivitis kronik bilateral dengan sekret
mukopurulen. Konjungtivitis tipe ini dapat berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
kelamin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya injeksi konjungtiva yang bilateral dengan
sekret mukopurulen dan terdapat folikel pada konjungtiva. Biasanya infeksi sudah menyebar
sampai kornea (keratitis) dan terlihat adanya infiltrat pada kornea (pannus). 5
d. Konjungtivitis Alergika
Keluhan utama pada konjungtivitis alergika adalah gatal. Konjungtivitis terjadi pada kedua
mata dengan sekret yang jernih. Pada anamnesis, didapatkan adanya riwayat atopi keluarga
atau kontak terhadap bahan kimia atau tetes mata tertentu sebelumnya. Gejala yang dirasakan
biasanya sering berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainya adalah terdapatnya papil
besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Selain
injeksi konjungtiva, biasanya juga didapatkan adanya kemosis dan tampilan cobblestone.
Walaupun penyakit alergi konjungtiva dapat sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan
keluhan yang memerlukan pengobatan.1,5
Tabel 2: Pembedaan jenis-jenis konjungtivitis umum2
Temuan klinis dan sitologi Viral Bakteri Klamidia Alergika
Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat
Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata
Mata berair Banyak Sedang Sedang Minimal
Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal
Adenopati preaurikular Sering Jarang Hanya pada Tak ada
konjungtiviti
s inklusi
Disertai sakit tenggorokan dan Sesekali Sesekali Tak pernah Tak pernah
demam

Tatalaksana
 Pada konjungtivitis bakterialis, 60% kasus teratasi selama 5 hari tanpa pengobatan. Pemberian
antibiotik topikal dan sistemik dapat diberikan. Pemberian steroid topikal dapat mengurangi
pseudomembran dan membran yang terbentuk pada konjungtivitis ini meskipun cara kerjanya
masih belum jelas. Irigasi dapat dilakukan pada kasus dengan hiperpurulen. Operasi dapat
dilakukan pada kasus trakoma untuk mengurangi entropion dan trikiasis serta menjaga kelopak
mata dapat menutup sempurna dengan rotasi bilamelar tarsal. 3
 Pada konjungtivitis viral, penyembuhan spontan dapat terjadi selama 2-3 minggu. Yang perlu
diperhatikan adalah mengurangi resiko transmisi dengan menjaga tangan tetap bersih,
menghindari mengucek mata, dan berbagi handuk. Pemberian obat steroid topikal seperti
prednisolon dapat membantu mengurangi membran dan pseudomembran. Pemberian air mata
buatan dan kompres hangat atau dingin dapat mengurangi gejala. 3
 Pada konjungtivitis klamidia, tatalaksana menggunakan tetrasiklin oral selama setidaknya 1
bulan dapat menghilangkan masalah, namun kurangnya ketaatan minum obat dapat
menyebabkan rekuransi gejala. Selain itu, penyakit kelamin yang berhubungan dengan
konjungtivitis ini sebaiknya ditatalaksana.5
 Pada konjungtivitis alergi, dapat diberikan air mata buatan untuk gejala yang ringan.
Antihistamin diberikan untuk eksaserbasi, yang dapat dikombinasikan dengan vasokonstriktor
atau mast cell stabilizers. Pemberian obat steroid topikal juga dapat diberikan walaupun tidak
terlalu bermakna. 3

Anda mungkin juga menyukai