Anda di halaman 1dari 13

Laporan pendahuluan

Kongjungtivitis

I. Definisi

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme


seperti bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran
edisi ke3, jilid 1 tahun 2001 ).

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau


respon alergi. (Corwin, 2001).

konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan


dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001,Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC,
Jakarta ).

Jadi Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada


konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh
mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan
kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.

II. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
6. maupun imunologi (pada reaksi alergi).

Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya


adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh
butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung
klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

III. Patofisiologi

Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi


dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran
dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada
yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab konjungtivitis
dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan
ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang
berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan
kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen
perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan
eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva
(kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi
dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin
dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan
hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.
Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare
berarti kornea terkena.

IV. Klasifikasi

a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling
sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja
dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani,
bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis
alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair
spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan
eksim, juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.

b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus
aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria
gonorhe.

c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan.

d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut
juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

V. Manifestasi Klinis

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan),
pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau
pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:


1. Konjungtivitis Alergi
- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

2. Konjungtivitis Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat

4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut


- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

VI. Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Mata
 Pemeriksaan tajam penglihatan
 Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
 Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel
kornea).
 Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
 Pemeriksaan oftalmoskop
 Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda
menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).

b) Therapy Medik
 Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).

c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

VII. Pentalaksanaan

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide


(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis
akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan
kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuh tanpa pengobatan
dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal,
seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan
hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata
untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


 Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik.
Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap
¼ jam.
 Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
 Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml
setiap 1 menit sampai 30 menit.
 Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin
setiap 1 jam selama 3 hari.
 Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
 Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.

3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab
pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan
pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram
fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan
memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan
topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara
yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan
salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasanya disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan
konjungtivitis blenore :
 Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah
jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
 Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka
pemberian obat tidak akan efektif.
 Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang
banyak terjadi.

VIII. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan
pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.
ASUHAN KEPERAWATAN

.
1. PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Suku :
Alamat :
b. Analisa Data
a. Data Subyektif
 Klien mengeluh kelopak matanya bengkak, mata merah dan gatal-gatal
 Klien mengatakan nyeri pada matanya dengan skala 3
 Klien mengatakan kwatir rekan-rekanya akan tertular
 Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya
b. Data Obyektif
 Nampak kelopak mata klien udem, dan matah merah
 Nampak klien meringis sambil mengelus2 matanya
 Nampak wajah pasien tampak tegang dan cemas
 Pada pemeriksaan visus : OD 20/20 OS 20/20
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEP INTERVENSI KEP RASIONAL


1. Gangguan konsep diri (body image a. Ajak klien mendiskusikan a. Membantu pasien atau
menurun) b.d adanya perubahan keadaan atau perasaan yang orang terdekat untuk
pada kelopak mata dialaminya. memulai menerima
a. Data Subyektif perubahan.
 Klien mengeluh kelopak b. Catat jika ada tingkah laku yang b. Kecermatan akan
matanya bengkak, mata menyimpang. memberikan pilihan
merah dan gatal-gatal intervensi yang sesuai
 Klien mengatakan khawatir pada waktu individu
keluarganya akan tertular menghadapi rasa duka
b. Data Obyektif dalam berbagai cara
 Nampak kelopak mata klien yang berbeda.
udem, dan matah merah c. Jelaskan perubahan yang terjadi c. Memberikan
berhubungan dengan penyakit penjelasan tentang
yang dialami. penyakit yang dialami
kepada pasien/orang
terdekat sehingga
ansietas dapat
berkurang.
d. Berikan kesempatan klien untuk d. Menyediakan,
menentukan keputusan tindakan menegaskan
yang dilakukan. kesanggupan dan
meningkatkan
kepercayaan pada
klien.
a. Untuk mengetahui
2. Nyeri akut b/d iritasi pada mata a. Kaji tingkat nyeri klien tingkatan nyeri klien
a. Data Subyektif b. Untuk menentukan
 Klien mengatakan nyeri pada b. Kaji tingkat tanda-tanda vital tindakan keperawatan
matanya dengan skala 3 klien selajutnya
b.Data Obyektif c. Abat analgetik mampu
 Nampak klien meringis c. Kolaborasi pemberian obat mengurangi rasa nyeri
sambil mengelus2 matanya analgetik yng dialami klien

3. a. Untuk mengetahui berat


Ansietas b/d kurangnya a. Kaji tingkat kecemasan ringannya kecemasan
pengetahuan klien
a. Data Subyektif b. Agar klien mempunyai
 Klien mengatakan cemas b. Berikan kesampatan Klien untuk semangat dan mau
dengan penyakitnya mengungkapkan perasaannya empati terhadap
b. Data Obyektif perawatan dan

 Klien mengatakan cemas pengobatan

dengan penyakitnya
c. Agar klien kembali
c. Berikan dorongan spiritual menyerahkan
sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Agar klien mengerti
d. Berikan penyuluhan kesehatan sepenuhnya tentang
penyakit yang
dialaminya
PENUTUP
I. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris,
dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata. Gejala
objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis
(kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau
pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

II. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta
: CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.

http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis

Anda mungkin juga menyukai