Oleh:
Dedy Murianto (207.121.0020)
Pembimbing:
dr. Farida Rusnianah, M.Kes. (MARS), Dipl.DK.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang berjudul Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien
dengan Conjungtivitis ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang
diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi
tugas kepaniteraan klinik madya serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Hj. Farida Rusnianah, M.Kes.
(MARS), Dipl.DK. sebagai pembimbing klinik dan dr.Firmina sebagai
pembimbing lapangan, yang memberikan bimbingan dalam menempuh
pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak sehingga dalam penyusunanlaporan kasus ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun
ucapkan terima kasih.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca
serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
Dedy Murianto, S.Ked
BAB I
1.1 PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah keradangan pada selaput lendir yang mengenai bagian putihmata dan
bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagaimacam gejala,
salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus,bakteri, alergi, atau
kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.Beberapa tipe konjungtivitis dan penyebabnya
antara lain adalah oleh bakteri,klamidia, virus, riketsia, penyebab yang berkaitan dengan penyakit
sistemik, jamur, parasit,imunologis, sebab kimia atau iritatif lainnya, penyebab yang tidak diketahui
dan sekunderoleh karena dakriosistitis atau kanalikulitis.
Diantara penyebab-penyebab tersebut, yangpaling sering diketemukan di masyarakat adalah
konjungtivitis disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus, Neisseria meningitidis, kebanyakan strain adenovirus manusia,
herpes simplex virus tipe 1 and 2, and duapicornaviruses. Dua agen yang ditularkan secara seksual
yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae. Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri merupakan konjungtivitis yang
seringdijumpai kedua setelah konjungtivitis viral apabila dibandingkan dengan konjungtivitis tipe
lainnya.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, matasangat berair.
Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanyamengenai kedua mata.
Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,berwarna kuning kehijauan.
Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,selain mata berwarna merah, mata juga
akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakandihidung. Produksi air mata juga berlebihan
sehingga mata sangat berair. Konjungtivitispapiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan
oleh intoleransi mata terhadap lensakontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak
kotoran mata, air mata berlebih,dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus
biasanya tidak diobati,karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian,
beberapa dokter tetapakan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga
infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan
rasa tidaknyaman di mata.Peradangan pada konjungtiva merupakan penyakit mata yang
paling sering dijumpaidi seluruh dunia. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh karena lokasi
anatomisnya yangmenyebabkan konjungtiva sering terekspos oleh berbagai macam
mikroorganisme dan faktorstress lingkungan lainnya. Beberapa mekanisme berfungsi sebagai
3
upaya
pendekatan
kedokteran
keluarga
yang
bersifat
holistik,
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
2.2.1 Identitas Pasien
Nama
: An.A
Umur
: 3 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Pekerjaan
:-
Pendidikan
:-
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Tanggal Periksa
: 18 Januari 2016
2.2.2
2.2.3
ibunya dan diantar oleh ayahnya. Ibu pasien mengatakan bahwa mata kanan
anaknya merah sejak kemarin. Selain itu ibu pasien juga mengeluh bahwa
mata anaknya bengkak, sering keluar air mata (nerocoh), dan pagi hari ketika
bangun tidur terasa lengket karena mengeluarkan kotoran mata (belekan)
berwarna kekuningan, pasien juga sering mengucek-ngucek matanya karena
gatal. Pasien sudah diberi obat tetes mata vision yang dibeli sendiri tetapi
sakit tidak kunjung sembuh.
2.2.4
Riwayat kontak
Riwayat trauma
: Disangkal
Riwayat Alergi
2.2.5
2.2.6
Riwayat Gizi :
Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari. Berupa nasi sepiring,
sayur, dan lauk pauk. Terkadang dengan telur, tahu, tempe, ikan, ayam dan
daging, yang dipotong kecil-kecil sehingga pasien bisa mudah mengunyah dan
menelan. Pasien sering makan buah-buahan seperti pepaya, dan pisang.
Minum air putih 4 gelas setiap harinya. Nafsu makan pasien semenjak sakit
sedikit menurun.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Derajatkesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Nadi
: 100 x/menit, regular, isi tegangan cukup
RR
: 18 x/ menit, kedalaman cukup, reguler
Suhu
: 36,30C peraksila
BB
: 15 kg
-
Kulit
Kulit sawo matang, ikterik (-), venektasi (-),spider nevi (-).
Kepala
Bentuk Normocephal, luka (-).
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(2mm/2mm), sekret (+/+), air mata (+/+)
Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)
Mulut
bibirpucat (-), sianosis (-),
Telinga
Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)
6
Tenggorok
Uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.
Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar.
Thoraks
Bentuk
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sama dengan dinding dada, caput medusae (-)
Auskultasi: Bising usus (+) N
Perkusi : Pekak
Palpasi
: Supel,nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral Dingin
-
Oedem
-
AV
Kedudukan
Pergerakan
OD
SDE
Simetris
membuka dan menutup mata (+),
OS
SDE
Simetris
membuka dan menutup mata (+),
Palpebra
tertinggal (-)
edema (+), hiperemi (-), hematom
tertinggal (-)
edema (-), hiperemi (-), hematom
Kornea
jernih (+)
reflek pupil (+), bulat (2-3mm),
jernih (+)
reflek pupil (+), bulat (2-3mm),
Jernih (+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Jernih (+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Konjungtiva
Lensa
Vitreus
Retina
2.4 RESUME
Pasien datang ke IGD Puskesmas sumber pucung dengan digendong
ibunya dan diantar oleh ayahnya. Ibu pasien mengatakan bahwa mata kanan
anaknya merah sejak kemarin. Selain itu ibu pasien juga mengeluh bahwa
mata anaknya bengkak, sering keluar air mata (nerocos), dan pagi hari ketika
bangun tidur terasa lengket karena mengeluarkan kotoran mata (belekan)
berwarna kekuningan, pasien juga sering mengucek-ngucek matanya karena
gatal.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU: baik, CM, Tanda vital: Nadi:
100x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,50C. Status Oftalmologi: Konjungtiva
OD injeksi konjungtiva (+/-), air mata (+/-), sekret mata (+/-).
Mata Merah
Mata Bengkak
Keluar air mata
Sekret mata
Gatal
Diagnosis Biologis
OD Konjungtivitis Bakterialis
2.6.2
Diagnosis Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik.Dapat dilihat dari orang tua
pasienyang
sangat
memperhatikan
kesehatan
pasien
dengan
ikut
Non Medikamentosa
Sering membersihkan kotoran mata dengan menggunakan handuk yang
Medikamentosa
R/ Cloramphenicol ED
No.1
S 3dd gtt I OD
R/ CTM
tab
B1
tab
Mfla pulv
S 3 dd Pulv I
2.7.3
No.IX
KIE
Dubia ad bonam
10
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
No
Nama
Status
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien
Ket
PKM
1
Tn.R
Suami
30Th
SD
Petani
(KK)
2
Ny. S
Istri
28Th
SD
Petani
An. A
Anak ke 1
3 Th
Conjungtivitis
OD
11
Keluarga pasien merupakan Nuclear Family yang terdiri atas 3 orang. Pasien
adalah An.A, umur 3 tahun, beralamat didesa Kemantren Rt.04, Rw.06. Diagnosa
klinis pasien adalah Conjungtivitis OD. Pasien tinggal bersama dengan orang tua,
ayah (Tn. R, 30th) dan ibu (Ny. S, 28 Th).
Fungsi Psikologis
Penderita tinggal bersama orang tua, yaitu ayah dan ibunya. An.A
adalah seorang anak berumur 3 tahun yang selalu aktif dan lincah bermain
bersama teman-teman sebayanya. Hubungan orang tua An.A cukup terjalin
dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Tn.R dan Ny.S
kesehariannya sibuk bekerja sebagai petani tebu. Meskipun kedua orang
tua pasien sibuk bekerja, tetapi mereka selalu berkumpul bersama. Hal ini
terbukti pada saat pasien berobat ke puskesmas, kedua orang tua pasien
ikut mengantar pasien berobat.
3.1.3
Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga An.A hanya sebagai anggota
bekerja sebagai petani. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum
mengandalkan dari penghasilan kedua orang tua pasien.
Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya
adalah Keluarga An.A, umur 3 tahun dengan Conjungtivitis bakteri, fungsi
psikologis dan fungsi sosial ekonomi cukup baik.
3.2 FUNGSI FISIOLOGIS
12
Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2.
Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3.
Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4.
Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.
5.
Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu
yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukupdan
8-10 adalah baik.
Sering/
Selalu
Kadangkadang
Jarang/
Tidak
13
Sering/
Selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
Kadang
-kadang
Jarang
/tidak
14
PATOLOGIS
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat
pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari.
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam
ketaatannya dalam beribadah.
Penghasilan keluarga yang relatif stabil
15
KET
-
Educational
Medical
Kesimpulan
Ny. S, 28 th
An. A, 3 th
Keterangan :
: Hubungan baik
: Hubungan tidak baik
Kesimpulan
Ny.
S
An.
An.
A
A
Kesimpulan:
16
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
4.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
4.1.1 Faktor Perilaku Keluarga
An.A adalah seorang anak perempuan dengan keluhan mata kanan merah
sejak 1 hari yang lalu, pasien kemudian berobat ke Puskesmas
Sumberpucung. Kedua orang tua pasien bekerja sebagai petani dengan
pendidikan sang ayah lulusan SD, dan ibu pasien lulusan SD sehingga belum
banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya komplikasi dari
conjungtivitis.
Dari luar, rumah tampak sederhana, perabot rumah ditata dengan rapi.
Keluarga An.A mempunyai sejumlah hewan peliharaan, yaitu kambing dan sapi
yang kandangannya berada di halaman belakang rumah.
17
4.1.2
mampu .Sumber penghasilan berasal dari kedua orang tua pasien. Rumah yang
dihuni keluarga ini kecil. Pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, ada
fasilitas WC dan kamar mandi namun kurang bersih. Fasilitas kesehatan yang
sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah bidan, karena dekat dengan
tempat tinggal pasien.
Pengetahuan :
Keluarga kurang
mengetahui penyakit
pasien
Sikap:
Keluarga cukup
memperhatikan
penyakit pasien
Keluarga An. A
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit An. A berobat ke
bidan setempat
Keterangan:
Faktor Perilaku
Faktor Non perilaku
18
4.2.2
Denah Rumah
5m
Kamar
mandi
Kamar
tidur 2
Kamar
tidur 1
Ruang keluarga
10 m
Ruang tamu
Kesimpulan :
Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
19
BAB V
DAFTAR MASALAH
5.1 MASALAH MEDIS :
1. Conjungtivitis bakteri dd Conjungtivitis virus
- Conjungtivitis alergika
5.2 MASALAH NON MEDIS :
1.
Tingkat
pengetahuan
keluarga
An.N
tentang
kesehatan kurang.
2. Kondisi lingkungan dan rumah Tn.M kurang sehat.
5.3 PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diagram 5. Permasalahan Keluarga An.A
Kondisi lingkungan dan
rumah Tn.R kurang sehat
An.A 3 th
Conjungtivitis bakteri
Tingkat
pengetahuan
keluarga An.A tentang
kesehatan kurang
No
1.
Daftar Masalah
Tingkat
pengetahuan
I
S
SB
IxTxR
9.600
972
Mn
R
Mo Ma
Jumlah
2.
Keterangan :
I
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
2.
21
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kesehatan lingkugan rumahAn.A
kurang bersih, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya dan kesembuhan
penyakit
22
EKONOMI KELUARGA
Kondisi perekonomian keluarga An.A termasuk kurang mampu, namun
23
BAB VI
TINAJUAN PUSTAKA
6.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan
dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen
kental (Hurwitz, 2009).
Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada
mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan
topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien
dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani
terapi imunosupresif (Therese, 2002).
6.2 Anatomi
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung
melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata
yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva
ibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal.
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra,
24
terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke
limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah
marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa
keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva
palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara
bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6
.
Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikut i pola arterinya membentuk
jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe
konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan
bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. 1
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik)
nervus trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata,
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
ekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2
25
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua
grup besar yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan
kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun
karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai
darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain
itu, air mata bukan merupakan medium yang baik. 1
6.3 Epidemiologi
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat
diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada
dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi
keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005).
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak Hygiene.
6.4 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
a. Konjungtivitis bakteri.
b. Konjungtivitis klamidia.
c. Konjungtivitis viral.
d. Konjungtivitis ricketsia.
26
e. Konjungtivitis jamur.
f. Konjungtivitis parasit.
g. Konjungtivitis alergi.
h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008).
6.5 Konjungtivitis Bakterial Akut
Definisi
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus,
Corynebacterium diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen4
Pemeriksaan
27
28
Konjungtivitis
mudah
menular,
karena
itu
sebelum
dan
29
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang
pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.
Gejala
Pengobatan
Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama &
hari. 1, 3
Sekret mukopurulen
Pengobatan
Tetrasiklin dan basitrasin
Gejala
Hiperemi konjungtiva
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3
dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa
31
dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini
dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody
penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada
bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak
daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya
dalam sekitar 10 hari. 1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada
satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien
merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam
5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai
kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema
palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan
perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan
symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel
terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan
namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar
mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus
seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3
32
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi
dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva
menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran,
juga terdapat banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi
melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau
pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical,
mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari
konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi
sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci
tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alatalat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer
aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas
dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri
harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1
c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
33
34
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang
adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 710 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin
memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses
sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic
besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di
Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24.
Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Penyebaran
35
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh
fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan
terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti. 4,5
6.10 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung
6.11 Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian
palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla
halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis
vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa
pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda
kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi
konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan
bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada
pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic
sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan
dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic
berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
36
37
Bersifat kumat-kumatan1, 3
Gejal danTanda :
38
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan
terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan
blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau
larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara
mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum
adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali
sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat
diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic
terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut
yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6
5
6
6.4
6.6 Pemeriksaan Laboratorium
39
pulasan
Gram
atau
Giemsa,
pemeriksaan
untuk
pemeriksaan
mikroskopik
dan
biakan
disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen,
bermembran atauberpseudomembran.Studi sensitivitas antibiotika juga baik,
namunsebaiknya
harus
dimulai
terapi
antibiotika
empiris.Bila
hasil
radang
mata
yang
tidak
segera
ditangani/diobati
bisa
manajemen
secara
klinis
pada
conjungtivitis
bisa
menjadi
40
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
41
Diagnosis Holistik :
An. A,3 tahun, dengan Conjungtivitis bakteri dd Conjungtivitis virus,
Conjungtivitis alergi dengan hubungan antar anggota keluarga cukup baik.
Dapat dilihat dari kedua orang tua pasien yang sangat memperhatikan
kesehatan pasien.
1. Segi Biologis
Conjungtivitis bakteri dd Conjungtivitis virus
- Conjungtivitis alergika
2. Segi Psikologis
Penderita tinggal bersama orang tua, yaitu ayah dan ibunya. An.A
adalah seorang anak berumur 3 tahun yang selalu aktif dan lincah
bermain bersama teman-teman sebayanya. Hubungan orang tua An.A
cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Tn.R
dan Ny.S kesehariannya sibuk bekerja, pekerjaan orang tua pasien
adalah petani tebu
berkumpul bersama saat malam hari. Hal ini terbukti pada saat pasien
berobat ke puskesmas, kedua orang tua pasien ikut mengantar pasien
berobat.
3. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Status ekonomi keluarga An.A kurang mampu.
b. Penyakit An.A cukup mengganggu aktifitas sehari-hari.
c.Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang
memenuhi standar
kesehatan.
d. Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
7.2 SARAN
Memberikan pengertian kepada keluarga pasien mengenai pentingnya
berobat bila sakit bertambah parah untuk mencegah komplikasi dari penyakit
42
pasien An.A agar dapat menangani secepat mungkin penyakit yang diderita,
serta edukasi kepada keluarga perilaku hidup bersih sehat.
Sapu tangan, handuk dan kain lap sebaiknya digunakan terpisah agar tidak
menularkan ke orang lain.
Menggunakan kaca mata untuk melindungi mata dari debu dan angin yang
dapat memperparah gejala.
Penggunaan botol obat tetes digunakan untuk satu orang, jangan dipakai
bersama-sama.
Jika mata terasa gatal jangan mengucek-ngucek mata dengan tangan, tetapi
dapat menggunakan tisue basah tanpa kandungan alkohol ataupun tisue
kering, supaya kotoran yang menempel dimata tidak menggesek-gesek
kornea mata dan mencegah bakteri dari tangan masuk menyebar ke mata.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
43
4.
5.
6.
44