Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KONJUNGTIVITIS

OLEH
KELOMPOK 5
1. ANISFITRIA
2. DEWI SUSANTI
3. FAUZIAH
4. JUWITA PUSPITA SARI
5. MARIAULFA HANDAYANI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-teman Kelompok , serta
semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
penulis terima dengan lapang dada.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 17 September 2019


Penyusun ,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.. ............................................................................ 4
C. Tujuan Masalah................................................................................... 4
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Besar Penyakit
1. Anatomi .............................................................................................. 5
2. Definisi .................. ............................................................................. 6
3. Etiologi .............................................................................................. 6
4. Fatofisiologi ....................................................................................... 6
5. Klasifikasi............................................................................................ 9
6. Manifestasi Klinis................................................................................ 10
7. Komplikasi .......................................................................................... 10
8. Penatalaksanaan Medis ....................................................................... 11
9. Pencegahan ......................................................................................... 11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.................................................. 12
1. Pengkajian ........................................................................................... 12
2. Analisa Data ........................................................................................ 12
3. Diagnosa ............................................................................................. 13
4. Intervensi ............................................................................................ 14
5. Implementasi ...................................................................................... 17
6. Evaluasi .............................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................... 19
DAFATAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi
diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada
system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal,
dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroganisme pada jaringan tubuh, local akibat
kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi
dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah
kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada orang dewasa meliputi:
1. Radang/ inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary
dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Galucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya biasa cukup
diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/ gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuahan Keperawatan dengan pasien konjungtivitis ?
C.Tujuan
1. Mengetahui definisi Konjungtivitis
2. Mengetahui etiologi Konjungtivitis
3. Mengetahui patofisiologi Konjungtivitis
4. Meng etahui manifestasi klinis Konjungtivitis
5. Mengetahui pencegahan Konjungtivitis
6. Mengetahui komplikasi Konjungtivitis
7. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Konjungtivitis

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Anatomi
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus (Vaughan, 2010).

Gambar. Anatomi konjungtiva

5
2. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih
mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai
macam gejala, salah satunya yaitu mata merah. Setiap peradangan pada konjungtiva
dapat menyebabkan melebarnya pembuluh darah sehingga menyebabkan mata terlihat
merah.
Konjungtiva dapat menyerang siapa saja dari segala usia. Gejala yang paling
ditemui adalah adanya kemerahan pada mata dan rasa mengganjal saat menutup mata,
selain itu gejala lain yang dapat timbul bergantung pada penyebabnya. Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, clamidia, atau kontak dengan benda asing,
misalnya kontak lensa. Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan dan self
limited desease, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit mata
yang serius.
3. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
1) Infeksi oleh virus, bakteri, atau clamidia.
2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
3) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
4) Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman
atau campuruan keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12
sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.
4. Patofisiologi dan WOC
a. patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna. Karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan
konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan
ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya
sekret mukopurulen (Silverman, 2010).

6
Konjungtiva, karena posisinya terpapar pada banyak organism dan faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Ada beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar, seperti air mata. Pada film air mata, unsur
berairnya mengencerkan infeksi bakteri, mucus menangkap debris dan mekanisme
memompa dari palpebra secara tetap akan mengalirkan air mata ke ductus air mata.
Air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim. Adanya agen
perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat
edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertropi lapis limfoid stroma atau
pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan. Sel-sel
ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur
(Bielory, 2010; Majmudar, 2010).
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh mata konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling
nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertropi papilla yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi
dan menambah jumlah air mata (More, 2009).

7
b. WOC (World Ocean Conference)

Infeksius, imunologis, iritatif, penyakit sistemik

Masuk ke mata

Proses infeksi Merangsang


reseptor nyeri

Mata kabur, Mata silau, Inflamasi


Erosi kornea Nyeri
Mata kabur
Perubahan status kesehatan
Resiko terhadap
cidera
Ansietas

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Sumber : Kusuma Hardi, dan Amin Huda Nurarif, 2015.

8
5. Klasifikasi
Berdasarkan agen penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi empat yaitu
konjungtivitis karena bakteri, virus, alergen dan jamur (Ilyas dkk, 2010).
a. Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi pada mata (James, 2005).
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya di sebabkan oleh N
gonnorhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptus. Penyebab
yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza
dan Escheria colli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).
b. Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga
infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010). Konjungtivitis viral dapat disebabkan
berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan
penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu
penyakit ini dapat juga disebabkan oleh virus Varicela zoster, picornavirus
(enterovirus 70, coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus
(Scott, 2010).
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalui di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas,
2008).
c. Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem

9
imun (Cuvillo et al, 2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada
alergi di konjunngtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010).
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi
musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh yang biasanya dikelompokkan dalam satu
grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivtis
papilar raksasa (Vaughan, 2010).
d. Konjungtivitis jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun
yang terganggu.
Selain candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh Sporothrix schenckii,
Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

6. Manifestasi Klinis
Pengertian manifestasi klinis adalah gejala klinis yang ditemukan mengenai suatu
penyakit yang di derita seseorang, atao dapat juga berarti perkembangan atau dampak
yang muncul dari perkembangan satu atau beberapa penyakit dalam tubuh.
Untuk mengetauhi penyekait yang diderita, dokter perlu melihat gejala-gejala klinis
yang timbul pada tubuh pasien seperti demam tinggi,badan lemas, lesu, cepat lemas, tidak
napsu makan, pilek, batuk, dan masih banyak lagi, dokter harus sangt teliti meliha gejala-
gejala ini agar memberikan diagnosa yang tepat karena diagnosa sebuah penyakit sangat
berbahaya.
Tanda dan gejala umum pada konjungtivitis yaitu mata merah, terdapat kotoran pada
mata, mata terasa panas seperti ada benda asing yang masuk, mata berair, kelopak mata
lengket, penglihatan terganggu, serta mudah menular mengenai kedua mata (Ilyas, 2008).
7. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya;
a. Glukoma
b. Katarak

10
c. Ablasi retina
d. Komplikasi pada konjungtiviti kataral teronik merupakan segala peyulit dari blefaritis
seperti ekstropit , trikiasis
e. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
f. Komplikasi pada konjungtiviti membranasea dan pseudomembranase adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringn perut yang tebal dikornea yang dapat menggangu
penglihatan, lama-kelamaan orang bisa jadi buta
g. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
menggangu penglihatan.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi antibakterial broad. Spectrum yang diberikan secara tropical, yaitu
kloramfenikol 1%, gentamisin 0,3% dan tetes mata framitesin.
b. Terapi antibiotik sistemik, yang digunakan pada konjungtivitis yang disebabkan
gonorrhoeae. Beberapa obat tersebut yaitu norfloxacin, cefoxitim, cefriaxon dan
spectinomycin.
c. Pemberian atropin topikal, jika konjungtivitis tersebut melibatkan kornea sehingga
terjadi ulkus kornea.
d. Penggunaan kaca mata hitam, yang dapat mengurangi fotofobia.
e. Pada konjungtivitis mukopurulen, tidak boleh digunakan balut mata karena dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri.
f. Terapi anti inflamasi dan analgesik, yang dapat digunakan untuk menembuhkan
gejala nyeri.
9. Pencegahan
Konjungtivitas dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap secara bersama-sama
dengan orang lain, serta bagi perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien tentang
kebersihan kelopak mata (Hapsari & Isgiontoro, 2014)
Selain itu pencegahan konjungtivitis diantaranya sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoleskan obat, pasien konjungtivitis harus mencuci tangannya agar menulari
orang lain, menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya, mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan bersih setiap hari,

11
menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada pasien yang menderita konjungtivitis,
hendaknya segera membuang tisu atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata
(Ramdhanisa, 2014).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum: nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status
b. Kaji perubahan okuler seperti oedema, penurunan ketajaman visual,
ketidaknyamanan.
c. Kaji aspek psikososial yang mendukung yang berhubungan dengan kondisi pasien
terutama pada pasien yang mengalami penurunan visual.
d. Kaji riwayat klien (kesehatan mata) trauma mata, DM, Hipertensi
e. Kaji masalah yang menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan
f. Tanyakan riwayat nyeri pada mata, foto fobia, rasa terrbakar, gatal, air mata
berlebihan (nrocos), diplopia.
g. Kaji riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit mata
h. Kaji riwayat pekerjaan, hobby, rekreasional, penggunaan kaca mata pengaman
i. Kapan terakhir periksa mata
j. Kaji pengobatan yang sudah dipakai untuk menangani
k. Pemerriksaan fisik: konjungtiva dan sklera, konjungtiva tampak merah.

2. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : infeksi, imunologis, iritatif, Nyeri


penyakit sistemik
1. Mengeluah nyeri
DO : masuk ke mata
1. Tampak meringis
proses infeksi
2. Gelisah
3. Frekuensi nadi meningkat Inlamasi
4. Sulit tidur
Nyeri

12
DS: Inflamasi Ansietas
1. Merasa bingung
Mata silau, erosi kornea
2. Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang Perubahan status kesehatan
dihadapi
Ansietas
DO:
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang

DS: inflamasi Resiko cidera


1. Gangguan penglihatan
Mata kabur

Resiko cidera

DS: Kurang informasi Kurang pengetahuan

1. Menanyakan masalah Kurang pengetahuan


yang dihadapi

DO:
1. Menunjukkan prilaku
tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah.

3. Diagnosa
a. Nyeri b.d iritasi atau infeksi
b. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab penyakit atau hasil pengobatan
c. Resiko cidera b.d mata kabur
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi

13
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawa hasil
tan
1. Nyeri Setelahdiberikan asuhan Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berkurangnya rasa nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil: 3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1. Keluahan nyeri mengurangi rasa nyeri ( kompes air
menurun hangat, terapi bermain)
2. Gelisah menurun 4. Kontrol lingkungan yang memperberat
3. Kesulitan tidur rasa nyeri
menurun 5. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pola tidur membaik Pemberian analgesik
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
itensitas, frekuensi, durasi).
2. Identifikasi riwayat alergi
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
4. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
5. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi.
2. Ansietas Setelah diberikan asuhan Reduksi asietas
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
jam diharapkan dengan 2. Identifikasi kemampuan mengambil
kriteria hasil: keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Pola tidur membaik
4. Temani pasien untuk menggurangi

14
2. Perilaku tegang kecemasan.
menurun 5. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Perilaku gelisah 6. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menurun meyakinkan
7. Latih teknik relaksasi
8. Kolaborasi pemberian obat antiansietas.

3. Resiko Setelahdiberikan asuhan Manajemen Keselamatan Lingkungan


cidera keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
jam diharapkan dengan. 2. Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
Kriteria hasil:
3. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan
1. Kejadian cidera
4. Modifikasi lingkungan untuk
menurun
meminimalkan bahaya dan risiko.
5. Siapkan alat bantu keamanan lingkungan
6. Gunakan perangkat pelindung
7. Ajarka keluarga risiko tinggi bahaya
lingkungan.
Pencegahan Cidera
1. Identifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cidera
2. Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cidera
3. Pastikan bel panggilan atau telpon
mudah dijangkau
4. Diskusikan bersama anggota keluarga
yang dapat mendampingi pasin
5. Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien
6. Jelaskan alasan intervensi pencegahan

15
jatuh ke keluarga
4. Kurang Setelah dilakukan asuhan Edukasi kesehatan
pengetahu keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
an jam diharapakan dengan menerima informasi
Kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media pendidikan
1. Perilaku sesuai kesehatan
anjuran meningkat 3. Jelaskan faktor risiko yang dapat
2. Perilaku sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan 4. Ajarka perilaku hidup bersih dan sehat.
5. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

5. Implementasi
Menurut particia A. Potter (2005), implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang dapat dilakukan oleh perawat :
a. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
b. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
c. Menyiapkan lingkungan terapeutik
d. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
e. Memberikan asuhan keperawatn langsung
f. Mengkonsulkan dan member penyuluhan pada pasien dan keluarganya.

16
6. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapakan.
Adapun komponen-komponen
1. S (Subjektif)
Adalah keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
2. O (Objektif)
Adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi secara langsung
kepada pasien dan dirsakan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3. A (Analisis)
Interpretasi dari data subjek dan data objektif. Analisis merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang
telah teridentifikasi datanya dalam data subjek dan objektif.
4. P (Planning)
Perencaraan keperawatan yang akan dilanjutkan atau dihentikan atau
dimodifikasi atau juga ada tambahan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya, Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan
dan memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
5. I (Implementasi)
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuatu
dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam kompenen Planning.
6. E (Evaluasi)
Adalah respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
7. R ( Reassesment)
Reassesment adalah pengkajian ulang yng dilakukan terhdap perencanaan
setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,
dimodifikasi,atau di hentikan?

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtiva mata tampak marah, sehingga sering disebut mata merah.
(Suzzan e, 2001 ; 1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti
: Bakteri, Klamidia, Virus, Jamur, Parasit (oleh bahan iriatif= kimia, suhu, radiasi)
maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar (ngeres/tercakar) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema, konjungtiva, terbentuknya hipertrofi papilaris,
polikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing di dalam mata. Gejala objektif
meliputi hiperemia konjungtiva epifora (keluar air mata berlebihan). Vesiudoktosis
(klopak mata atas seperti akan menutup), tanpa semacam membrane atau
viseudomembrane akibat koagulasi vibrin.
B. Saran
penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan seklai kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan, D., Asbury, T. (2015) Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ilyas, S., Yulianti, S. (2014). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : FKUI.
Rubenstein, J., B. (1999). Disorders of The Conjungtiva and Limbus. In:
Ophthalmology. St Louis: Mosby 12-18.
Hovding., G. (2008). Acute Bacterial Conjungtivitis. Acta Ophthalmol (Copenh) 86:
5-17.

19

Anda mungkin juga menyukai