Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


BLEFARITIS

OLEH :
WA ODE DIAN RAHMAWTI LESTARI
( P00320021142)

CI RUANGAN CI INSTITUSI

....................... .......................

JURUSAN D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
BLEFARITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT GANGGUAN KELOPAK MATA (BLEFARITIS)


1. Definisi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata, sering mengenai bagian kelopak mata dan
tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak
mata, biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis adalah inflamasi kronik batas kelopak mata. Dapat disebabkan yang paling
umum oleh seborea (nonulseratif), atau infeksi stapilokokus (ulseratif), atau
keduanya.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya blefaritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Blefaritis Ulseratif
Penyebabnya adalah staphylococcus aureus, staphylococcus epidermidis.
b. Blefaritis Non-Ulseratif
Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusponem ovale.
Secara umum :
Infeksi/alergi yang biasanya berjalan kronik/akibat disfungsi kelenjar meibom.
Contoh : Debu, asap, bahan kimia, iritatif/bahan kosmetik.
Infeksi bakteri stafilokok, streptococcus alpha/beta hemolyticus, pnemokok,
psedomonas, demodex folliculorum, hingga pityrosporum ovale.
c. Infeksi oleh virus disebabkan herpes zoster, herpes simplex, vaksinia dan
sebagainya.
d. Jamur dapat menyebabkan superfisial (sistemik).

3. Patofisiologi
Patofisiologi pasti dari blefaritis tidak diketahui. penyebabnya kemungkinan besar
multifaktorial. Faktor penyebab termasuk kombinasi infeksi bakteri tingkat rendah
kronis pada permukaan mata, kondisi kulit yang mengalami inflamasi seperti atopi dan
seborrhea, dan masuknya parasit dengan tungau Demodex.
Pada blefaritis sering terjadi kolonisasi bakteri pada kelopak mata. Hal ini
menyebabkan invasi mikroba langsung ke jaringan, kerusakan yang diperantarai sistem
kekebalan, atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, produk
limbah, dan enzim.
Kolonisasi tepi kelopak mata meningkat dengan adanya dermatitis seboroik atau
disfungsi kelenjar meibom.
4. Manifestasi klinis

Peradangan pada kelopak mata biasanya akan mengganggu penampilan, juga dapat
mengiritasi mata dan bisa saja memengaruhi penglihatan. Gejala dari blefaritis adalah:

1) Kelopak mata gatal


2) Kelopak mata bengkak
3) Kelopak mata merah atau inflamasi
4) Sensasi terbakar pada mata
5) Kelopak mata berminyak
6) Perasaan seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam mata
7) Mata merah
8) Mata berair
9) Kerak pada bulu mata atau pada ujung mata
10) Sensitivitas terhadap cahaya
5. klasifikasi
a. Blefaritis Ulseratif
Blefaritis ulseratif adalah infeksi yang terjadi pada kelopak mata. Penyebabnya
Staphylococcus aureus atau staphylococcus epidermidis. Pada kasus ini bulu mata
rontok dan tidak dapat diganti oleh yang baru karena ada destruksi folikel rambut.
Pada pangkal rambut terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning pada bulu mata.
Jika sisik dilepas tampak ulkus-ulkus kecil di tepian palpebra. Palpebra merah.
Apabila menetap akan menyebabkan distorsi permanen dari folikel-folikel rambut dan
akhirnya akan terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah
bola mata (trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea. Infeksi ini juga dapat
timbul karena kesehatan atau kebersihan yang buruk dan malnutrisi.
b. Blefaritis Seboreik
Blefaritis seboreik adalah inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata atau kelenjar
bulu mata. Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan jamur pitirusporum ovale.
Pada kasus ini bulu mata cepat jatuh tetapi dapat diganti yang baru karena tidak ada
destruksi folikel rambut. Pada pangkal bulu mata tidak tampak krusta tetapi
didapatkan skuama, tidak terjadi ulserasi dan tepian palpebra tidak begitu merah .
Seborea/ ketombe di kepala, alis, mata atau telinga seringkali menyertai blefaritis
seboreik . Kodisi dapat diperberat dengan menggosok atau mengucek palpebra.

6. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
- Fluorescein Angiografi
- Computed Tomografi
- Pemeriksaan dengan slit lamp
7. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari semua jenis blefaritis
adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Sangat
dianjurkan untuk mengurangi dan menghentikan penggunaan bedak atau kosmetik saat
dalam penyembuhan blefaritis, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit
untuk menjaga kelopak mata tetap bersih.
Terapi meliputi pembersihan secara cermat setiap hari batas tepi kelopak mata (palpebra)
menggunakan aplikator berujung kapas, shampo noniritatif seperti shampoo bayi tidak
pedih dimata, air dan gosokan lembut. Dapat diberikan kompres air hangat pada kedua
mata.
Menggunakan teknik aseptic, pasien atau perawat mengangkat krusta dengan waslap dan
memberikan antibiotika dan steroid topical untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.
8. Komplikasi
1) Syndrome mata kering
Adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada blefaritis. Syndrome mata kering
(keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air
mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome ini dapat terjadi karena dipengaruhi
gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan
karena kualitas air mata yang kurang baik.
Gejalanya ditandai dengan nyeri atau kering, sekitar mata, dan ada yang mengganjal di
dalam mata dengan penglihatan yang buram. Semua gejala tersebut dapat dihilangkan
dengan menggunakan obat tetes mata yang mengandung cairan yang dibuat untuk bisa
menggantikan air mata.
2) Konjungtivitis
Adalah peradangan pada mata. Ini terjadi ketika ada bakteri didalam kelopak mata.
Kondisi ini menyebabkan efek buruk pada penglihatan. Pada banyak kasus konjungtivitis
akan hilang setelah dua atau tiga minggu tanpa perlu pengobatan. Antibiotik berupa obat
tetes mata disarankan untuk mengurangi gejala, atau untuk menghindari infeksi berulang.
Akan tetapi, pada beberapa kasus masih didapatkan bahwa penggunaan antibiotik tetes
tidak lebih cepat memperbaiki kondisi dibanding dengan menunggu sampai kondisi itu
kembali lagi tanpa pengobatan apapun.
3) Kista meibom
Adalah pembengkakan yang terjadi pada kelopak mata. Ini bisa terjadi ketika salah satu
kelenjar meibom meradang da menyebabkan blefaritis. Kista umumnya tapa rasa sakit,
kecuali jika disertai dengan infeksi, yang memerlukan antibiotik. Penggunaan kompres
hangat untuk kista bisa membuat kista mengecil, akan tetapi kista itu sering menghilang
dengan sendirinya. Jika kista tetap ada, ini dapat dihilangkan dengan bedah sederhana
dengan anastesi lokal.
4) Bintil pada kelopak mata
Bintil pada kelopak mata ini merupakan benjolan yang nyeri yang terbentuk di luar
kelopak mata. Ini disebabkan karena infeksi bakteri pada folikel bulu mata (yang
berlokasi di dasar bulu mata). Pada kasus ringan bisa disembuhkan dengan kompres
hangat pada daerah sekitar bintil. Namun, pada kasus yang berat perlu diberikan
antibiotik salep dan tablet.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
- Pasien mengeluh ada rasa terbakar dan gatal pada tepi kelopak mata yang
mengalami iritasi
- Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata
- Lakrimasi (mata selalu berair)
- Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
- Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri
- Penderita merasa ada sesuatu di matanya
- Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan
tidak terganti)
- Pandangan mata kabur

b. Data objektif
- Kemerahan pada palpebra
- Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur
- Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian palpebra
- Bulu mata rontok
- Iritasi pada tepi kelopak mata
- Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau
terdapat skuama
- Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata
(trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea.
- Lakrimasi

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d agen injuri biologis (iritasi dan fotofobia
sekunder akibat peradangan di margo papebra ) d/d rasa terbakar dan gatal pada
palpebra, sensitive terhadap cahaya.
b. Kerusakan integritas kulit b.d proses inflamasi kelenjar kulit di daerah bulu mata
d/d pelepasan lapisan tanduk di kulit dan di daerah bulu mata, ulkus kecil di tepian
palpebra.
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kondisi fisik : bulu mata rontok dan tidak
diganti dg yang baru, adanya krusta berwarna kuning , adanya skuama pada palpebra
d/d klien malu tidak percaya diri
d. Ansietas b.d penyakit yang diderita d/d klien tampak cemas dan selalu bertanya
tentang penyakitnya
e. Kurang pengetahuan (tentang penyakit dan penatalaksanaannya) yang b.d kurang
paparan informasi d/d pasien tidak mengerti kondisinya, menggosok-gosok mata

3. intervensi
 Minta pasien membuang sisik dengan lembut dari marjin kelopak setiap hari
dengan tangkai pengoles atau kain pembasuh yang bersih.
 Ajari pasien mengenai metode lanjutan dalam menggunakan kompres hangat:
Pertama, tuangkan air hangat dalam mangkuk yang bersih. Kemudian celupkan
kain yang bersih ke dalam air dan peras. Kompreskan kain yang hangat di
kelopak mata tertutup. (Jangan sampai membakar kulit.) Tahan kompres di
tempatnya sampai menjadi dingin. Lanjutkan proses ini selama 15 menit.
 Salep oftalmik antibiotik sebaiknya dioleskan 15 menit setelah kompres air
hangat.
 Penanganan blefaritis seboreik juga membutuhkan perhatian pada wajah dan
kulit kepala.
4. implementasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
pada kebutuhan klien, faktor-fakor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien delama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2012). Menurut Nursalam
(2011) ada 3 jenis Tindakan keperawatan :
1) Independen (Mandiri)
Tindakan keperawatan Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

2) Interdependen (kolaborasi)
Adalah suatu tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi dan dokter.
3) Dependen (ketergantungan atau rujukan)
Adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Tindakan ini menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan
dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan..Tujuan evaluasi menurut Rohmah &
Walid (2016) adalah untuk mengakhiri rencana tindakan keperawatan, memodifikasi
rencana tindakan keperawatan, meneruskan rencana tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, dkk. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata.
EGC; Jakarta.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran, EGC

Anda mungkin juga menyukai