Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS KELAYAKAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH

(Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening,


Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

NUNING MASRURI
H34067018

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
RINGKASAN
NUNING MASRURI. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi
Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI).

Hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dan


tanaman hias merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu
meningkatkan sumber pendapatan bagi petani dan penggerak perekonomian
pertanian secara nasional. Jamur merupakan salah satu komoditi sayur-sayuran
yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan untuk memperbaiki
keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan, serta memiliki
peluang ekspor yang cukup besar. Adanya peluang bisnis tersebut, menjadikan
daya tarik investor untuk berinvestasi dalam budidaya jamur tiram putih. Yayasan
Paguyuban Ikhlas terletak di Kecamatan Pamijahan yang merupakan salah satu
sentra produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dan salah seorang yang
mampu membaca peluang bisnis usaha budidaya jamur tiram putih. Usaha
budidaya jamur tiram putih ini membutuhkan biaya investasi yang cukup besar,
seperti biaya pembangunan kumbung, pengadaan alat sterilisasi dan bibit.
Mengingat setiap usaha yang dilakukan memiliki resiko, oleh karena itu perlu
dilakukan kajian kelayakan usaha pada saat merencanakan dan mengembangkan
usaha tersebut.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan
dari penelitian ini adalah :1) Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram
putih dari aspek non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, sosial ekonomi
dan lingkungan) dan aspek finansial dengan menggunakan dua skenario yaitu
skenario I (membeli log jamur tiram putih) dan skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih). 2) Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha budidaya
jamur tiram putih terhadap perubahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
manfaat dan biaya dari usaha tersebut.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek budidaya jamur tiram putih secara umum meliputi analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial jamur tiram putih,
analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria
investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan analisis Switching value. Data
yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan program komputer
Ms. Excel.
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Paguyuban Ikhlas, yang terletak di Jl.
Thamrin No 1 Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Propinsi
Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Yayasan Paguyuban Ikhlas merupakan daerah penghasil
jamur tiram putih dan sedang memulai proyek dibidang budidaya jamur tiram
putih yaitu pada bulan Juni 2009.
Hasil analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha ini layak
untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan jamur tiram putih memiliki peluang pasar
yang tinggi; kondisi iklim lokasi sangat cocok untuk usaha budidaya jamur tiram
putih serta sarana dan prasarana usaha sangat melimpah; organisasi serta
pembagian tugas dan wewenang yang jelas, sehingga memberikan kemudahan
dalam koordinasi diantara karyawan; dan usaha budidaya jamur tiram putih ini
membawa dampak baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.
Hasil analisis aspek finansial menunjukan bahwa kedua skenario yaitu
skenario I (membeli log jamur tiram putih) dan skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih) layak untuk dijalankan, karena kedua skenario sudah
memenuhi kriteria kelayakan investasi, diantaranya yaitu nilai Net Present Value
(NPV) lebih dari nol, nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih dari satu,
Internal Rate Return (IRR) lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan
Payback Period (PP) berada sebelum masa proyek berakhir. Berdasarkan hasil
skenario I dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah Rp 235.376.805, IRR
sebesar 80 persen, Net B/C sebesar 4,26 dan PBP yaitu tiga tahun sembilan bulan
tujuh hari. Skenario II dilihat dari kriteria NPV sebesar Rp 169.768.730, IRR
sebesar 37 persen, Net B/C sebesar 1,60 dan PBP yaitu tiga tahun sebelas bulan
dua puluh sembilan hari.
Hasi analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario
diperoleh dua parameter untuk skenario I dan tiga parameter untuk skenario II.
Pada skenario I hasil switching value diperoleh penurunan harga jamur tiram putih
segar sebesar 12,25 persen, dan peningkatan biaya variabel sebesar 20,08 persen.
Skenario II terdiri dari penurunan harga jamur tiram putih segar sebesar 9,29
persen, penurunan harga log jamur tiram putih 20,68 persen dan peningkatan
biaya variabel sebesar 11,42 persen.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Yayasan Paguyuban
Ikhlas dengan menggunakan dua skenario, sebaiknya yayasan menggunakan
skenario I (membeli log jamur tiram putih) dibandingkan skenario II
(memproduksi log jamur tiram putih), hal ini disebabkan manfaat bersih yang
diperoleh selama lima tahun pada skenario I lebih besar dibandingan skenario II.
Berdasarkan hasil analisis switching value, menunjukan skenario II lebih
peka atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga jamur tiram
putih, penurunan harga log jamur tiram putih maupun peningkatan biaya variabel.
Semakin sensitif terhadap suatu perubahan, maka usaha yang akan dijalankan
semakin berisiko. Persentase terhadap parameter tersebut merupakan persentase
maximum yang dapat ditolelir oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas dalam usaha
budidaya jamur tiram putih. Apabila persentase penurunan harga jamur tiram
putih segar dan harga log, serta peningkatan biaya variabel jamur tiram putih
mengalami peningkatan lebih besar dari persentase diatas, maka usaha budidaya
jamur tiram putih tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian. Hal ini
dikarenakan keuntungan yang diperoleh habis digunakan untuk menutupi seluruh
biaya kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH
(Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

NUNING MASRURI
H34067018

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus :
Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor)
Nama : Nuning Masruri
NIM : H34067018

Disetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS


NIP. 195307181978032001

Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP.195809081984031002

Tanggal Lulus: .....................


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas,
Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2010

Nuning Masruri
H34067018
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung pada tanggal


28 Juli 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak H.M. Ali Syahbana dan Ibu Hj. Musliah.
Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Negeri 02 Branti Raya pada
tahun 1991 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di
SLTPN 1 Natar. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun
2003. Pada tahun yang sama, penulis berkesempatan melanjutkan pendidikannya
di Institut Pertanian Bogor lewat jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi
Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan memperoleh gelar
Ahli Madya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) Program Sarjana Agribisnis
Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Semasa kuliah, penulis telah mengikuti kegiatan yaitu Buletin Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB (BINOKU) dan Unit Komunitas
Mahasiswa Peduli Tumbuhan Obat (UKM Zingiber), Praktek Umum di TWA
Carita, KPH Banten, Praktek Pengolahan Tumbuhan Anggrek di Taman Anggrek
Indonesia Permai (TAIP) Jl. Pinang Ranti, Jakarta Timur dan Praktek Kerja
Lapang di Hutan Wisata Kaliurang, Daerah Istimewa Yogyakarta.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan
Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Yayasan Paguyuban
Ikhlas yang merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang agribisnis di
Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan dua skenario usaha, yaitu skenario
I (membeli log jamur tiram putih) dan skenario II (memproduksi log jamur tiram
putih). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha
budidaya jamur tiram putih dari aspek non finansial dan aspek finansial, serta
menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha budidaya jamur tiram putih di
Yayasan Paguyuban Ikhlas.
Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, April 2010


Nuning Masruri
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram


Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor) ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
sebagai salah satu syarat kelulusan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
motivasi dan arahannya selama penulis menyusun skripsi ini.
2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev dan Etrya, SP. MM selaku dosen penguji pada ujian
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen evaluator yang telah memberikan
masukan, dan saran sebagai bekal turun lapang, serta kesediaan waktu untuk
berdiskusi.
4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Nia Rosiana, SE atas kesediaan waktu untuk
berdiskusi dan masukan berarti dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.
5. Gita Eka Waty atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil
skripsi yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk perbaikan skripsi
ini.
6. Orang tua tercinta serta seluruh keluargaku atas doa dan dukungannya selama
penulis menyelesaikan kuliah di IPB, semoga ini bisa menjadi persembahan
yang terbaik.
7. Bapak Hariadi Anwar, atas izin dan kesempatan yang diberikan untuk
melakukan penelitian di Yayasan Paguyuban Ikhlas.
8. Bapak Asep, Bapak Jajang atas waktu dan informasi yang telah diberikan
selama penelitian.
9. Teman-teman satu bimbingan (Bahtiar dan Agus), teman-teman Ekstensi
Agribisnis (Rosid, Arief, Nope, Ari, Tedi, Retno, Wina, Yuni), terimakasih
atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penyempurnaan
penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku (Nur, Ria dan Sigi) serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT mencatat dan membalas semua amal baik ini dengan
balasan yang lebih baik.

Bogor, April 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamur Tiram ............................................................................... 9
2.1.1. Syarat Tumbuh ............................................................... 10
2.1.2. Media Tumbuh ............................................................... 10
2.1.3. Budidaya ......................................................................... 11
2.1.4. Panen dan Pascapanen .................................................... 12
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 12
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 21
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ............................................... 21
3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat .......................................... 22
3.1.3. Rugi Laba ...................................................................... 22
3.1.4. Aspek-aspek Analisis Kelayakan ................................... 23
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 27
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 30
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 30
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ......................... 30
4.4. Asumsi Dasar ............................................................................ 33
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Sejarah ....................................................................................... 36
5.2. Lokasi ........................................................................................ 37
5.3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................ 37
5.4. Kegiatan ..................................................................................... 37
5.5. Organisasi ................................................................................... 38
5.6. Sumberdaya Manusia ................................................................. 39
VI ANALISIS NON FINASIAL
6.1. Aspek Pasar .............................................................................. 40
6.1.1. Permintaan dan Penawaran ............................................. 40
6.1.2. Harga .............................................................................. 42
6.1.3. Produk ............................................................................. 43
6.2. Aspek Teknis ............................................................................. 44
6.2.1. Lahan ............................................................................... 44
6.2.2. Bibit ................................................................................. 45
6.2.3. Bahan Baku ..................................................................... 45
6.2.4. Proses Produksi ............................................................... 46
6.2.5. Sumberdaya Manusia ...................................................... 50
6.3. Aspek Manajemen ..................................................................... 51
6.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan .................................... 52
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL
7.1. Inflow ......................................................................................... 53
7.1.1. Penerimaan ....................................................................... 54
7.1.2. Nilai Sisa ......................................................................... 60
7.2. Outflow ...................................................................................... 61
7.2.1. Biaya Investasi ................................................................ 61
7.2.2. Biaya Operasional ........................................................... 64
7.2.3. Analisis Rugi Laba .......................................................... 72
7.3. Analisis Kelayakan Finansial .................................................... 74
7.4. Analisis Switching Value ........................................................... 77
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan ................................................................................ 80
8.2. Saran .......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Perkembangan Ekspor dan Impor Jamur di Indonesia


Tahun 2003 2008 ...................................................................... 2

2. NIlai Gizi Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain ...................... 3

3. Harga Jamur Merang, Jamur Tiram dan Jamur kuping Tahun


2008 ............................................................................................ 4

4. Jumlah, Produksi dan Produktivitas Jamur Tiram Putih di


Kabupaten Bogor ........................................................................ 5

5. Formula Log Jamur tiram Putih Yayasan Paguyuban Ikhlas ..... 47

6. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar (Skenario I)..................... 54

7. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih (Skenario II) ...................... 56

8. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar (Skenario II).................... 58

9. Biaya Investasi dan Nilai Sisa(Skenario I).................................. 62

10. Biaya Investasi dan Nilai Sisa(Skenario II)................................. 63

11. Rincian Biaya Tetap (Skenario I) ................................................ 65

12. Rincian Biaya Tetap (Skenario II)............................................... 66

13. Rincian Biaya Variabel (Skenario I) ........................................... 68

14. Rincian Biaya Variabel (Skenario II) .......................................... 70

15. Hasil Analisis laporan Rugi Laba Usaha Jamur Tiram Putih ..... 73

16. Hasil Kriteria Perbandingan Kelayakan Usaha Pada Dua


Skenario ...................................................................................... 76

17. Perbandingan Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih 78


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Kerangkan Pemikiran Operasional .............................. 29

2. Struktur Organisasi Yayasan Paguyuban Ikhlas ......................... 38

3. Proses Pembuatan Bibit .............................................................. 45

4. Bibit Jamur Tiram Putih ............................................................. 45

5. Bahan Baku Log ......................................................................... 46

6. Log Siap Sterilisasi ..................................................................... 46

7. Steamer ....................................................................................... 47

8. Proses Sterilisasi ......................................................................... 47

9. Proses Pendinginan ..................................................................... 48

10. Proses Inokulasi .......................................................................... 48

11. Kumbung Perawatan .................................................................. 49

12. Pengabutan ................................................................................. 49

13. Jamur Siap Panen ....................................................................... 50

14. Jamur Siap Jual ........................................................................... 50


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Input Budidaya Jamur Tiram Putih dan Sumber


Mendapatkannnya ....................................................................... 85

2. Siklus Produksi Log (Skenario I) ............................................... 86

3. Laba Rugi (Skenario I) ................................................................ 88

4. Cashflow (Skenario I) .................................................................. 89

5. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram Putih Segar


(Skenario I) .................................................................................. 90

6. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario II) ............ 91

7. Siklus Produksi Jamur Tiram Putih Segar (Skenario II) ............ 92

8. Laba Rugi (Skenario II) .............................................................. 95

9. Cashflow Modal Pinjaman (Skenario II) ..................................... 96

10. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram Putih Segar


(Skenario II)................................................................................. 98

11. Switching Value Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih


(Skenario II)................................................................................. 100

12. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario II) ............ 102
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang


mampu memberikan sumber devisa bagi negara untuk kemakmuran
masyarakatnya secara menyeluruh. Hortikultura yang meliputi buah-buahan,
sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias merupakan salah satu sektor pertanian
yang mampu meningkatkan sumber pendapatan bagi petani dan penggerak
perekonomian pertanian secara nasional. Potensi produksi dan pasar yang cukup
besar mengkondisikan sayur-sayuran sebagai komoditas hortikultura yang sangat
potensial untuk memasuki pasar domestik maupun internasional. Adapun
beberapa jenis sayur-sayuran unggulan Indonesia yang diharapkan mampu
bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional adalah jamur, kentang,
bawang merah, cabe besar, ketimun, tomat dan wortel 1.
Jamur merupakan komoditas sayur-sayuran yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan diarahkan untuk memperbaiki keadaan gizi melalui
penganekaragaman jenis bahan makanan, serta memiliki peluang ekspor yang
cukup besar. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura
tentang produk hortikultura pada tahun 2003, menyatakan bahwa sayur-sayuran
memiliki kontribusi yang sangat besar dalam volume ekspor produk hortikultura
yaitu sebesar 36,04 persen dari keseluruhan ekspor produk hortikultura. Data
tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya kontribusi jamur terhadap ekspor
sayuran-sayuran yaitu 12,95 persen 2. Hal ini dapat dilihat dari ekspor dan impor
jamur pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa ekspor jamur lebih tinggi
daripada impor, sehingga merupakan sumber devisa bagi negara. Perkembangan
ekspor dan impor jamur sangat fluktuatif. Pada tahun 2004 baik ekspor maupun
impor jamur mengalami penurunan volume yang tinggi. Menurut Deputi Bidang
Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, menyatakan penurunan ekspor
dan impor jamur terjadi sejak tahun 2002 sebesar 20 persen, hal ini diduga

1
Perkembangan Ekspor Sayuran dan Biofarmaka Indonesia. http://www.hortikultura.go.id. Diakses pada
tangga 3 september 2009.
2
Data Ekspor-Impor Produk Pertanian Tahun 2003. http://www.ekspor-impor produk pertanian//index
2.php.htm. diakses pada tanggal 3 september 2009.
dikarenakan adanya kebijakan bea masuk antidumping 3. Selain itu, penurunan
ekspor dan impor jamur diduga disebabkan oleh kegagalan panen dan kondisi
perekonomian yang tidak stabil (Direktorat Jendral Hortikultura, 2007).

Tabel 1. Data Perkembangan Ekspor dan Impor Jamur di Indonesia Pada Tahun
2003-2008
Ekspor Impor
Tahun Volume Nilai Volume Nilai
(kilogram) (US$) (kilogram) (US$)
2003 16.113.207 19.201.360 1.539.321 1.217.704
2004 3.333.723 2.793.243 194.010 208.646
2005 22.558.977 24.021.656 2.913.432 2.566.954
2006 18.351.038 22.129.170 3.594.073 3.656.223
2007 20.571.404 29.900.009 3.370.435 3.967.449
2008* 19.452.421 30.863.291 3.431.709 4.726.154
Sumber : Pusdatin dan BPS, 2008

Pada tahun 2005 baik ekspor maupun impor jamur menunjukan adanya
kecenderungan peningkatan volume yang tinggi, baik dari segi kuantitas maupun
nilai. Peningkatan ekspor ini diduga disebabkan oleh meningkatnya permintaan
masyarakat luar negeri terhadap jamur, terutama jamur di Indonesia yang
kualitasnya dianggap lebih baik dari negara produsen jamur lainnya. Sedangkan
peningkatan impor ini diduga disebabkan oleh lebih dari 90 persen jamur yang
diimpor merupakan bahan baku farmasi yang belum banyak dibudidayakan di
Indonesia, contohnya adalah jamur dari kelompok Lentinus sp yang menghasilkan
lentena dan Schiphyllus sp yang menghasilkan schisophylan 4.
Selain sebagai penghasil devisa, jamur juga merupakan produk
hortikultura yang bernilai gizi tinggi, sehingga mampu mensubstitusi protein
hewani yang selama ini dinilai berpotensi menyebabkan penyakit degeneratif
seperti kanker, jantung, kolesterol dan sebagainya. Salah satu jenis jamur yang
mempunyai nilai gizi paling tinggi adalah jamur tiram putih dibandingkan dengan
jenis jamur lainnya maupun hewani (Dirjen Hortikultura, 2006). Hal tersebut
terlihat pada Tabel 2.

3
Jamur dapat dijadikan Komoditas Unggulan.
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=477&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&pared_id=3812
60&patop_id=W12. Diakses pada tanggal 25 Maret 2010.
4
Statistika Ekspor dan Impor 2003-2008. http://www.bppt.go.id/berita/news2.php?id=694. Diakses pada
tanggal 3 september 2009.
Tabel 2. Nilai Gizi Jenis Jamur dan Bahan Makanan Lain dalam 100 gram
Kandungan Gizi
No Jenis Makanan Protein Lemak Karbohidrat
(%) (%) (%)
1 Jamur Kuping 7,7 0,8 73,6
2 Jamur Shiitake 17,7 8,0 67,5
3 Jamur Tiram Putih 30,4 2,2 57,6
4 Jamur Merang 16,0 0,9 64,5
5 Jamur Kancing 3,6 0,2 3
6 Bayam 1,4 1,9 1,9
7 Kacang panjang 2,7 0,3 7,8
8 Wortel 1,2 0,3 9,3
9 Kentang 2,0 0,1 20,9
10 Daging sapi 21 5,5 0,5
Sumber : Maharany (2007)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki


kandungan protein yang relatif tinggi dibandingkan sayuran lainnya seperti
bayam, kacang panjang, wortel, kentang, daging sapi dan jenis jamur lain.
Kandungan karbohidrat dan kandungan lemak jamur tiram putih relatif lebih
rendah dibandingkan dengan jamur kuping, shiitake dan kancing. Namun secara
keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa jamur tiram putih merupakan bahan
makanan yang dapat memenuhi sumber protein nabati yang tidak mengandung
kolesterol dan dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, jantung,
mengurangi berat badan, diabetes, dan mengandung vitamin B kompleks tinggi
yang dapat menyembuhkan anemia, antitumor, dan mencegah kekurangan zat
besi, sehingga dapat dikembangkan sebagai sumber untuk memenuhi kecukupan
pangan (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, 2007).
Menurut Badan Pusat Statistik (2002), konsumsi sayur masyarakat
Indonesia pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8 kilogram per kapita per tahun.
Badan kesehatan dunia (FAO) menyatakan bahwa jumlah konsumsi sayuran
untuk memenuhi standar kesehatan adalah sebesar 65 kilogram per kapita per
tahun. Berdasarkan kedua data tersebut, terlihat bahwa konsumsi sayur
masyarakat Indonesia belum memenuhi standar kesehatan dunia (FAO) akan
konsumsi sayuran sebanyak 34,2 kilogram per kapita per tahun. Kondisi inilah
yang menjadikan peluang usaha jamur didalam negeri masih sangat terbuka lebar.
Namun, mengingat harganya yang relatif lebih mahal, pasaran jamur di
Indonesia masih terfokus di kota-kota besar dengan konsumen tertentu seperti
rumah makan, hotel-hotel berbintang, rumah makan vegetarian, dan restoran kelas
atas yang menyediakan menu olahan jamur 5. Menurut Masyarakat Agribisnis
Jamur Indonesia (2008) harga jamur dapat dikatakan lebih stabil bila
dibandingkan dengan sayuran lainnya, seperti cabai, dan bawang merah, hal ini
karena jamur bukan sebagai bahan makanan pokok. Harga jamur basah menurut
survei yang dilakukan oleh Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Harga Jamur Merang, Jamur Tiram, dan Jamur Kuping Tahun 2008

Jenis Jamur Harga di Petani (Rp/kg) Harga di Pasar (Rp/kg)


Jamur Merang 9.000 - 10.000 15.000 - 20.000
Jamur Tiram Putih 5.300 6.000 10.000
Jamur Kuping 6.000 8.000
Jamur Shiitake 23.000-35.000 130.000
Sumber : Masyarakat Agrobisnis Jamur Indonesia (MAJI), 2008.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa harga jamur merang di pasar


memiliki selisih harga yang sangat tinggi karena rantai tataniaganya yang
panjang, sehingga keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh pedagang
pengumpul. Jamur tiram putih memiliki selisih harga yang lebih rendah antara
harga di petani dan di pasar, sehingga keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh
petani. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram
putih lebih menguntungkan bagi petani dan lebih disukai oleh masyarakat karena
harganya lebih murah, rasanya lebih lezat. Selain itu, budidaya jamur tiram putih
relatif lebih mudah serta dapat diproduksi sepanjang tahun dalam areal yang
relatif lebih sempit dan tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk anorganik,
sehingga tidak merusak lingkungan. Dilihat dari segi teknik budidayanya, jamur
tiram putih dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki
potensi wilayah yang menunjang perkembangannya.

5
Peluang Pasar Domestik. http://www.Peluang Pasar _ Budi Daya Jamur Konsumsi.htm. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2009.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur pangan yang tersebar luas
didaerah beriklim sedang. Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia
(2007), sentra jamur tiram putih berada di Bandung, Bogor, Sukabumi, Garut,
Tasikmalaya, Sleman, Yogyakarta, dan Solo. Usaha budidaya jamur tiram putih
yang terdapat di Kabupaten Bogor merupakan petani-petani jamur tiram putih
yang pada umumnya masih tradisional dan tergolong usahatani kecil. Produksi
jamur tiram putih per Kecamatan di Kabupaten Bogor tahun 2007 dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah, Produksi dan Produktivitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten


Bogor Tahun 2007
Jumlah Produksi Produktifitas
No Kecamatan
(Log/thn) (Kg/thn) (Kg/log)
1 Tamansari 191.500 38.300 0,20
2 Pamijahan 61.700 8.638 0,18
3 Cisarua 780.000 173.250 0,17
4 Leuwi Sadeng 20.000 3.000 0,15
5 Rancabungur 34.000 4.420 0,13
6 Cijeruk 17000 2040 0,12
7 Sukaraja 10000 1200 0,12
Rata-rata 0,15
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2007

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa Kecamatan Pamijahan


merupakan salah satu dari tiga Kecamatan Bogor yang mempunyai potensi yang
cukup tinggi dalam usaha budidaya jamur tiram putih, dengan jumlah produksi
jamur tiram putih segar sebanyak 8.638 kilogram per tahun. Urutan pertama
penghasil jamur tiram putih terbesar di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan
Cisarua, dengan hasil produksi jamur tiram putih segar sebanyak 173.250
kilogram per tahun, kemudian disusul oleh Kecamatan Tamansari sebanyak
38.300 kilogram per tahun.
Berdasarkan data sentra produksi jamur tiram putih tersebut, maka penulis
sengaja mengambil tempat penelitian di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Hal ini
dikarena Yayasan Paguyuban Ikhlas terletak di Desa Cibening, yang merupakan
bagian dari Kecamatan Pamijahan. Selain itu, Yayasan Paguyuban Ikhlas
merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang agribisnis dan baru
menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih pada bulan Juni 2009. Adapun
permasalahan yang dihadapi dalam Yayasan Paguyuban Ikhlas yaitu yayasan
belum mampu memenuhi permintaan akan jamur tiram putih segar dari pedagang
pengumpul di pasar TU kemang dan pedagang pengumpul lainnya seperti pasar
bogor dan pasar leuwiliyang kurang lebih sebanyak dua ton per hari 6. Unit bisnis
yang diusahakan yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Adanya
usaha budidaya jamur tiram putih ini, diharapkan tidak hanya menguntungkan
bagi Yayasan Paguyuban Ikhlas sendiri tetapi juga memiliki manfaat bagi
masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan pemerintah daerah
setempat.

I.2. Perumusan Masalah

Usaha dibidang hortikultura khusunya jamur tiram putih sangat potensial


dan diperkirakan akan terus berkembang. Kandungan gizi yang cukup baik bagi
manusia menyebabkan permintaan akan jamur tiram putih terus meningkat tiap
tahunnya. Adanya peningkatan konsumsi jamur tiram putih baik dalam maupun
luar negeri, serta memiliki harga jual yang cukup tinggi menjadikan daya tarik
pelaku usaha untuk memasuki usaha budidaya jamur tiram putih dengan harapan
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Yayasan Paguyuban Ikhlas merupakan salah satu pelaku usaha yang baru
mengusahakan jamur tiram putih, yaitu pada bulan Juni tahun 2009. Unit bisnis
yang diusahakan yayasan yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih.
Usaha budidaya jamur tiram putih ini membutuhkan biaya investasi yang cukup
besar, seperti biaya pembangunan kumbung, pengadaan alat sterilisasi dan bibit.
Yayasan Paguyuban Ikhlas memiliki alternatif pilihan dalam menggunakan modal
yaitu modal sendiri dan modal pinjaman dari Bank. Berdasarkan kemungkinan
penggunaan modal tersebut, perlu dirumuskan modal yang memberikan
keuntungan maksimum bagi yayasan dengan menggunakan dua skenario yaitu
skenario I (membeli log jamur tiram putih) dan skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih).

6
Asep. Hasil wawancara dengan supervisor yayasan paguyuban ikhlas. [1 desember 2009]
Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap harga input dan output
produksi perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan
diperoleh. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti penurunan harga input dan
output produksi, serta peningkatan biaya variabel jamur tiram putih yang
dipengaruhi oleh perubahan ekonomi suatu negara. Mengingat besarnya biaya
investasi yang akan dikeluarkan, maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha.
Manfaat dengan melakukan analisis kelayakan bagi pelaku usaha yaitu dapat
mengetahui apakah usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau
kerugian, dan sebagai informasi bagi investor maupun pelaku usaha dalam
melakukan investasi pada komoditas hortikultura ini, khususnya budidaya jamur
tiram putih.
Untuk pengembangan dan pengusahaan budidaya jamur tiram putih,
membutuhkan waktu yaitu lima tahun, hal ini disesuaikan dengan umur ekonomis
atas biaya investasi terbesar yang dikeluarkan yaitu untuk pembangunan
kumbung. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari bagaimana kelayakan
pengusahaan dalam budidaya jamur tiram putih tersebut. Berdasarkan uraian
diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan
Paguyuban Ikhlas, apakah sudah layak dari aspek non finansial dan aspek
finansial?
2. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur
tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas jika terjadi penurunan harga jamur
tiram putih segar, penurunan harga log jamur tiram putih dan peningkatan
biaya variabel?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,


maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan
Paguyuban Ikhlas dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek sosial dan aspek finansial.
2. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha budidaya jamur
tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang


bermanfaat bagi pemilik usaha budidaya jamur tiram putih mengenai kelayakan
usaha demi keberlangsungan usahanya. Bagi penulis, untuk penerapan ilmu yang
diperoleh selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di
sub-sektor hortikultura secara nyata. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan sebagai informasi pengusahaan
budidaya jamur tiram putih, serta sebagai pertimbangan ketika terjun ke dunia
usaha atau pemilihan bisnis dalam pengambilan keputusan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji aspek yang berkepentingan


langsung dengan perusahaan, sehingga penelitian ini mencakup aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial. Kriteria
kelayakan untuk aspek pasar ditinjau dari komponen potensi pasar dan bauran
pemasaran yang dijalankan perusahaan. Kriteria kelayakan untuk aspek teknis
ditinjau dari komponen lokasi produksi, tata letak tempat produksi, perencanaan
dan proses budidaya. Kriteria kelayakan untuk aspek manajemen ditinjau dari
komponen manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi
perusahaan. Kriteria investasi aspek finansial yang digunakan Net Present Value
(NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit-Cast Ratio (Net B/C), Payback
Period (PBP), analisis Switching Value.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur Tiram

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak


dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
yang sudah jadi yang dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya.
Karena ketergantungannya terhadap organisme lain inilah maka jamur
digolongkan sebagai tanaman heterofik. Bentuk jamur bervariasi, mulai dari yang
sangat sederhana karena hanya terdiri dari satu sel (pada ragi kue), bentuk serat
atau miselia (jamur tempe, oncom), bentuk tubuh buah (jamur merang, jamur
kancing, jamur shiitake, jamur lingzhi dan maitake), bentuk bilah, bunga karang,
sampai kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur tiram berbentuk seperti kulit
kerang (tiram), sehingga masyarakat menyebutnya jamur tiram (Suriawiria, 2002).
Menurut Cahyana et.al (1998), ada beberapa jenis jamur tiram (Pleurotus
sp.) yang mulai banyak dibudidayakan antara lain sebagai berikut :
a. Jamur tiram putih, dikenal pula dengan nama shimeji white (varietas florida).
Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media serbuk
gergaji kayu sengon (Albazia procera) dan kayu jeungling putih
(Paraserianthes falcataria) dengan kelembaban tinggi, warna tudungnya putih
susu sampai putih kekuningan dengan garis tengah tiga centimeter sampai 14
centimeter. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang banyak. Daya
simpannya lebih lama dibandingkan dengan jamur tiram abu-abu, meskipun
tudungnya lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram
abu-abu, tubuh jamur tiram putih relatif lebih besar dan daging buahnya lebih
tebal dibandingkan jamur merang.
b. Jamur tiram abu-abu, dikenal pula dengan nama shimeji grey (varietas sajor
caju). Jamur tiram abu-abu mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan
dengan jamur tiram cokelat maupun jamur tiram putih, tetapi jumlah
cabangnya sedikit dan lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat, dan
warna tudungnya abu kecoklatan sampai kuning kehitaman dengan lebar enam
sampai 14 centimeter, serta daya simpannya paling pendek.
c. Jamur tiram coklat, dikenal dengan nama jamur abalone (varietas cystidiosus),
warna tudungnya keputihan atau sedikit keabu-abuan sampai abu-abu
kecoklatan dengan lebar lima sampai 12 centimeter. Jamur tiram coklat
mempunyai rumpun yang paling sedikit dibandingkan dengan jamur tiram
putih dan jamur tiram abu-abu, tetapi tudungnya lebih tebal dan daya
simpannya lebih lama.
d. Jamur tiram merah atau pink, dikenal dengan nama shakura (varietas
flabellatus), tudungnya berwarna kemerahan.

2.1.1. Syarat Tumbuh


Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama suhu,
kelembaban relatif, cahaya dan sirkulasi udara.
Suhu
Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi atau saat jamur tiram
membentuk miselium adalah berkisar antara 22C sampai 28C, sedangkan
suhu pada saat pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 16C
sampai 22C.
Kelembaban
Selama masa pertumbuhan miselium kelembaban udara dipertahankan antara
90 sampai 100 persen, dan pada masa pertumbuhan tubuh buah kelembaban
yang dikehendaki antara 80 sampai 95 persen.
Cahaya dan Sirkulasi udara
Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Intensitas
cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan antara 500 sampai 1000 lux.
Sirkulasi udara harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak pula terlalu kecil
antara satu sampai delapan jam.

2.1.2. Media Tumbuh


Media pertumbuhan jamur tiram dibuat menyerupai kondisi tempat
tumbuh jamur tiram di alam. Bahan baku yang digunakan sebagai media dalam
budidaya jamur tiram adalah : (1) serbuk gergaji, (2) bekatul sebagai sumber
karbohisrat, lemak dan protein, (3) kapur sebagai sumber mineral dan pengatur
pH media, (4) gips sebagai bahan penambah mineral dan untuk mengokohkan
media.
Ada beberapa komposisi campuran media antara serbuk gergaji dan
penambahan nutrisi yang berbeda-beda. Salah satu komposisi campuran media
tumbuh jamur tiram adalah serbuk gergaji (80%), bekatul (16%), kapur (2%) dan
gips (2%).
Kadar air media diatur antara 60 sampai 65 persen dengan cara
menambahkan air bersih. Apabila air yang ditambahkan kurang maka penyerapan
makanan oleh jamur menjadi kurang optimal, sehingga jamur menjadi kurus.
Apabila air yang ditambahkan terlalu banyak maka mengakibatkan busuk akar.
Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.
Keasaman atau pH media antara enam sampai tujuh dengan menggunakan kapur.

2.1.3. Budidaya
Suriawiria (2002) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram yaitu lokasi dengan ketinggian dan persyaratan
tertentu, sumber bahan baku untuk media tanam dan sumber bibit. Berdasarkan
hal tersebut kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebagai berikut :
1. Penyiapan Bangunan
Bentuk bangunan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya disesuaikan
dengan jumlah log atau media tanam yang akan dipelihara. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk rak atau tempat pemeliharaan media tanam sebaiknya terbuat
dari bambu, agar tidak cepat rusak kalau ditumbuhi jamur. Jumlah dan tinggi rak
tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan dan jumlah media tanam yang akan
dipelihara.
2. Pemeliharaan Tanaman
Media tanam yang akan membentuk miselium dan tubuh buah harus
diperlihara. Pemeliharaan berhubungan dengan menjaga lingkungan agar tetap
optimum. Kriteria lingkungan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Kandungan air yang baik 35 sampai 45 persen, kekurangan air menyebabkan
miselium tidak membentuk tubuh buah karena kekeringan dan kelebihan air
menyebabkan tumbuh jenis jamur lain yang tidak diinginkan.
b. Cahaya, perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan
adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar
matahari tidak masuk secara langsung ke dalam ruang.

2.1.4. Panen dan Pascapanen


Selama musim tanam, panen dapat dilakukan sebanyak empat sampai
delapan kali. Namun hal tersebut tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit
jamur, dan lingkungan selama pemeliharaan.
1. Panen
Panen dilakukan kira-kira lima hari setelah tumbuh calon jamur yang
sudah cukup besar, dengan diameter rata-rata antara lima sampai 10 centimeter
dan beratnya telah mencapai 50 sampai 80 gram. Waktu yang baik dalam
pemanenan jamur yaitu pagi dan sore hari, hal ini dilakukan untuk
mempertahankan kesegarannya dan mempermudah tataniaga. Teknik pemanenan
dapat dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada hingga ke
akar-akarnya, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya akar atau batang jamur
yang tertinggal.
2. Pasca Panen
Penanganan pasca panen dilakukan melalui penyortiran, penyimpanan,
pengemasan dan penanganan lainnya yang berupa pengeringan. Dalam
penyortiran, jamur yang rusak dipisahkan dari jamur yang baik dan jamur
dipisahkan pula sesuai dengan ukurannya. Setelah penyortiran, kotoran pada
jamur dibuang tanpa mencucinya. Lalu jamur tiram disimpan dalam wadah bersih
dan ditempatkan di kamar dengan temperature 15C. Jamur tiram dapat tetap
segar selama 5 x 24 jam. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantung
plastik.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian


mengenai analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih.
Berdasarkan skripsi Rahayu (2003) mengenai Analisis Kelayakan
Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur Kuping Pada Usaha Agribisnis Jamur
Lestari Bandung. Rahayu menyimpulkan bahwa rencana usaha budidaya jamur
kuping pada usaha agribisnis jamur lestari layak untuk dilaksanakan berdasarkan
kriteria investasi dengan tingkat suku bunga 22 persen dengan nilai NPV yang
diperoleh Rp 322.332.625,29 artinya bahwa budidaya jamur kuping yang
dikembangkan selama umur proyek mampu memperoleh keuntungan bersih
sebesar Rp 322.332.625,29. Nilai IRR yang dapat diperoleh lebih dari 50 persen
serta nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 1,63 artinya untuk setiap nilai sekarang
dari pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1,63. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jamur kuping tidak terlalu terpengaruh
terhadap perubahan bila terjadi kenaikan pada harga input, penurunan harga
output dan penurunan jumlah produktivitas produksi secara terpisah.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan dengan Rahayu, penelitian
yang dilakukan peneliti mengenai Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih
(Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor). Penelitian ini menggunakan dua skenario, yaitu skenario I
(membeli log jamur tiram putih) dari petani disekitar Kecamatan Pamijahan
sebanyak 24.000 log dengan menghasilkan satu jenis output yaitu jamur tiram
putih segar, dan skenario II (memproduksi log jamur tiram putih) sebanyak
26.667 log dan menghasilkan dua jenis output produksi yaitu jamur tiram putih
segar dan log jamur tiram putih. Kedua skenario menggunakan modal pinjaman
dari Bank dengan suku bunga 14 persen. Berdasarkan hasil kedua scenario
menunjukkan bahwa, usaha ini layak untuk dijalankan. Namun, bila dilakukan
perbandingan antara dua skenario, maka skenario I lebih layak berdasarkan
kriteria investasi, diperoleh hasil NPV sebesar Rp 235.376.805, artinya usaha
yang dikembangkan selama umur proyek lima tahun mampu memperoleh
keuntungan bersih sebesar Rp 235.376.805. IRR yang dapat diperoleh sebesar 80
persen, nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 4,26 artinya untuk setiap nilai
sekarang dari pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat yaitu sebesar
Rp 4,26. Berdasarkan hasil analisis switching value menunjukkan bahwa jamur
tiram putih pada skenario I tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan bila
terjadi penurunan harga jamur tiram putih segar dan peningkatan biaya variabel
dibandingkan skenario II.
Berdasarkan skripsi Novita (2004) meneliti tentang Analisis Kelayakan
Finansial Usahatani Jamur Tiram (Kasus di Kecamatan Parangkuda dan
Kecamatan Cicurung, Kabupaten Sukabumi). Penelitian ini mengkaji analisis
kelayakan finansial usahatani yang dilihat dari pembibitan dan pembudidayaan
jamur tiram putih dengan menggunakan tiga pola usaha. Pada pola I menghasilkan
jamur tiram segar sebanyak 12.144 kilogram dari jumlah bibit sebanyak 2.024
botol setiap tahunnya, pola II menghasilkan jamur tiram segar sebanyak 29.070
kilogram dari total baglog sebanyak 207.900 per tahun dan pola III menghasilkan
jamur tiram segar sebanyak 5.400 kilogram dari total baglog sebanyak 20.000 per
tahun. Tingkat kontaminasi yang terjadi di lokasi penelitian sebesar lima sampai
10 persen. Harga jual jamur tiram segar yang diperoleh petani di kecamatan
parungkuda dan cicurug sebesar Rp 6.000 per kilogram dan Rp 1.000 per baglog
untuk harga jual baglog. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa semua
pola usahatani yang dijalankan layak untuk diusahakan baik dari segi NPV, Net
B/C, IRR maupun Payback Period. Namun, hasil sensitivitas menunjukkan bahwa
usahatani jamur tiram peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Penurunan jumlah produksi sebesar 30 persen pada output jamur tiram segar dan
sebesar 20 persen pada output baglog, serta penurunan harga jual pada output
jamur tiram segar sebesar 25 persen dan 10 persen pada output baglog
menyebabkan usahatani tidak layak untuk diusahakan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Novita, penulis meneliti
Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban
Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Unit usaha
yang dilakukan pada lokasi penelitian yaitu log jamur tiram putih untuk dijual dan
jamur tiram putih segar. Kapasitas mesin produksi yang dimiliki sebesar 1.000
sampai 1.200 log per hari atau setara dengan 26.667 log per bulan, dengan tingkat
kontaminasi sebesar 10 persen, sehingga dalam satu bulan yayasan memproduksi
log sebanyak 24.000 log. Rata-rata hasil panen yang diperoleh sebanyak 145
kilogram per hari dalam 24.000 log, sehingga dalam satu siklus tanam (empat
bulan) menghasilkan sebanyak 16.385 kilogram. Harga jual jamur tiram putih
segar yang diperoleh sebesar Rp 6.500 per kilogram dan untuk harga jual log
sebesar Rp 1.800. Modal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
modal pinjaman dari Bank sebanyak 40 persen dengan suku bunga 14 persen dan
modal sendiri sebanyak 60 persen. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu skenario I (membeli log jamur tiram putih) dari petani disekitar Kecamatan
Pamijahan sebanyak 24.000 log, dan skenario II (memproduksi log jamur tiram
putih) sebanyak 26.667 per bulan yang disesuaikan dengan kapasitas steamer
yang dimiliki Yayasan Paguyuban Ikhlas. Berdasarkan hasil analisis aspek non
finansial menunjukkan usaha ini layak dijalankan, sedangkan aspek kelayakan
finansial menunjukkan, bahwa kedua skenario layak untuk diusahakan baik dari
segi NPV, Net B/C, IRR maupun Payback Period. Berdasarkan hasil aspek
finansial pada dua skenario menunjuukan bahwa, skenario I (membeli log jamur
tiram putih) lebih menguntungkan dibandingkan skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih). Hal ini diduga disebabkan total biaya operasional yang
dikeluarkan untuk skenario I lebih kecil dibandingkan skenario II. Berdasarkan
hasil analisis switching value, menunjukkan bahwa skenario II peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, yaitu penurunan harga jamur tiram putih segar
sebesar 9,29 persen; penurunan harga log jamur tiram putih 20,68 persen dan
peningkatan biaya variabel sebesar 11,24 persen.
Berdasarkan penelitian Yunus (2005) dalam skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial
dengan melakukan perbandingan dua kegiatan usaha dan menganalisis sistem
pemasaran yang dilakukan kelompok tani Kaliwung Kalimuncar. Metode
pengambilan responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara
snowball sampling dan metode analisis data terdiri dari NPV, IRR, B/C rasio,
PBP dan Sensitivitas. Adapun lembaga yang terlibat untuk tataniaga baglog jamur
dan jamur konsumsi adalah petani, produsen jamur konsumsi, pedagang
pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. Nilai marjin tataniaga terbesar
diperoleh pada pola tataniaga III dan margin tataniaga terendah terdapat pada pola
tataniaga I. Berdasarkan hasil perhitungan uji kelayakan usaha diperoleh : 1) NPV
jamur konsumsi adalah Rp 111.298.143,50 sedangkan baglog jamur adalah Rp
71.563.848,50; 2) nilai Net B/C jamur konsumsi adalah 1,84 sedangkan baglog
jamur tiram adalah 1,7; 3) nilai IRR pada tingkat suku bunga 12 persen untuk
jamur konsumsi sebesar 47,88 persen sedangkan untuk baglog jamur sebesar
42,61 persen; 4) Payback Period untuk jamur konsumsi yaitu dua tahun dua
bulan, sedangkan untuk baglog jamur yaitu satu tahun dua bulan. Berdasarkan
hasil analisis sensitivitas terhasap usahatani jamur konsumsi tidak layak pada saat
terjadi penurunan harga jual sebesar 24,81 persen, kenaikan biaya produksi
sebesar 33 persen dan penurunan produktivitas tanaman sebesar 24,48 persen,
sedangkan untuk baglog jamur penurunan harga tidak layak untuk dikembangkan
pada saat penurunan harga jual sebesar 16,21 persen, kenaikan biaya produksi 21
persen dan penurunan produktivitas tanaman sebesar 16,21 persen. Berdasarkan
hsil penelitian tersebut Yunus menyimpulkan usahatani jamur yang dilakukan
Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar di Desa Tugu Utara layak untuk
diusahakan, dengan pola pemasaran yang ada yaitu satu pola pemasaran untuk
baglog jamur dan tiga pola pemasaran untuk jamur konsumsi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yunus, penulis meneliti
Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban
Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini
bertujuan menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih berdasarkan aspek non
finansial dan finansial di Yayasan Paguyuban Ikhlas, dan menganalisis nilai
switching value usaha bila terjadi perubahan harga jamur tiram putih segar, harga
log jamur tiram putih dan kenaikan biaya variabel. Metode pengambilan
responden dilakukan dengan metoode purpose sampling dan metode analisis data
terdiri dari NPV, IRR, B/C rasio, PBP dan Switching Value. Berdasarkan aspek
non finansial maka usaha ini layak untuk dijalankan, baik dari segi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan yang
dapat mengganggu kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih. Berdasarkan aspek
finansial atau kriteria investasi dengan menggunakan dua skenario, yaitu skenario
I diperoleh 1) NPV sebesar Rp 235.376.805; 2) IRR dengan tingkat suku bunga
14 persen diperoleh sebesar 80 persen; 3) nilai B/C rasio sebesar Rp 4,26; 4) nilai
payback period yaitu tiga tahun sembilan bulan tujuh hari; dan 5) switching value
diperoleh penurunan harga jamur tiram putih segar yang dapat ditolelir sebesar
12,25 persen, dan peningkatan biaya variabel yang dapat ditolelir sebesar 20,08
persen. Skenario II dilihat dari kriteria 1) NPV sebesar Rp 169.768.730; 2) IRR
dengan tingkat suku bunga 14 persen diperoleh sebesar 37 persen; 3) Net B/C
sebesar 1,60; 4) payback period yaitu tiga tahun sebelas bulan dua puluh sembilan
hari; dan 5) switching value yaitu penurunan harga jamur tiram putih segar yang
dapat ditolelir sebesar 9,29 persen, penurunan harga log jamur tiram yang dapat
ditolelir 20,68 persen dan peningkatan biaya variabel yang dapat ditolelir yaitu
sebesar 11,42 persen.
Berdasarkan skipsi Nugrahapsari (2006) mengenai Analisis Kelayakan
Finansial dan Ekonomi Budidaya Jamur Tiram Putih (Studi Kasus PT Cipta Daya
Agrijaya di Kebun Percobaan Cikarawang IPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat).
Berdasarkan hasil perbandingan antara analisis finansial dan analisis ekonomi
menunjukkan bahwa manfaat dari adanya proyek ini lebih dirasakan oleh
masyarakat dari pada pelaku proyek. Hal ini terlihat dari nilai NPV, Net B/C dan
IRR lebih besar serta PP lebih cepat dalam analisis ekonomi dibandingkan dengan
analisis finansial. Hasil kriteria investasi finansial sebagai berikut NPV sebesar
Rp 69.853.980,79 dan IRR sebesar 47 persen, sedangkan untuk Net B/C PT Cipta
Daya Agrijaya sebesar 2,18 dengan payback period yaitu 1,63 tahun. Hasil kriteria
investasi ekonomi didapat NPV sebesar Rp 126.534.885,39 dan IRR sebesar 71
persen, Net B/C ratio sebesar 3,13 dengan payback period yaitu 1,14 tahun.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas secara finansial menunjukkan bahwa
apabila terjadi peningkatan harga input yaitu minyak tanah sebesar 100 persen,
maka usaha ini layak diusahakan; penurunan harga jamur tiram segar sebesar
36,36 persen dan penurunan produksi jamur tiram putih segar sebesar 75,62
persen; penurunan produksi baglog jamur tiram putih sebesar 67,5 persen, maka
usaha ini tidak layak. Analisis sensitivitas secara ekonomi menunjukkan bahwa
apabila terjadi peningkatan harga input yaitu minyak tanah sebesar 100 persen dan
penurunan harga jamur tiram putih segar sebesar 36,36 persen, maka usaha ini
layak untuk diusahakan; penurunan produksi jamur tiram segar sebesar 75,62
persen dan penurunan produksi baglog sebesar 67,5 persen maka usaha ini tidak
layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching value secara
finansial yaitu kenaikan harga minyak tanah sebesar 201,7 persen dari harga
normal yaitu Rp 7.844,2 per liter, penurunan harga jamur tiram putih ke pedagang
di pasar tradisional sebesar 35,3 persen dari harga normal yaitu Rp 3.558,5 per
kilogram, penurunan produksi jamur tiram putih segar dan baglog sebesar 27,5
dan 48 persen dari jumlah normal yaitu 13.363,2 kilogram dan 22.464 baglog.
Analisis switching value secara ekonomi menunjukkan bahwa keuntungan normal
akan dicapai bila kenaikan harga minyak tanah hingga sebesar 250,73 persen dari
harga normal yaitu Rp 9.301,67 per liter dengan penurunan harga jamur tiram
putih sebesar 45,4 persen dari harga normal yaitu Rp 3.003,00 per kilogram,
sedangkan penurunan produksi jamur tiram putih segar dan baglog sebesar 36,53
dan 60,94 persen dari jumlah norma yaitu 11.698,79 kilogram dan 16.873,92
baglog. Nugrahapsari menyimpulkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih
yang dijalankan oleh PT Cipta Daya Agrijaya layak untuk diusahakan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nugrahapsari, penulis meneliti
Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban
Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini
mengkaji dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Unit usaha
yang dilakukan yaitu log jamur tiram putih untuk dijual dan jamur tiram putih
segar. Kapasitas mesin produksi yang dimiliki sebesar 1.000 sampai 1.200 log per
hari atau setara dengan 26.667 log per bulan, dengan tingkat kontaminasi sebesar
10 persen, sehingga dalam satu bulan yayasan memproduksi log sebanyak 24.000.
Rata-rata hasil panen yang diperoleh di lokasi penelitian sebanyak 145 kilogram
per hari, angka ini diperoleh dari total panen sebanyak 150 kilogram per hari
dikurangi sortasi dan pembersihan akar jamur sebanyak lima kilogram per hari
dalam 24.000 log. Harga jual jamur tiram putih segar yang diperoleh yayasan
sebesar Rp 6.500 per kilogram, dan harga jual log Rp 1.800 per log. Berdasarkan
hasil analisis aspek non finansial menunjukkan usaha ini layak dijalankan,
sedangkan aspek kelayakan finansial menunjukkan, bahwa kedua skenario layak
untuk diusahakan baik dari segi NPV, Net B/C, IRR maupun Payback Period dan
hasil analisis switching value menunjukkan bahwa skenario II lebih sensitif (peka)
terhadap perubahan-perubahan yaitu penurunan harga jamur tiram putih segar
sebesar 9,29 persen, penurunan harga log jamur tiram sebesar 20,68 persen, dan
peningkatan biaya variabel yaitu sebesar 11,24 persen.
Berdasarkan skripsi Amalia (2009) mengenai Studi Kelayakan Usaha
Budidaya Jamur Tiram Putih (Studi Kasus Pada Rimba Jaya Mushroom,
Kabupaten Bogor) bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur
tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom baik dari aspek finansial maupun aspek
non-finansial, seperti aspek pemasaran, manajemen serta teknis dan teknologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih pada
Rimba Jaya Mushroom adalah layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari jumlah
NPV selama 10 tahun bernilai positif sebesar Rp 260.479.169 dengan nilai IRR
sebesar 44 persen lebih tinggi dari tingkat suku bunga deposito yang digunakan
dalam perhitungan. Nilai Net B/C sebesar 4,004 dan nilai PBP dan BEP masih
dibawah umur proyek yaitu sebesar 3,2 tahun dan 7,2 tahun, sehingga usaha ini
layak dijalankan. Hasil analisis dari aspek non-finansial memperlihatkan bahwa
usaha ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pemasaran, manajemen dan
teknis. Untuk analisis sensitivitas, Rimba Jaya Mushroom dikatakan peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi seperti peningkatan harga bahan baku
sebesar 20 persen, peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 32 persen dan penurunan
harga jual jamur tiram sebesar 18 persen. Selain itu, usaha budidaya jamur tiram
putih pada Rimba Jaya Mushroom memiliki berbagai dampak positif baik bagi
lingkungan, masyarakat dan negara. Usaha ini juga dapat menjadi inspirasi bagi
masyarakat yang ingin mengembangkan kewirausahaan dalam sektor pertanian.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Amalia, penulis meneliti
Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban
Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini
mengkaji dua aspek yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Berdasarkan
hasil aspek finansial menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih yang sedang
diusahakan yayasan layak untuk dijalankan, hal ini terlihat dari perbandingan dua
scenario yang dilakukan nilai NPV selama lima tahun bernilai positif. Skenario I
yaitu 1) NPV sebesar Rp 235.376.805; 2) IRR dengan tingkat suku bunga 14
persen diperoleh sebesar 80 persen; 3) nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 4,26;
4) nilai payback period yaitu tiga tahun sembilan bulan tujuh hari; dan 5)
switching value diperoleh penurunan harga jamur tiram putih segar yang dapat
ditolelir sebesar 12,25 persen, dan peningkatan biaya variabel yang dapat ditolelir
sebesar 20,08 persen. Skenario II dilihat dari kriteria 1) NPV sebesar Rp
169.768.730; 2) IRR dengan tingkat suku bunga 14 persen diperoleh sebesar 37
persen; 3) Net B/C sebesar 1,60; 4) payback period yaitu tiga tahun sebelas bulan
dua puluh sembilan hari; dan 5) switching value yaitu penurunan harga jamur
tiram putih segar yang dapat ditolelir sebesar 9,29 persen, penurunan harga log
jamur tiram yang dapat ditolelir 20,68 persen dan peningkatan biaya variabel yang
dapat ditolelir yaitu sebesar 11,42 persen.
Berdasarkan hasil aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan menunjukkan bahwa
usaha ini layak untuk dijalankan, hal ini dikarenakan jamur tiram putih memiliki
peluang pasar yang tinggi; kondisi iklim lokasi sangat cocok untuk usaha
budidaya jamur tiram putih serta sarana dan prasarana usaha sangat melimpah;
organisasi serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga memberikan
kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan; dan usaha budidaya jamur tiram
putih ini membawa dampak baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang


didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan
penelitian. Pengetahuan diperoleh dari ilmu yang dipelajari sebelumnya dari
sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah
terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya. Beriku ini beberapa teori yang
mendasari kerangka pemikiran yang peneliti lakukan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek


Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan
dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan benefit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan
pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan
dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittinger, 1986). Evaluasi
proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama
pelasanaan proyek.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat
menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang
sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan
hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang
diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut.
Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan
sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada
sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon
proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek
(Gray et.al,. 1993).
3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat
Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi
mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan
(Gittinger, 1986). Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah
biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain
seperti biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal
kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan biaya operasional
adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).
Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi
yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu,
penyusutan, pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.
Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), manfaat proyek dapat dibagi ke
dalam tiga bagian yaitu : Tangible benefit, Indirect benefit, dan Intangible benefit.
Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, misalnya disebabkan oleh
adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan
lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan
biaya transportasi dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect benefit
adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri, sehingga mempengaruhi
keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang riil ada
tetapi sulit diukur, seperti bisnis pertamanan dimana manfaat keindahan,
kenyamanan dan kesegaran, kesehatan serta pendidikan.

3.1.3. Laba Rugi


Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), laporan laba rugi berisi tentang
total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu
pengusaha dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja
perusahaan dalam upaya mancapai tujuannya selama periode tertantu. Laporan
laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis,
meliputi :
a. Pendapatan dari penjualan produk barang dan jasa.
b. Beban produksi untuk mencapatkan barang atau jasa yang akan dijual.
c. Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa
pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan
operasional.
d. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan
pasa bank, penyusutan dan lainnya.
Adanya laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran
kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan
minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai
produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even
point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow.

3.1.4. Aspek-aspek Analisis Kelayakan


Untuk melakukan studi kelayakan, perlu memperhatikan aspek-aspek yang
secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari
suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek
analisis kelayakan proyek terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan
proyek terdiri dari aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.
Namun tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi
tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.
1. Aspek Pasar
Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), aspek pasar dan pemasaran
mencoba mempelajari tentang :
1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi
permintaan tersebut.
2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal dari
impor. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan bagaimana
perkembangan dimasa yang akan datang.
3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam
negeri lainnya.
4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan
bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk
(product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.
5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa
dikuasai perusahaan.
2. Aspek Teknis
Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan
output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Input dari usaha jamur
tiram putih adalah bahan baku, seperti bekatul, serbuk gergaji, kapur, serbuk
jagung, gips dan bahan pendukung lainnya. Bagaimana strategi dalam
mendapatkan bahan baku diatas dalam hal kualitas (kesegaran) dan kuantitas
(ketersedian). Output dari usaha ini, yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur
tiram putih, bagaimana pemilik dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi,
proses produksi yang higienis dan kualitas produk yang terjaga dengan baik.
Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin
dalam suatu proyek, fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan (storage) yang
dibutuhkan untuk menunjang pelaksaann proyek, dan pengujian sistem-sistem
pengolahan yang dibutuhkan. Analisis secara teknis juga dapat mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik
sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan.
3. Aspek Sosial
Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang
disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola
sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Menurut Gittiger (1986),
menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara
cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap
(rensponsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Sebab tidak ada proyek yang akan
bertahan lama bila tidak tanggap terhadap sosial. Aspek sosial juga dapat
berkenaan dengan konstribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti
penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
4. Aspek Manajemen
Menurut Nurmalina dan Sarianti (2009), aspek manajemen mempelajari
tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa
operasi. Manajemen dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa
pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang
melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam masa
operasi, terkait bagaiman bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
bagaiman struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa
banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dan menentukan siapa-siapa anggota
direksi dan tenaga-tenaga inti.
Kadariah, Karlina dan Gray (1999), menyatakan bahwa keahlian
manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal
ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi
pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.
5. Aspek Finansial
Aspek finansial berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial bisnis
terhadap petani sebagai pelaku dalam bisnis tersebut. Menurut Husnan dan
Suwarsono (2000) menyebutkan bahwa analisis terhadap aspek finansial
dilakukan untuk melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban
finansial kedalam dan keluar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan
yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya. Aspek finansial ditentukan berapa
jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur
permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta
kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode
yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode
tersebut diantaranya metode Average Rate Return, Payback Periode, Present
Value, Internal Rate Return, serta Profitability Indeks. Selain itu, Gittiger (1986)
menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur
melalui kriteria investasi Net Present Value, Gross Benefit Cost Ratio dan Internal
Rate Return.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang
(Husnan dan Suwarsono 2000). Menurut Gittinger (1986), Net Present Value
adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman
investasi. Untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.
Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV
lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV
kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini
dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang
dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek sulit dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
b. Net Benefit and Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya)
Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio didefinisikan
sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai pembilang dan
jumlah NPV negative sebagai penyebut. Nilai net B/C ratio menunjukkan
besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu
rupiah (Husnan dan Suwarsono, 1999). Untuk menggunakan metode Net B/C
ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan. Nilai Net B/C ratio
mengandung dua arti penting, yaitu :
1. Net B/C 1, maka proyek layak atau menguntungkan.
2. Net B/C 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah
tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang
digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan
investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger 1986).
Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan
pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol,
maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti
proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta
dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih
kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan
karena tidak menguntungkan.
d. Payback Period (PP)
Menurut Gittinger (1986), payback period adalah jangka waktu
kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dan dihitung
mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan,
sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan.
e. Analisis Switching Value
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value.
Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisa untuk
dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-
ubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis ini mencari
beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa
dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan
yang terjadi, misalnya perubahan pada tingakat produksi, harga jual output
maupun kenaikan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik coba-coba
terhadap perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan dan
penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam budidaya jamur tiram putih agar
masih memperoleh keuntungan normal.
Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat
maksimum, dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menetukan berapa
besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang
menjadi nol (NPV = 0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi
sama dengan tingkat suku bunga yang ditentukan (IRR = 1) dan Net B/C rasio
menjadi sama dengan satu (Net B/C = 1).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh Yayasan


Paguyuban Ikhlas ini merupakan respon dari adanya permintaan jamur tiram putih
yang tinggi dengan dukungan potensi sumberdaya alam yang mendukung baik
dari segi bahan baku maupun keadaan geografis wilayah. Selain itu, jamur tiram
putih memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu sebesar 6.000 sampai 10.000
rupiah per kilogram. Harga jamur tiram putih yang tinggi menjadikan insentif bagi
perusahaan untuk mengenbangkan usaha budidaya jamur tiram putih. Adanya
peluang bisnis tersebut, menyebabkan banyak orang yang tertarik berinvestasi
langsung pada komoditi hortikulturaa ini, khususnya budidaya jamur tiram putih.
Yayasan Paguyuban ikhlas merupakan salah satu perusahaan agribisnis
yang bergerak dibidang budidaya jamur tiram putih, yang berlokasi di Desa
Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Usaha ini baru berjalan
selama sembilan bulan. Selama usahanya berjalan, pemilik telah mengeluarkan
biaya investasi yang tidak sedikit. Mengingat setiap usaha yang dilakukan
memiliki resiko, oleh karena itu perlu dilakukan kajian kelayakan usaha pada saat
merencanakan dan mengembangkan usaha tersebut.
Penelitian ini mempunyai tujuan menganalisis kelayakan usaha budidaya
jamur tiram putih secara non-finansial dan finansial untuk melihat sejauh mana
usaha ini layak atau tidak untuk diusahakan, yang dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai tingkat kepekaan (sensitivitas) dengan pendekatan switching value
untuk melihat sejauh mana usaha ini layak atau tidak untuk diusahakan apabila
terjadi perubahan pada komponen manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua skenario untuk mengukur kelayakan usaha berdasarkan aspek
finansial, yaitu skenario I yayasan membeli log jamur tiram putih sebanyak
24.000 log dari petani disekitar Kecamatan Pamijahan dan skenario II yayasan
memproduksi log jamur tiram putih sebanyak 26.667 log yang disesuaikan dengan
kapasitas steamer. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan
tersebut, penulis akan memberikan rekomendasi atas kegiatan usaha yang sedang
dilakukan maupun yang akan dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas dalam
pengembangan usahanya. Gambar 1 berikut ini akan memperjelas bagan kerangka
pemikiran yang dilaksanakan.
Jamur Tiram Putih

1. Permintaan jamur meningkat


2. Potensi Sumberdaya Alam
3. Harga jamur tinggi

1. Bagaimana Kelayakan Usaha di Yayasan Paguyuban Ikhlas dilihat dari


aspek finansial dan non finansial?
2. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha budidaya jamur tiram
putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas?

Analisis Kelayakan

Analisis Non Finansial Analisis Kelayakan Finansial


Aspek Pasar - NPV
Aspek Teknis - Net B/C
Aspek Manajemen - IRR
Aspek Sosial - Payback Period
- Switching Value

Layak Tidak Layak

Rekomendasi Yayasan Paguyuban Ikhlas

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional

Keterangan :
= penelitian yang dilakukan penulis
= diluar penelitian yang dilakukan penulis
IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening,


Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa lokasi
merupakan daerah penghasil jamur tiram putih dan perusahaan ini sedang
memulai proyek untuk melakukan usaha dibidang budidaya jamur tiram putih.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga Januari 2010.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang akan digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dilakukan dengan supervisor dan beberapa
pihak yang terkait dalam Yayasan Paguyuban Ikhlas, data primer yang diperlukan
antara lain penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan pemasaran. Data sekunder
dapat diperoleh dengan literatur pada instansi-instansi terkait seperti buku,
majalah pertanian, internet, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat
Statistika, Perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk
ketersediaan data. Data sekunder yang diperlukan antara lain keadaan geografis,
kondisi demografis dan data lain yang relevan dengan penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive


sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam
pelaksanaan kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih yang sedang berjalan.
Pemilihan responden dilakukan dengan alasan bahwa responden tersebut dapat
mewakili Yayasan Paguyuban Ikhlas dan memiliki wewenang mengenai data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun pihak yang dijadikan responden
adalah supervisor yayasan paguyuban ikhlas dan pedagang pengumpul pasar TU
kemang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.
4.3.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspek-
aspek sebagai berikut:
1) Aspek Teknik
Aspek ini dilakukan dengan menganalisis proyek harus terus menerus
memastikan bahwa pekerjaan secara teknis berjalan dengan lancar dan
perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya.
2) Aspek Manajemen
Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat
diterapkan dalam kegiatan operasional usaha jamur tiram putih. Jika fungsi
manajemen dapat diterapkan, maka usaha jamur tiram putih dinilai layak dari
aspek manajemen operasional.
3) Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Suatu proyek harus tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial
masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain
sebagainya. Selain itu, apakah proyek dapat diterima oleh masyarakat
sekitarnya.
4) Aspek Pasar
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah permintaan dan
penawaran pasar terhadap jamur tiram putih, harga dan produk jamur tiram
putih di pasar.

4.3.2. Analisis Kuantitatif (Analisis Finansial)


Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan budidaya jumur tiram putih
terhadap aspek finansial. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai
uang untuk mengkaji kelayakan investasi atau aspek finansial dari perusahaan.
Dalam aspek finansial terdapat beberapa metode, adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah NPV, Net B/C, IRR, payback period dan switching
value.
a) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama
umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara, yakni mengurangi nilai
penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada waktu
sekarang selama waktu tertentu. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai
NPV yaitu bila NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak
didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut:

Bt Ct
NPV =
(1 + )

Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate)
t = Tahun
n = Jumlah Tahun

b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat
tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan
antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif
(sebagai penyebut). Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C yaitu
semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak
dijalankan.
n
Bt Ct
(1 i)
t 1
t Untuk Bt-Ct > 0
Net B/C n
Ct Bt

t 1 (1 i)
Untuk Bt-Ct < 0

Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate)
t = Tahun
n = Jumlah Tahun
c) Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk
menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas
investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari
dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak
untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga
yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang
digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :
NPV1
IRR it (i2 i1 )
NPV1 NPV2
Keterangan: i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negative

d) Payback Period
Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka
waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui keuntungan
yang diperoleh suatu proyek. Kriteria investasi, semakin cepat tingkat
pengembalian investasi, maka investasi tersebut dinilai semakin baik untuk
dilaksanakan.
I
Payback period =
Ab
Keterangan: PP = Payback Period
I = Jumlah Modal Investasi
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

e) Switching Value
Analisis Nilai Pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu
variabel, sehingga menghasilkan suatu perubahan kriteria investasi yaitu layak
atau tidak layak. Analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat
ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan
normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat
produksi, harga jual output maupun harga input. Analisis dilakukan pada
perubahan biaya variabel yaitu terjadinya peningkatan biaya variabel, penurunan
harga jamur tiram putih segar dan penurunan harga log jamur tiram putih.

4.4. Asumsi Dasar

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Lahan yang digunakan adalah lahan milik Yayasan Paguyuban Ikhlas. Luasan
lahan yang digunakan untuk usaha yaitu 4000 meter persegi, hal ini
disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Umur proyek dalam penelitian ini adalah lima tahun yang ditetapkan
berdasarkan umur ekonomis kumbung yang terbuat dari konstruksi bambu
dengan dinding terbuat dari screen net. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa, kumbung merupakan aset penting dalam budidaya jamur tiram putih
yang memerlukan biaya investasi yang cukup besar.
3. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skenario skala
usaha. Skenario I (membeli log jamur tiram putih) dari petani disekitar
Kecamatan Pamijahan sebanyak 24.000 log. Skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih) sebanyak 26.667 log.
4. Sumber modal yang digunakan berdasarkan pada dua skenario dalah modal
pinjaman dari Bank sebesar 40 persen dan modal sendiri sebesar 60 persen,
dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 14 persen.
5. Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini yaitu skenario I
bersumber dari penjualan jamur tirma putih segar, dan skenario II bersumber
dari penjualan jamur tiram putih segar dan penjualan log jamur tiram putih.
6. Setiap log yang dihasilkan untuk dijual, diasumsikan sebanyak 100 persen
terjual setiap bulannya dan jamur tiram putih segar diasumsikan sebanyak
100 persen habis terjual setiap harinya, hal ini dikarenakan perusahaan
memiliki teknik dalam melakukan pemanenan jamur tiram putih segar.
7. Siklus produksi log dilakukan setiap satu bulan sekali sebanyak 26.667, hal
ini disesuaikan dengan kapasitas mesin produksi (steamer) yang mampu
memproduksi log sebanyak 1.000 sampai 1.200 log per hari.
8. Satu siklus tanam jamur tiram putih membutuhkan waktu sekitar empat
bulan.
9. Resiko kegagalan produksi sebesar 10 persen, hal ini berdasarkan
pengalaman Yayasan Paguyuban Ikhlas yang telah terjadi.
10. Rata-rata hasil panen jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas dalam
satu hari sebanyak 145 kilogram. Angka ini diperoleh dari total panen jamur
tiram putih segar sebanyak 150 kilogram dikurangi sortasi dan pembersihan
akar jamur sebanyak lima kilogram per hari.
11. Harga jual jamur tiram putih segar sebesar Rp 6.500 per kilogram, dan harga
jual log sebesar Rp 1.800 per log.
12. Harga input dan output yang dipergunakan dalam penelitian adalah harga
konstan yang berlaku pada tahun 2009, hal ini untuk mempermudah
perhitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis
switching value.
13. Biaya yang akan dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu
biaya pembelian tahah, biaya pembangunan kumbung, pembangunan kantor,
pembelian peralatan, instalasi listrik dan air, dan lainnya. Sedangkan
pengeluaran untuk biaya operasional per siklus tanam seperti pembelian
bahan baku media tanam, plastik kemasan, bibit, pembayaran gaji,
pembayaran listrik dan air serta telepon, pembayaran transportasi, dan
pembayaran PBB.
14. Harga tanah diasumsikan sebesar Rp 50.000 meter persegi. Harga tanah
diasumsikan sama harga beli dengan harga jual pada akhir umur proyek.
15. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana harga
beli dibagi umur ekonomis.
16. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik
Indonesia tentang perpajakan No. 17 tahun 2000 yang isinya adalah (kantor
perpajakan kota Bogor, 2009) :
Rugi : Tidak dikenakan Pajak.
Pendapatan < 50 juta : Dikenakan Pajak 10 persen
Pendapatan 50 juta : 50 juta dikenakan pajak 10 persen, ditambah
100 juta selisih pendapatan setelah dikurang 50 juta
dikenakan pajak 15 persen.
Pendapatan > 100 juta : 50 juta dikenakan pajak 10 persen ditambah 50
juta dikenakan pajak 15 persen ditambah selisih
pendapatan setelah dikurangi 100 juta
dikenakan pajak 30 persen.
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas

Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar, dengan


unit bisnis yang dijalankan yaitu usaha budidaya jamur tiram putih. Usaha jamur
tiram putih ini merupakan salah satu cabang usaha dari kegiatan-kegiatan usaha
yang dimiliki Yayasan Paguyuban Ikhlas, dimana seluruh kegiatan usaha yang
dilakukan bergerak dibidang sosial dan kemasyarakatan. Seluruh kegiatan
Yayasan Paguyuban Ikhlas berpusat di Jakarta. Pada awalnya Yayasan Paguyuban
Ikhlas mempunyai lahan di Desa Cibening yang belum termanfaatkan, kemudian
yayasan bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk memanfaatkan lahan
tersebut dengan melakukan kegiatan budidaya ikan gurame. Namun, seiring
berjalannya waktu kegiatan budidaya ikan gurame tersebut pailit yang disebabkan
oleh tingginya biaya variabel dan seranggan hama serta penyakit.
Pada tahun 2007, Yayasan Paguyuban Ikhlas memanfaatkan lahan yang
belum termanfaatkan dalam kegiatan sebelumnya untuk budidaya jamur tiram
putih. Pada akhir tahun 2007, Yayasan Paguyuban Ikhlas menggunakan pola
kemitraan bagi petani yang sebelumnya diberikan pelatihan dan fasilitas selama
proses produksi jamur tiram putih. Pada akhir tahun 2008 kemitraan yang terjalin
dengan petani tidak diperpanjang, hal ini dikarenakan tujuan serta visi dan misi
dari pola kemitraan dengan petani dari kegiatan yang dilakukan tidak sesuai.
Pada tahun 2009, Yayasan Paguyuban Ikhlas membuat berbagai persiapan
bangunan untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih. Investasi yang dikeluarkan
dalam usaha ini meliputi pembangunan, peralatan kantor, peralatan produksi dan
perlengkapan penunjang lainnya. Semua komponen tersebut sangat mendukung
berjalannya pengusahaan jamur tiram putih ini. Total biaya yang dikeluarkan
Yayasan Paguyuban Ikhlas untuk menjalankan usaha budidaya jamur tiram putih
yaitu sebesar Rp 885.092.241, dengan pengeluaran terbesar adalah untuk
pembelian tanah, pembangunan kumbung selama lima tahun dan pembelian
peralatan produksi. Keseluruhan modal investasi awal usaha ini berasal dari
modal milik sendiri sebesar 60 persen dan 40 persen modal pinjaman dari Bank.
5.2. Lokasi Yayasan Paguyuban Ikhlas

Yayasan Paguyuban Ikhlas berlokasi di Jl. Thamrin No 1 Desa Cibening,


Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas lahan yang
dimiliki Yayasan Paguyuban Ikhlas yaitu kurang lebih 1,4 hektar, namun dari
keseluruhan lahan tersebut hanya 4.000 meter persegi yang termanfaatkan untuk
usaha jamur tiram putih yaitu pembangunan kumbung perawatan dan bangunan
penunjang lainnya. Kapasitas dari masing-masing bangunan yang ada dalam
usaha ini adalah kumbung perawatan yaitu 48.000 log, ruang inkubasi yaitu
60.000 log, ruang produksi yaitu 10 orang dan ruang inokulasi yaitu tiga orang.

5.3. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Paguyuban Ikhlas

Yayasan Paguyuban Ikhlas ini mempunyai tujuan untuk kegiatan sosial


masyarakat dan memanfaatkan lahan yang ada dengan berbagai potensi baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang melimpah guna mendapat
keuntungan baik secara finansial maupun sosial atas kegiatan yang dilakukan serta
memanfaatkan peluang pasar yang tinggi setiap tahunnya terhadap permintaan
jamur tiram putih. Selain itu, yayasan mempunyai misi dan visi yaitu
pemberdayaan masyarakat sekitar melalui peningkatan jiwa kewirausahaan.

5.4. Kegiatan Yayasan Paguyuban Ikhlas

Yayasan Paguyuban Ikhlas beroperasi pada hari senin sampai sabtu mulai
pukul 07.30 sampai 16.00 WIB. Yayasan mulai beroperasi pada pagi hari, hal ini
diduga dikarena yayasan ingin memproduksi log dan pemanenan jamur tiram
putih. Yayasan memiliki empat divisi usaha, meliputi supervisor, divisi produksi,
divisi pengantongan, divisi perawatan dan pemasaran. Supervisor yang bertugas
sebagai pengawas dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan, dan
dibawah pengawasan direktur utama. Divisi produksi bertugas persiapan dan
pencampuran bahan baku dalam membuat log, divisi ini merupakan bagian
terpenting dalam menentukan kualitas dan kuantitas jamur tiram putih segar yang
akan dihasilkan. Divisi pengantogan bertugas melakukan pengisian dan
pemadatan media yang telah dipersiapkan oleh divisi produksi ke dalam plastik
tahan panas dengan berat 1,2 kilogram. Divisi perawatan bertugas merawat log
selama masa pertumbuhan tubuh buah jamur tiram putih (fruit body) sampai
pemanenan dan pemasaran jamur tiram putih ke pasar TU kemang. Divisi
produksi disiapkan oleh supervisor lebih banyak dari divisi lainnya untuk rangkap
jabatan, hal ini dilakukan agar jika produksi jamur meningkat atau ketika salah
satu diantara karyawan sakit mereka dapat mengambil alih tugas yang
ditinggalkan oleh bagian divisi tersebut.

5.5. Organisasi Yayasan Paguyuban Ikhlas

Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah suatu usaha perorangan di bidang


pertanian dengan usaha budidaya jamur tiram putih, dimana usaha ini masih
beroperasi dalam skala menengah dan pemilik bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua resiko dalam kegiatan yang dilakukan. Yayasan memiliki struktur
organisasi yang sederhana, dapat dilihat pada Gambar 2. Pada stuktur organisasi
ini direktur utama membawahi beberapa bagian dengan wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda. Struktur ini menunjukkan bahwa saluran perintah datang dari
pemimpin melalui supervisor kemudian diteruskan kepada bawahan.

Direktur Utama

Supervisor

Divisi Produksi Divisi Perawatan Divisi Pengantongan


(6 orang) (2 orang) (5 orang)

Gambar 2. Struktur Organisasi Yayasan Paguyuban Ikhlas

Direktur utama Yayasan Paguyuban Ikhlas mengambil keputusan dalam


segala bidang aktivitas yang dilakukan dan menetapkan garis umum kebijakan.
Pengambilan keputusan direktur terlebih dahulu melakukan diskusi dan
konfirmasi dengan supervisor sebagai pihak yang mengetahui kondisi kebun.
5.6. Sumberdaya Manusia

Tenaga kerja yang dimiliki oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas berjumlah 13


orang yang terdiri dari delapan orang yang bertugas sebagai divisi produksi
sebanyak enam orang dan divisi perawatan sebanyak dua orang, dan lima orang
tenaga kerja pengantongan log jamur tiram putih. Kebutuhan akan tenaga kerja ini
dapat disesuaikan dengan target produksi dan diusahakan tidak terlalu banyak
dengan harapan masing-masing pegawai dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Keseluruhan pegawai tersebut terkait dengan kontrak kerja dan
kebutuhannya tidak terkait dengan jumlah produksi, sehingga gaji yang diberikan
berjumlah tetap sebulan. Kompensasi yang diberikan untuk penyelesaian
pekerjaan ini yaitu sebesar Rp 900.000 per bulan per orang untuk divisi produksi
dan divisi perawatan, sedangkan untuk divisi pengantongan sebesar Rp 1.333.500
per bulan per orang. Namun dalam prakteknya, pegawai tersebut dapat mengambil
lembur untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditetapkan supervisor dengan
kompensasi yang diberikan sebesar Rp 20.000 per orang. Selain pegawai tersebut,
yayasan dapat mengangkat pegawai baru yang disesuaikan dengan kapasitas
produksi yang akan dilakukan.
VI ANALISIS NON FINANSIAL

Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting untuk dilakukan
karena dapat memberikan gambaran terhadap usaha yang akan maupun sedang
dijalankan. Pada penelitian ini, aspek non finansial yang akan dikaji meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

6.1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan hal yang sangat penting dalam pertimbangan investor,
karena tujuan utama proyek adalah untuk menjual produksi. Pasar merupakan tempat
bertemunya beberapa lembaga pemasaran yang memiliki keterkaitan dengan berbagai
pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti
menganalisis permintaan dan penawaran jamur tiram putih, harga dan produk jamur tiram
putih.

6.1.1. Permintaan dan Penawaran

Berdasarkan hasil penelitian ditelah dilakukan di Yayasan Paguyuban Ikhlas


terdapat dua jenis permintaan yaitu permintaan jamur tiram putih segar dan log jamur
tiram putih. Berdasarkan wawancara dengan supervisor Yayasan Paguyuban Ikhlas kedua
jenis permintaan tersebut belum mampu terpenuhi oleh yayasan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan kapasitas steamer yang mampu memproduksi media tanam sebanyak 1.000
sampai 1.200 log per hari dikali dengan hari kerja sebanyak 24 hari, sehingga dalam satu
bulan Yayasan Paguyuban Ikhlas memproduksi sebanyak 26.667 log.

Pasar jamur tiram putih segar dilokasi penelitian adalah pasar TU kemang dalam
bentuk curah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pengumpul, pasar TU
kemang dapat menyerap jamur tiram putih sebanyak 1.500 sampai 2.000 kilogram per
hari. Namun, pada saat ini jamur tiram putih segar yang tersedia di pasar TU kemang
sebanyak 500 kilogram per hari. Jumlah tersebut diperoleh pedagang pengumpul berasal
dari dua sumber yaitu Yayasan Paguyuban Ikhlas sebanyak 300 kilogram dan petani
jamur tiram lain sebanyak 200 kilogram. Selisih antara penawaran dan permintaan yang
terjadi saat ini di pasar TU kemang sebanyak 1.000 sampai 2.000 kilogram per hari,
dengan adanya selisih tersebut menyebabkan jamur tiram selalu terjual habis di pasar 7.
Yayasan Paguyuban Ikhlas memilih pasar TU kemang, karena pasar tersebut dekat
dengan yayasan dan merupakan pusat pasar di kota Bogor. Selain itu, informasi harga
yang sedang terjadi di pasar mudah untuk didapat.

Pasar log jamur tiram putih Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah petani jamur yang
terletak di desa Ciampea dan Cimayang, kedua petani jamur tersebut telah membuat
kontrak kerjasama dengan yayasan. Permintaan log jamur tiram putih dari kedua
konsumen cenderung meningkat setiap bulannya yaitu masing-masing sebanyak 50.000
log per bulan, sedangkan penawaran yang tersedia saat ini sebanyak 24.000 log per bulan
8
. Selisih antara permintaan dan penawaran yang terjadi saat ini yaitu sebesar 26.000 log
per bulan. Namun, permintaan log tersebut masih akan terus meningkat setiap bulannya
dari kedua petani jamur. Selisih antara penawaran dan permintaan log tersebut menjadi
salah satu peluang besar bagi Yayasan Paguyuban Ikhlas yang nantinya akan
dimanfaatkan.

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang
sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur
tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi dan memiliki prospek ekonomi yang baik. Hal
ini dikarenakan, pasar jamur tiram yang telah jelas dan permintaan pasar yang selalu
tinggi, sehingga memudahkan para petani dalam memasarkan hasil produksi jamur tiram.
Pasar jamur tiram putih saat ini di dalam negeri telah meluas seperti Jawa Barat, DKI
Jakarta, dan Banten. Permintaan jamur tiram di daerah Bandung dan sekitarnya mencapai
tujuh sampai 10 ton per hari. Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 sampai tiga
ton per hari. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat selisih antara permintaan
dan penawaran yang belum terpenuhi oleh petani jamur tiram sebesar empat sampai tujuh
ton per hari 9.

Menurut Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jabar, pasar ekspor jamur
tiram putih berasal dari negara Asia Tenggara, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat,
dengan harga sekitar dua sampai tiga dolar AS per kilogram, dibandingkan dengan harga

7
Jajang. Hasil wawancara pedagang pengecar di pasar TU kemang. [5 Februari 2010]

8
Asep. Hasil wawancara supervisaor Yayasan Paguyuban Ikhlas. [3 Desember 2009]
9
Proposal Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
http://organikganesha.wordpress.com/2009/09/28/proposal-pengembangan-usaha-budidaya-jamur-tiram-
pleurotus-ostreatus-part-1/. Diakses pada tanggal 24 Maret 2010.
lokal sebesar Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram 10. Rata-rata konsumsi jamur per
kapita untuk penduduk Kanada melebihi 1,5 kilogram per kapita per tahun, Inggris dan
Amerika masing-masing sekitar satu kilogram per kapita per tahun (Marlina dan Siregar,
2001). Adanya kebutuhan jamur tiram putih baik dalam maupun luar negeri yang belum
terpenuhi, mengindikasikan produksi jamur tiram putih yang diproduksi relatif stabil dan
akan tetap dibutuhkan. Berdasarkan hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
permintaan jamur tiram putih sangat tinggi dan bertambah terus setiap tahun, sedangkan
penawaran yang ada belum mencukupi permintaan sehingga budidaya jamur tiram putih
masih layak untuk diusahakan.

6.1.2. Harga (Price)

Untuk mengetahui perkembangan harga jamur tiram putih di pasaran, supervisor


melakukan survei ke pasar yang dilakukannya setiap satu bulan sekali. Harga jamur tiram
putih segar yang diterima yayasan sebesar Rp 6.500 per kilogram ditingkat pedagang
pengumpul, sedangkan harga yang berlaku ditingkat pedagang pengumpul ke pengecer
sebesar Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kilogram dan harga dikonsumen akhir antara Rp
10.000 sampai Rp 12.500 per kilogram. Rendahnya harga yang diterima, diduga
disebabkan yayasan menjual jamur tiram putih ke pedagang pengumpul dalam bentuk
curah, dan tingginya harga yang diterima pedagang pengecer, diduga disebabkan
pedagang pengecer melakukan pengemasan terhadap produk yang akan dijual ke
konsumen akhir dan sortasi. Harga jamur tiram putih segar yang diterima yayasan
merupakan harga yang sedang berlaku di pasar atau pada saat yayasan menjual jamur
tiram putih segar di pasar TU kemang, sehingga tidak terjadi persaingan harga antar
pedagang maupun petani jamur tiram putih di pasar TU kemang.

Harga jual log jamur tiram putih yang ditetapkan Yayasan Paguyuban Ikhlas
yaitu sebesar Rp 1.800 per log dipetani jamur. Harga Rp 1.800 ditetapkan berdasarkan
biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi satu log jamur tiram putih sebesar
Rp 1.000, sehingga selisih dari harga log dan biaya produksi log merupakan keuntungan
yang diterima, yaitu sebesar Rp 800. Untuk saat ini yayasan menjual log jamur tiram
putih kepada rekan kerjanya yaitu terletak di Ciampea dan Cimayang. Jumlah log jamur

10
Ekspor Jamur Mentah hanya Terpenuhi 20%. http://organikganesha.wordpress.com/2009/10/29/ekspor-
jamur-mentah-hanya-terpenuhi-20/. Diakses pada tanggal 25 Maret 2010
tiram yang dijual kedua lokasi tersebut sebanyak 24.000 log sesuai dengan kapasitas
produksi log yang dihasilkan setiap bulannya. Untuk harga jamur tiram putih segar
persaingan harga tidak terjadi, hal ini diduga disebabkan para pedagang menggunakan
harga yang sedang berlaku di pasaran pada saat transaksi berlangsung, sedangkan harga
log jamur tiram putih di pasaran sangat bervariasi antara Rp 1.800 sampai Rp 3.000 per
log.

6.1.3. Produk (Product)

Produk yang dihasilkan Yayasan Paguyuban Ikhlas berupa jamur tiram putih
segar dan log jamur tiram putih. Kedua produk yang dihasilkan akan di pasarkan di dua
tempat, yaitu pasar TU kemang untuk jamur tiram putih segar dan petani jamur tiram
yang berada di desa Cimayang dan Ciampea untuk log jamur tiram putih. Jamur tiram
putih segar yang akan didistribusikan ke pasar TU kemang, yayasan tidak dilakukan
pengemasan secara khusus. Pengemasan dilakukan menggunakan kantung plastik lima
kilogram dan pendistribusian dilakukan menggunakan kendaraan roda dua pada pukul
12.30 WIB. Hal ini diduga agar pendistribusian jamur tiram putih lebih efisien dan
mengurangi biaya transportasi mengingat pasar yang dituju memerlukan waktu kurang
lebih satu jam. Untuk produk log jamur tiram putih, yayasan tidak melakukan
pengemasan lebih lanjut dan dalam pendistribusiannya petani mengambil secara langsung
ke lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan dan
penawaran, harga dan produk jamur tiram putih bahwa usaha budidaya jamur tiram yang
dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan
permintaan pasar akan jamur tiram putih yang tinggi menyebabkan berapapun jumlah
produk yang tersedia di pasar selalu habis terjual, dan harga jamur tiram yang tinggi
menjadikan peluang untuk Yayasan Paguyuban Ikhlas maupun petani jamur tiram lainnya
untuk meningkatkan produksi jamur tiram yang dihasilkan.

6. 2. Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output
produksi berupa barang dan jasa. Hasil penelitian di lapangan dan beberapa literatur
menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan input utama yaitu dari
segi lahan, bibit, bahan baku, proses produksi dan sumberdaya manusia.
6.2.1. Lahan

Lahan yang baik hendaknya memenuhi beberapa persyaratan yaitu relatif rata dengan
kemiringan lebih dari 45 derajat, mempunyai ketinggian lebih dari 700 meter diatas
permukaan laut, memiliki temperatur antara 28 sampai 30 derajat celcius untuk
kebutuhan pertumbuhan bibit dan antara 26 sampai 28 derajat celcius untuk kebutuhan
pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen serta jauh dari sumber pencemar. Selain
itu, kondisi derajat keasaman yang diperlukan antara fase miselium dan fase tubuh
buahnya sama yaitu mendekati netral pada kisaran 5,5 sampai 7,2 dan tingkat kelembaban
yang diperlukan yaitu diatas 90 persen. Sebagian besar persyaratan tersebut telah dapat
dipenuhi oleh yayasan dalam menentukan lokasi usaha budidaya jamur tiram putih.

Yayasan Paguyuban Ikhlas ini terletak di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan,


Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Topografi lahan di lokasi ini relatif datar,
sehingga sangat baik untuk mobilitas kegiatan menyangkut angkutan bahan baku,
peralatan, tempat pemelihatraan dan hasil. Berdasarkan wawancara dengan supervisor,
diketahui bahwa Yayasan Paguyuban Ikhlas ini terletak pada ketinggian antara 750
sampai 1.050 meter di atas permukaan laut, dengan temperatur udara rata-rata berkisar
antara 25 sampai 30 derajat celcius. Luas lahan yang dimanfaatkan dalam usaha budidaya
jamur tiram putih hanya seluas 4000 meter persegi, hal ini disesuaikan dengan modal
usaha yang dimiliki Yayasan Paguyuban Ikhlas. Lokasi usaha budidaya jamur tiram putih
ini cukup strategis, karena jauh dari kawasan pabrik, sehingga terhindar dari pencemaran
udara, tanah dan air serta jauh dari pusat keramaian kota.
6.2.2. Bibit

Bibit yang baik, teruji dan unggul merupakan persyaratan yang menentukan
keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Bibit yang diperoleh yayasan berasal dari
laboratorium milik Yayasan Paguyuban Ikhlas sendiri yang sudah teruji dan dibuat secara
profesional oleh ahlinya. Bibit yang dipergunakan yaitu bibit yang sudah siap teb

ar yang dimasukkan dalam bentuk botol maupun plastik. Salah satu parameter bibit
yang baik ditentukan oleh nilai BER (Biological Effeciency Rasio) atau perbandingan
antara jumlah (gram) jamur yang dapat dipanen per musim dengan berat (gram) log
jamur. Semakin tinggi nilai BER, maka nilai bibit akan menjadi semakin baik. Jumlah
(gram) jamur yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 400 gram dengan berat
log sebesar 1.200 gram, sehingga nilai BER yang di dapat yaitu sebesar 0,33.

Gambar 3. Proses pembuatan bibit Gambar 4. Bibit jamur tiram putih

6.2.3. Bahan Baku

Lokasi budidaya jamur tiram putih ini cukup strategi karena dekat dengan sumber
bahan baku utama dan ketersediaannya melimpah, antara lain serbuk gergaji, bekatul,
kapur dan bahan baku lainnya. Kedekatan dengan sumber bahan baku ini sangat
menguntungkan yayasan, karena bahan baku dapat diperoleh dalam kondisi yang masih
baru (belum tersimpan lama, tidak ditumbuhi jamur liar, warnanya belum berubah dan
bentuknya tidak membatu).

Ketersediaan air maupun bahan baku pembuatan log di lokasi penelitian jumlahnya
cukup melimpah, kualitasnya baik sesuai persyaratan dan kontinuitas terjamin sesuai
kebutuhan serta harganya relatif murah. Kebutuhan air didapat dari air tanah dan
ditunjang oleh keberadaan lokasi dekat dengan sumber mata airnya berasal dari Gunung
Bunder.
6.2.4. Proses Produksi

Adapun rangkaian kegiatan proses produksi yang akan dilakukan oleh tenaga kerja di
Yayasan Paguyuban Ikhlas adalah sebagai berikut :

a) Pembuatan Media Taman


Bahan baku utama yang diperlukan untuk membuat log yaitu serbuk gergaji,
bekatul, gipsum, kapur dan serbuk jagung. Serbuk gergaji yang digunakan yaitu dari jenis
kayu yang tidak mengandung kadar minyak (kayu pinus). Kemudian bahan baku tersebut
dicampur secara merata dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan.
Kompisisi substrat tanaman jamur ditunjukkan dalam Tabel 5. Sebelum digunakan
sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih dahulu agar
ukurannya seragam dan tidak tercampur benda asing seperti kerikil, pecahan gelas dan
lainnya.

Gambar 5. Bahan baku log Gambar 6. Log siap sterilisasi

Setelah itu, semua bahan baku tersebut dicampur sampai homogen dan ditambah
dengan air secukupnya kemudian dikomposkan selama satu hari. Proses pengomposan ini
dimaksudkan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan
dengan bantuan mikroba, sehingga senyawa-senyawa yang lebih sederhana mudah
dicerna oleh jamur. Tahap berikutnya yaitu pengisian bahan baku. Pengisian bahan baku
ini dilakukan secara manual kedalam plastik tahan panas (plastik polipropilena)
berukuran 18x35 centimeter. Pengisian secara manual harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga padat, dengan menggunakan pemukul yang terbuat dari semen maupun botol
yang berisi air. Faktor pemadatan sangat penting, karena jika pengisian bahan baku ke
dalam kantung plastik kurang padat maka pertumbuhan bibit yang ditaman pada media
tersebut kurang merata. Setelah media dipadatkan kemudian diberi penutup atau cincin
paralon.
Tabel 5. Formulasi Log Jamur Tiram Putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas

No Bahan Baku Formulasi (%)


1 Bekatul 46
2 Serbuk gergaji 20
3 Kapur 30
4 Serbuk jagung 2
5 Gipsum 1
Sumber : Supervisor Yayasan Paguyuban Ikhlas

b) Sterilisasi
Sterilisasi log bertujuan untuk menghambat pertumbuhan semua jasad hidup
yang mungkin terbawa bersama bahan baku. Alat sterilisasi yang digunakan oleh
Yayasan Paguyuban Ikhlas ini yaitu steamer yang terbuat dari plat baja dan mampu
menghasilkan uap air panas bertekanan tinggi, dengan temperatur diatas 85 derajat
celcius. Bagian dalam steamer dibagi menjadi dua bagian, yaitu a). Bagian bawah untuk
tempat air yang akan dipanaskan dan menghasilkan uap air panas dan b). Bagian atas
untuk tempat log yang akan disterilkan. Yayasan Paguyuban Ikhlas memiliki satu steamer
dan lima kompor gas sebagai alat sterilisasi yang penggunaannya memakan waktu 8
sampai 10 jam.

Gambar 7. Steamer Gambar 8. Proses sterilisasi

c) Inokulasi
Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan inokulasi yaitu masalah kebersihan
meliputi kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi. Peralatan inokulasi
yang digunakan yaitu sendok makan dan log yang harus disterilkan menggunakan alkohol
70 persen dan lampu spritus. Semua alat yang digunakan dalam inokulasi dibilas kedalam
larutan alkohol 70 persen kemudian dinyalakan beberapa saat. Ruangan yang dipakai
untuk inokulasi merupakan ruangan yang tidak sering dilalui orang dan sebelum
digunakan ruangan harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol. Selain
ruangan dan media tanam, orang yang akan melakukan inokulasi pun harus mensterilkan
tangan dengan cara mencuci menggunakan alkohol dan mengenakan pakaian yang bersih.
Sebelum diinokulasi, log yang telah disterilkan didinginkan terlebih dahulu selama dua
hari, apabila tidak didinginkan maka dikhawatirkan bibit jamur yang diinokulasi akan
mati. Cara melakukan inokulasi adalah dengan menyusun log kedalam ruang inokulasi,
kemudian bibit jamur tiram dimasukkan dengan cara ditebar. Setelah media terisi bibit,
pada bagian leher plastik yang telah terpasang cincin paralon ditutup dengan
menggunakan kertas koran. Penutupan media dimaksudkan untuk menciptakan kondisi
yang baik bagi pertumbuhan miselia jamur, karena miselia jamur tumbuh baik pada
kondisi yang tidak terlalu banyak oksigen.

Gambar 9. Proses pendinginan Gambar 10. Proses inokulasi

d) Inkubasi
Log yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh medianya
ditumbuhi miselia secara merata. Inkubasi yaitu menyimpan log yang sudah diisi dengan
bibit didalam ruang inkubasi selama kurang lebih 25 hari. Suhu optimal untuk
pertumbuhan miselia yaitu sekitar 28 samapi 30 derajat celcius. Selama pertumbuhan
bibit, intensitas cahaya harus dikurangi, dan kelembaban serta sirkulasi udara harus
diatur.

e) Pemeliharaan
Log jamur tiram putih yang dapat dipindahkan ke ruang perawatan adalah media
atau log yang telah dipenuhi dengan miselium. Pembukaan log dapat dilakukan dengan
membuka sumbatan koran. Setelah dibuka, sekitar tiga sampai tujuh hari kemudian jamur
tiram mulai tumbuh. Pertumbuhan tubuh buah awal umumnya ditandai dengan adanya
bintik-bintik serat berwarna putih yang makin lama makin membesar dan dalam selang
waktu beberapa hari akan tumbuh jamur kecil dan dapat dipanen dengan cara dipetik
langsung apabila ukurannya sudah cukup besar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen yaitu antara
26 sampai 28 derajar celcius. Selama pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur
sekitar 90 persen karena apabila kurang dari 90 persen media akan mengering.
Kelembaban udara selama pertumbuhan tubuh buah dapat tetap dipertahankan yaitu
dengan menyiram lantai dan pengabutan.

Gambar 11. Kumbung perawatan Gambar 12. Pengabutan

f) Pemanenan
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan pemanenan meliputi tiga
hal yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan dan penanganan pascapanen. Panen
dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat optimal yaitu cukup besar tetapi
belum mekar penuh. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi maupun sore hari, hal ini
dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Pemanenan
dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada baik berukuran besar
maupun kecil sampai ke akar-akarnya untuk menghindari akar atau batang yang
tertinggal. Setelah dilakukan pemanenan, maka log harus segera disiram air. Air yang
digunakan adalah air yang mengalir, dan penyiraman dilakukan pada keseluruhan log.
Tujuan dilakukan penyiraman log yaitu agar sisa-sisa akar yang tertinggal maupun hama
pengganggu yang terdapat di log larut bersama air.

Gambar 13. Jamur siap panen Gambar 14. Jamur siap jual
Penanganan pascapanen yang dilakukan sangat sederhana yaitu dengan
membersihkan kotoran yang menempel dibagian akar dengan cara memotong bagian akar
jamur yang kotor menggunakan pisau. Pemotongan akar dilakukan agar daya simpan
jamur lebih lama dan penampilannya agar lebih menarik. Untuk menghasilkan output
dalam bentuk log jamur tiram putih, maka kegiatan yang diperlukan hanya sampai pada
tahap inkubasi, sedangkan kegiatan untuk menghasilkan output dalam bentuk jamur tiram
segar yaitu mulai dari pembuatan log sampai pemanenan dan penanganan pascapanen.

6.2.5. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah kebutuhan akan tenaga kerja.


Tenaga kerja yang digunakan diambil dari penduduk setempat sebanyak 13 orang.
Tenaga kerja yang digunakan, yaitu tenaga kerja yang terampil, jujur dan apabila
memungkinkan telah memiliki pengalaman tentang kegiatan budidaya. Namun, apabila
tenaga kerja tersebut tidak memiliki pengalaman, maka yayasan memberi pelatihan
mengenai kegiatan dan proses produksi dalam budidaya jamur tiram putih 11.

Hasil dari analisis aspek teknis, yang meliputi lahan, bibit, bahan baku, proses
produksi dan sumberdaya manusia dapat dikatakan bahwa pengusahaan budidaya jamur
tiram putih yang dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas dapat dikatakan layak untuk
dijalankan.

11
Loc.cit
6. 3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang diterapkan Yayasan Paguyuban Ikhlas mencakup


planing, organizing, actuating dan contoling. Perencanaan usaha yang akan dijalankan,
yaitu pemilik menetapkan usaha budidaya jamur tiram putih di Desa Cibening,
Kecamatan Pamijahan. Perencanaan pengembangan usaha ini yaitu penjualan jamur tiram
putih segar dan log jamur tiram putih sebagai produk utamanya. Pengembangan usaha
jamur tiram putih ini pemilik telah melakukan penanaman biaya investasi, mengeluarkan
biaya oprasional dan biaya tetap.

Organisasi yang diterapkan Yayasan Paguyuban Ikhlas memiliki struktur


manajerial yang sederhana, selain itu usaha yang dijalankan merupakan usaha
perorangan. Untuk menjalankan aktifitas usahannya direktur dibantu oleh satu orang
pekerja yang bertugas sebagai supervisor yang telah berpengalaman dibidang budidaya
jamur tiram putih. Pengalaman yang diperoleh supervisor berasal dari beberapa jenis
pelatihan-pelatihan budidaya jamur tiram putih yang dibiayai oleh Yayasan Paguyuban
Ikhlas. Sistem pengupahan yang dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas, yaitu mingguan.

Kontrol terhadap aktivitas usaha yang dijalankan dilakukan oleh Bapak Hariadi
Anwar yang merupakan direktur utama. Pengontrolan yang dilakukan, seminggu sekali
yaitu pada hari sabtu. Pengontrolan ini berkaitan dengan aktivitas produksi jamur tiram
putih yaitu meliputi ketersediaan bahan baku dan sarana penunjang dalam pembuatan
media tanam, perawatan jamur tiram, hingga pemanenan. Pengontrolan yang dilakukan
pemilik bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk yang nantinya akan
dipasarkan.

Hasil dari analisis aspek manajemen, yang meliputi manajemen sumberdaya


manusia dan manajemen organisasi dapat dikatakan bahwa usaha budidaya jamur tiram
putih yang dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas tidak ada masalah manajemen yang
dapat menghambat jalannya usaha, walaupun struktur organisasi Yayasan Paguyuban
Ikhlas terbilang sederhana sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
6. 4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas,
merupakan salah satu kegiatan yang memiliki manfaat baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung memberikan manfaat berupa penciptaan lapangan kerja
bagi masyarakat sekitar. Tenaga kerja yang digunakan yayasan yaitu tenaga kerja yang
berasal dari masyarakat sekitar sebanyak 13 orang dengan kompensasi sebesar Rp
900.000 per bulan per orang untuk divisi produksi dan divisi perawatan, sedangkan untuk
divisi pengantongan log sebesar Rp 1.333.500 per bulan per orang.

Lingkungan merupakan komponen yang terkena dampak secara langsung dan


pertama kali dari adanya usaha budidaya jamur tiram putih ini. Dampak lingkungan
dengan adanya usaha ini adalah limbah plastik dan limbah log jamur tiram putih yang
tidak produktif lagi. Penanggulangan limbah plastik yang dilakukan yayasan pada saat ini
yaitu dengan cara penimbunan disekitar lokasi. Penimbunan plastik yang dilakukan dapat
merusak lingkungan, karena plastik merupakan bahan yang tidak dapat diurai oleh tanah.
Untuk mencegah hal tersebut yayasan dapat memanfaatkan limbah plastik dengan cara
menjual ke penampung limbah plastik yang berada disekitar lokasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka yayasan akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu tambahan pendapatan
dari hasil penjualan limbah plastik dan pencegahan pencemaran lingkungan akibat limbah
plastik. Penanggulangan dengan adanya limbah log jamur tiram yaitu dengan menjadikan
kompos, dimana kompos tersebut dimanfaatkan oleh yayasan sendiri. Tujuan dari
pemanfaatan kompos yaitu untuk menjaga kesuburan tanah disekitar akibat dari
penimbunan limbah plastik yang dilakukan.

Hasil dari analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan dapat dikatakan bahwa
pengusahaan jamur tiram putih yang dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas tidak ada
masalah yang dapat menghambat jalannya usaha budidaya jamur tiram putih, sehingga
dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Yayasan Paguyuban


Ikhlas merupakan suatu kegiatan agribisnis yang menggunakan sumberdaya
modal pinjaman dari Bank dalam menjalankan usahanya. Suatu usaha yang baru
dilakukan perlu dikaji perhitungan keuangannya secara terperinci tentang
kelayakan usaha, sehingga diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan
sumberdaya yang ada.
Penelitian ini akan menggunakan dua skenario skala usaha, yaitu skenario
I (membeli log jamur tiram putih) dan skenario II (memproduksi log jamur tiram
putih). Skenario I yayasan membeli log jamur tiram putih dari petani disekitar
Kecamatan Pamijahan sebanyak 24.000 log yang disesuaikan dengan kapasitas
kumbung, dari kegiatan tersebut yayasan memperoleh output yaitu jamur tiram
putih segar. Skenario II yayasan memproduksi log jamur tiram putih sebanyak
26.667 log yang disesuaikan dengan kapasitas steamer yang mampu memproduksi
sebanyak 1.000 sampai 1.200 log per hari, dari kegiatan tersebut yayasan
menghasilkan dua jenis output produksi yaitu jamur tiram putih segar dan log
jamur tiram putih. Kedua skenario tersebut menggunakan modal pinjaman Bank
sebesar 40 persen dengan suku bunga sebesar 14 persen, dan 60 persen modal
sendiri. Modal tersebut berasal dari total biaya operasional yang dikeluarkan
Yayasan Paguyuban Ikhlas pada tahun kesatu. Dilakukan perbandingan dengan
menggunakan dua skenario skala usaha, diduga untuk mengetahui keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih.
Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar
mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan
sumberdaya. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C,
IRR, Payback period serta analisis switching value. Berdasarkan informasi yang
didapat dari pihak supervisor bahwa umur proyek budidaya jamur tiram putih
yaitu selama lima tahun, hal ini berdasarkan atas umur ekonomis kumbung.

7.1. Inflow (Arus Manfaat)

Dalam sebuah cashflow, inflow merupakan segala sesuatu yang dapat


meningkatkan pendapatan sebuah proyek. Inflow dari kedua skenario skala usaha
ini penerimaan dan nilai sisa. Penerimaan yang diperoleh dari usaha ini yaitu
skenario I (jamur tiram putih segar), dan skenario II (jamur tiram putih segar dan
log jamur tiram putih), dan nilai sisa.

7.1.1. Penerimaan

1. Penerimaan Skenario I (Membeli Log Jamur Tiram Putih)


Penerimaan yang diperoleh yayasan pada skenario I dengan membeli log
jamur tiram putih sebanyak 24.000 log per bulan yaitu jamur tiram putih segar
sebanyak 145 kilogram per hari. Angka 145 kilogram diperoleh dari rata-rata dari
total panen jamur tiram putih segar kotor sebanyak 150 kilogram per hari
dikurangi sortasi dan pembersihan akar jamur pada saat panen sebanyak lima
kilogram per hari, sedangkan log sebanyak 24.000 per bulan disesuaikan oleh
kapasitas kumbung yang telah dipersiapkan yayasan untuk kegiatan budidaya
jamur tiram putih selama lima tahun. Log tersebut diperoleh yayasan dari petani
jamur tiram putih disekitar Kacamatan Pamijahan.
Pemanenan dapat dilakukan setelah log berumur tujuh hari setelah
pembelian log di petani jamur, sebagai contoh yayasan membeli log jamur kepada
petani pada tanggal satu Juni 2009, kemudian pada tanggal delapan Juni sampai
30 Agustus 2009 yayasan dapat melakukan pemanenan selama 30 hari. Jamur
tiram putih segar yang dihasilkan dijual dengan harga sebesar Rp 6.500 per
kilogram, angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil rata-rata penjualan jamur
tiram putih segar di pasar TU kemang. Pasar ini merupakan tujuan dari penjualan
jamur tiram putih segar yang dihasilkan oleh yayasan. Adapun penerimaan jamur
tiram putih segar pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar (Lampiran 2)


Harga Penerimaan/Tahun
Tahun Total Panen/Kg/Tahun
(Rp) (Rp)
1 52.490 6.500 341.185.000
2 98.310 6.500 639.015.000
3 98.310 6.500 639.015.000
4 98.310 6.500 639.015.000
5 94.975 6.500 617.337.500
Total Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar 2.875.567.500
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa
penerimaan jamur tiram putih dalam tiap tahunnya terus meningkat. Hal ini dapat
dilihat pada tahun kesatu total penerimaan sebesar Rp 341.185.000. Nilai ini
diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata panen per hari sebesar 145 kilogram
dikali 362 hari sama dengan 52.490 kilogram per tahun, dikali harga jamur tiram
putih segar sebesar Rp 6.500 per kilogram sama dengan Rp 234.682.500. Angka
362 hari diperoleh dari jumlah kumbung yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan
kapasitas 24.000 log per bulan. Pada tahun kesatu yayasan melakukan pembelian
log sebanyak empat siklus yaitu pada bulan Juni, Juli, Oktober dan November.
Hal ini diduga disebabkan yayasan sedang melakukan persiapan untuk usaha
budidaya jamur tiram putih pada bulan Januari sampai Mei. Pemanenan jamur
tiram putih segar pada tahun kesatu dapat dilakukan yayasan dari bulan Juni
sampai Desember.
Pada tahun kedua sampai keempat penerimaan yayasan cenderung tetap
yaitu sebesar Rp 639.015.000. Nilai ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata
panen per hari sebesar 145 kilogram dikali 678 hari sama dengan 98.310 kilogram
per tahun, dikali harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 6.500 per kilogram
sama dengan Rp 639.015.000. Angka 678 hari diperoleh dari jumlah kumbung
yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan kapasitas 24.000 log per bulan. Pada
tahun kedua sampai keempat yayasan melakukan pembelian log sebanyak enam
siklus yaitu pada bulan Februari, Maret, Juni, Juli, Oktober dan November.
Pemanenan jamur tiram putih segar pada tahun kedua sampai keempat dapat
dilakukan dari bulan Januari sampai Desember.
Pada tahun kelima penerimaan yayasan cenderung menurun dibandingkan
tahun kedua dan keempat, yaitu sebesar Rp 617.337.500. Nilai ini diperoleh dari
hasil perhitungan rata-rata panen per hari sebesar 145 kilogram dikali 655 hari
sama dengan 94.975 kilo per tahun, dikali harga jamur tiram putih segar sebesar
Rp 6.500 per kilogram sama dengan Rp 617.337.500. Angka 655 hari diperoleh
dari jumlah kumbung yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan kapasitas 24.000
log per bulan. Pada tahun kelima yayasan melakukan pembelian log sebanyak
lims siklus yaitu pada bulan Februari, Maret, Juni, Juli dan Oktober. Hal ini
diduga disebabkan kegiatan usaha jamur tiram putih yang dijalankan mendekati
umur proyek yaitu lima tahun atau masa akhir proyek. Pemanenan jamur tiram
putih segar pada tahun kelima yayasan dapat melakukan pemanenan dari bulan
Januari sampai Desember. Dari hasil usaha jamur tiram putih pada skenario I total
penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar sebanyak Rp 2.875.567.500,
hal ini dapat dilihat pada (Lampiran 2).

2. Penerimaan Skenario II (Memproduksi Log Jamur Tiram Putih)


Penerimaan yang diperoleh yayasan pada skenario II (memproduksi log
jamur tiram putih) sebanyak 26.667 log per bulan yaitu jamur tiram putih segar
dan log jamur tiram putih.
2.1. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih
Log merupakan media tumbuh jamur tiram putih. Penerimaan log jamur
tiram putih merupakan penerimaan yang bersumber dari produksi log yang
dilakukan oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas. Pada penelitian ini, jumlah produksi
log yang dihasilkan yayasan sebanyak 24.000 log per bulan. Produksi log
sebanyak 24.000 per bulan diperoleh dari resiko kegagalan produksi sebesar 10
persen dari total produksi sebanyak 26.667 log per bulan. Total produksi sebanyak
26.667 log berdasarkan pada kapasitas mesin produksi yang hanya mampu
memproduksi sebanyak 1.000 sampai 1.200 log per hari. Angka persentase
tersebut diperoleh berdasarkan informasi dari supervisor yang pernah terjadi di
yayasan dalam menjalankan usahanya. Harga jual log jamur tiram putih di
yayasan yaitu Rp 1.800 per log. Harga tersebut ditetapkan berdasarkan biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi log jamur tiram putih sebesar Rp 1.000 per log.
Adapun penerimaan log jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas


(Lampiran 2)
Siklus Produksi Log Harga Siklus Penjualan Log Penerimaan/Thn
Tahun
(Bln) (Rp) (Bln) (Rp)
1 24.000 1.800 3 129.600.000
2 24.000 1.800 6 259.200.000
3 24.000 1.800 6 259.200.000
4 24.000 1.800 6 259.200.000
5 24.000 1.800 8 345.600.000
Total Penerimaan Log 1.252.800.000
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa
penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih yang dihasilkan di tahun pertama
pada sebesar Rp 129.600.000. Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log
sebanyak 24.000 log dikali harga jual sebesar Rp 1.800 per log sama dengan Rp
43.200.000, dikali siklus penjualan log pada tahun pertama yayasan hanya dapat
menjual sebanyak tiga kali sama dengan Rp 129.600.000. Penjualan log pada
tahun pertama sebanyak tiga kali disebabkan yayasan baru memulai produksi log
pada bulan juni, dimana hasil produksi awal lognya dipergunakan oleh yayasan
untuk memproduksi jamur tiram putih segar. Pada tahun kedua sampai keempat
penerimaan yang diperoleh yayasan cenderung tetap yaitu Rp 259.200.000. Angka
tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak 24.000, dikali harga jual
sebesar Rp 1.800 per log sama dengan Rp 43.200.000, dikali siklus penjualan log
sebanyak enam kali sama dengan Rp 259.200.000. Penjualan log sebanyak enam
kali diperoleh dari produksi log pada bulan Januari sampai Desember yang
mampu dijual yayasan.
Pada tahun kelima penerimaan log jamur tiram putih yayasan lebih tinggi
dibandingkan pada tahun pertama dan keempat, yaitu sebesar Rp 345.600.000.
Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak 24.000 log dikali
harga jual Rp 1.800 per log sama dengan Rp 43.200.000, dikali siklus jual log
pada tahun pertama sebanyak delapan kali sama dengan Rp 345.600.000.
Penjualan log sebanyak delapan kali, diduga disebabkan usaha yang dijalankan
mendekati akhir umur proyek yaitu lima tahun, yang disesuaikan dengan umur
ekonomis dari kedua kumbung. Sehingga dalam tahun kelima ini, yayasan lebih
memfokuskan produksi lognya untuk dijual ke petani jamur yang telah melakukan
kerjasama dengan yayasan. Pada saat ini yayasan hanya mempunyai dua petani
log jamur tiram yaitu berada di desa Ciampea dan Cimayang. Berdasarkan hasil
dari penjualan log jamur tiram putih pada tahun pertama sampai kelima, Yayasan
Paguyuban Ikhlas mendapatkan penerimaan total yaitu sebesar Rp 1.252.800.000.
2.2. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar
Budidaya jamur tiram putih merupakan usaha yang bersifat dwiguna,
artinya selain log jamur tiram putih sebagai produk utamanya, usaha ini juga
dapat dimanfaatkan produk sampinganya yaitu jamur tiram putih segar. Pada
penelitian ini, hasil panen rata-rata jamur tiram putih segar yaitu sebanyak 145
kilogram per hari dari jumlah log yang diproduksi sebanyak 24.000 log. Rata-rata
panen jamur tiram putih sebanyak 145 kilogram per hari, diperoleh dari total
panen jamur tiram putih segar kotor yaitu sebanyak 150 kilogram per hari
dikurangi sortasi dan pembersihan akar jamur pada saat panen sebanyak lima
kilogram per hari. Pemanenan dapat dilakukan setelah log berumur 37 hari,
sebagai contoh yayasan memproduksi log pada tangga satu juni 2009, kemudian
pada tanggal delapan Agustus sampai 30 November 2009 yayasan dapat
melakukan pemanenan jamur tiram putih segar selama 30 hari. Jamur tiram putih
segar yang dihasilkan yayasan dijual dengan harga sebesar Rp 6.500 per kilogram,
angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil rata-rata penjualan jamur tiram putih
segar di pasar TU kemang. Pasar ini merupakan tujuan dari penjualan jamur tiram
putih segar yang dihasilkan oleh yayasan. Adapun penerimaan jamur tiram putih
segar pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar Yayasan Paguyuban Ikhlas


(Lampiran 7)

Harga Penerimaan/Tahun
Tahun Total Panen/Kg/Tahun
(Rp) (Rp)
1 36.105 6.500 234.682.500
2 98.310 6.500 639.015.000
3 98.310 6.500 639.015.000
4 98.310 6.500 639.015.000
5 94.975 6.500 617.337.500
Total Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar 2.769.065.000

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa


penerimaan jamur tiram putih dalam tiap tahunnya terus meningkat. Hal ini dapat
dilihat pada tahun kesatu total penerimaan yayasan sebesar Rp 234.682.500. Nilai
ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata panen per hari sebesar 145 kilogram
dikali 249 hari sama dengan 36.105 kilogram per tahun, dikali harga jamur tiram
putih segar sebesar Rp 6.500 per kilogram sama dengan Rp 234.682.500. Angka
249 hari diperoleh dari jumlah kumbung yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan
kapasitas 24.000 log per bulan. Pada tahun kesatu yayasan dapat memproduksi
log jamur tiram putih untuk dilakukan perawatan atau menghasilkan jamur tiram
putih segar sebanyak empat siklus yaitu pada bulan Juni, Juli, Oktober dan
November. Hal ini diduga disebabkan yayasan melakukan persiapan untuk usaha
budidaya jamur tiram putih pada bulan Januari sampai Mei. Pemanenan jamur
tiram putih segar pada tahun kesatu yayasan dapat melakukan pemanenan dari
bulan Agustus sampai Desember.
Pada tahun kedua sampai keempat penerimaan yayasan cenderung tetap
yaitu sebesar Rp 639.015.000. Nilai ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata
panen per hari sebesar 145 kilogram dikali 678 hari sama dengan 98.310 kilogram
per tahun, dikali harga jamur tiram putih segar sebesar Rp 6.500 per kilogram
sama dengan Rp 639.015.000. Angka 678 hari diperoleh dari jumlah kumbung
yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan kapasitas 24.000 log per bulan. Pada
tahun kedua sampai keempat yayasan dapat memproduksi log jamur tiram putih
untuk dilakukan perawatan atau menghasilkan jamur tiram putih segar sebanyak
enam siklus yaitu pada bulan Februari, Maret, Juni, Juli, Oktober dan November.
Pemanenan jamur tiram putih segar pada tahun kedua sampai keempat yayasan
dapat melakukan pemanenan dari bulan Januari sampai Desember.
Pada tahun kelima penerimaan jamur tiram putih segar cenderung
menurun dibandingkan tahun kedua sampai keempat, yaitu Rp 617.337.500. Nilai
ini diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata panen per hari sebesar 145 kilogram
dikali 655 hari sama dengan 94.975 kilo per tahun, dikali harga jamur tiram putih
segar sebesar Rp 6.500 per kilogram sama dengan Rp 617.337.500. Angka 655
hari diperoleh dari jumlah kumbung yang dimiliki yaitu dua kumbung dengan
kapasitas 24.000 log per bulan. Pada tahun kelima yayasan dapat memproduksi
log jamur tiram putih untuk dilakukan perawatan atau menghasilkan jamur tiram
putih segar sebanyak empat siklus yaitu pada bulan Februari, Maret, Juni, dan
Juli. Hal ini diduga disebabkan kegiatan usaha jamur tiram putih yang dijalankan
mendekati umur proyek yaitu lima tahun, sehingga yayasan lebih memfokuskan
hasil produksi lognya untuk dijual kepada petani jamur. Untuk pemanenan jamur
tiram putih segar pada tahun kelima yayasan dapat melakukan pemanenan dari
bulan Januari sampai Desember. Berdasarkan usaha yang sedang dilakukan
sampai umur proyek berakhir, penerimaan yang diperoleh Yayasan Paguyuban
Ikhlas dari penjualan jamur tiram putih segar sebanyak Rp 2.769.065.000, hal ini
dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Berdasarkan hasil perbandingan penerimaan pada (Tabel 6, 7 dan 8),
diketahui bahwa total penerimaan pada skenario II lebih tinggi dibandingkan
skenario I. Hal ini diduga pada skenario II yayasan menghasilkan dua output
produksi yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Namun, bila
dilihat berdasarkan hasil penerimaan pada (Tabel 7 dan 8), diketahui bahwa total
penerimaan jamur tiram putih segar lebih besar dibandingkan penerimaan dari
penjualan log jamur tiram putih. Besarnya penerimaan yang diperoleh yayasan
untuk jamur tiram putih segar, dikarenakan harga jual yang diperoleh lebih besar
dari pada penjualan log jamur tiram putih. Produk jamur tiram putih merupakan
produk yang dapat dihasilkan sepanjang tahun, artinya selama yayasan
memproduksi log jamur tiram putih tersebut dapat menghasilkan jamur tiram
putih segar setiap hari.

7.1.2. Nilai Sisa


Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha
berjalan. Nilai sisa dihitung diakhir proyek, dan dimasukan kedalam komponen
inflow. Penelitian ini digunakan dua skenario, dimana skenario I (membeli log
jamur tiram putih) dari petani jamur tiram putih yang terletak disekitar yayasan
sebanyak 24.000 log per siklus tanam. Skenario II (memproduksi log jamur tiram
putih) sebanyak 26.667 log per bulan.

1. Nilai Sisa Skenario I (Membeli Log Jamur Tiram Putih)


Total dari nilai sisa usaha budidaya jamur tiram putih pada dua skenario
yaitu sebesar Rp 260.766.667. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga
beli barang dibagi dengan umur teknis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan
sebagai berikut, jika harga beli ember Rp 100.000 dengan umur teknis dua tahun
maka, nilai sisanya adalah Rp 50.000 per tahun. Komponen yang masih memiliki
nilai sisa diantaranya : lahan, diasumsikan nilai sisa sama dengan nilai beli yaitu
Rp 200.000.000, kantor sebesar Rp 10.000.000, motor sebesar Rp 7.500.000,
instalasi listrik dan air sebesar Rp 2.000.000, laptop sebesar Rp 5.000.000, steam
pengabut sebesar Rp 1.000.000, selang air sebesar Rp 116.667, dan fasilitas
kantor sebesar Rp 100.000 per tahun (Tabel 9).
2. Nilai Sisa Skenario II (Memproduksi Log Jamur Tiram Putih)
Total dari nilai sisa usaha budidaya jamur tiram putih pada skenario II
yaitu sebesar Rp 312.176.667. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga
beli barang dibagi dengan umur teknis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan
sebagai berikut, jika harga beli ember Rp 100.000 dengan umur teknis dua tahun
maka, nilai sisanya adalah Rp 50.000 per tahun. Komponen yang masih memiliki
nilai sisa diantaranya : lahan, diasumsikan nilai sisa sama dengan nilai beli yaitu
Rp 200.000.000, bangunan (satu dan dua) dan kantor sebesar Rp 45.000.000,
motor sebesar Rp 7.500.000, instalasi listrik dan air sebesar Rp 2.000.000, laptop
sebesar Rp 5.000.000, steam pengabut sebesar Rp 1.000.000, sekop Rp 80.000,
ayakan sebesar Rp 50.000, ember sebesar Rp 50.000, cangkul sebesar Rp 50.000,
selang air sebesar Rp 116.667, fasilitas kantor sebesar Rp 100.000 dan tabung gas
sebesar Rp 1.230.000 (Tabel 10).

7.2. Outflow

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Outflow budidaya
jamur tiram putih baik segar maupun log jamur tiram putih, komponen biaya
dikelompokkan menjadi dua macam bentuk, yaitu biaya investasi dan biaya
operasional. Untuk lebih jelas masing-masing dari biaya tersebut akan dijelaskan
pada sub bab berikut ini.

7.2.1. Biaya Investasi


Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu
usaha. Pada penelitian ini, menggunakan dua skenario usaha yaitu skenario I
(membeli log jamur tiram putih), sehingga biaya investasi yang dikeluarkan
yayasan disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan, dan skenario
II (memproduksi log jamur tiram putih). Adapun rincian biaya investasi terhadap
kedua skenario tersebut dapat dilihat dibawah ini.

1. Biaya Investasi Skenario I (Membeli Log Jamur Tiram Putih)


Biaya investasi yang dilakukan untuk usaha budidaya jamur tiram putih
pada skenario I (membeli log jamur tiram putih) terdiri dari tanah, kumbung,
kantor dan peralatan penunjang kegiatan usaha. Dana investasi yang dikeluarkan
untuk usaha ini mencapai Rp 322.330.000. Adapun rincian penggunaan biaya
pada investasi ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan


Umur Harga Nilai
Nilai Sisa Penyusutan
No Uraian Teknis Satuan Investasi
(Rp) (Rp)
(THN) (Rp) (Rp)
1 Lahan 4000 m2 50.000 200.000.000 200.000.000 0
2 Kantor 10 50.000.000 50.000.000 25.000.000 2.500.000
Kumbung Perawatan
3
(kapasitas 48.000 log) 5 40.000.000 40.000.000 20.000.000 4.000.000
4 Kendaraan (Motor) 10 15.000.000 15.000.000 7.500.000 750.000
5 Laptop 10 10.000.000 10.000.000 5.000.000 500.000
6 instalasi air 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
7 instalasi listrik 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
8 Steam Pengabutan 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
9 Sepatu Boot 5 50.000 150.000 0 30.000
10 Selang air 3 7.000 350.000 116.667 77.778
11 Termometer 5 300.000 300.000 0 60.000
12 Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 5 100.000 200.000 0 40.000
13 Ember 2 20.000 100.000 50.000 25.000
14 Pisau 1 10.000 30.000 0 30.000
15 Fasilitas kantor 2 200.000 200.000 100.000 50.000
Total 81.737.000 322.330.000 260.766.667 8.362.778

Berdasarkan Tabel 9, bagian terbesar investasi adalah dialokasikan untuk


pembelian tanah yaitu sebesar Rp 200.000.000 dan pembuatan fasilitas kegiatan
budidaya berupa kumbung, dan kantor sebesar Rp 90.000.000. Bangunan yang
digunakan untuk usaha jamur tiram putih dibuat secara semi permanen dengan
kontruksi sebagaian besar dibuat dari bambu dan kayu. Pertimbangan ini
dilakukan agar setelah habis umur ekonomisnya bangunan tersebut mudah untuk
dialih fungsikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bangunan terutama
kumbung merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh yayasan. Selain biaya
investasi diatas, log jamur tiram putih merupakan salah satu aset penting dalam
kegiatan budidaya jamur tiram putih. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli satu
log jamur tiram putih sebesar Rp 2.500 per log.

2. Biaya Investasi Skenario II (Memproduksi Log Jamur Tiram Putih)


Biaya investasi yang dikeluarkan pada skenario II terdiri dari kumbung,
ruang inokulasi, inkubasi, laboratorium, kantor, dan peralatan penunjang usaha.
Dana investasi yang dikeluarkan untuk mewujudkan usaha budidaya jamur tiram
putih mencapai Rp 491.095.000. Adapun rincian penggunaan biaya pada investasi
ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan
Umur Harga Nilai
Nilai sisa Penyusutan
No Uraian Teknis Satuan Investasi
(Rp) (Rp)
(THN) (Rp) (Rp)
1 Lahan 4000 m2 50.000 200.000.000 200.000.000 0
2 Kantor dan Laboratorium 10 150.000.000 150.000.000 75.000.000 7.500.000
Kumbung Perawatan
3
(kapasitas 48.000 log) 5 40.000.000 40.000.000 0 8.000.000
Bangunan 1
4 (Inkubasi, Pendinginan,
inokulasi&Pengukusan) 10 20.000.000 20.000.000 10.000.000 1.000.000
Bangunan 2
5 (Gudang, Pengayakan,
Pengadukan, Pengantongan) 10 20.000.000 20.000.000 10.000.000 1.000.000
6 Stimer (240x120x120) 5 20.000.000 20.000.000 0 4.000.000
7 Kendaraan (Motor) 10 15.000.000 15.000.000 7.500.000 750.000
8 Laptop 10 10.000.000 10.000.000 5.000.000 500.000
9 Drum pengukus bibit 5 1.000.000 1.000,000 0 200.000
10 Instalasi air 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
11 Kompor Gas 5 300.000 1.500.000 0 300.000
12 Timbangan (kapasitas 1000 kg) 5 2.000.000 2.000.000 0 400.000
13 Instalasi listrik 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
14 Steam Pengabutan 10 2.000.000 2.000.000 1.000.000 100.000
15 Tabung Gas (kapasitas 12 Kg) 10 550.000 1.100.000 550.000 55.000
16 Gerobak Dorong 5 250.000 1.500.000 0 200.000
17 Tabung Gas (kapasitas 3 Kg) 10 170.000 1.360.000 680.000 68.000
18 Sepatu Boot 5 50.000 400.000 0 20.000
19 Selang air 3 7.000 350.000 116.667 77.778
20 Sekop 2 .80,000 320.000 80.000 40.000
21 Termometer 5 300.000 300.000 0 60.000
22 Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 5 100.000 500.000 0 40.000
23 Meja susun 5 200.000 200.000 0 40.000
24 Kipas Angin 5 200.000 200.000 0 40.000
25 Ember 2 20.000 100.000 50.000 25.000
26 Ayakan kayu 2 100.000 100.000 50.000 25.000
27 Masker 1 15.000 75.000 0 75.000
28 Cangkul 2 50.000 100.000 50.000 25.000
29 Pisau 1 10.000 30.000 0 30.000
30 Sendok Makan 5 10.000 20.000 0 4.000
31 Fasilitas kantor 2 200.000 200.000 100.000 50.000
Total 246.662.000 491.095.000 312.176.667 29.824.778

Berdasarkan hasil Pada Tabel 10, bagian terbesar investasi usaha ini
adalah dialokasikan untuk pembelian tanah yaitu sebesar Rp 200.000.000 dan
pembuatan fasilitas kegiatan budidaya berupa bangunan satu dan dua, kumbung,
kantor dan laboratorium sebesar Rp 230.000.000. Bangunan yang digunakan
untuk usaha budidaya jamur tiram putih dibuat secara semi permanen dengan
kontruksi sebagaian besar dibuat dari bambu dan kayu. Pertimbangan ini
dilakukan agar setelah habis umur ekonomisnya bangunan tersebut mudah untuk
dialih fungsikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bangunan terutama
kumbung merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas.
Selain biaya investasi diatas, log jamur tiram putih merupakan salah satu aset
penting dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih. Biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi satu log jamur tiram putih sebesar Rp 1.000 per log.
Berdasarkan hasil pada Tabel 9 dan 10, dapat dilihat bahwa dari
keseluruhan biaya yang digunakan dalam usaha budidaya jamur tiram putih,
sebagian besar biaya yang dikeluarkan adalah untuk kegiatan investasi, seperti
pembangunan, sementara sisanya digunakan untuk membeli keperluan lainnya
seperti steamer, tabung gas, timbangan, kompor gas, steam pengabut, kendaraan
dan lainnya.

7.2.2. Biaya Operasional


Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan.
Biaya oprasional yang dikeluarkan untuk mengusahakan budidaya jamur tiram
putih terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional pada penelitian
ini dikeluarkan untuk satu periode tanam, yaitu empat bulan untuk budidaya jamur
tiram putih segar dan satu bulan untuk produksi log jamur tiram putih.

1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun yang
besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang
dikeluarkan Yayasan Paguyuban Ikhlas pada dua skenario meliputi biaya gaji
supervisor, gaji karyawan, biaya transportasi, biaya listrik, biaya komunikasi,
biaya tak terduga, biaya bensin steam pengabut dan biaya pajak bumi dan
bangunan. Berdasarkan hasil perbandingan pada dua skenario skala usaha (Tabel
11 dan 12), diperoleh sebagian besar biaya tetap yang dikeluarkan yayasan
dialokasikan untuk gaji karyawan.

1.1. Biaya Tetap Skenario I (Membeli Log Jamur Tiram Putih)


Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I sebesar Rp 9.050.000 per
bulan. Gaji karyawan pada skenario I sebanyak lima orang sebesar Rp 13.866.750
per bulan. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dijalankan yayasan hanya merawat
log jamur tiram putih yang diperoleh dari petani jamur disekitar Kecamatan
Pamijahan sebanyak 24.000 log, sehingga yayasan dapat meminimumkan
penggunaan tenaga kerja dan mendapatkan hasil yang optimal. Berikut ini adalah
contoh perhitungan besarnya biaya karyawan yang dikeluarkan.
Divisi perawatan dan pemasaran = Rp 900.00 x 5 orang
= Rp 4.500.000 per bulan
Biaya lainnya yang dikeluarkan yayasan yaitu gaji supervisor sebesar Rp
3.000.000 per bulan, transportasi sebesar Rp 300.000 per bulan, listrik sebesar Rp
300.000 per bulan, bensin steamer pengabut sebesar Rp 300.000 per bulan, dan
biaya komunikasi Rp 150.000 per bulan. Adapun rincian biaya tetap yang
dikeluarkan Yayasan Paguyuban Ikhlas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya Tetap Yayasan Paguyuban Ikhlas per Bulan (Skenario I)
Jumlah Biaya/Bulan
No Jenis Biaya Tetap
(Rp)
1 Gaji karyawan 4.500.000
2 Gaji supervisor 3.000.000
3 Biaya tak terduga 500.000
4 Biaya transportasi 300.000
5 Biaya listrik 300.000
6 Biaya bensin steam pengabut 300.000
7 Biaya komunikasi 150.000
8 PBB -
Total 9.050.000

Biaya tetap yang dikeluarkan yayasan dalam satu tahunnya cenderung


meningkat dari tahun kesatu sampai kelima. Hal ini diduga disebabkan pada tahun
kesatu yayasan sedang melakukan persiapan untuk usaha jamur tiram putih,
sehingga pada tahun kesatu biaya tetap yang dikeluarkan yayasan sebanyak tujuh
kali panen. Pada tahun kedua sampai kelima yayasan mengeluarkan biaya tetap
sebanyak 12 kali panen. Sebagai contoh pada tahun kesatu biaya yang dikeluarkan
sebanyak Rp 9.050.000, dikali tujuh kali panen dengan Rp 63.350.000, ditambah
PBB sebesar Rp 500.000 sama dengan Rp 63.850.000, ditambah angsuran ke
Bank sebesar Rp 61.744.418 sama dengan Rp 125.594.418; dan pada tahun kedua
sampai kelima biaya yang dikeluarkan yayasan sebanyak Rp 9.050.000, dikali 12
bulan produksi log jamur tiram putih sama dengan Rp 108.600.000 ditambah PBB
sebesar Rp 500.000 sama dengan Rp 109.100.000, ditambah angsuran pinjaman
sebesar Rp 61.744.418 sama dengan Rp 170.844.418, hal ini dapat dilihat pada
(Lampiran 4).
1.2. Biaya Tetap Skenario II (Memproduksi Log Jamur Tiram Putih)
Pada skenario II besarnya biaya tetap yang dikeluarkan Yayasan
Paguyuban Ikhlas sebesar Rp 18.416.750 per bulan. Adapun rincian biaya tetap
yang dikeluarkan Yayasan Paguyuban Ikhlas dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rincian Biaya Tetap Yayasan Paguyuban Ikhlas per Bulan (Skenario II)
Jumlah Biaya/Bulan
No Jenis Biaya Tetap
(Rp)
1 Gaji karyawan 13.866.750
2 Gaji supervisor 3.000.000
3 Biaya tak terduga 500.000
4 Biaya transportasi 300.000
5 Biaya listrik 300.000
6 Biaya bensin steam pengabut 300.000
7 Biaya komunikasi 150.000
8 PBB -
Total 18.416.750

Berdasarkan hasil pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan
biaya tetap yang dikeluarkan Yayasan Paguyuban Ikhlas, dialokasi untuk gaji
karyawan sebanyak 13 orang yaitu sebesar Rp 13.866.750 per bulan. Hal ini
dikarenakan produksi log yang dihasilkan yayasan dalam jumlah banyak yaitu
26.667 log, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Berikut ini
adalah contoh perhitungan besarnya biaya karyawan diberikan yayasan.
Divisi pengantongan = Rp 50 per log x 26.667 log x 5 orang
= Rp 6.666.750 (x 12)
= Rp 80.001.000
Divisi produksi, perawatan dan pemasaran = Rp 900.00 x 8 orang
= Rp 7.200.000 (x 12)
= Rp 86.400.000
Biaya supervisor sebesar Rp 3.000.000 per bulan, dan biaya transportasi
per bulan sebesar Rp 300.000. Biaya transportasi yang dikeluarkan adalah untuk
bahan bakar motor sebanyak satu unit yaitu dua liter, dikali harga Rp 5.000
dengan pemakaian 30 hari, dikali 12 bulan. Biaya listrik sebesar Rp 300.000 per
bulan, biaya ini dipergunakan untuk lampu penerangan bangunan inokulasi, AC,
mes dan air. Biaya bensin steam pangabut sebesar Rp 300.000 per bulan
digunakan sebanyak dua liter per hari untuk satu unit steam, dikali harga sebesar
Rp 5.000 dengan pemakaian 30 hari dan dikali 12 bulan. Biaya pajak bumi dan
bangunan yang dikeluarkan yayasan dalam satu tahun yaitu Rp 500.000, biaya
komunikasi menempati urutan terbawah yaitu sebesar Rp 150.000 per bulan.
Pengeluaran biaya komunikasi yang dimaksudkan dalam bentuk pengisian pulsa
bagi supervisor untuk kepentingan Yayasan Paguyuban Ikhlas guna pemenuhan
kebutuhan proses produksi.
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan yayasan dalam satu tahunnya
cenderung meningkat dari tahun kesatu sampai kelima. Hal ini diduga disebabkan
pada tahun kesatu yayasan sedang melakukan persiapan untuk usaha jamur tiram
putih, sehingga pada tahun kesatu biaya tetap yang dikeluarkan yayasan sebanyak
tujuh kali. Pada tahun kedua sampai kelima yayasan mengeluarkan biaya tetap
sebanyak 12 kali. Sebagai contoh pada tahun kesatu biaya yang dikeluarkan
sebanyak Rp 18.416.750, dikali tujuh siklus produksi log jamur tiram putih sama
dengan Rp 128.917.250, ditambah PBB yaitu sebesar Rp 500.000 sama dengan
Rp 129.417.257, ditambah angsuran ke Bank sebesar Rp 91.473.781 sama dengan
Rp 220.891.031; dan pada tahun kedua sampai kelima biaya yang dikeluarkan
Yayasan Paguyuban Ikhlas sebanyak Rp 18.416.750, dikali 12 bulan produksi log
jamur tiram putih sama dengan Rp 221.001.000 ditambah pajak bumi dan
bangunan sebesar Rp 500.000 sama dengan Rp 221.501.000, ditambah angsuran
ke Bank sebesar Rp 91.473.781 sama dengan Rp 312.974.781, hal ini dapat dilihat
pada (Lampiran 9).

2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses produksi
berlangsung. total biaya variabel yang digunakan pada kedua skenario berbeda-
beda, hal ini disesuaikan dengan tujuan dari usaha yang akan dijalankan. Adapun
rincian biaya variabel yang dikeluarkan yayasan pada kedua skenario dapat dilihat
dibawah ini.

2.1. Biaya Variabel Skenario I (Membeli Log Jamur Tiram Putih)


Unsur-unsur yang termasuk kedalam komponen biaya pada skenario I ini
meliputi log jamur tiram putih, kapur dan plastik. Proses pembelian bahan baku
dilakukan setiap satu siklus tanam, hal ini dikarenakan yayasan ingin
mendapatkan barang baru. Bahan baku yang diperlukan terutama log jamur tiram
putih yayasan melakukan kerjasama dengan petani jamur tiram yang terdapat
disekitar Kecamatan Pamijahan, sehingga proses produksi yang dijalankan tidak
terganggu. Untuk melihat besarnya masing-masing biaya variabel yang digunakan
pada skenario I dapat dilihat pada (Tabel 13).

Tabel 13. Biaya Variabel Yayasan Paguyuban Ikhlas per Bulan (Skenario I)
Jumlah Harga Biaya Variabel/Bln
No Jenis Biaya Variabel Satuan
(Bln) (Rp) (Rp)
1 Kapur Kg 25 1000 25.000
2 Plastik size 5kg Kg 6 20.000 120.000
3 Log Jamur Tiram Putih Buah 24.000 2.500 60.000.000
Total 60.145.000

Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk


usaha budidaya jamur tiram putih dalam satu siklus tanam sebanyak 24.000 log
per bulan yaitu sebesar Rp 60.145.000 per bulan. Biaya variabel yang dikeluarkan
yayasan pada skenario I, sebagian besar digunakan untuk membeli log jamur
tiram putih. Hal ini dikarenakan log jamur tiram merupakan komponen utama
dalam budidaya jamur tiram putih. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli log
jamur tiram dalam satu siklus tanam yaitu sebesar Rp 60.000.00 per bulan. Angka
ini diperoleh dari jumlah log yang dibeli sebanyak 24.000 log, dikali harga log
jamur tiram sebesar Rp 2.500 per log sama dengan Rp 60.000.000.
Kebutuhan log jamur tiram putih dalam tahun kesatu yaitu Rp 60.000.000,
dikali empat siklus sama dengan Rp 240.000.000. Angka empat siklus diperoleh
dari jumlah kumbung yang dimiliki yayasan sebanyak dua buah yang terdiri dari
bulan Juni, Juli, Oktober dan November. Pada tahun kedua sampai keempat
kebutuhan log jamur tiram putih cenderung tetap yaitu sebesar Rp 360.000.000,
angka ini diperoleh dari biaya variabel per bulan sebesar Rp 60.000.000 dikali
enam siklus tanam sama dengan Rp 360.000.000, sedangkan pada tahun kelima
kebutuhan log jamur tiram putih menurun sebanyak lima siklus tanam, sehingga
biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 300.000.000. Menurunnya siklus tanam pada
tahun kelima, diduga disebabkan usaha yang dilakukan mendekati umur ekonomis
penggunaan kumbung yaitu lima tahun.
Biaya pembelian log jamur tiram, komponen biaya yang dikeluarkan pada
skenario I yaitu kapur dan plastik. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kapur
dan plastik yaitu Rp 25.000 dan Rp 120.000 per bulan. Sebagai contoh
perhitungan kebutuhan biaya variabel adalah plastik sebanyak enam kilogram
dikali harga Rp 20.000 sama dengan Rp 120.000 per bulan, dan kapur sebanyak
25 kilogram dikali Rp 1.000 sama dengan Rp 25.000 per bulan, sehingga
kebutuhan biaya variabel yang dikeluarkan untuk plastik dan kapur per bulannya
sebesar Rp 145.000. Kebutuhan biaya variabel untuk plastik dan kapur pada tahun
pertama sebesar Rp 953.955, angka ini diperoleh dari total biaya plastik dan kapur
sebesar Rp 145.000 dikali tujuh bulan sama dengan Rp 953.955. Pada tahun
kedua sampai kelima biaya variabel untuk plastik dan kapur cenderung tetap yaitu
sebesar Rp 1.635.352, angka ini diperoleh dari total biaya plastik dan kapur
sebesar Rp 145.000 dikali 12 bulan sama dengan Rp 1.635.352. Angka tujuh dan
bulan diperoleh dari usaha yang dijalankan mulai yayasan pada awal bulan Juni
sampai Desember, sedangkan 12 bulan diperoleh dari bulan Januari sampai
Desember, hal ini dapat terlihat pada (Lampiran 4).

2.2. Biaya Variabel Skenario II (Memproduksi Log Jamur Tiram Putih)


Unsur-unsur yang termasuk kedalam komponen biaya pada skenario II ini
meliputi bekatul, serbuk gergaji, cincin paralon, kantong plastik, gas, gips, kapur,
serbuk jagung dan biaya lainnya. Proses pembelian bahan baku yang dilakukan
yayasan yaitu satu bulan sekali, hal ini dikarenakan yayasan ingin mendapatkan
barang yang terbaik atau baru. Bahan baku yang diperlukan, yayasan melakukan
kerjasama dengan pihak penjual, sehingga proses produksi yang dijalankan
Yayasan Paguyuban Ikhlas tidak terganggu. Untuk melihat besarnya masing-
masing biaya variabel yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram putih ini
dapat dilihat pada (Tabel 14).
Tabel 14. Rincian Biaya Variabel Yayasan Paguyuban Ikhlas per Bulan
(Skenario II)
Harga Satuan Biaya variabel/Bulan
No Uraian Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Cincin paralon Buah 26.667 500 13.333.500
2 Gas Kg 641 15.000 9.614.531
3 Bekatul Kg 4.273 1.400 5.982.375
4 Serbuk Gergaji Kg 1.335 2.500 3.338.379
5 Plastik 2 kg Kg 167 19.000 3.171.460
6 Serbuk jagung Kg 160 4.000 640.969
7 Kapur Kg 481 1.000 480.727
8 Gipsum Kg 167 1.500 250.378
9 Bibit Botol 75 2.500 186.393
10 Spritus Liter 11 15.000 166.919
11 Alkohol Liter 6 25.000 139.099
12 Kapur steril Kg 6 25.000 139.099
13 Kapas Kg 1 60.000 66.768
14 Plastik 5 kg Kg 6 20.000 111.279
15 Kertas koran Kg 28 1.500 42.000
16 Karet Kg 13,4 10.000 133.535
Total 37.797.141

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan Yayasan


Paguyuban Ikhlas untuk usaha budidaya jamur tiram putih dalam satu kali
produksi log sebanyak 26.667 log per bulan yaitu sebesar Rp 37.797.141 per
bulan. Biaya variabel yang dikeluarkan yayasan sebagian besar digunakan untuk
membeli cincin paralon dan gas. Hal ini dikarenakan cincin paralon, dan gas,
merupakan salah satu komponen penunjang dalam pembuatan log. Biaya yang
dikeluarkan untuk membeli cincin paralon dalam satu kali produksi log per bulan
adalah Rp 13.333.500, biaya yang dikeluarkan untuk membeli gas dalam satu kali
produksi log per bulan yaitu sebesar Rp 9.614.531.
Sebagai contoh perhitungan kebutuhan biaya variabel adalah gas sebesar
Rp 15.000 dikali 641 atau setara dengan delapan tabung gas per hari, sama dengan
sebesar Rp 9.614.531 per bulan. Cincin paralon dalam usaha budidaya jamur
tiram putih berfungsi untuk memudahkan memasukkan bibit jamur kedalam log
sekaligus sebagai penahan kapas, agar udara yang masuk ke dalam log selama
proses sterilisasi dan pembiakan bibit terhambat, sedangkan gas berfungsi sebagai
bahan bakar dalam proses sterilisasi log jamur tiram putih.
Bahan baku yang digunakan adalah bekatul, serbuk gergaji dan serbuk
jangung. Bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jangung merupakan komponen utama
dalam proses produksi log, sehingga ketersediaan bahan baku ini sangat
menentukan keberlanjutan usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan
yayasan. Biaya yang dikeluarkan yayasan untuk membeli bekatul, serbuk gergaji
dan serbuk jagung yaitu Rp 5.982.375, Rp 3.338.379 dan Rp 640.969. Sebagai
contoh perhitungan kebutuhan biaya variabel adalah bekatul sebesar Rp 1.400
dikali 4.273 kilogram per bulan, sama dengan Rp 5.982.375 per bulan. Sebagian
besar bahan baku yang diperoleh yayasan berasal dari daerah Jawa Barat, seperti
bekatul diperoleh dari penggilingan padi yang berada di daerah Karawang,
sedangkan untuk serbuk gergaji berasal dari daerah Sadeng dan serbuk jagung
diperoleh dari toko burung yang berada di pasar Bogor.
Pada usaha budidaya jamur tiram putih ini, bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi selain bekatul, serbuk gergaji dan serbuk jagung adalah
kapur, gipsum dan bibit jamur tiram. Biaya kapur, gipsum dan bibit yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp 480.727, Rp 250.378, dan Rp 186.393. Sebagai
contoh perhitungan kapur sebesar Rp 1.000 dikali 481 kilogram per bulan, sama
dengan Rp 480.727 per bulan. Kapur dalam log berfungsi untuk pengatur pH,
gipsum berfungsi untuk pengokoh bentuk log dan bibit sebagai bakal buah jamur.
Plastik merupakan packaging log dan packaging jamur segar yang
digunakan dalam usaha budidaya jamur. Biaya plastik yang dikeluarkan adalah
sebesar Rp 3.282.739 per bulan. Spritus, alkohol, dan kapur steril merupakan
bahan-bahan utama keberhasilan pertumbuhan bibit jamur dalam proses inokulasi.
Hal ini disebabkan dalam proses penanaman bibit jamur, log yang akan
diinokulasi harus dalam keadaan steril. Total biaya yang dikeluarkan untuk
membeli spritus, alkohol, dan kapur steril yaitu sebesar Rp 166.919, Rp 139.099,
dan Rp 139.099, serta biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi lainnya
seperti kapas, karet dan koran sebesar Rp 66.768, Rp 133.535, dan Rp 42.000.
Kapas digunakan untuk menahan spora agar tidak masuk kedalam log,
sehingga miselium dapat bernafas. Karet digunakan untuk mengikat ujung plastik
yang telah terisi log yang juga berfungsi untuk menikat kertas yang melapisi
kapas dan sekaligus untuk membantu atau penahan bila cincin paralon pecah.
Koran berfungsi untuk menutup log yang telah ditanam bibit dan mencegah spora
yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur agar tidak masuk ke dalam log.
Keseluruhan bahan baku yang diperlukan yayasan dalam proses produksi
log jamur tiram putih berasal dari daerah Bogor dan sekitarnya, dan keberadaan
saling terkait satu sama lain (Lampiran 1). Artinya bila salah satu dari bahan baku
tersebut tidak tersedia dipasar, maka proses proses produksi dalam usaha
budidaya jamur tiram putih ini akan berjalan. Selain itu, banyaknya bahan baku
tersebut tergantung dengan kebutuhan penggunaannya pada log yang akan
diproduksi.
Biaya variabel yang dikeluarkan yayasan dalam satu tahunnya cenderung
meningkat dari tahun kesatu sampai kelima. Hal ini diduga disebabkan pada tahun
kesatu yayasan sedang melakukan persiapan, sehingga pada tahun kesatu biaya
tetap yang dikeluarkan sebanyak tujuh siklus, dan pada tahun kedua sampai
kelima sebanyak 12 kali. Sebagai contoh pada tahun kesatu biaya yang
dikeluarkan sebanyak Rp 37.797.141, dikali tujuh siklus produksi sama dengan
Rp 264.579.984, ditambah pajak sebesar Rp 0 sama dengan Rp 264.579.98; dan
pada tahun kedua sampai kelima biaya yang dikeluarkan yayasan cenderung
meningkat. Sebagai contoh tahun kedua biaya variabel yang dikeluarkan sebesar
Rp 37.797.141, dikali 12 siklus produksi log sama dengan Rp 453.565.688
ditambah pajak sebesar Rp 29.377.029 sama dengan Rp 482.942.717 hal ini dapat
dilihat pada (Lampiran 8 dan 9).

7.2.3. Analisis Rugi Laba


Analisis rugi laba digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam kurun waktu tertentu, komponen rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya
oprasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan.
Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh
terhadap pajak penghasilan usaha, yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil
perhitungan Cashflow tersebut.
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua skenario skala usaha
budidaya jamur tiram putih, sehingga dalam laporan rugi laba akan diketahui
keuntungan maksimim dari usaha yang sedang dijalankan. Perbandingan antara
rugi laba antara dua skenario dapat dilihat pada Tabel 15 yang telah dikutip dari
(Lampiran 3 dan Lampiran 11).

Tabel 15. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi Usaha Jamur Tiram Putih.
Nilai
Tahun Skenario I Skenario II
(Rp) (Rp)
1 (7.104.653) (104.104.678)
2 108.575.229 126.879.734
3 112.815.418 132.863.453
4 117.649.234 139.684.892
5 149.985.533 192.767.082
Rata-Rata per Tahun 481.920.761 488.090.484

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa pada
skenario I merupakan hasil analisis laba rugi dari satu output produksi yaitu jamur
tiram putih segar, dan skenario II merupakan hasil analisis laba rugi dari dua
output produksi, yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Pada
skenario I, log jamur tiram putih yang diusahakan yayasan diperoleh dari petani
jamur tiram putih yang berada disekitar Kecamatan Pamijahan. Berdasarkan hasil
analisis laba rugi diperoleh rata-rata penerimaan selama lima tahun yaitu sebesar
Rp 481.920.761. Angka tersebut diperoleh setelah dikurangi bunga pinjaman
Bank sebesar 14 persen, dari 40 persen total modal usaha pada tahun kesatu yang
dipijam ke Bank sebanyak Rp 627.195.007 dan dikali pajak penghasilan dari
usaha budidaya jamur tiram putih (Lampiran 3).
Pada skenario II (memproduksi log jamur tiram putih) sendiri sebanyak
26.667 log per bulan yang disesuaikan oleh kapasitas mesin produksi atau steamer
sebesar 1.000 sampai 1.200 log per hari. Berdasarkan hasil analisis laba rugi
diperoleh rata-rata penerimaan Yayasan Paguyuban Ikhlas selama umur proyek
lima tahun yaitu sebesar Rp 488.090.484. Angka tersebut diperoleh setelah
dikurangi bunga pinjaman Bank sebesar 14 persen, dari 40 persen total modal
usaha pada tahun kesatu yang dipinjam ke Bank sebanyak Rp 885.092.241 dan
dikali pajak penghasilan usaha budidaya jamur tiram putih (Lampiran 8).
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa dengan analisis rugi laba pada
skenario I pihak manajemen mendapatkan laba yang lebih besar dibandingkan
dengan laba yang diperoleh dari skenario II. Hal ini diduga disebabkan pada
skenario I modal usaha yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha jamur tiram putih
lebih kecil dibandingkan skenario II yaitu sebesar Rp 627.195.007, sehingga biaya
bunga yang dibayarkan yayasan ke Bank pada skenario I lebih kecil dibandingkan
skenario II.

7.3. Analisis Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan finansial yang diukur pada penelitian ini berdasarkan
dari pendekatan empat kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost
Rasio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR), Payback Periode (PBP) dan
switching value. Hasil perhitungan investasi ini diperoleh dari hasil pengurangan
komponen outflow dengan inflow. Komponen inflow yang diperoleh pada usaha
budidaya jamur tiram putih meliputi penjualan jamur tiram putih segar dan
penjualan log jamur tiram putih.
Skenario yang digunakan terdiri dari dua skenario skala usaha yaitu
skenario I (membeli log jamur tiram putih) dari petani disekitar Kecamatan
Pamijahan sebanyak 24.000 log, sehingga output yang dihasilkan yayasan adalah
jamur tiram putih segar. Skenario II (memproduksi log jamur tiram putih)
sebanyak 26.667 log dan menghasilkan dua jenis output produksi yaitu jamur
tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Kedua skenario tersebut
menggunakan modal pinjaman Bank sebesar 40 persen dan 60 persen modal
sendiri. Modal tersebut berasal dari keseluruhan biaya-biaya yang dikeluarkan
Yayasan Paguyuban Ikhlas pada tahun kesatu. Alasan pemilik menggunakan
modal pinjaman agar modal usaha yang digunakan dapat menutupi kekurangan
biaya yang dikeluarkan. Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan sebesar 14
persen mengacu pada bank Mandiri. Berdasarkan hasil perbandingan dua skenario
diatas, dapat dilihat bahwa usaha budidaya jamur tiram putih tersebut layak untuk
dilakukan. Hal ini diduga disebabkan kedua skenario memiliki nilai NPV lebih
dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang
digunakan dan PBP berada sebelum masa proyek berakhir.
Pada skenario I (Tabel 16) dengan membeli log sebanyak 24.000 pada
tahun kesatu sampai kelima, berdasarkan nilai NPV akan memperoleh keuntungan
sebesar Rp 235.376.805 selma umur proyek. Berdasarkan kriteria investasi,
dimana NPV 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Artinya usaha
budidaya jamur tiram putih yang dijalankan Yayasan Paguyuban Ikhlas
memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate sebesar
tujuh persen, sehingga dari kriteria tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Apabila besarnya NPV yang diperoleh 0 berarti secara finansial usaha tersebut
tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih
kecil dari biaya sehingga tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Bila
besarnnya penerimaan NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan
karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan.
IRR digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan perbandingan
antara suku bunga yang ditentukan. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan
apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku. Jika nilai IRR lebih rendah dari tingkat suku bunga
yang berlaku, maka usaha tersebut lebih baik tidak dijalankan dan uang yang
digunakan untuk investasi sebaiknya di tabung. Dilihat dari nilai IRR pada
skenario I yaitu sebesar 80 persen dengan tingkat suku bunga diskonto sebesar 14
persen, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 4,26 nilai
tersebut menunjukan lebih dari satu. Artinya bahwa setiap nilai pengeluaran
sekarang sebesar satu rupiah akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 4,26.
Nilai tersebut menunjukan usaha budidaya jamur tiram putih yang diusahakan
Yayasan Paguyuban Ikhlas layak untuk dijalankan.
Payback Periode yang adalah selama 3,77. Hal ini menunjukan
kemampuan tingkat pengembalian modal usaha budidaya jamur tiram putih lebih
kecil dari umur proyek yaitu selama lima tahun. Artinya usaha budidaya jamur
tiram putih dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian modal investasi
pada saat kegiatan usaha berjalan selama tiga tahun sembilan bulan tujuh hari.
Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian modal bagi pelaku usaha maupun
investor yang ingin menanamkan modal pada usaha tertentu yaitu agar dapat
mengantisipasi terhadap perubahan risiko pengembalian modal. Artinya semakin
cepat tingkat pengembalian modal investasi, semakin kecil risiko terhadap
perubahan nilai uang yang terjadi.

Tabel 16. Hasil Kriteria Perbandingan Kelayakan Usaha Pada Dua Skenario
(Lampiran 3 dan lampiran 8)
No. Kriteria kelayakan Skenario I Skenario II
1 NPV (Rp) 235.376.805 169.768.730
2 IRR (%) 80 37
3 PV positif 461.101.313 431.206.035
4 PV negatif (108.147.588) (269.897.962)
5 Net B/C 4,26 1,60
6 PBP (tahun) 3,77 3,98

Berdasarkan hasil analisis skenario II dengan biaya pinjaman dari Bank


sebesar Rp 354.036.897 selama umur proyek. Nilai Net Present value (NPV)
untuk usaha budidaya jamur tiram putih segar dan log jamur sebesar Rp
169.768.730, artinya usaha budidaya jamur tiram putih yang dijalakan oleh
yayasan memberikan manfaat positif selama umur proyek, menurut nilai sekarang
akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 169.768.730 dengan suku bunga
deposito 14 persen, sehingga dari kriteria tersebut usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Berdasarkan kriterian nilai IRR yang telah disebutkan diatas, maka
nilai IRR pada skenario II layak untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada
nilai IRR pada skenario II yaitu sebesar 37 persen, dengan tingkat suku bunga
diskonto yang berlaku yaitu sebesar 14 persen.
Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 1,60. Faktor
yang mempengaruhi besarnnya nilai net B/C pada skenario II karena nilai PV
positif yang dihasilkan lebih besar dibandingkan PV negatif. Masing-masing
angka yang diperoleh adalah sebesar Rp 431.206.035 dan Rp (269.897.962). Nilai
tersebut menunjukan lebih dari satu. Artinya dari setiap satu satuan biaya yang
dikeluarkan mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 1,60. Angka
tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan
biaya sebesar satu satuan uang. Nilai tersebut menunjukan usaha budidaya jamur
tiram putih yang dilakukan yayasan layak untuk dijalankan (net B/C > dari 1).
Namun dari hasil perbandingan nilai Net B/C yang diperoleh pada dua skenario,
hasil Net B/C pada skenario II lebih kecil dibandingkan skenario I (Tabel 16)
yaitu sebesar 1,60. Kecilnya nilai Net B/C pada skenario II, diduga disebabkan net
present value yang diperoleh yaitu sebesar Rp 169.768.730.
Payback Periode yang diperoleh pada skenario II adalah selama 3,98. Hal
ini menunjukan kemampuan tingkat pengembalian modal usaha budidaya jamur
tiram putih lebih besar dari umur proyek yaitu selama lima tahun. Artinya usaha
budidaya jamur tiram putih dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian
modal investasi selama tiga tahun sebelas bulan dua puluh sembilan hari.
Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian modal bagi pelaku usaha maupun
investor yang ingin menanamkan modal pada usaha tertentu yaitu agar dapat
mengantisipasi terhadap perubahan risiko pengembalian modal. Artinya semakin
cepat tingkat pengembalian modal investasi, semakin kecil risiko terhadap
perubahan nilai uang yang terjadi.

7.4. Analisis Switching Value


Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan
harga output produksi dan biaya, sehingga keuntungan mendekati normal dimana
NVP sama dengan nol. Analisis switching value yang dilakukan adalah dengan
menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan
beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu penurunan harga jamur
tiram putih segar, penurunan harga log jamur tiram dan peningkatan biaya
variabel.
Penurunan harga jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih dapat
terjadi, mengingat usaha budidaya jamur tiram putih merupakan pasar persaingan
sempurna, dimana setiap pelaku usaha mempunyai peluang memasuki usaha ini,
mengingat harga jamur tiram putih yang cukup tinggi menjadi daya tarik pelaku
usaha untuk terjun pada usaha budidaya jamur tiram putih. Semakin banyak
pesaing atau investor masuk pada usaha budidaya jamur tiram putih berdampak
terhadap harga yang berlaku dipasaran terjadi penurunan, maka dari itu perlu
dikaji sejauh mana sensitvitas melalui pendekatan switching value masih bisa
menguntungkan. Begitu juga terhadap perubahan biaya variabel, bisa saja biaya-
biaya variabel yang dikeluarkan terjadi kenaikan akibat kebijakan pemerintah
menaikan harga bahan bakar minyak yang berimbas terhadap kenaikan biaya
variabel. Untuk mengetahui resiko mana yang lebih sensitif terhadap perubahan
parameter tersebut, maka perlu dibandingkan analisis switching value skenario I
dan skenario II. Perbandingan analisis sensitivitas melalui pendekatan switching
value dapat dilihat pada Tabel 17 yang dikutip dari (Lampiran 5,6,10,11, dan 12).

Tabe1 l7. Perbandingan Hasil Switching Value Usaha Jamur Tiram Putih
Switching Value (%)
Parameter
Skenario I Skenario II
Maksimum Penurunan Harga Jamur Tiram Putih 12,25 9,29
Maksimum Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih - 20,68
Maksimum Peningkatan Biaya Variabel 20,08 11,42

Pada Tabel 17, terlihat bahwa persentase maximum penurunan harga


jamur tiram putih segar untuk skenario I (membeli log jamur tiram putih) yaitu
sebesar 12,25 persen, sedangkan persentase maximum peningkatan biaya variabel
yaitu sebesar 20,08 persen. Pada skenario ini perubahan terhadap kedua parameter
menunjukkan bahwa, penurunan penjualan harga jamur tiram segar lebih sensitif
(peka) dibandingkan perubahan parameter peningkatan biaya variabel. Artinya
Yayasan Paguyuban Ikhlas tidak akan mendapatkan keuntungan pada saat
mengalami penurunan penjualan jamur tiram putih segar sebesar 12,25 persen dan
peningkatan biaya variabel sebesar 20,08 persen.
Persentase maximum penurunan harga jamur tiram putih segar untuk
skenario II (memproduksi log jamur tiram putih) yaitu sebesar 9,29 persen dan
persentase maximum penurunan harga log jamur tiram sebesar 20,68 persen,
sedangkan persentase maximum peningkatan biaya variabel yaitu sebesar 11,42
persen. Pada skenario ini perubahan terhadap ketiga parameter menunjukkan
bahwa, penurunan penjualan harga jamur tiram segar lebih sensitif (peka)
dibandingkan perubahan parameter penurunan harga log dan peningkatan biaya
variabel jamur tiram putih. Artinya ketika terjadi penurunan penjualan batas
tolerir di angka 9,29 persen dimana pada kondisi ini yayasan dalam keadaan tidak
mendapatkan keuntungan karena NPV sama dengan nol, sedangkan ketika terjadi
penurunan harga log mencapai 20,68 persen dan peningkatan biaya variabel jamur
tiram putih mencapai 11,42 persen yayasan tidak juga mendapatkan keuntungan.
Persentase terhadap parameter-parameter tersebut merupakan persentase
maximum yang dapat ditolelir oleh yayasan dalam usaha budidaya jamur tiram
putih. Apabila persentase penurunan harga jamur tiram putih segar dan harga log
jamur tiram putih, serta peningkatan biaya variabel jamur tiram putih mengalami
peningkatan lebih besar dari persentase diatas, maka usaha budidaya jamur tiram
putih tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian. Hal ini dikarenakan
keuntungan yang diperoleh habis digunakan untuk menutupi seluruh biaya
kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usaha


Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor), sebagai berikut.

1. Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan.
Hal ini dikarenakan jamur tiram putih memiliki peluang pasar yang tinggi; kondisi
iklim lokasi sangat cocok untuk usaha budidaya jamur tiram putih serta sarana dan
prasarana usaha sangat melimpah; organisasi serta pembagian tugas dan wewenang
yang jelas sehingga memberikan kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan;
dan usaha budidaya jamur tiram putih ini membawa dampak baik kepada sosial
ekonomi dan lingkungan sekitar.
2. Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi budidaya jamur tiram putih
menunjukan bahwa kedua skenario yaitu skenario I dan skenario II layak untuk
dijalankan. Hal ini diduga disebabkan kedua skenario memiliki nilai NPV lebih dari
nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan
PBP berada sebelum masa proyek berakhir. Pada skenario I diperoleh nilai 1) NPV
sebesar Rp 235.376.805, 2) IRR dengan tingkat suku bunga 14 persen diperoleh
sebesar 80 persen, 3) nilai B/C rasio diperoleh sebesar Rp 4,26, 4) nilai payback
period yaitu tiga tahun sembilan bulan tujuh hari. Skenario II dilihat dari kriteria 1)
NPV yaitu sebesar Rp 169.768.730, 2) IRR dengan tingkat suku bunga 14 persen
diperoleh sebesar 37 persen, 3) Net B/C yaitu sebesar 1,60, 4) payback period yaitu
tiga tahun sebelas bulan dua puluh sembilan hari.
Berdasarkan hasil analisis switching value yang dilakukan pada kedua
skenario diperoleh dua parameter untuk skenario I, dan tiga parameter untuk skenario
II. Pada skenario I hasil switching value diperoleh penurunan harga jamur tiram putih
segar yang dapat ditolelir sebesar 12,25 persen, dan peningkatan biaya variabel yang
dapat ditolelir sebesar 20,08 persen. Skenario II terdiri dari penurunan harga jamur
tiram putih segar yang dapat ditolelir sebesar 9,29 persen, penurunan harga log jamur
tiram yang dapat ditolelir 20,68 persen dan peningkatan biaya variabel yang dapat
ditolelir yaitu sebesar 11,42 persen.
8.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan
pada usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas diantaranya :

1. Berdasarkan hasil analisis finansial dan switching value yang dilakukan pada kedua
skenario, sebaiknya Yayasan Paguyuban Ikhlas menggunakan skenario I (membeli
log jamur tiram putih). Hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh dalam lima tahun
lebih besar, dan hasil analisis switching value menunjukkan bahwa jamur tiram putih
pada skenario I tidak terlalu sensitif (peka) terhadap perubahan, bila terjadi
penurunan harga jamur tiram putih segar dan peningkatan biaya variabel
dibandingkan skenario II (memproduksi log jamur tiram putih).
2. Yayasan Paguyuban Ikhlas dapat meningkatkan pendapatan dengan menjual limbah
plastik, limbah log jamur tiram putih dan bibit jamur tiram putih.
DAFTAR PUSAKA

Amalia Z. 2009. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih (Studi
Kasus Pada Rimba Jaya Mushroom, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2004. BPS. Jakarta.

Cahyana YA,Muchrodji, Bakrun M. 1998. Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis


Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007. Jumlah, Produksi dan
Produktifitas Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor. Departeman
Pertanian. Bogor.

Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. 2008. Statistika Ekspor


dan Impor 2003-2008. Jakarta.

Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. 2009. Perkembangan


Ekspor Sayuran dan Biofarmaka Indonesia. Jakarta.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerjemah


Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.

Gray et al., 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi kedua. Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama.

Jansson LM, Kutti L. 2004. Micronutrients in Edible Mushrooms., Margaretha J


(supervisor). Human Nutrition, 22 April 2004.

KaBerdasarkanah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi


Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.

Husnan, Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP) APM YKPN. Yogyakarta.

Husnan, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. UPP.


Yogyakarta.

Maharany D. 2007. Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi
Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung)
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Marlina, Siregar. 2001. Budidaya Jamur Kuping. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


Novita I. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram (Kasus di
Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurung, Kabupaten Sukabumi).
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Nugrahapsari RA. 2006. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Budidaya
Jamur Tiram Putih (Studi Kasus PT Cipta Daya Agrijaya di Kebun
Percobaan Cikarawang IPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat). [Skripsi].
Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departeman


Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Rahayu H. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Rencana Usaha Budidaya Jamur


Kuping Pada Usaha Agribisnis Jamur Lestari Bandung. [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Suriawiria U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Yunus LM. 2005. Analisis Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih (Studi Kasus
di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa
Barat). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Daftar Input Budidaya Jamur Tiram Putih dan Sumber
Mendapatkannya

No Jenis Biaya Variabel Sumber Mendapatkan


1 Bekatul Pesan ke Karawang
2 Serbuk gergaji Pesan ke Masyarakat (Rental) di Sadeng
3 Gips Pasar Bogor
4 Kapur Pasar Bogor
5 Serbuk jagung Pasar Bogor
6 Cincin plastik Pesan Ke Jakarta
7 Gas Pasar Bogor
8 Kantong plastik Pasar Bogor
9 Alkohol Pasar Bogor
10 Bibit Laboratorium Yayasan Paguyuban Ikhlas
11 Spritus Pasar Bogor
12 Kertas Koran Pasar Bogor
13 Karet Pasar Bogor
14 Plastik size 5kg Pasar Bogor
15 Kapas Pasar Bogor
16 Kapur steril Pasar Bogor
Lampiran 2. Siklus Tanam Log Jamur Tiram Putih sebanyak 24.000 Log (Skenario I)
Tahun ke - 1
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Jamur Tiram Putih Segar
Produksi log (Kumbung 1) - - - - - 24.000 - - - 24.000 - -
Rata-rata panen - - - - - 145 145 145 145 145 145 145
1 Total panen per bulan - - - - - 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350
Harga - - - - - 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan - - - - - 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 184.730.000
Produksi log (Kumbung 2) - - - - - - 24.000 - - - 24.000
Rata-rata panen - - - - - - 145 145 145 145 145 145
2 Total panen per bulan - - - - - - 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350
Harga - - - - - - 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan - - - - - - 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 156.455.000

Tahun ke 2
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Jamur Tiram Putih Segar
Produksi log (Kumbung 1) - 24.000 - - - 24.000 - - 24.000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
1 Total panen per bulan 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi log (Kumbung 2) - - 24.000 - 24.000 - - 24.000
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
2 Total panen per bulan 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 319.507.500
Tahun ke - 3
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Jamur Tiram Putih Segar
Produksi log (Kumbung 1) - 24.000 - - - 24.000 - - 24.000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
1 Total panen per bulan 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi log (Kumbung 2) - - 24.000 - 24.000 - - 24.000
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
2 Total panen per bulan 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 319.507.500
Lanjutan lampiran 2. Siklus Tanam Log Jamur Tiram Putih sebanyak 24.000 Log (Skenario I)
Tahun ke - 4
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Jamur Tiram Putih Segar
Produksi log (Kumbung 1) - 24.000 - - - 24.000 - - 24.000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
1 Total panen per bulan 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi log (Kumbung 2) - - 24.000 - 24.000 - - 24.000
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
2 Total panen per bulan 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 319.507.500

Tahun ke - 5
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Jamur Tiram Putih Segar
Produksi log (Kumbung 1) - 24.000 - - - 24.000 - - 24.000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
1 Total panen per bulan 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi log (Kumbung 2) - - 24.000 - 24.000 - - - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 -
2 Total panen per bulan 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 4.350 -
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 -
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 28.275.000 - 297.830.000
Lampiran 3. Laba Rugi Yayasan Paguyuban Ikhlas Membeli Log Jamur Tiram
Putih sebanyak 24.000 log (Skenario I)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 341.185.000 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
TOTAL INFLOW 341.185.000 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
B OUTFLOW
A. Biaya Variabel
1. Pembelian LOG 240.000.000 360.000.000 360.000.000 360.000.000 300.000.000
2. Plastik size 5kg 175.000 300.000 300.000 300.000 300.000
3. Kapur 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
Total Biaya Variabel 240.953.955 361.635.352 361.635.352 361.635.352 301.635.352
B. Biaya Tetap
1. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2. Gaji Karyawan 31.500.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000
4. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
5. Biaya listrik 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6. Biaya komunikasi 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
7. Biaya tak terduga 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8. Biaya bensin pengabut 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
9. PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
10. Penyusutan 8.362.778 8.362.778 8.362.778 8.362.778 8.362.778
Total Biaya Tetap 72.212.778 117.462.778 117.462.778 117.462.778 117.462.778
TOTAL OUTFLOW 313.166.733 479.098.129 479.098.129 479.098.129 419.098.129
Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT) 28.018.267 159.916.871 159.916.871 159.916.871 198.239.371
Bunga 35.122.920 29.809.400 23.751.988 16.846.537 8.974.324
Laba Sebelum Pajak(EBT) (7.104.653) 130.107.470 136.164.883 143.070.334 189.265.047
Pajak - 21.532.241 23.349.465 25.421.100 39.279.514
Laba Bersih (EAT) (7.104.653) 108.575.229 112.815.418 117.649.234 149.985.533
Lampiran 4. Cashflow Yayasan Paguyuban Ikhlas Membeli Log Jamur Tiram
Putih sebenyak 24.000 log (Skenario I)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 341.185.000 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Pinjaman 250.878.003
3 Nilai sisa 260.766.667
TOTAL INFLOW 592.063.003 639.015.000 639.015.000 639.015.000 878.104.167
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m 200.000.000
2. Kantor 50.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 log 40.000.000
4. Kendaraan (Motor) 15.000.000
5. Laptop 10.000.000
6. Instalasi air 2.000.000
7. Instalasi listrik 2.000.000
8. Steam Pengabutan 2.000.000
9. Sepatu Boot 150.000
10. Selang air 350.000 350.000
11. Termometer 300.000
12. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
13. Ember 100.000 100.000 100.000
14. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
15. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Biaya Investasi 322.330.000 30.000 330.000 380.000 330.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Pembelian LOG 240.000.000 360.000.000 360.000.000 360.000.000 300.000.000
2. Plastik size 5kg 175.000 300.000 300.000 300.000 300.000
3. Kapur 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
4. Pajak Penghasilan Usaha - 21.532.241 23.349.465 25.421.100 39.279.514
Total Biaya Variabel 240.953.955 383.167.593 384.984.816 387.056.452 340.914.866
B. Biaya Tetap
1. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2. Gaji Karyawan 31.500.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000
4. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
5. Biaya listrik 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6. Biaya komunikasi 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
7. Biaya tak terduga 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8. Biaya bensin pengabut 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
9. PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
10. Angsuran 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634
Total Biaya Tetap 136.926.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634
TOTAL OUTFLOW 700.210.589 565.374.227 567.491.451 569.613.086 523.421.500
Net Benefit (108.147.587) 73.640.773 71.523.549 69.401.914 354.682.667
Discount Factor (i =14%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (108.147.588) 73.640.772 71.523.548 69.401.913 354.682.666
NPV 235.376.805
IRR 80%
PV Positif 461.101.313
PV Negatif (108.147.588)
Net B/C 4,26
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 92.220.263
Payback Periode 3,77
Lampiran 5. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram Putih Segar
(Skenario I)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 299.386.225 560.728.896 560.728.896 560.728.896 541.707.120
2 Pinjaman 250.878.003
3 Nilai sisa 260.766.667
TOTAL INFLOW 550.264.228 560.728.896 560.728.896 560.728.896 802.473.787
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m 200.000.000
2. Kantor 50.000.000
3. Kumbung Perawatan
( kapasitas 48.000 log) 40.000.000
4. Kendaraan (Motor) 15.000.000
5. Laptop 10.000.000
6. Instalasi air 2.000.000
7. Instalasi listrik 2.000.000
8. Steam Pengabutan 2.000.000
9. Sepatu Boot 150.000
10. Selang air 350.000 350.000
11. Termometer 300.000
12. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
13. Ember 100.000 100.000 100.000
14. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
15. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Biaya Investasi 322.330.000 30.000 330.000 380.000 330.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Kapur 240.000.000 360.000.000 360.000.000 360.000.000 300.000.000
2. Plastik size 5kg 175.000 300.000 300.000 300.000 300.000
3. Pembelian LOG 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
4. Pajak Penghasilan Usaha - 21.532.241 23.349.465 25.421.100 39.279.514
Total Biaya Variabel 240.953.955 383.167.593 384.984.816 387.056.452 340.914.866
B. Biaya Tetap
1. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2. Gaji Karyawan 31.500.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000
4. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
5. Biaya listrik 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6. Biaya komunikasi 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
7. Biaya tak terduga 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8. Biaya bensin pengabut 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
9. PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
10. Angsuran 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634
Total Biaya Tetap 136.926.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634
TOTAL OUTFLOW 700.210.589 565.374.227 567.491.451 569.613.086 523.421.500
Net Benefit (149.946.362) (4.645.331) (6.762.555) (8.884.190) 279.052.286
Discount Factor (i =14%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (149.946.363) (4.645.332) (6.762.555) (8.884.190) 279.052.286
NPV 0
IRR 14%
PV Positif 108.813.846
PV Negatif (149.946.363)
Net B/C 0,73
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 21.762.770
Payback Periode 15

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis switching value penurunan harga jamur tiram
putih segar yang dapat ditolelir Yayasan Paguyuban Ikhlas dengan membeli log
jamur tiram pada (skenario I) sebanyak 24.000 log per bulan, yaitu sebesar 12,25
persen.
Lampiran 6. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario I)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 341.185.000 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Pinjaman 250.878.003
3 Nilai sisa 260.766.667
TOTAL INFLOW 592.063.003 639.015.000 639.015.000 639.015.000 878.104.167
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m 200.000.000
2. Kantor 50.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 baglog 40.000.000
4. Kendaraan (Motor) 15.000.000
5. Laptop 10.000.000
6. Instalasi air 2.000.000
7. Instalasi listrik 2.000.000
8. Steam Pengabutan 2.000.000
9. Sepatu Boot 150.000
10. Selang air 350.000 350.000
11. Termometer 300.000
12. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
13. Ember 100.000 100.000 100.000
14. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
15. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Biaya Investasi 322.330.000 30.000 330.000 380.000 330.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Kapur 240.000.000 360.000.000 360.000.000 360.000.000 300.000.000
2. Plastik size 5kg 175.000 300.000 300.000 300.000 300.000
3. Pembelian LOG 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
4. Pajak Penghasilan Usaha - 21.532.241 23.349.465 25.421.100 39.279.514
Total Biaya Variabel 289.333.973 460.102.022 462.284.118 464.771.707 409.365.568
B. Biaya Tetap
1. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2. Gaji Karyawan 31.500.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000 54.000.000
4. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
5. Biaya listrik 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
6. Biaya komunikasi 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
7. Biaya tak terduga 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
8. Biaya bensin pengabut 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
9. PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
10. Angsuran 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634 73.076.634
Total Biaya Tetap 136.926.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634 182.176.634
TOTAL OUTFLOW 700.210.589 565.374.227 567.491.451 569.613.086 523.421.500
Net Benefit (156.527.605) (3.293.657) (5.775.753) (8.313.342) 286.231.965
Discount Factor (i =14%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (156.527.606) (3.293.658) (5.775.753) (8.313.342) 286.231.964
NPV 0
IRR 14%
PV Positif 112.321.605
PV Negatif (156.527.606)
Net B/C 0,72
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 22.464.322
Payback Periode 14

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis switching value kenaikan biaya variabel yang
dapat ditolelir Yayasan Paguyuban Ikhlas dengan membeli log jamur tiram pada
(skenario I) sebanyak 24.000 log per bulan, yaitu sebesar 20,08 persen.
Lampiran 7. Siklus Tanam dan Produksi Log Jamur Tiram Putih sebanyak 24.000 log dari 26.667 log (skenario II)
Tahun ke - 1
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar
1 Produksi log (Kumbung 1) - - - - - 24,000 - - - 24,000 - -
Rata-rata panen - - - - - - - 145 145 145 145 145
Total panen per bulan - - - - - - - 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335
Harga - - - - - - - 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan - - - - - - - 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 128.180.000
2 Produksi log (Kumbung 2) - - - - - - 24,000 - - - 24,000
Rata-rata panen - - - - - - - - 145 145 145 145
Total panen per bulan - - - - - - - - 3.335 4.350 4.350 4.350
Harga - - - - - - - - 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan - - - - - - - - 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 106.502.500
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih (Dijual)
3 Penjualan Log periode 1 - - - - - - 24.000 - - - 24.000
4 Penjualan Log periode 2 - - - - - - - 24.000 - - -
Harga - - - - - - 1.800 1.800 - - 1.800
Pendapatan - - - - - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 129.600.000

Tahun ke - 2
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar
1 Produksi (Kumbung 1) - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 319.507.500
2 Produksi (Kumbung 2) - - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih (di Jual)
3 Penjualan (periode 1) - - - 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000
4 Penjualan (periode 2) 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000 - - -
Harga 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800
Pendapatan 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 259.200.000
Lanjutan lampiran 7. Siklus Tanam dan Produksi Log Jamur Tiram Putih sebanyak 24.000 log dari 26.667 log (skenario II)
Tahun ke - 3
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar
1 Produksi (Kumbung 1) - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 319.507.500
2 Produksi (Kumbung 2) - - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih (di Jual)
3 Penjualan (periode 1) - - - 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000
4 Penjualan (periode 2) 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000 - - -
Harga 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800
Pendapatan 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 259.200.000

Tahun ke - 4
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar
1 Produksi (Kumbung 1) - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 319.507.500
2 Produksi (Kumbung 2) - - 24,000 - - - 24,000 - - - 24,000 -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih (di Jual)
3 Penjualan (periode 1) - - - 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000
4 Penjualan (periode 2) 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000 - - -
Harga 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800
Pendapatan 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 259.200.000
Lanjutan lampiran 7. Siklus Tanam dan Produksi Log Jamur Tiram Putih sebanyak 24.000 log dari 26.667 log (skenario II)
Tahun ke - 5
No Keterangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih Segar
1 Produksi (Kumbung 1) - 24,000 - - - 24,000 - - - - - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 -
Total panen per bulan 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 -
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 -
Pendapatan 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 - 297.830.000
2 Produksi (Kumbung 2) - - 24,000 - - - 24,000 - - - -
Rata-rata panen 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145 145
Total panen per bulan 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350 3.335 4.350 4.350 4.350
Harga 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
Pendapatan 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 21.677.500 28.275.000 28.275.000 28.275.000 319.507.500
Produksi Log Untuk Jamur Tiram Putih (di Jual)
3 Penjualan (periode 1) - - - 24.000 - - - 24.000 - 24.000 - 24.000
4 Penjualan (periode 2) 24.000 - - - 24.000 - - - 24.000 - 24.000 -
Harga 1.800 - - 1.800 1.800 - - 1.800 1.800 1.800 1.800 1.800
Pendapatan 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 - - 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 345.600.000
Lampiran 8. Laba Rugi Yayasan Paguyuban Ikhlas Memproduksi Log Jamur
Tiram Putih sebanyak 26.667 (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 234.682.500 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Penerimaan log jamur tiram putih 129.600.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 345.600.000
TOTAL INFLOW 364.282.500 898.215.000 898.215.000 898.215.000 962.937.500
B OUTFLOW
A. Biaya Variabel
1. Ring Cincin 93.334.500 160.002.000 160.002.000 160.002.000 160.002.000
2. Gas 67.301.719 115.374.375 115.374.375 115.374.375 115.374.375
3. Bekatul 41.876.625 71.788.500 71.788.500 71.788.500 71.788.500
4. Serbuk Gergaji 23.368.652 40.060.547 40.060.547 40.060.547 40.060.547
5. Kantung Plastik 2 kg 22.200.220 38.057.520 38.057.520 38.057.520 38.057.520
6. Serbuk jagung 4.486.781 7.691.625 7.691.625 7.691.625 7.691.625
7. Kapur 3.365.086 5.768.719 5.768.719 5.768.719 5.768.719
8. Gipsum 1.752.649 3.004.541 3.004.541 3.004.541 3.004.541
9. Bibit 1.304.750 2.236.714 2.236.714 2.236.714 2.236.714
10. Spritus 1.168.433 2.003.027 2.003.027 2.003.027 2.003.027
11. Alkohol 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
12. Kapur steril 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
13. Plastik 5 kg 934.746 1.602.422 1.602.422 1.602.422 1.602.422
14. Kapas 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
15. Kertas koran 467.373 801.211 801.211 801.211 801.211
16. Karet 292.108 500.757 500.757 500.757 500.757
Total Biaya Variabel 264.579.984 453.565.688 453.565.688 453.565.688 453.565.688
B. Biaya Tetap
a. Gaji karyawan 97.067.250 166.401.000 166.401.000 166.401.000 166.401.000
b. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
c. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
d. Biaya tak terduga 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
e. Biaya listrik 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
f. Biaya komunikasi 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
g. PBB 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
h. Biaya bensin steam kabut 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
i. Penyusutan 29.824.778 29.824.778 29.824.778 29.824.778 29.824.778
Total Biaya Tetap 159.242.028 251.325.778 251.325.778 251.325.778 251.325.778
TOTAL OUTFLOW 423.822.012 704.891.465 704.891.465 704.891.465 704.891.465
Laba selebum Pajak dan Bunga (EBIT) (59.539.512) 193.323.535 193.323.535 193.323.535 258.046.035
Bunga 49.565.166 42.066.771 33.518.602 23.773.689 12.664.489
Laba Sebelum Pajak (EBT) (109.104.678) 151.256.763 159.804.933 169.549.845 245.381.546
Pajak - 27.877.029 30.441.480 33.364.954 56.114.464
Laba Bersih (EAT) (109.104.678) 123.379.734 129.363.453 136.184.892 189.267.082
Lampiran 9. Cashflow Yayasan Paguyuban Ikhlas Memproduksi Log Jamur
Tiram Putih sebanyak 26.667 Log (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 234.682.500 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Penerimaan log jamur tiram putih 129.600.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 345.600.000
3 Pinjaman 354.036.897
4 Nilai sisa 312.176.667
TOTAL INFLOW 718.319.397 898.215.000 898.215.000 898.215.000 1.275.114.167
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m2 200.000.000
2. Kantor dan Lab 150.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 baglog 40.000.000
4. Bangunan 1 (Inkubasi, Pendinginan,
Tanam Bibit&Pengukusan) 20.000.000
5. Bangunan 2 (gudang, pengayakan,
pengadukan, pengantongan) 20.000.000
6. Stimer (240x120x120) 20.000.000
7. Kendaraan (Motor) 15.000.000
8. Laptop 10.000.000
9. Drum pengukus bibit 1.000.000
10. Instalasi air 2.000.000
11. Kompor Gas 1.500.000
12. Timbangan (kapasitas 1000 kg) 2.000.000
13. Instalasi listrik 2.000.000
14. Steam Pengabutan 2.000.000
15. Tabung Gas kapasitas 12 Kg 1.100.000
16. Gerobak Dorong 1.000.000
17. Tabung Gas kapasitas 3 Kg 1.360.000
18. Sepatu Boot 100.000
19. Selang air 350.000 350.000
20. Sekop 160.000 160.000 160.000
21. Termometer 300.000
22. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
23. Meja susun 200.000
24. Kipas Angin 200.000
25. Ember 100.000 100.000 100.000
26. Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000
27. Masker 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
28. Cangkul 100.000 100.000 100.000
29. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
30. Sendok Makan 20.000
31. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Investasi 491.095.000 105.000 765.000 455.000 765.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Ring Cincin 93.334.500 160.002.000 160.002.000 160.002.000 160.002.000
2. Gas 67.301.719 115.374.375 115.374.375 115.374.375 115.374.375
3. Bekatul 41.876.625 71.788.500 71.788.500 71.788.500 71.788.500
4. Serbuk Gergaji 23.368.652 40.060.547 40.060.547 40.060.547 40.060.547
5. Plastik 2 kg 22.200.220 38.057.520 38.057.520 38.057.520 38.057.520
6. Serbuk jagung 4.486.781 7.691.625 7.691.625 7.691.625 7.691.625
7. Kapur 3.365.086 5.768.719 5.768.719 5.768.719 5.768.719
8. Gipsum 1.752.649 3.004.541 3.004.541 3.004.541 3.004.541
9. Bibit 1.304.750 2.236.714 2.236.714 2.236.714 2.236.714
10. Spritus 1.168.433 2.003.027 2.003.027 2.003.027 2.003.027
11. Alkohol 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
12. Kapur steril 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
13. Plastik 5 kg 934.746 1.602.422 1.602.422 1.602.422 1.602.422
14. Kapas 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
15. Kertas koran 467.373 801.211 801.211 801.211 801.211
16. Karet 292.108 500.757 500.757 500.757 500.757
17. Pajak Penghasilan Usaha - 29.377.029 31.941.480 34.864.954 57.614.464
Total Biaya Variabel 264.579.984 482.942.717 485.507.167 488.430.641 511.180.151
B. Biaya Tetap
a. Gaji karyawan 97.067.250 166.401.000 166.401.000 166.401.000 166.401.000
b. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
c. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
d. Biaya tak terduga 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Lanjutan Lampiran 9. Cashflow (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
e. Biaya listrik 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
f. Biaya komunikasi 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
g. Biaya bensin steam kabut 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
h. PBB 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
i. angsuran 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123
Total Biaya Tetap 232.542.373 324.626.123 324.626.123 324.626.123 324.626.123
TOTAL OUTFLOW 988.217.357 807.673.839 810.898.290 813.511.764 836.571.274
Net Benefit (269.897.961) 90.541.161 87.316.710 84.703.236 438.542.893
Discount Factor (i =7%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (269.897.962) 90.541.160 87.316.709 84.703.235 438.542.892
NPV Rp 169.768.730
IRR 37%
PV Positif 431.206.035
PV Negatif (269.897.962)
Net B/C 1,60
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 86.241.208
Payback Periode 3,98
Lampiran 10. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram Putih Segar
(Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 212.885.491 579.664.108 579.664.108 579.664.108 559.999.986
2 Penerimaan log jamur tiram putih 129.600.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 345.600.000
3 Pinjaman 354.036.897
4 Nilai sisa 312.176.667
TOTAL INFLOW 696.522.388 838.864.108 838.864.108 838.864.108 1.217.776.653
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m2 200.000.000
2. Kantor dan Lab 150.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 baglog 40.000.000
4. Bangunan 1 (Inkubasi, Pendinginan,
Tanam Bibit&Pengukusan) 20.000.000
5. Bangunan 2 (gudang, pengayakan,
pengadukan, pengantongan) 20.000.000
6. Stimer (240x120x120) 20.000.000
7. Kendaraan (Motor) 15.000.000
8. Laptop 10.000.000
9. Drum pengukus bibit 1.000.000
10. Instalasi air 2.000.000
11. Kompor Gas 1.500.000
12. Timbangan (kapasitas 1000 kg) 2.000.000
13. Instalasi listrik 2.000.000
14. Steam Pengabutan 2.000.000
15. Tabung Gas kapasitas 12 Kg 1.100.000
16. Gerobak Dorong 1.000.000
17. Tabung Gas kapasitas 3 Kg 1.360.000
18. Sepatu Boot 100.000
19. Selang air 350.000 350.000
20. Sekop 160.000 160.000 160.000
21. Termometer 300.000
22. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
23. Meja susun 200.000
24. Kipas Angin 200.000
25. Ember 100.000 100.000 100.000
26. Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000
27. Masker 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
28. Cangkul 100.000 100.000 100.000
29. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
30. Sendok Makan 20.000
31. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Investasi 491.095.000 105.000 765.000 455.000 765.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Ring Cincin 93.334.500 160.002.000 160.002.000 160.002.000 160.002.000
2. Gas 67.301.719 115.374.375 115.374.375 115.374.375 115.374.375
3. Bekatul 41.876.625 71.788.500 71.788.500 71.788.500 71.788.500
4. Serbuk Gergaji 23.368.652 40.060.547 40.060.547 40.060.547 40.060.547
5. Plastik 2 kg 22.200.220 38.057.520 38.057.520 38.057.520 38.057.520
6. Serbuk jagung 4.486.781 7.691.625 7.691.625 7.691.625 7.691.625
7. Kapur 3.365.086 5.768.719 5.768.719 5.768.719 5.768.719
8. Gipsum 1.752.649 3.004.541 3.004.541 3.004.541 3.004.541
9. Bibit 1.304.750 2.236.714 2.236.714 2.236.714 2.236.714
10. Spritus 1.168.433 2.003.027 2.003.027 2.003.027 2.003.027
11. Alkohol 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
12. Kapur steril 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
13. Plastik 5 kg 934.746 1.602.422 1.602.422 1.602.422 1.602.422
14. Kapas 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
15. Kertas koran 467.373 801.211 801.211 801.211 801.211
16. Karet 292.108 500.757 500.757 500.757 500.757
Lanjutan Lampiran 10. Switching Value Penurunan Harga Jamur Tiram Putih
Segar (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
17. Pajak Penghasilan Usaha - 29.377.029 31.941.480 34.864.954 57.614.464
Total Biaya Variabel 264.579.984 482.942.717 485.507.167 488.430.641 511.180.151
B. Biaya Tetap
a. Gaji karyawan 97.067.250 166.401.000 166.401.000 166.401.000 166.401.000
b. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
c. Biaya tak terduga 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
d. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
e. Biaya listrik 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
f. Biaya komunikasi 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
g. PBB 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
h. Biaya bensin steam kabut 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
i. angsuran 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123
Total Biaya Tetap 232.542.373 324.626.123 324.626.123 324.626.123 324.626.123
TOTAL OUTFLOW 988.217.357 807.673.839 810.898.290 813.511.764 836.571.274
Net Benefit (291.694.970) 31.190.269 27.965.818 25.352.344 381.205.379
Discount Factor (i =7%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (291.694.971) 31.190.268 27.965.817 25.352.343 381.205.379
NPV 0
IRR 14%
PV Positif 174.018.837
PV Negatif (291.694.971)
Net B/C 0,60
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 34.803.768
Payback Periode 14

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis switching value penurunan harga jamur tiram
putih segar yang dapat ditolelir Yayasan Paguyuban Ikhlas dengan memproduksi
log jamur tiram pada skenario II sebanyak 26.667 log per bulan, yaitu sebesar
9,29 persen.
Lampiran 11. Switching Value Penurunan Harga Log Jamur Tiram Putih
(Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 234.682.500 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Penerimaan log jamur tiram putih 102.802.372 205.604.743 205.604.743 205.604.743 274.139.658
3 Pinjaman 354.036.897
4 Nilai sisa 312.176.667
TOTAL INFLOW 691.521.768 844.619.743 844.619.743 844.619.743 1.203.653.825
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m2 200.000.000
2. Kantor dan Lab 150.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 baglog 40.000.000
4. Bangunan 1 (Inkubasi, Pendinginan,
Tanam Bibit&Pengukusan) 20.000.000
5. Bangunan 2 (gudang, pengayakan,
pengadukan, pengantongan) 20.000.000
6. Stimer (240x120x120) 20.000.000
7. Kendaraan (Motor) 15.000.000
8. Laptop 10.000.000
9. Drum pengukus bibit 1.000.000
10. Instalasi air 2.000.000
11. Kompor Gas 1.500.000
12. Timbangan (kapasitas 1000 kg) 2.000.000
13. Instalasi listrik 2.000.000
14. Steam Pengabutan 2.000.000
15. Tabung Gas kapasitas 12 Kg 1.100.000
16. Gerobak Dorong 1.000.000
17. Tabung Gas kapasitas 3 Kg 1.360.000
18. Sepatu Boot 100.000
19. Selang air 350.000 350.000
20. Sekop 160.000 160.000 160.000
21. Termometer 300.000
22. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
23. Meja susun 200.000
24. Kipas Angin 200.000
25. Ember 100.000 100.000 100.000
26. Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000
27. Masker 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
28. Cangkul 100.000 100.000 100.000
29. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
30. Sendok Makan 20.000
31. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Investasi 491.095.000 105.000 765.000 455.000 765.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Ring Cincin 93.334.500 160.002.000 160.002.000 160.002.000 160.002.000
2. Gas 67.301.719 115.374.375 115.374.375 115.374.375 115.374.375
3. Bekatul 41.876.625 71.788.500 71.788.500 71.788.500 71.788.500
4. Serbuk Gergaji 23.368.652 40.060.547 40.060.547 40.060.547 40.060.547
5. Plastik 2 kg 22.200.220 38.057.520 38.057.520 38.057.520 38.057.520
6. Serbuk jagung 4.486.781 7.691.625 7.691.625 7.691.625 7.691.625
7. Kapur 3.365.086 5.768.719 5.768.719 5.768.719 5.768.719
8. Gipsum 1.752.649 3.004.541 3.004.541 3.004.541 3.004.541
9. Bibit 1.304.750 2.236.714 2.236.714 2.236.714 2.236.714
10. Spritus 1.168.433 2.003.027 2.003.027 2.003.027 2.003.027
11. Alkohol 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
12. Kapur steril 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
13. Plastik 5 kg 934.746 1.602.422 1.602.422 1.602.422 1.602.422
14. Kapas 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
15. Kertas koran 467.373 801.211 801.211 801.211 801.211
16. Karet 292.108 500.757 500.757 500.757 500.757
Lanjutan Lampiran 11. Switching Value Penurunan Harga Log Jamur Tiram
Putih (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
17. Pajak Penghasilan Usaha - 29.377.029 31.941.480 34.864.954 57.614.464
Total Biaya Variabel 264.579.984 482.942.717 485.507.167 488.430.641 511.180.151
B. Biaya Tetap
a. Gaji karyawan 97.067.250 166.401.000 166.401.000 166.401.000 166.401.000
b. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
c. Biaya tak terduga 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
d. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
e. Biaya listrik 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
f. Biaya komunikasi 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
g. PBB 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
h. Biaya bensin steam kabut 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
i. angsuran 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123
Total Biaya Tetap 232.542.373 324.626.123 324.626.123 324.626.123 324.626.123
TOTAL OUTFLOW 988.217.357 807.673.839 810.898.290 813.511.764 836.571.274
Net Benefit (296.695.589) 36.945.904 33.721.453 31.107.979 367.082.550
Discount Factor (i =7%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (296.695.590) 36.945.903 33.721.452 31.107.979 367.082.550
NPV 0
IRR 14%
PV Positif 172.162.294
PV Negatif (296.695.590)
Net B/C 0,58
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 34.432.460
Payback Periode 14

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis switching value penurunan harga log jamur
tiram putih yang dapat ditolelir Yayasan Paguyuban Ikhlas dengan memproduksi
log jamur tiram pada skenario II sebanyak 26.667 log per bulan, yaitu sebesar
20,68 persen.
Lampiran 12. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan jamur tiram putih segar 234.682.500 639.015.000 639.015.000 639.015.000 617.337.500
2 Penerimaan log jamur tiram putih 129.600.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 345.600.000
3 Pinjaman 354.036.897
4 Nilai sisa 312.176.667
TOTAL INFLOW 718.319.397 898.215.000 898.215.000 898.215.000 1.275.114.167
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
1. Lahan 4000 m2 200.000.000
2. Kantor dan Lab 150.000.000
3. Kumbung Perawatan kapasitas
48.000 baglog 40.000.000
4. Bangunan 1 (Inkubasi, Pendinginan,
Tanam Bibit&Pengukusan) 20.000.000
5. Bangunan 2 (gudang, pengayakan,
pengadukan, pengantongan) 20.000.000
6. Stimer (240x120x120) 20.000.000
7. Kendaraan (Motor) 15.000.000
8. Laptop 10.000.000
9. Drum pengukus bibit 1.000.000
10. Instalasi air 2.000.000
11. Kompor Gas 1.500.000
12. Timbangan (kapasitas 1000 kg) 2.000.000
13. Instalasi listrik 2.000.000
14. Steam Pengabutan 2.000.000
15. Tabung Gas kapasitas 12 Kg 1.100.000
16. Gerobak Dorong 1.000.000
17. Tabung Gas kapasitas 3 Kg 1.360.000
18. Sepatu Boot 100.000
19. Selang air 350.000 350.000
20. Sekop 160.000 160.000 160.000
21. Termometer 300.000
22. Timbangan (Kapasitas 15 Kg) 200.000
23. Meja susun 200.000
24. Kipas Angin 200.000
25. Ember 100.000 100.000 100.000
26. Ayakan kayu 100.000 100.000 100.000
27. Masker 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
28. Cangkul 100.000 100.000 100.000
29. Pisau 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
30. Sendok Makan 20.000
31. Fasilitas kantor 200.000 200.000 200.000
Total Investasi 491.095.000 105.000 765.000 455.000 765.000
2 BIAYA OPERASIONAL
A. Biaya Variabel
1. Ring Cincin 93.334.500 160.002.000 160.002.000 160.002.000 160.002.000
2. Gas 67.301.719 115.374.375 115.374.375 115.374.375 115.374.375
3. Bekatul 41.876.625 71.788.500 71.788.500 71.788.500 71.788.500
4. Serbuk Gergaji 23.368.652 40.060.547 40.060.547 40.060.547 40.060.547
5. Plastik 2 kg 22.200.220 38.057.520 38.057.520 38.057.520 38.057.520
6. Serbuk jagung 4.486.781 7.691.625 7.691.625 7.691.625 7.691.625
7. Kapur 3.365.086 5.768.719 5.768.719 5.768.719 5.768.719
8. Gipsum 1.752.649 3.004.541 3.004.541 3.004.541 3.004.541
9. Bibit 1.304.750 2.236.714 2.236.714 2.236.714 2.236.714
10. Spritus 1.168.433 2.003.027 2.003.027 2.003.027 2.003.027
11. Alkohol 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
12. Kapur steril 973.694 1.669.189 1.669.189 1.669.189 1.669.189
13. Plastik 5 kg 934.746 1.602.422 1.602.422 1.602.422 1.602.422
14. Kapas 778.955 1.335.352 1.335.352 1.335.352 1.335.352
15. Kertas koran 467.373 801.211 801.211 801.211 801.211
16. Karet 292.108 500.757 500.757 500.757 500.757
Lanjutan Lampiran 12. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel (Skenario II)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5
17. Pajak Penghasilan Usaha - 29.377.029 31.941.480 34.864.954 57.614.464
Total Biaya Variabel 294.805.394 538.113.712 540.971.124 544.228.573 569.576.970
B. Biaya Tetap
a. Gaji karyawan 97.067.250 166.401.000 166.401.000 166.401.000 166.401.000
b. Gaji supervisor 21.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
c. Biaya tak terduga 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
d. Biaya transportasi 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
e. Biaya listrik 1.050.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
f. Biaya komunikasi 3.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
g. PBB 2.100.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
h. Biaya bensin steam kabut 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
i. angsuran 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123 103.125.123
Total Biaya Tetap 232.542.373 324.626.123 324.626.123 324.626.123 324.626.123
TOTAL OUTFLOW 1.018.442.766 862.844.835 866.362.247 869.309.696 894.968.092
Net Benefit (300.123.370) 35.370.165 31.852.753 28.905.304 380.146.075
Discount Factor (i =7%) 0,877192982 0,769467528 0,674971516 0,592080277 0,519368664
PV (300.123.371) 35.370.164 31.852.753 28.905.303 380.146.074
NPV 0
IRR 14%
PV Positif 176.150.923
PV Negatif (300.123.371)
Net B/C 0,59
Manfaat Bersih Rata2 per Tahun 35.230.185
Payback Periode 14

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis switching value kenaikan biaya variabel yang
dapat ditolelir Yayasan Paguyuban Ikhlas dengan memproduksi log jamur tiram
pada skenario II sebanyak 26.667 log per bulan, yaitu sebesar 11,42 persen.

Anda mungkin juga menyukai