Hasil Penelitian
Oleh :
ELMIRA SAFITRI
041201003/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Lembar Pengesahan
Judul
Nama
NIM
Departemen
Program Studi
Disetujui oleh,
Komisi Dosen Pembimbing
Ketua
Anggota
Diketahui,
Ketua Departemen Kehutanan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
ABSTRAK
ELMIRA SAFITRI. Identifikasi dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan
Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh
Oding Affandi, S.Hut, M.P dan Bejo Slamet, S. Hut, M.Si.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai Maret 2009 dengan
tujuan untuk mengidentifikasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan
Biru-biru Kabupaten Deli Serdang, mengetahui beberapa karakteristik hutan
rakyat (pola pengelolaan, pola penggunaan lahan, rasio antara pohon kayu dan
pohon buah), mengetahui potensi tegakan hutan rakyat, dan mengetahui manfaat
ekonomis hutan rakyat berupa tambahan pendapatan masyarakat. Data penelitian
yang diambil adalah data sekunder dan data primer yang didapat dari instansi
terkait maupun dengan metode wawancara terhadap masyarakat setempat. Analisa
data menghitung potensi tegakan hutan menggunakan rumus penghitungan
volume pohon dan kemudian dijelaskan secara deskriptif berdasarkan tabulasi
dan grafik yang di peroleh. Hasil diperoleh di Kecamatan Biru-biru kegiatan
pengelolaan hutan rakyat dimulai dengan kegiatan persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran dengan bentuk pengelolaan hutan
rakyat paling dominan adalah sistem agroforestri. Pada umumnya pola
penggunaan lahan tidak intensif dengan persentase 72,72 %, struktur tegakan yang
mendominasi adalah pohon yang memiliki diameter 11-20 cm sedangkan jenis
pohon yang mendominasi adalah mahoni (Swietenia mahagoni), dan rasio pohon
kayu lebih besar daripada rasio pohon buah. Potensi tegakan tanaman Hutan
Rakyat di Kecamatan Biru-Biru adalah 148 m3 dengan luas lahan 13,9 ha dan
potensi 10,64 m3, dengan nilai total tegakan hutan rakyat yang mencapai
Rp1.480.0000. Manfaat ekonomi dari hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru bagi
masyarakat dapat membantu menambah pendapatan petani/masyarakat sekaligus
meningkatkan kesejahteraannya selain manfaat ekologis merehabilitasi lahanlahan kritis dan terlantar.
Kata kunci: Agroforestri, pengelolaan hutan rakyat, pola pengelolaan tanaman,
manfaat ekonomi, potensi tegakan.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
ABSTRACT
This research conducted on December 2008 until March 2009. The aims of this
research is to identify forest society management activity in Biru-biru sub district,
Deli Serdang, to know some characters of forest society (such as management
pattern, land useful pattern, and ratio of wood trees and fruit trees), potencial of a
stand forest society, and to know economics benefit of forest society in form
society additional funds. Data collected as secondary data and primary data, these
got by agency and interview with society. Analyse data to count potencial of a
stand forest society used tree volume formula and then described it based on graph
and table. Forest society management activity in Biru-biru sub district starting by
land preparation, planting, maintenance, harvesting, and distribution with the most
dominant form of management forest society is agroforestry. Globally, useful land
pattern in Biru-biru sub district is not intensively. the procentage is 72,72 %. The
most dominant structure of a stand are the trees that have 11-20 diameter and
mahoni (Swietenia mahagony) is tree that the most dominant in that area. Wood
trees ratio is bigger than fruit trees ratio. Potencial of a stand forest society in
Biru-biru sub district is 148 m3 with land at large 13,9 ha and potency is 0,64 m3,
total summary a stand of forest society could be reached Rp14.800.000. economis
benefit getting from forest society in Biru-biru sub district could help
farmer/society additional funds and all increasing at once prosperity of the people
beside ecology benefit that rehabilitating critical land.
Key words: Agroforestry, forest society management, planting management
pattern, economic benefit, potencial of a stand
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan KaruniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ialah "Identifikasi dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan
Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang ".
Penelitian dilakukan di empat desa yang memiliki Hutan Rakyat di
Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli serdang. Penelitian ini menggambarkan
kegiatan dan bentuk pengelolaan hutan rakyat, potensi dan manfaat dari hutan
rakyat bagi masyarakat.
Selama melakukan penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungandukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta
yang telah memberikan kekuatan kepada saya dalam menjalani
kehidupan dan termasuk penyelesaian skripsi.
2. Kedua orang tua tersayang yang sangat saya cintai yang telah
mendidik, membesarkan dan memberikan motivasi baik berupa materi
maupun spirit yang menyertai penulis serta adik-adik atas dukungan
dan doanya.
3. Bapak Oding Affandi S.Hut, M.P dan Bapak Bejo Slamet S.Hut, M.Si
selaku dosen pembimbing atas segala arahan dan perhatiannya dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
4. Bpk Dr. Edy Batara Mulya Siregar M.S selaku ketua Departemen
Kehutanan USU, serta seluruh staff pengajar Departemen Kehutanan
USU atas didikannya selama masa perkuliahan.
5. Seluruh Staff Kantor Kecamatan Biru-Biru atas informasi yang
berguna bagi penulis.
6. Kepala Desa Biru-Biru Bapak Mahmud ginting beserta bang Rinaldi
selaku Staff Pemberdayaan Masyarakat dan masyarakat Desa BiruBiru yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Kepada orang-orang yang saya cintai Ibu Marni, Riska Tanjung, dan
Bang Amir Tanjung yang telah memberikan dukungan dan doanya
dalam penyelesaian skripsi.
8. Kepada sahabatku syarifah Lia Andriaty, Yeni Agustiarni, Rosmawati
Sitompul, dan Umairoh yang telah membantu dan memberi motivasi
dalam penyelesaian skripsi, seluruh teman-teman angkatan 2004 yang
telah memberikan dukungan serta doanya selama menemuh pendidikan
sampai penelitian berlangsung.
Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua
Penulis
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Perumusan Masalah............................................................................. 3
Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
Manfaat Penelitian............................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pola Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian (Kecamatan Biru-Biru) ....... 24
2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Mata Pencaharian di Lokasi ......... 25
Penelitian Tahun 2007
3. Bentul Pengelolaan Hutan Rakyat ........................................................ 39
4. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Biru-biru .................................. 41
3. Hubungan antara kelas diameter dan jumlah batang .............................. 43
4. Taksiran Potensi Tegakan tanaman Hutan Rakyat pada ........................ 46
Setiap Lahan Responden
6. Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah ......................... 49
Tangga Petani tahun 2008 2009
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sarana Produksi di Kecamatan Biru-Biru .............................................. 27
2. Jalur Pemasaran Hasil Hutan Rakyat Kecamatan Biru-biru .................... 35
3. Rantai Pemasar Buah Duku .................................................................. 35
4. Jalur Pemasaran Coklat ........................................................................ 36
5. Jalur Pemasaran Buah Durian ............................................................... 37
6. Hubungan antara kelas diameter dan jumlah batang .............................. 43
7. Tanaman yang memiliki kelas umur yang seragam ............................... 44
8. Rasio pohon kayu dan pohon buah ....................................................... 44
9. Persentase potensi tegakan Hutan Rakyat ............................................ 47
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Pengukuran Potensi Plot Contoh Tanaman Hutan Rakyat ......... 59
2. Sumber-Sumber Pendapatan Petani Tahun 2008-2009
Kecamatan Biru-Biru ..................................................................... 108
3. Data Responden Petani Hutan Rakyat ............................................. 109
4. Tabel Plot Contoh pada Setiap Lahan Hutan Rakyat Responden ..... 110
5. Surat Keterangan Pemilik Tanah .................................................... 111
6.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya
dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek ekonomi, sosial, pembangunan dan
lingkungan. Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional
dengan keanekaragaman flora dan fauna yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Kawasan hutan alam mengalami penurunan yang cukup
signifkan, hal ini seiring juga terjadinya penurunan dari segia kualitas hutan
sebagai fungsinya. Menurut Reksohadiprojo (1994), pentingnya hutan bagi
kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat,
hal ini menurut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak hanya dari
segi finansial saja namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya hutan
secara utuh.
Salah satu upaya untuk menunjang keseimbangan ekosistem alam dan
kebutuhan ekonomi adalah pembentukan hutan rakyat. Hutan rakyat sudah
berkembang sejak lama di kalangan masyarakat Indonesia meskipun dilakukan
secara tradisional. Pada saat ini hasil kayu dari kawasan hutan negara tidak bisa
diandalkan lagi, baik hasil kayu sebagai bahan baku kayu pertukangan, kayu pulp,
maupun kayu bakar. Perkiraan kebutuhan kayu oleh industri perkayuan nasional
sebesar 64,3 juta m3 per tahun, sedangkan yang dapat dipenuhi secara lestari
sebesar 25,4 juta m3, sehingga setiap tahun terdapat kekurangan sebesar 38,9 juta
m3 (Usman 2001). Data dari BP2HP Wilayah II Medan pada tahun 2005
menyebutkan bahwa kebutuhan kayu bulat rata-rata untuk industri di Sumatera
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Utara adalah 2,5 juta m/tahun dengan produksi kayu rata-rata 1,5 juta m/tahun
sehingga terdapat kekurangan sebesar 1 juta m/tahun. Usman (2001 dalam
Sanudin dan Harianja, 2008).
Hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumberdaya alam
yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Yang mana hutan rakyat ini dibangun
secara swadaya oleh masyarakat, ditujukan untuk menghasilkan kayu atau
komoditas ikutannya yang secara ekonomis bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari adanya hutan
rakyat tradisional yang di usahakan masyarakat sendiri tanpa campur tangan
pemerintah (swadaya murni), baik berupa tanaman satu jenis (hutan rakyat mini),
maupun dengan pola tanaman campuran (agroforestry) (Awang, 2005).
Keberadaan hutan rakyat tidaklah semata-mata akibat interaksi alami
antara komponen botani, mikro organisme, mineral tanah, air dan udara,
melainkan juga adanya peran manusia dan kebudayaannya. Kreasi budaya yang
dikembangkan dalam interaksinya dengan hutan, berbeda-beda antar kelompok
masyarakat (Awang, 2005). Oleh karena itu diperlukan suatu kajian tentang
potensi dan kondisi hutan rakyat, serta menyusun sistem informasi tentang hutan
rakyat, sehingga hutan rakyat dapat dikelola secara lestari (BPS, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan kajian untuk
mengidentifikasi dan menginventarisasi pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan
Biru-biru.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Perumusan Masalah
Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang
dinyatakan oleh kepemilikan lahan dan dikatakan juga sebagai hutan milik.
Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan masyarakat, selain
sebagai investasi ternyata juga dapat memberi tambahan penghasilan yang dapat
diandalkan. Secara ekonomi hutan rakyat memberikan pendapatan dalam rumah
tangga dengan hasilnya berupa obat-obatan, kayu pertukangan, dan bahkan
memberikan hasil secara periodik misalnya dengan menjual kayu bakar. Menurut
Sukadaryati (2006), potensi hutan rakyat di Indonesia mencakup populasi jumlah
pohon ini diharapkan mampu menyokong bahan baku untuk industri. Berdasarkan
data yang dihimpun dari dinas yang menangani kehutanan tingkat kabupaten di
seluruh Indonesia luas hutan rakyat adalah 1.568.415,64 ha (Anonim, 2005).
Masyarakat pemilik lahan kini semakin sadar akan manfaat hutan rakyat. Mereka
tetap melakukan peremajaan setelah mereka menebang pohon sehingga jumlah
dan luas hutan tetap dipertahankan bahkan kalau perlu ditambah. Oleh karena itu
pengelolaan hutan rakyat perlu dikembangkan selain untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan, juga
mampu mendukung kebutuhan industri kehutanan. Sejalan dengan kegiatan
GNRHL yang dilakukan di hutan rakyat, peran aktif masyarakat sekitar lokasi
tetap diperlukan dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan hingga menjaga
keamanan (Anonim, 2006).
Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini menunjukkan bahwa masyarakat
benar-benar memelihara tanaman dengan baik dan menjaganya dari gangguan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
yang
mengatur kegiatan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru
Kabupaten Deli Serdang
2. Mengetahui beberapa karakteristik hutan rakyat (pola pengelolaan, pola
penggunaan lahan, struktur tegakan dan rasio antara pohon kayu dan pohon
buah).
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Manfaat Penelitian
Tersedianya informasi potensi sumberdaya hutan rakyat di Kecamatan
Biru-biru Kabupaten Deli Serdang yang berguna dalam mendukung kegiatan
operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis pengelolaan
hutan rakyat yang terintegrasi dan lestari. Dan sebagai bahan masukan kepada
pemerintah daerah, stake holders dan berbagai pihak pengelola yang terlibat di
dalamnya dalam pengembangan pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru
Kabupaten Deli Serdang .
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Rakyat
Pengertian Hutan Rakyat
Hutan rakyat dalam pengertian menurut Undang-undang No.41/1999
tentang kehutanan adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan
yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dari
sudut pandang pemerintah mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hutan
rakyat karena ada dukungan progam penghijauan dan kegiatan pendukung seperti
demplot dan penyuluhan. Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang
ada di Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah,
dimiliki oleh masyarakat, proses terjadinya dapat dibuat oleh manusia, dapat juga
terjadi secara alami, dan dapat juga karena upaya rehabilitasi tanah kritis
(Jaffar, 1993).
Majalah Kehutanan Indonesia (1995, dalam Novel, 2005), menyatakan
bahwa pada prinsipnya pengertian hutan rakyat adalah status hak milik (hutan
milik) di luar kawasan hutan dengan penanaman pohon-pohonan secara intensif
juga penanaman tanaman yang lebih dikenal tumpangsari. Hutan Rakyat
merupakan salah satu kegiatan perhutanan sosial yang dilaksanakan pada tanah
yang dibebani (hak milik/hutan rakyat) yang ditanami secara intensif oleh
masyarakat baik perorangan dan kelompok yang berupa tanaman kayu-kayuan.
Program hutan rakyat merupakan salah satu alternatif dalam rangka mewujdkan
pengelolaan hutan rakyat lestari.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
tangganya.
Dengan
semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk
berikut
Perhutanan sosial
Penyelenggaraan
dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di Jawa pada tahun 1986
dan proyek percontohan oleh Kantor Wilayah Departemen Kehutanan, yaitu di
Belangian, Kalaan dan selaru Kalimantan timur, Ormu, dan Parieri Irian jaya.
Semua
kegiatan
memperoleh
dukungan
dari
The
for
Fondation.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja. Harus diakui pula bahwa
diantara pengertian hutan rakyat dan sistem hutan rakyat masih harus
diperdebatkan, tetapi harus disesuaikan dengan konteks sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat setempat. Fakultas kehutanan tentang hutan rakyat, sering kali
menghitung kontribusi pendapatan hutan rakyat terhadap pendapatan keluarga
tani. Umumnya perhitungan pendapatan hutan rakyat tersebut hanya berasal dari
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
unsur kayunya saja. Hal ini terjadi karena komoditi yang dilihat dari hutan rakyat
hanya pohon-pohon saja (Awang, dkk, 2002).
Pengelolaan hutan rakyat dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik
pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun lahan yang dikuasai
oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari
tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim,
peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam. Bentuk dan pola hutan rakyat di
Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain : hutan rakyat sengon,
hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi
(disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang, 2001).
Pengelolaan hutan rakyat bertujuan untuk mencapai esistensi masyarakat
desa hutan rakyat dengan proses pembangunan yang memuat berbagai proses,
yang terdiri dari : perubahan perencanaan (planned change), Transformasi
structural (structural transformation), otonomi, (autonomy) dan keberlanjutan,
(suistainability). Perubahan terencana menekankan pada keterlibatan Masyarakat
dalam pengelolaan hutan sejak tahap awal (perencanaan sampai pada tahap
pemasaran hasil). Dengan demikian keterlibatan masyarakat sebagai pemilik lahan
hutan rakyat adalah sebuah syarat yang harus dipenuhi untuk menjamin adanya
perencanaan yang sesuai dengan kondisi dan kemauan masyarakat sebagai
pengelola hutan rakyat. Transformasi struktural adalah suatu proses terciptanya
struktur secara mendasar dan lebih baik yang berisikan pemberdayaan yang
memberikan ruang agar masyarakat dapat mengembangkan kebudayaannya,
otonomi adalah cara untuk mengembalikan wewenag pengelolaan hutan kepada
masyarakat
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data
1. Pengambilan Sampel
1.1. Sampel Desa
Jumlah Sampel di ambil secara sensus. Menurut Arikunto (1996), apabila
subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi, namun jika subyeknya besar dapat diambil antara
10 sampai 15 % atau lebih.
1.2. Sampel Responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini 11 KK karena dari hasil
penelitian hanya 11 KK yang memiliki lahan hutan rakyat yang berada di lokasi
penelitian.
1.3. Sampel Pohon
Sampel pohon diambil untuk memperoleh data potensi tegakan. Data
potensi tegakan diperoleh dengan membuat 3 plot contoh berbentuk lingkaran
dengan jari-jari 17,8 meter dan luas masing-masing plot 0,1 ha pada masing-
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
masing lahan pemilik hutan rakyat (responden). Lalu dihitung jumlah pohon
dalam plot dan diukur diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang pohonnya.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Analisis Data
1. Potensi Tanaman Hutan Rakyat
Potensi tegakan diukur dengan membuat 3 petak ukur contoh berbentuk
lingkaran dengan diameter 17,8 meter dan luas 0,1 Ha pada masing-masing lahan
responden. Lalu dihitung jumlah pohon yang ada dalam plot dan diukur diameter
setinggi dada dan tinggi bebas cabang pohonnya. Alat yang digunakan antara lain
adalah pita ukur, clinometer, tali rafia dan galah. Pendugaan potensi kayu tanaman
hutan rakyat dimulai dengan perhitungan potensi tanaman hutan rakyat yang
dimiliki oleh setiap responden pada desa kajian. Data dari hasil inventarisasi kayu
di tanaman hutan rakyat kemudian dapat dihitung parameter-parameter
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
tegakannya yang meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (lbds),
dan volume per satuan luas.
Lbds dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Lbds = 0,25 x x Di
Dimana :
Lbds
Di
ti
fi
Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan grafik yang di
peroleh.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Kondisi Geografis
Kecamatan Biru-biru merupakan Kecamatan yang tediri dari 17 Desa, 18
dusun dengan luasnya 89,69 Km atau sekitar 8.969 Ha. Ditinjau dari Topologinya
Kecamatan Biru-biru merupakan Daerah Perladangan. Pada dasarnya pelaksanan
tugas dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan di Kecamatan
Biru-biru berpedoman pada Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan yang mengatur tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang
susunan organisasi tiap Desa terdiri dari : Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur
Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur Umum dan Kepala Dusun. Adapun
lokasi penelitian yang dilaksanakan di
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Luas (km)
862
2.751
4.979
8.969
17.561
Kabupaten
: 36 KM
Propinsi
: 18 KM
Demografi/Kependudukan
Jumlah keseluruhan Penduduk Kecamatan Biru-biru 33.601 jiwa, dengan
kepadatan penduduk 375 jiwa. Laki-laki 16.926 orang, dan perempuan 16.675
orang. Banyaknya penduduk dewasa dan anak-anak berdasarkan jenis kelamin.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Untuk tingkat dewasa laki-laki 10.256 orang dan perempuan 10.489 orang, untuk
tingkat anak-anak, laki-laki 5.596 orang, dan perempuan 5.185 orang, dengan
perincian sebagai berikut: Desa Biru-biru 1.635 jiwa, terdiri dari 290 KK, laki-laki
822 orang, perempuan 813 orang; Desa Rumah Gerat 1.410 jiwa, terdiri dari 366
KK, laki-laki 717 orang, perempuan 693 orang; Desa Sarilaba Jahe 1.449 jiwa,
terdiri dari 300 KK, laki-laki 732 orang, perempuan 717 orang; dan Desa Kuala
Deka 792 jiwa terdiri dari 203 KK, laki-laki 412 orang, perempuan 380 orang.
Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk di lokasi penelitian bermata pencaharian sebagai
petani, sebagian kecil lainnya bermata pencaharian sebagai PNS, Pedagang,
ABRI, Swasta dan lain-lain. Untuk lebih jelas mengenai mata pencaharian
penduduk dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk MenuruT Tingkat Mata Pencaharian di Lokasi
Penelitian Tahun 2007
No
1
2
Mata Pencaharian
Pertanian
Pedagang
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
4
5
ABRI
Swasta
Lain-lain
Total
Jumlah (jiwa)
13.500
629
349
721
2.882
586
18.667
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
jagung, dan tanaman hortikultura lainnya. Selain itu ditanami juga dengan
tanaman coklat dan sebagian besar penduduk di desa ini memiliki kebun coklat.
Selebihnya tata guna lahan di desa ini digunakan untuk pekarangan, Perkebunan,
dan hutan rakyat. Pekarangan ini biasanya ditanami dengan berbagai komposisi
jenis tanaman, seperti tanaman pangan semusim, coklat, perkebunan ditanami
jenis karet, dan sawit dan sedikit tanaman keras (Mindi, Mahoni, Jati, dan Kapas)
(Sumber: Kepala Desa).
Penduduk di Kecamatan Biru-biru mayoritas adalah pemeluk agama
Kristen Protestan (80%) dan sisanya adalah pemeluk agama Islam (20 %). Pada
umumnya di daerah-daerah pedesaan, masyarakat di Kecamatan Biru-biru
mayoritas mata pencahariannya adalah bertani. Tingkat pendidikan penduduk di
Kecamatan Biru-biru pada usia produktif (1835 thn) sebagian besar adalah tamat
SLTA, selebihnya adalah tamat SLTP, tamat SD. Dan juga ada yang sampai ke
jenjang Perguruan tinggi tamat D1 (Diploma 1), D2 (Diploma 2), D3 (Diploma 3),
S1 (Strata 1), dan tamat S2 (Strata 2). Kondisi demikian menunjukkan masyarakat
di Kecamatan ini berusaha dan berjuang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke
jenjang perguruan tinggi atau akademi, minimal sampai ke tingkat Sekolah
Lanjutan Atas (SLTA) (Sumber: Profil (exspose) Kecamatan Biru-Biru, 2008).
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
kecil non-kerajinan tangan yang memproduksi peti mati, lemari, pintu dan jendela
dari bahan-bahan kayu gergajian atau papan.
Prasarana perhubungan berupa jalan darat atau jalan utama (beraspal) yang
menghubungkan antar Desa. Jalan utama ini biasa disebut dengan jalan protokol.
Sebagian besar jalan-jalan ini masih jalan berbatu.
Kecamatan Biru-biru memiliki sarana perhubungan angkutan darat
misalnya mobil angkutan umum yang melalui jalan utama. Jalan utama ini
merupakan suatu aksesibilitas penting yang memperlancar kegiatan ekonomi
maupun sosial-budaya di Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang. Sarana
kesehatan terdiri dari Puskesmas dan Posyandu, dan sarana ibadah seperti Gereja
dan Mesjid dan Kuil juga tersedia di desa ini.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
terlebih
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
pengelolanya akan memanen atau menjual kayu mindi tersebut di lahan miliknya
masing-masing disaat mereka memang benar-benar membutuhkannya (untuk
memenuhi kebutuhan yang mendesak). Salah satu kebutuhan yang mendesak itu
adalah keperluan sehari-hari dan untuk biaya melanjutkan pendidikan/sekolah
anak-anaknya.
Sistem penebangan di desa ini dilakukan dengan sistem tebang pilih.
Biasanya di desa ini, petani menjual kayu mindi kepada pembeli (pengusaha)
dalam keadaan pohon berdiri dan diborongkan. Pemanenan kayu gelondongan ini
biasanya dilakukan oleh pembeli, karena mereka telah mempunyai modal dan
peralatan yang lebih memadai seperti gergaji mesin (chain saw) dan sarana
pengangkutan.
5.
Pemasaran
a. Tanaman Kehutanan
Kayu yang dijual oleh masyarakat/pemilik hutan rakyat di empat desa di
Kecamatan Biru-biru ini biasanya melalui agen kayu terlebih dahulu. Agen kayu
adalah seseorang yang profesinya/pekerjaannya adalah mencari dan menyediakan
kayu (dalam hal ini kayu mindi, jati dan mahoni) dari lahan-lahan petani/pemilik
hutan rakyat kepada pengusaha-pengusaha kayu rakyat (pembeli kayu), baik
pengusaha industri kecil maupun besar untuk keperluan sumber bahan baku bagi
industri-industri tersebut. Agen kayu di desa ini dalam hal ini adalah seorang
penduduk yang berdomisi di desa tersebut.
Agen
kayu
ini
memiliki
keahlian
dalam
mencari
kayu
dan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
kepada
pemilik
kayu,
kemudian
agen
kayu
akan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
kayu ke Dinas Kehutanan dengan menyertakan SKT, surat jual beli yang sudah
ditandatangani oleh si pemilik lahan dan si pembeli dilengkapi dengan kopi
KTP.
5) Setelah itu, Dinas Kehutanan akan datang ke lokasi/lahan hutan rakyat yang
bersangkutan untuk melakukan cruising (peninjauan resmi ke lokasi).
6) Setelah cruising, maka IPKTM dapat dikeluarkan lalu penebangan kayu bisa
dikerjakan. Biaya yang dikenakan dalam IPKTM ini adalah sebesar Rp
100.000 per meter kubik.
Pengusaha kayu rakyat menjual kayu (mindi, jati dan mahoni) dari hasil
hutan rakyat ke panglong (usaha dagang kayu) maupun industri pengolahan kayu
skala kecil dan menengah, (misal industri kayu gergajian, industri meubel lokal,
dan lain-lain) yang berada di Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang dan
sebagainya.
Kayu dari hutan rakyat diolah untuk berbagai kegunaan seperti bahan
pertukangan, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Harga kayu yang dijual oleh pengusaha mindi rakyat di pabrik/industri
pengolahan kayu adalah Rp 150.000 per meter kubik. Industri kayu gergajian
misalnya, akan mengolah kayu mindi, jati dan mahoni itu menjadi menjadi kayu
kayu gergajian, kemudian kayu-kayu gergajian ini akan dibeli oleh industri
industri meubel lokal sebagai bahan baku.
Jalur pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru disajikan pada
Gambar 2
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
A gen K ayu
H asil
H utanR akyat
Pengusaha
K ayu
Industri
Penggergajian
Panglong
Industri
M eubel L okal
b. Tanaman Pertanian
1) Duku (Lancium domesticum)
Petani menjual duku langsung kepada pedagang pengumpul (penadah).
Petani biasanya hanya mengeluarkan biaya berupa upah panjat sebesar Rp. 50.000
per orang. Biasanya tenaga kerja yang dibutuhkan 4-5 orang. Untuk pengangkutan
buah duku ditanggung oleh pedagang pengumpul sekitar Rp. 4.000 u/kg. Rantai
pemasaran buah duku, dilokasi peneliti disajikan pada Gambar 3.
Petani D uku
Pedagang
Pengum pul
K onsum en
Petani C oklat
Pedagang
Pengum pul di
D esa
D istribusi C oklat
L angsung O leh
Petani
Penjual Pada
T ingkat
K abupaten
Pedagang
Pengum pul di
K ecam atan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
dengan harga Rp. 2000,- sampai Rp. 4000,- per buah. Pembeli secara langsung
menyediakan alat angkut untuk membawa durian. Durian selain dijual juga
dikonsumsi oleh masyarakat. Jalur pemasaran buah durian disajikan pada Gambar
5.
P edagang
P engum pul
P etani D uku
K onsum en
K onsum si
R um ah
T angga
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
(3). Hutan Rakyat Wanatani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk usaha
kombinasi antara kehutanan dengan cabang usahatani lainnya seperti tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan lain-lain yang dikembangkan
secara terpadu. Dalam pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru
ketiga bentuk pengelolaan hutan rakyat diatas telah dilakukan, dimana
masing-masing pemilik lahan memiliki bentuk pengelolaan yang berbedabeda berdasarkan jenis tanaman yang ditanam.
Bentuk pengelolaan berdasarkan pemilik lahan luasan yang dikelola berkisar
antara 0,5 s/d 2 Ha. Ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bentuk Pengelolaan Hutan Rakyat
Luas Lahan Hutan
No.
Nama
Bentuk Pengelolaan
Rakyat (Ha)
Muslim Tarigan
1.2 ha
Agroforestri
Julianus Ginting
0.6 ha
Agroforestri
Alim Tarigan
1.3 ha
Agroforestri
Linggem Sembiring
2 ha
Agroforestri
Ngapul Sembiring
1.5 ha
Chandra Ginting
0.5 ha
Rasli Sitepu
0.8 ha
Ramli Sembiring
2 ha
Ramli Sembiring
0.6 ha
10
Rinaldi ginting
1.5 ha
11
Serasi ginting
2 ha
Agroforestri
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Tabel 3 menunjukan bahwa ketiga bentuk pengelolaan hutan rakyat diatas telah
dilakukan, dimana masing-masing pemilik lahan memiliki bentuk pengelolaan
yang berbeda-beda berdasarkan jenis tanaman yang ditanam dan luas lahan yang
dimiliki. Akan tetapi yang paling dominan yaitu bentuk pengelolaan hutan rakyat
Agroforesti / hutan rakyat wanatani.
Menurut Hairiah dkk (2003), hutan rakyat dapat dikatakan menerapkan sistem
agroforestri jika memiliki unsur-unsur berikut :
1) Penggunan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia
2) Penerapan teknologi
3) Komponen tanaman semusim, tahunan, dan/atau ternak
4) Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu
5) Ada interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi
dimana
pola
pengelolaannya
berdasarkan
inisiatif/pola
pikir
masyarakat selaku pemilik lahan tanpa ada bantuan dari pemerintah (Pola
Swadaya).
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Pola Subsidi tidak ditemukan di lokasi penelitian karena pola ini dilakukan
pada saat melakukan program penghijauan dari pemerintah dijalankan. Pola
subsidi ini pengelolaannya mengupayakan bantuan dari pemerintah, berupa; bibit,
pupuk, akan tetapi dikelola di tanah milik masyarakat.
Nama
Muslim Tarigan
Intensif
Julianus Ginting
Tidak intensif
Alim Tarigan
Tidak Intensif
Linggem Sembiring
Intensif
Ngapul Sembiring
Tidak intensif
Chandra Ginting
Tidak intensif
Rasli Sitepu
Intensif
Ramli Sembiring
Tidak intensif
Ramli Sembiring
Tidak intensif
10
Rinaldi Ginting
Tidak intensif
11
Serasi Ginting
Tidak intensif
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Jumlah Batang
1723
193
127
27
> 41
cm
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Tanaman yang memiliki kelas umur dan masa tanam yang sama di Kecamatan
Biru-Biru dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7. Tanaman yang memiliki kelas umur dan masa tanam yang sama
Rasio antara pohon kayu dan pohon berbuah dapat dilihat pada diagram di
bawah ini.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Nama
Lahan
(Ha)
Volume
Total
11 20cm
21 30cm
31 40cm
> 41cm
(M3)
Muslim Tarigan
1.2 ha
3.84
0.76
4.6
Julianus Ginting
0.6 ha
1.71
6.4
8.11
Alim Tarigan
1.3 ha
10.13
0.48
10.61
Linggem Sembiring
2 ha
2.11
6.24
8.35
Ngapul Sembiring
1.5 ha
14.66
14.66
Chandra Ginting
0.5 ha
4.54
0.82
5.36
Rasli Sitepu
0.8 ha
5.52
3.8
9.32
Ramli Sembiring
2 ha
5.05
0.49
5.54
Ramli Sembiring
0.6 ha
5.16
0.82
5.98
10
Rinaldi Ginting
1.5 ha
3.19
48.81
13.48
65.48
11
Serasi Ginting
2 ha
9.82
0.16
9.98
13.9 ha
62.54
23.16
48.81
13.48
147.99
4,5
1,67
3,51
0,7
Total
Volume/ha
10.38
deesa ini dapat dikatakan kecil, demikian juga pada masing-masing luas lahan
responden yang juga bisa dikatakan kecil. Tetapi inilah luas hutan rakyat yang
masih ada atau tersisa di empat desa ini. Hasil wawancara yang dilakukan kepada
pemilik lahan hal yang menjadi penyebabnya adalah sebagian besar masyarakat
pemilik hutan rakyat di desa ini sudah memanen kayunya (Ginting, 2009).
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Pertanian
Perkebunan
Gaji
Jumlah
(Rp/thn)
(Rp/thn)
(Rp/thn)
(Rp/thn)
(Rp/thn)
4.800.000
219.800.000
47.900.000
(21,82%)
166.780.000
(75,99%)
(2,19%)
(100%)
kontribusi yang diperoleh petani relatif kecil. Oleh sebab itu petani lebih
cenderung untuk mengusahakan jenis tanaman yang tidak membutuhkan waktu
lama untuk menghasilkan seperti: coklat, duku, padi, pisang, sawo dan
sebagainya. Karena tanaman campuran ini memiliki masa panen lebih dari dua
kali dalam setahun.
Tanaman duku misalnya, biasanya dapat menghasilkan 2-3 kali dalam
setahun, coklat 40 kali dalam setahun, dan sebagainya. Dengan demikian, selama
dalam jangka waktu 5-8 tahun ini secara ekonomis sektor pertanian dapat menjadi
sumbangsih yang terbesar.
b. Luas lahan yang semakin berkurang
Budidaya hutan rakyat yang dilakukan oleh masing-masing petani tidak
dapat menjamin kelestarian hasil, dimana sistem penjualan tegakan sering
dilakukan secara borongan dan penebangan sering dilakukan secara tebang habis.
Hal ini salah satunya disebabkan karena kondisi ekonomi petani yang rendah
sehingga sering petani menjual tegakan hutan rakyat yang belum masak tebang
(diameter <16 cm). Hal ini membuat kondisi luas hutan rakyat semakin cepat
berkurang sehingga akhirnya kontribusi yang diberikan hutan rakyat pun semakin
menurun.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
namun
petani
dimudahkan
karena
perlu
memasarkannya
ke
panglong/penerima.
Secara teori petani akan mendapat nilai ekonomi yang lebih besar jika
mampu mengolah sendiri kayu tersebut karena produksi kayu dari hutan rakyat
cukup besar. Hal ini berkaitan dengan lemahnya akses pasar dimana petani tidak
mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam memasarkan hasil kayunya. Hal ini
terkait dengan lemahnya petani terhadap akses pasar terutama harga, terbatasnya
pengusaha sebagai pembeli, serta kemudahan dan kepraktisan yang diperoleh
petani dengan sistem pemasaran yang ada sehingga petani tidak bisa memasarkan
kayu langsung kepada konsumen.
Sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar terhadap pendapatan petani
sebesar Rp 166.780.000 atau berkisar 75,99%, lalu diikuti oleh sektor perkebunan
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
rakyat sudah sangat membantu dalam perekonomian petani. Hal ini didukung kuat
oleh pernyataan Jaffar (1993), yang menyatakan bahwa salah satu tujuan
pembangunan hutan rakyat adalah meningkatkan produktivitas lahan kritis atau
areal yang tidak produktif secara optimal dan lestari dan meningkatkan
pendapatan
masyarakat
tani
di
pedesaan
sekaligus
meningkatkan
kesejahteraannya.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Kesimpulan
1. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru dimulai
dengan kegiatan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan,
dan pemasaran dan bentuk pengelolaannya adalah hutan rakyat
agroforestri (wanatani), Hutan rakyat campuran dan hutan rakyat murni.
2. Karakteristik hutan rakyat di kecamatan ini memiliki pola penggunaan
lahan yang bersifat campuran (pola tanam campuran)/wanatani yaitu
campuran tanaman pangan dengan tanaman kayu-kayuan. Dimana pola
pengelolaannya berdasarkan inisiatif masyarakat (pola swadaya).
3. Pola penggunaan lahan di Kecamatan Biru-biru tidak intensif dengan
persentase 72,72 %, dengan struktur tegakan yang mendominasi adalah
pohon yang memiliki diameter 11-20 cm sedangkan jenis pohon yang
mendominasi adalah mahoni (Swieteni mahagoni), dan rasio pohon kayu
lebih besar daripada rasio pohon buah.
4. Potensi tegakan tanaman Hutan Rakyat di Kecamatan Biru-Biru per Ha
adalah 0,74 m.
5. Hutan rakyat di 4 (empat) Desa Kecamatan Biru-biru memiliki peringkat
ke-2 setelah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp. 47.900.000
(21,82 %). Hal ini menunjukkan bahwa petani belum menggantungkan
penghidupannya dari hutan rakyat, khususnya dari hasil kayunya.
6. Manfaat ekonomi dari hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru bagi
masyarakat dapat membantu menambah pendapatan petani/masyarakat
sekaligus meningkatkan kesejahteraannya selain manfaat ekologis
merehabilitasi lahan-lahan kritis dan terlantar.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Saran
Hutan rakyat di Kecamatan Biru-biru yang dikelola oleh masyarakat
sebagian besar pemilik lahan belum memiliki Surat Keterangan Tanah (SKT) dan
Izin Pemanfaatan Kayu Tanah Milik (IPKTM). Masyarakat di Kecamatan Birubiru belum menggantungkan penghidupannya sepenuhnya dari sektor kehutanan
(hutan rakyat), dengan demikian penyuluhan demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat dilakukan secara intensif pada masyarakat.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Siaran Pers Pusat Informasi Kehutanan tentang Hutan Rakyat
Indonesia sangat Prospektif untuk Industri Kehutanan, No. S.375/II/PIK1/2005, tanggal 7 Juni 2005. Website: htpp:/www.dephut.go.id. Diakses
tanggal 8 Juni 2005
Anonim, 2006. Menjaga Hutan dari Ambang Kehancuran. Harian Kedaulatan
Rakyat, tanggal 29 Mei 2006, Hlm.19. PT Balai Pustaka Kedaulatan
Rakyat. Yogyakarta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Rineka Cipta. Jakarta
Awang, S.A. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Pustaka Kehutanan
Masyarakat, Yogyakarta: DEBUT 2001
Awang, S.A., Andayani, W., Himmah, B., Widayanti, W.T., Affianto, Agus.
2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. Universitas Gadjah
Mada Press Yogyakarta
Awang, S. 2005. Petani, Ekonomi, Dan Konservasi Aspek Penelitian Dan
Gagasan. Pustaka Hutan Rakyat. Press. Debut. Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Potensi Hutan Rakyat Indonesia 2003.
Website http://www.google.co.id. Diakses tanggal 28 Juni 2006
BP2HP Wilayah II Medan. 2005. Pemanfaatan/Pengangkutan Hasil Hutan Kayu
dari Hutan Milik/Hak. Medan
Brower, J.E. and Zar, J.H. 1977. Field and Laboratory Methods for General
Ecology. Brown Co Publisher, Iowa, USA
Darusman, D dan D. Suharjito, 1998. Kehutanan Masyarakat: Beragam Pola
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan. Institut Pertanian Bogor
Depatemen Kehutanan RI, 1974. Informasi Peratuan Perundang-Undangan
Nasional di Bidang Kehutanan. Jakata: Penerbit Biro Hukum dan
Organisasi Setjen Dephut
[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Jakarta
Ginting, J. 2009. Komunikasi Pribadi dengan Julianus Ginting sebagai Salah Satu
Pemilik Hutan Rakyat Mindi dan Pengelola Kayu Mindi. Desa Biru-Biru
Kecamatan Biru-Biru.[13 April 2009]
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.
Elmira Safitri : Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru, 2009.