Draft
Pengenalan Jenis Tumbuhan
Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah
Sumatera Selatan
(SM Dangku-Hutan Lindung Meranti-Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Panduan lapangan Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah, Sumatera
Selatan
Penyunting:
Tukirin Partomihardjo
Penyusun:
Dafid Pirnanda
Hendi Sumantri
Rendra Bayu Prasetyo
Citation :
Pirnanda, D., H. Sumantri., dan R. B. Prasetyo. 2016. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Kawasan Hutan Dataran
Rendah Sumatera Selatan. Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project. Deutsche Gesellschaft
für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Palembang
Copy Right
© BIOCLIME - GIZ
Cites this book is allowed by mentioning the source and publisher.
Detail Contact
Kata Pengantar
GIZ Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah
Republik Federal Jerman dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di
bidang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Melalui program BIOCLIME, Pemerintah Jerman mendukung
upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, konservasi keanekaragaman hayati
hutan bernilai tinggi, mempertahankan kapasitas penyimpanan stok karbon dan menerapkan pengelolaan hutan
berkelanjutan untuk kepentingan rakyat. Program ini fokus dalam mendukung Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan konsep konservasi dan manajemen guna menurunkan emisi karbon dari hutan dan
memberikan kontribusi untuk komitmen penurunan emisi GRK Indonesia yang telah ditargetkan sampai 2020.
Pada Taman Nasional Sembilang telah dilakukan survey yang bertujuan untuk menginventarisasi data biodiversitas
dan kandungan karbon. Dari Hasil inventarisasi tumbuhan, dilakukan identifikasi nama ilmiah dengan cara membuat
herbarium dan juga mencocokan antara ciri-ciri yang ditemukan dilapangan dengan ciri-ciri yang tertulis pada
beberapa literatur seperti Prosea dan Malesian Seed Plants.
Kami menyadari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di ekosistem mangrove TN Sembilang tidak terbatas pada
apa yang ada dalam buku ini, tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi acuan dan memberi kemudahan dalam
kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada kawasan TN Sembilang yang bertujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada pada TN Sembilang.
Berthold Haasler
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kata Sambutan
Keanekaragaman hayati (kehati) memiliki peran serta kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional di semua
bidang. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam pengelolaan kehati pada tataran global dan nasional melalui
ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati/Convention on Biological Diversity (CBD) menjadi UU nomor 5 tahun
1994. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2015-2020. Dokumen ini memaparkan arah kebijakan RPJM yang ditujukan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, selain
meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dan isu terkait pengelolaan keanekaragaman hayati
sungguh sangat dinamis. Hal ini menjadi sangat menarik dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk
dapat mengelola keanekaragaman hayati secara adil dan lestari, dengan berpedoman pada 3 (tiga) pilar penting
yaitu: pengawetan, perlindungan, dan pemanfaatan yang lestari. Maka sangat penting adanya sebuah data dasar
yang bisa menjadi pedoman, baik dalam kegiatan survey maupun dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Dengan data
dasar keanekarangan jenis tumbuhan yang ada di Ekosistem Mangrove Taman Nasional Sembilang dapat dilihat,
sehingga akan memudahkan dalam pengenalan jenis lokal dan pencarian nama ilmiahnya.
Kami berharap buku “Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan” ini dapat
bermanfaat menjadi salah satu referensi penting bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan kegiatan survey vegetasi
dan kegiatan rehabilitasi/ restorasi di Ekosistem Hutan Dataran Rendah yang ada di Sumatera Selatan.
Palembang,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Nama
Jabatan
Instansi
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kami mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada Berthold Haasler (Team Leader GIZ-BIOCLIME), sertu
seluruh Senior Adviser dan Technical assistant serta supporting staff yang telah mendukung dan membantu semua
kegiatan lapangan dan administrasinya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Helmi (BIROCAN KLHK) yang telah berkenan
memberikan kata sambutan dalam buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak M. Amir dan Ibu
Megawati dari Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, yang telah membantu dalam
proses identifikasi jenis pohon baik dilapangan maupun saat di laboratorium. Serta terima kash juga kepada tim
survey Bioclime yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengambilan data lapangan selama ini.
Kami juga sangat menghargai bantuan dari masyarakat desa, yang telah banyak membantu dalam proses
pengambilan data dan sampel tumbuhan untuk herbarium. Serta seluruh pihak yang telah terlibat aktif dalam proses
survei di lapangan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih.
Tim Penyusun
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati
urutan kedua setelah Brazil, baik flora maupun fauna dengan penyebaran yang sangat luas. (Sujarwo & Darma, 2011).
Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Hutan di Indonesia mengalami kerusakan dengan laju
2,4 juta ha/tahun. Saat ini kawasan tersebut mengalami tekanan sangat berat, mulai dari praktek legal logging,
illegal logging, kebakaran hutan serta tumpang tindih peruntukan antara hutan dan perkebunan kelapa sawit, Hak
Pengelolaan Hutan (HPH), serta pertambangan (Solviana & Chairul, 2012). Saat ini keanekaragaman spesies,
ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan
lingkungan.
Tantangan dalam pengelolaan hutan di Indonesia semakin mengemuka seiring meningkatnya permasalahan
lingkungan pada ringkat lokal hingga global yang terjadi saat ini. Kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi
hutan menjadi sorotan dunia internasional, seperti kebakaran hutan, pengalihan lahan hutan menjadi lahan
perkebunan dan hutan produksi, serta aktifitas illegal logging yang terjadi dengan intensitas tinggi, sehingga
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kita tahu Indonesia dikenal
sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah Brasil.
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang laju kerusakan hutannya sangat tinggi. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15-03-2001, luas kawasan hutan Sumatera Selatan adalah ±
4.416.837 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 40,43 % dari luas propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri atas
kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi. Dari kawasan hutan yang cukup luas,
diyakini Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME), merupakan program kerjasama antara The Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program
BIOCLIME bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor
kehutanan, konversi keanekaragaman hayati pada hutan-hutan bernilai tinggi (high value forest’s), dan menerapkan
pengelolaan hutan lestari untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Provinsi Sumatera
Selatan. Untuk mencapai hal tersebut, BIOCLIME telah melakukan pemantauan keanekaragaman jeniss tumbuhan
pada beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Selatan.
Kegiatan pemantauan keanekaragaman jenis tumbuhan yang telah dilakukan mencakup 3 kawasan hutan, yaitu
Kawasan Hutan Lindung Meranti, Hutan Harapan yang dikelola oleh PT. REKI, dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku.
Berdasarkan data yang ada, keanekaragaman jenis tumbuhan di ketiga kawasan hutan ini cukup tinggi. Demi
menunjang data yang ada, kami berupaya menyusun data dasardan mendokumentasikan ciri-ciri pohon untuk dapat
digunakan sebagai panduan lapang bagi pihak-pihak terkait dalam upaya menjaga kelestarian keanekargaman
hayati di Sumatera Selatan.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Suaka Margasatwa (SM) Dangku ini memerlukan pengelolaan secara khusus
agarterjamin kelestariannya dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan wisata alam terbatas serta kegiatan lain yang menunjang budidaya sesuai fungsi
kawasan suaka margasatwa. SM Dangku akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal, jika pengelolaan
kawasan dilakukan dengan baik serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai dengan personil pengelola yang
berkualitas.
Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (tegakan hutan) dan
ekosistemnya pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai kondisi optimal potensi dan pemanfaatannya sebagai
hutan alam produksi lestari (Permenhut Nomor : P. 64/Menhut-II/2014 tentang penerapan silvikultur dalam areal izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem pada hutan produksi).
PT. REKI telah mendapat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berupa Kegiatan Restorasi Ekosistem di
Hutan Produksi pada tanggal 28 Agustus 2007 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 293/Menhut-II/2007
dengan luas areal + 52.170 ha. Areal kerja PT. REKI terletak di kelompok hutan Sungai Meranti – Sungai kapas,
Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tanggal 25 Mei 2010 melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 327/ Menhut-II/2010 dengan luas areal + 46.385 ha.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kerusakan hutan yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menghilangkan jenis-jenis langka yang ada di kawasan
hutan. Oleh karena itu diharapkan buku ini dapat menjadi acuan para pihak dan juga sebagai informasi dasar
mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Sumatera Selatan.
Manfaat Buku
Buku ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai panduan lapangan dalam identifikasi jenis tumbuhan
berdasarkan ciri umum yang disajikan serta nama lokal pada daerah penelitian. Selanjutnya, diharapkan kegiatan
survei hutan yang memerlukan pengenalan pohon , dapat menggunakan buku ini sebagai salah satu acuan dalam
penentuan nama jenis lokal dan ilmiah.
Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan memiliki keanekaragaman jenis yang besar sperti ditunjukkan oleh adanya persamaan dan perbedaan
karakter atau sifat-sifat tertentu dari setiap jenis tumbuhan. Kesamaan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki
olehsetiap jenis tumbuhan dapat dijadikan acuan dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan biasanya didasari atas 2 karakter utama , yaitu ciri-ciri fisiologis dan morfologis. Ciri fisiologis
meliputi proses fisika kimia yang terjadi dalam tubuh tumbuhan, sedangkan ciri morfologis biasanya lebih sering
digunakan di lapangan untuk identifikasi, yang mencakup bentuk luar dan juga anatomi atau organografi tumbuhan.
Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang berguna untuk melangsungkan kehidupannya, terutama untuk penyerapan
unsur hara, pengolahan, pengangkutan dan penimbunan zat makanan yang disebut organ vegetatif. Organ vegetatif
tumbuhan meliputi akar, batang dan daun.
Batang (Caulis)
Berdasarkan perawakan (habitus) yang meliputi bentuk dan struktur batang, tumbuhan dibedakan menjadi beberapa
bentuk hidup (growth form), yaitu:
a) Herbaceus (terna), tumbuhan berbatang lunak dan mengandung banyakair. Contohnya: Keladi - keladian
(Araceae), pisang-pisangan (Musaceae) dan jahe-jahean (Zingiberaceae)
b) Lignosus, tumbuhan yang batangnya mengayu. Berdasarkan bentuk hidup (growth form), kedua
kelompok tumbuhan dibedakan menjadi: pohon (tree), semak/perdu (shrub), liana (liana), pemanjat
(climber), epifit (epiphyte) dan parasit (parasite).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
• Perdu/semak (shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau
berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma
malabathricum), Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa),
• Pohon (tree), tumbuhan mengayu berbatang tunggal dengan percabangan jauh dari permukaan
tanah, tinggi umumnya lebih dari 5 m. Contoh: Surian (Toona sureni), kulim (Scorodocarpus
borneensis), jelutung (Dyera costulata), grunggang (Cratoxylum sumatranum). Akan tetapi masyarakat
umum sering menggunakan istilah pohon hanya berdasar pada ukuran batang tanpa
memperhatikan ciri yang lain. Misal pohon pisang dan pepaya (batang tidak bercabang dan tidak
mengayu) bambu, kelapa, pinang (batang tidak bercabang meskipun keras).
• Liana (Liana), tumbuhan memanjat dengan batang mengayu, . Contoh: Secang (Caesalpinia sapan),
kelompok rotan (Calamus spp., Daemonorops spp., Korthalsia spp.), bambu kadalan (Dinochloa
scandens).
• Pemanjat (Climber), tumbuhan memanjat dengan cara menempel pada batang pohon inang dengan
melilit atau menggunakan organ khusus seperti sulur, sirus, kait dan akar tempel untuk naik guna
mencapai sinar matahari. Contoh: tuba (Derris spp.), akar dariek-ariek (Tetrastigma spp.), saga
(Abrus precatorius), beringin tali (Ficus pumila)
• Epifit (epiphyte), tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai inang tanpa
mengambil unsusr hara dari jaringan hidup tumbuhan inang. Parasit (Parasite), tumbuhan yang
selama hidupnya menempel ke tumbuhan lain sebagai inang dengan mengambil unsur hara dari
dalam jaringan inangya.
Secara morfologis, beberapa karakter batang yang perlu diamati meliputi bentuk, kulit, warna, bau, getah dan ciri
khusu lainnya seperti bentuk percabangan, dan modifikasi batang yang diuraikan sebagai berikut :
Bentuk batang
Ada Beberapa bentuk batang :
a) silindris (Teres), yakni batang dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Contoh: bambu, surian
(Toona sureni)
b) pipih (Cladodia), penampang melintangnya berbentuk lonjong. Contoh: batang dari bangsa kaktus
(Opuntia spp.)
c) bersegi (angularis), yaitu penampang melintangnya berbentuk segitiga (triangularis), contoh: teki - tekian
(Cyperus spp. Scirpus spp. Scleria spp)
d) segiempat (quadrangularis), penampang melintang batang berbentuk bujur sangkar contoh: markisah
(Passiflora quadrangularis).
Percabangan batang
a) Monopodial, batang lebih menonjol, tinggi dan besar dibandingkan dengan percabangannya. Contoh:
batang Durian (Durio zibethinus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
b) Sympodial, batang lebih pendek, atau tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan
percabangannya. Contoh: Achras zapota
c) Dichotomus, setiap percabangan selalu terdiri atas dua cabang yang sama atau disebut percabangan
menggarpu.
Daun (Folium)
Daun memiliki beberapa ciri utama yang penting dalam mengamati karakteristik daun, antara lain sebagai
berikut:??????
Duduk daun pada batang
a) Pada setiap buku hanya ada satu helai daun, dibedakan dalam beberapa posisi duduk daun yakni:
tersebar (folia sparsa), bergantian (folia disticha), berkumpul/mengelompok (clump).
b) Pada setiap buku terdapat dua helai daun, disebut duduk daun berhadapan (opposite).
c) Pada setiap buku ada lebih dari dua helai daun, yang disebut berkarang (rosette).
Daun dibedakan menjadi daun lengkap (folium completus) yaitu daun yang mempunyai ketiga organ daun,
dan daun yang tidak lengkap (folium incompletus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
p) Berambut halus (Villosus), permukaan daun ditutupi oleh rambutrambut halus dan lembut.
q) Berambut halus dan lembut (Pilose), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, panjang,
lembut dan posisi tegak, kadangkadang susah juga membeda kannya dengan villous.
Daun Majemuk
Daun majemuk merupakan daun yang berjumlah dua atau lebih lembarandaun dalam satu tangkai daun,
contohnya daun Patai (Parkia speciosa), dan daun Sungkai (Peronema canescens). Masing-masing
lembaran daunnya disebut anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan anak daun pada tangkai daun
majemuknya dibedakan 2 macam daun majemuk yakni : Daun majemuk menyirip (pinnatus) Daun majemuk
menjari (palmatus). Daun majemuk juga ada yang bercabang, yaitu cabang pertama dari tangkai daun
majemuk, dan ada juga cabang pertama bercabang lagi yang disebut percabangan tingkat dua.
Berdasarkan kedudukan anak daun pada percabangan tingkat satu atau tingkat dua dan seterusnya maka
dibedakan menjadi:
a) Daun majemuk menyirip tingkat dua (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan pertama.
b) Daun majemuk menyirip tingkat tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
dua.
c) Daun majemuk menjari tingkat dua (biternatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
pertama.
11 Siluk daun lebar : (Cannabaceae) Gironniera subaquealis Planch. Ann. Sc. Nat.
19 Mahang ketam : (Euphorbiaceae) Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
Anacardiaceae Raman
Habitat :
Tersebar dari dari datran rendah sampai ketinggian
1000 m, sering ditemukan di pinggir sungai. Di KPHK
Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.
Persebaran :
Potensi : Buah dijadikan sebagai bahan makanan.
Status konservasi : Kelimpahan jenis mangga hutan di
alam sangat melimpah. Jenis ini pun belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Habitat :
Tumbuh di kawasan asli tropis, ditemukan di
hutan primer dataran rendah yang belum
tertanggu hingga ketinggian 200 mdpl.
Sebagian besar di rawa, kadang-kadang di
area tergenang dan sepanjang sungai dan arus
pada tanah berpasir hingga berlumpur. Pada
hutan sekunder selalu hadir sebagai jenis sissa
pra-gangguan.
Persebaran : Tersebar di Peniinsula malaysia, Sumatera, Borneo (Sarawak,
Brunei, Sabah, Kalimantan), Moluccas, Papua New Guinea, dan Kepulauan
Solomon.
Potensi : Kayu digunakan untuk lantai rumah karena tidak tahan lama. Getah
untuk minyak mengobati penyakit kulit dan buah dapat dimakan
Status konservasi : Menurut World Conservation Monitoring jenis ini telah
terdaftar jenis yang terancam. Namun, kelimpahan di alam masih cukup
banyak. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam status Data Deficient
atau masih kurangnya data.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe..
Sinonim : Comeurya cumingianum Baill.
Dracontomelon brachyphyllum Ridl. Dao
Perawakan :
Pohon besar dengan
ketinggiann mencapai 45-55 m
dengan diameter mencapai
100 cm. Berbanir kecil tinggi
mencaoai 6 m. Permukaan kulit
batang tidak teratur dan
bersisik, berwarna coklat
keabu-abuan hingga coklat
atau belang kehijauan, bagian
dalam kulut berwarna merah
muda atau merah. Daun
tersusun spiral, alternatif
hingga berlawanan, perukaan
gundul dengan domatia yang berbulu. Bunga majemuk, Perbungaan aksiler atau terminal, paniculate. Terdapat
Bract dan bracteoles caducous; bunga biseksual, memiliki bau yang wangi, berwarna putih hingga putih kehijauan,
terdapat di dalam malai.nkelopak bunga berkelopak tetapi berkumpul di bagian apikal. Buah berbiji dan berdaging
Biologi :
DI Semenanjung Malaysia, Serawak dan Brunei, daun akan gugur sesaat untuk menandai periode musim kemarau.
Di Papua Nugini, pada musim gugur ke antara usim semi-gugur daun akan gugur sebelum musi penghujan.
Perbungaan tumbuh di dasar tunas baru dan bunga pohon muncuk sebelum daun baru berwarna perunggu muncul,
meskipun dilaporkan jenis ini berbunga hampir sepanjang tahun.
Habitat :
Ditemukan di hutan primer atau sekunder, atau ekosistem semi-gugur (monsoon) di ketinggian rendah hingga 500
mdpl. Juga ditemukan di area dengan curah hujan yang tinggi atau kebih jarang di daerah dengan musim kemarau
yang pendek. Terserbar di wilayah berdrainase baik hingga buruk, berlumpur hingga tanah berbatu, umumnya di
daerah alluvial dan rawa.
Persebaran : Tersebr di India Timur, Pulau Andaman, China Selatan, Myanmar, Indochina. Thailand, Semenanjung
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga kepulauan Salomon.
Potensi : Kayu sangat lembut dan tidak tahan lama, sehingga sering digunakan untuk bahan furniture, lantai dan
kotak. Buah dapat dimakan, meskipun tidak populer. Bunga dan daun dapat dimakan juga. Kulit bisa menjadi bahan
obat-obatan.
Status konservasi : Di alam populasi dan keberadaanya cukup melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae Sigam
Apocynaceae
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Sinonim : Alstonia kurzii Hook.f. ; Alstonia scholaris (L.) R.Br. ssp. avae A.DC.
Perawakan : Pulai
Berupa pohon dengan tinggi
10-50 m. Batang tegak,
berkayu, percabangan
menggarpu dan berwarna
hijau gelap. Daun tunggal,
bentuknya lanset, ujungnya
membulat dan pangkalnya
meruncing, tepinya rata,
panjang daun 10-20 cm dan
lebar 3-6 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas
licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk,
bentuknya malai, terdapat di ujung batang, bentuk kelopak bunga bulat
telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau.
Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik
3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur
dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 20-
50 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna
coklat.
Biologi :
Pohon pulai berbunga pada bulan oktober hingga maret dan
berbuah pada bulan april hingga juni
Habitat :
Ditemukan sampai ketinggian 1.250 mdpl, pada berbagai
tipe bergai tipe hutan, sering dijumpai pada sisa hutan
terganggu. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45
mdpl.
Persebaran :Ditemukan di Australia; China; India;
Indonesia; Malaysia; Myanmar; Nepal; Papua New Guinea;
Philippines; Solomon Islands; Sri Lanka; Thailand; Viet Nam
Potensi : . Kayunya dapat digunakan sebagai peti, papan
acuan beton dan pekerjaan tuangan. Selain itu kayu dari jenis ini baik untuk dipergunakan sebagai bahan baku pada
pabrik korek api. Daun dan kayu digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Status konservasi : Pulai termasuk jenis yang tidak dilindungi, mengingat populasinya masih cukup banyak di alam.
Menurut data IUCN, populasi jenis ini memiliki status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Burseraceae
Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
Sinonim : Canarium caudatifolium Merr. Sulai
Perawakan :
Pohon evergreen dengan tinggi
mencapai 40 m dan diameter
batang mencapai 1 m (dbh) dan
penopang yang rendah. Letak
daun alternate, menyirip,
lembaran daun berbentuk ovate-
oblong, tipis dengan dasar
asimetris, apex daun memanjang
dan melebar diujungnya; rachis
daun membengkak di pertemuan
tangkai daun dan berbulu,
tangkai daun dengan atau tanpa
saluran resin. Panicles berupa
aksila, sering dikombinasikan
menjadi perbungaan terminal. Bunga terdiri dari tiga hingga banyak, berukuran kecil 3 mm, berwarna putih
kekuningan, kelopak copular dan tak lama berubah dentate. Bunga jantan memiliki enam benang sari, bunga betina
memiliki enam staminodes. Buah berbentuk bulat telur hingga lonjong, buah berbiji berdaging, berwarna kuning-
coklat ketika mentah hingga keunguan-hitam ketika matang, mengandung satu biji keras ditengah.
Biologi :
Penyebaran biji dibantu oleh hewan.
Habitat :
Tersebar di hutan dipterokarpa campuran
terganggu sampai ketinggian 700 mdpl.
Ditemukan di seluruh hutan (tapi jarang di rawa-
rawa) pada berbagai jenis tanah, termasuk batu
kapur. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian
45 mdpl.
Persebaran : Tersebar di Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Filipina
hingga Celebes.
Potensi : Kayu digunakan untuk papan dan penumbuk padi. Resin digunakan untuk menyalakan obor dan buah dapat
dimakan.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatka oleh masyarakat, dan keberadaan populasi dan keberadaannya di alam
semakin menurun. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam kategori Least Concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cannabaceae Siluk
Cardiopteridaceae Serkit
Combretaceae Ketapang
Terminalia catappa L.
Sinonim : Terminalia moluccana Lam.,
Terminalia procera Roxb.
Perawakan :
merupakan pohon besar dengan tinggi mencapai 25 m dan
diameter batang sampai 150-200 cm (dbh). Bertajuk rindang
dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-
tingkat. Batang silindris, sering berbanir, kulit luar coklat abu-
abu tua, melekah dan mengelupas; percabangan simpodial
karena batang pokok sukar ditentukan. Daun tunggal, terletak
berseling, bertangkai pendek, mengumpul di ujung ranting;
helaian daun membundar telur sungsang, kadang-kadang agak
menjorong, memiliki daun berambut halus di sisi bawah dan
berbentuk lebar dibagian tengah daun, ujung daun meruncing,
tepi daun yang merata, daging daun tipis dan memiliki tulang
daun menyirip. Bunga berukuran kecil, berwarna kuning dan
terkumpul dalam bulir yang berada dekat ujung ranting. Buah
batu berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap, berwarna hijau-
kuning-merah atau ungu kemerahan saat telah masak. Kulit terluar dari
bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.
Biologi :
Berbunga dan berbuah sepanjang tahun, namun berbuah lebat pada musim
tertentu. Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun,
sehingga tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.
Buahnya juga disebarkan oleh kelelawar.
Habitat :
Merupakan pohon
musim semi-gugur di
wilayah pesisir di seluruh daerah tropis hangat. Namun tumbuh
baik di daerah tropis lembab. Pohon ini juga beradaptasi di
pantai berpasir dan berbatu dan berkembang pada batu kapur
Oolitic. Jenis ini sangat toleran terhadap kondisi tempat
tumbuh sehingga dapat tumbuh di semua tanah yang
berdrainase baik.
Persebaran : Ketapang berasal dari Asia Tenggara dan umum di daerah tropik, namun jarang ditemukan di Sumatra
dan Kalimantan. Banyak ditanam di Australia Utara, Polinesia, juga di Pakistan, India, Afrika Timur dan Barat,
Madagaskar dan daerah pamah Amerika Selatan dan Tengah.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Combretaceae Kelumpang
Combretaceae Ketapang/Jelawai
Combretaceae Bidani
Persebaran :
Tersebar Dari Bangladesh, kamboja, India (termasuk
kepulauan Andaman), Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar,
New Guinea, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Vietnam.
Potensi :
Digunakan sebagai zat warna untuk pencelupan kapas
Status Konservasi :
Jenis ini belum banyak digunakan, keberadaan di alam masih
banyak dan bukan termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Euphorbiaceae Bedih
Euphorbiaceae
Macaranga trichocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
Sinonim :
Macaranga borneensis Müll.Arg. Mahang
Perawakan :
Pohon Evergreen kecil dengan
tinggi hanya hingga 10-15 m.
Percabangan naik ke batang
utama. Kulit halus, coklat
muda, kulit luar yang tipis,
dalam kulit berwarna merah.
Cabang ramping, silinder,
halus beludru, perak
kekuningan-coklat,
pubescent. Bergetah hitam.
Daun sederhana, alternatif,
7-15 pasang, bentuk bulat
telur ketika muda kemudian
belah ketupat-eliptik saat
dewasa, apex dengan ujung yang panjang, bulat di dasar, marjin glandular dentate, glabrescent pada sisi atas,
kadang-kadang dengan dua nectaries mencolok di penyisipan helai. Bunga berkelamin tunggal di pohon-pohon
yang berbeda, aksilaris, pucat kekuningan, dikelompokkan dalam tandan, dengan bract dan bracteole, bract
terdedah sangat dalam dan seperti daun. Buah berupa kapsul, dengan duri pendek bantalan rambut iritan, kelopak
persisten.
Biologi :
Habitat :
Biasanya berkelompok di hutan dipterokarpa campuran
sangat terganggu, tapi kadang-kadang juga ditemukan di
wilayah understorey, hingga ketinggian 600 mdpl. Secara
umum di belukar, di sepanjang pinggir jalan dan tepi
hutan, sebagian besar di lereng bukit dan pegunungan.
Persebaran :
Tersebar di India, Burma, Indo-China, Thailand,
semenanjung Malaysia, Sumatra, Borneo.
Potensi :
Bermanfaat untuk bahan pewarna dan bahan obat-obatan
Status Konservasi :
Jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi, populasi di
alam masih cukup banyak.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Euphorbiaceae
Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
Sinonim : Macaranga populifolia (Miq.) Müll.Arg.
Mappa conifera Rchb.f. & Zoll. Mahang Ketam
Perawakan :
Pohon kadang tinggi mencaoai 30m, dengan
besar diameter batang 60 cm (dbh). Batang
lurus. Daun sederhana, permukaan daun licin,
tanfkai daun atau rumpun bunga licin atau
mempunyai bulu halus, daun berbentuk bulat
telur yang lebar, sering terdapat 2 kelenjar yang
berbentuk seperti mata berwarna kuning pada
bagian pangkal di permukaan atas. Bunga
dalam berkumpul dalam satu rumpu, terlihat
seperti ekor kucing, terletak dan dihhailkan
pada ketiak daun atau pada ruas terbawah dari
buku. Buah berwarna hijau dan ada serbuk
lengket yang berwarna hijau kekuning-kuningan.
Biologi :
Habitat :
Pada Hutan dipterocarpaceae terganggu dan hutan
rawa campuran, paling umum di hutan sekunder
hingga 1100 m dpl. Umum sepanjang pinggir jalan,
aliran sungai, bukit dan pegunungan. Juga ditemukan
pada batu kapur.
Persebaran :
Tersebar di Kepulauan Andaman, Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Borneo dan Sulawesi
Potensi :
Kayu bermanfaat untuk bahan kayu bakar.
Status Konservasi :
kelimpahan populasinya banyak, belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Euphorbiaceae
Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.
Sinonim : Mangium candelarium Rumphius,
Rhizophora candelaria Wight & Arn. Mahang
Perawakan :
Pohon evergreen dengan
tinggi mencapai 18 m.
Batang lurus, sering
meruncing, kulit abu-abu
pucat, halus, dengan
punggung berbentuk U dan
berbentuk tameng goresan
daun. Ranting miring dan
bergerigi, gundul atau
ditutupi dengan rambut
kecil. Eksudat berair,
menjadi seperti permen,
merah muda-merah. Daun
sederhana, alternatif dan
spiral, bawah padat merah-
coklat berbulu, menjadi gundul atau dengan rambut halus dan titik-titik kuning, keabu-abuan, luas bulat telur
sampai bulat, apex acuminate, dasar peltate, marjin entire atau dangkal bergigi dengan kelenjar pada akhir gigi.
vena utama 3-5, memancar, vena sekunder tumpul, tersier vena miring. Stipula hadir, sempit, jatuh lebih awal.
Berkelamin tunggal, di pohon-pohon yang berbeda, gagang bunga hingga 3 mm. Buah paanjang hingga 0,8 cm,
kapsul membelah menjadi 2 bagian, dengan bubuk kuning lengket dari sisik kelenjar luar.
Biologi :
Habitat :
Terdapat di bukit-bukit rendah, lereng, hutan,
hutan sekunder; di ketinggian 100-1300 m.
spesies pionir umum di celah alam hutan
evergreen.
Persebaran :
Tersebar dari India Utara, Nepal dan Bhutan ke
Cina selatan dan Hainan, Indochina,
Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa.
Potensi : Kayu bermanfaat untuk bahan bakar dan
arang.
Status Konservasi : kelimpahan populasinya
banyak, belum termasuk jenis yang dilindungi.
36
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Persebaran :
Tersebar di seluruh Asia Tenggara tropis dari Thailand,
Viet Nam, Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, Kalimantan ke Maluku, Sulawesi dan New Guinea.
Potensi :
Digunakan untuk bahan obat-obatan.
Status Konservasi :
Kelimpahan populasinya dan persebarannya masih banyak,
namun jenis ini termasuk dalam status Least Concern
berdasarkan data IUCN.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Ixonanthaceae Sempegar
Lamiaceae Satepung/Ketepung
Persebaran : Tersebar di Bangladesh, Bhutan, kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand,
Vietnam
Potensi : Kayu digunakan sebagai bahan perabotan, ekstrak daun, kulit batang dan akar digunakan sebagai bahan
obat-obatan.
Status Konservasi : Populasi jenis setepung di alam tergolong masih banyak, belum terasuk jenid yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Lamiaceae Laban
Lamiaceae Laban
Vitex pinnata L.
Sinonim : Pistaciovitex pinnata (L.) Kuntze
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 1-15 m (Jarang
mencapai 25 m) dan diameter 10-45 cm (jarang
mencapai 120 cm) dbh. Kulit berwarna
kekuningan abu-abu atau coklat muda, halus
hingga bersisik dan kadang-kadang bergalur.
Daun majemuk, biasanya dengan 3 lembar
9kadang-kadang 1-5 lembaran). Lembaran tengah
berbentuk bulat panjang sementara, lembaran
daun bagian samping lebih kecil. Daun memiliki
rambut hijau kekuningan yang menjadi lebih jelas
ketika kering. Kelenjar muncul pada bagian bawah
daun. Perbungaan terdiri dari banyak bunga kecil.
Setiap bunga memiliki 5 kelopak berwarna putih
hingga ungu yang harum, bracteoles seperti
lembaran daun yang muncul, kelopak berwarna
kekuningan hingga hijau kecoklatan, 5 lobus dan memiliki rambut yang rata. Buah berwarna hitam keunguan, bulat,
mengkilap dan berdaging dengan biji tertutup dalam endocarp yang keras.
Biologi :
Buah dimakan oleh burung dan biji tidak dapat
berkecambah di bawah naungan dan membutuhkan cahaya
untuk berkecambah
Habitat :
Pada hutan sekunder dan semak sampai ketinggian 400 m.
Biasanya di situs aluvial dan dekat atau sepanjang sungai
di tanah liat.
Persebaran :
Distribusi Dari India hingga Papua Nugini.
Potensi :
Kayu sangat kuat dan tahan lama, bahkan jika kontak
langsung lanngsung dengan air dan tanah. Kayu digunakan
untuk keperluan konstruksi bangunan, gagang pisai, pintu
dan beberapa perabot. Daun dan kulit kayu digunakan
untuk mengobati sakit perut, demam, dan malaria.
Status Konservasi :
Populasi jenis ini masih tergolong banyak di alam. Belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Lecythidaceae Putat
Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz.
Sinonim : Baranda angatensis Llanos
Barringtonia acuminata Korth.
Perawakan :
Sebuah semak atau pohon ukuran sedang, tinggi
mencapai 4-20 m (-30 m), dengan diameter batang
sebesar 3-35 (-90) cm dbh. Ranting dengan diameter
5-10 mm. Bentuk daun ovate-oblong hingga oblong,
dasar cuneate, apex cuspidate atau caudate, serrate-
crenulate dangkal, gundul, panjang petiole 2,5-10
cm, ujung ternimal atau ramiflorous, pendulous atau
tergantung, bisa mencapai 60 bunga lebih, panjang
kuncup terbuka 0,7-0,9 cm, tabung kelopak dengan
panjang sekitar 1-3 mm, sepal tidak ada, merah, ungu
atau magenta, 4 petal, berbentuk elips, cembung,
putih, merah muda atau merah, benang sari dalam 4 (-5) uliran dengan panjang 2,5-3 cm, putih, merah atau merah
muda, ovarium bersel 4. Berry berbentuk obovoid, tetragonous, tebal pericarp 3-10 mm, tebal exocarp 0,5-3 mm,
mesocarp seperti spons dan berserat, tebal 1-8 mm, endokarp berserat, tebal 0,5-2 mm.
Biologi :
Bunga di malam hari menarik perhatian kelelawar dan ngengat. Buah mungkin disebarkan oleh tikus kecil.
Habitat : Di hutan pesisir
terganggu, rawa, dan hutan
dipterokarpa campuran
sampai dengan ketinggian
700 (-1300) m. Sering di
situs aluvial atau dekat
sungai, tetapi juga di lereng
bukit dan pegunungan.
Pada tanah berpasir, liat,
juga pada batu kapur.
Persebaran : Tersebar di selatan Cina, Indo-China, Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo,
Filipina, Celebes, Moluccas.
Potensi : Kulit pohon digunakan sebagai racun ikan, daun digunakan untuk obat sakit perut, ampas akar digunakan
untuk sakit mata dan kurap kulit.
Status Konservasi : Jenis ini bukan termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Leguminosae Meribungan
Leguminosae Liana
Leguminosae
Spatholobus littoralis Hassk.
Sinonim : Butea littoralis (Hassk.)Blatt. Akar/Liana
Perawakan :
Tumbuhan kayu memanjat
Lembaran daun terminal
berbentuk ovate atau obovate,
dasar daun cuneate, apex daun
acute, marjin crenate,
permukaan atas daun gundul,
permukaan bawah pilose. Urat
daun lateral terdiri 6-8 pasang,
lateral lembaran daun simetris,
ovate. Dasar cuneate, apex
acute, marjin crenate,
permukaan atas gundul, permukaan atas gundul, permukaan bawah pilose, urat lateral 6-8 pasang. Perbungaan
aksila, malai dengan cabang tersier, gagang bunga pubescent kecoklatan. Bunga dengan satu bract, bunga
berwarna putih, diatur dalam lembaran/bulir. Daun mahkota bundar standar, dasar attenuate, apex obcordate;
kelopak sayap elips atau lonjong, dasar oblique, apex acute; kelopak keel ovate atau elips, dasar oblique, apex
obtuse
Habitat :
Ditemukan dipinggir hutan klimak, hutan sekunder, semak belukar sampai
ketinggian 1000 mdpl
Biologi :
Persebaran :
Tersebar di Thailand, Indonesia dan Filipina.
Potensi :
Digunakan sebagai bahan obat-obatan pereda nyeri.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai dihutan terbuka atau hutan bekas
gangguan. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Malvaceae Kelumpang
Malvaceae Merpayang
Melastomataceae
Pternandra caerulecens Jack. Semubi
Sinonim : Ewyckia capitellata (Jack) Walp.
Ewyckia cyanea Blume
Perawakan :
Pohon kecil dengan tinggi 18 m dan diameter tidak lebih
dari 30 cm (dbh). kulit batang pecah-pecah berwarna
abu-abu menjadi hijau-merah atau coklat. Stipula daun
absen tapi bekas luka menyerupai bekas luka stipular
hadir pada ranting diantara petioles. Daun berlawanan
sederhana, tiga-berurat, pertulangan tersier terlihat,
gundul, bentuk daun oblong hingga elips dengan ujung
yang runcing, daun muda berwarna keunguan.
Perbungaan lebih pendek dari daun. Kelopak ditutupi
dengan pola sisik tuberculate, lobus kelopak kecil. Buah
berbentuk bulat, biru keunguan, buah halus, kelopak
lobus dan kuat di apex.
Habitat :
Terdapat di area tidak terganggu hingga terganggu pesisir
hutan dipterokarpa campuran, hutan rawa gambut dan
semak di ketinggian hingga 900 mdpl. Biasanya terdapat di situs aluvial, tetapi juga umum ditemukan di
pegunungan dan sepanjang jalan. Di tanah berpasir. Di hutan sekunder biasanya muncul sebagai tanaman sisa pra
–gangguan
Biologi :
Bunga di serbuki oleh bantuan serangga dan buah biasa
dimakan oleh burung.
Persebaran :
Persebaran meliputi Nicobar Islands, Thailand, Indo-China,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan (seluruh pulau),
Sulawesi, Maluku, New Guinea, Australia
Potensi :
Kayu digunakan secara lokal, buah ditumbuk dan digunakan
untuk pengobatan.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai. Jenis ini pun belum
termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Melastomataceae
Pternandra azurea (Bl.) Burk. Semubi/Gembok
Sinonim : Kibessia azurea DC.
Perawakan :
Pohon sub-kanopi tinggi hingga 26 m dan dbh 29
cm. Stipula absen. Daun berlawanan, sederhana,
berurat-tiga, Urat tersier samar, gundul. Bunga
berdiameter ca. 15 mm, biru, ditempatkan dalam
bundel aksila atau soliter, kelopak dengan banyak
bunga kecil-seprti pelengkap. Buah berdiameter
ca. 10 mm, biru-ungu, buah dengan bunga-seperti
pelengkap.
Habitat :
Di hutan tidak terganggu dipterokarpa campuran,
hutan keranga, rawa dan sub-pegunungan hingga
ketinggian 1200 mdpl. Biasanya di area aluvial,
tetapi juga umum di pegunungan. Di tanah berliat
hingga berpasir. Di hutan sekunder biasanya hadir
sebagai pohon sisa pra-gangguan.
Biologi : -
Persebaran :
Persebaran meliputi Sumatra, Jawa, Borneo (Sarawak, Sabah, Kalimantan –
Tengah, -Selatan dan –Timur)
Potensi :
Secara lokal kayu digunakan dalam pembangunan rumah.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai. Jenis ini pun belum termasuk jenis
yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Moraceae Aro/Berkum
Persebaran :
Persebaran meliputi Semenanjung Malaysia, sumatera dan bornea
(keseluruhan pulau).
Potensi :
kayu digunakan untuk bahan bangunan, kulit kayu untuk pengobatan
dan benih bisa dimakan
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatkan kayunya oleh masyarakat,
keberadaannya populasi jenis ini di alam sudah mulai menurun.
Berdasarkan data IUCN, status jenis ini masuk ke dalam kategori Data
deficient.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Sapindaceae Rindan
Thymelaeaceae Gaharu
Thymelaeaceae Ramin