Anda di halaman 1dari 68

Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Draft
Pengenalan Jenis Tumbuhan
Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah
Sumatera Selatan
(SM Dangku-Hutan Lindung Meranti-Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Panduan lapangan Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah, Sumatera
Selatan

Penyunting:

Tukirin Partomihardjo

Penyusun:

Dafid Pirnanda
Hendi Sumantri
Rendra Bayu Prasetyo

Palembang, December 2016


Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Citation :

Pirnanda, D., H. Sumantri., dan R. B. Prasetyo. 2016. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Kawasan Hutan Dataran
Rendah Sumatera Selatan. Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project. Deutsche Gesellschaft
für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Palembang

National Library: Cataloging in Publication

Copy Right

© BIOCLIME - GIZ
Cites this book is allowed by mentioning the source and publisher.

Front Cover (from left to right):

Detail Contact

Dafid Pirnanda (d.pirnanda@gmail.com )


Hendi Sumantri (hendi.sumantri@giz.de)
Rendra Bayu Prasetyo (rendrabayuprasetyo1@gmail.com)
Kantor Palembang :
Jl. Jend. Sudirman No. 2837
KM. 3,5 Palembang
Tel.: +62-711-353176
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Kata Pengantar

GIZ Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah
Republik Federal Jerman dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di
bidang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Melalui program BIOCLIME, Pemerintah Jerman mendukung
upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, konservasi keanekaragaman hayati
hutan bernilai tinggi, mempertahankan kapasitas penyimpanan stok karbon dan menerapkan pengelolaan hutan
berkelanjutan untuk kepentingan rakyat. Program ini fokus dalam mendukung Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan konsep konservasi dan manajemen guna menurunkan emisi karbon dari hutan dan
memberikan kontribusi untuk komitmen penurunan emisi GRK Indonesia yang telah ditargetkan sampai 2020.

Pada Taman Nasional Sembilang telah dilakukan survey yang bertujuan untuk menginventarisasi data biodiversitas
dan kandungan karbon. Dari Hasil inventarisasi tumbuhan, dilakukan identifikasi nama ilmiah dengan cara membuat
herbarium dan juga mencocokan antara ciri-ciri yang ditemukan dilapangan dengan ciri-ciri yang tertulis pada
beberapa literatur seperti Prosea dan Malesian Seed Plants.

Kami menyadari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di ekosistem mangrove TN Sembilang tidak terbatas pada
apa yang ada dalam buku ini, tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi acuan dan memberi kemudahan dalam
kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada kawasan TN Sembilang yang bertujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada pada TN Sembilang.

Palembang, Desember 2016

Bioclime-GIZ Team Leader

Berthold Haasler
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Kata Sambutan

Keanekaragaman hayati (kehati) memiliki peran serta kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional di semua
bidang. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam pengelolaan kehati pada tataran global dan nasional melalui
ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati/Convention on Biological Diversity (CBD) menjadi UU nomor 5 tahun
1994. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2015-2020. Dokumen ini memaparkan arah kebijakan RPJM yang ditujukan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, selain
meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanannya.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dan isu terkait pengelolaan keanekaragaman hayati
sungguh sangat dinamis. Hal ini menjadi sangat menarik dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk
dapat mengelola keanekaragaman hayati secara adil dan lestari, dengan berpedoman pada 3 (tiga) pilar penting
yaitu: pengawetan, perlindungan, dan pemanfaatan yang lestari. Maka sangat penting adanya sebuah data dasar
yang bisa menjadi pedoman, baik dalam kegiatan survey maupun dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Dengan data
dasar keanekarangan jenis tumbuhan yang ada di Ekosistem Mangrove Taman Nasional Sembilang dapat dilihat,
sehingga akan memudahkan dalam pengenalan jenis lokal dan pencarian nama ilmiahnya.

Kami berharap buku “Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan” ini dapat
bermanfaat menjadi salah satu referensi penting bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan kegiatan survey vegetasi
dan kegiatan rehabilitasi/ restorasi di Ekosistem Hutan Dataran Rendah yang ada di Sumatera Selatan.

Palembang,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Nama
Jabatan

Instansi
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Ucapan terima kasih

Kami mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada Berthold Haasler (Team Leader GIZ-BIOCLIME), sertu
seluruh Senior Adviser dan Technical assistant serta supporting staff yang telah mendukung dan membantu semua
kegiatan lapangan dan administrasinya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Helmi (BIROCAN KLHK) yang telah berkenan
memberikan kata sambutan dalam buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak M. Amir dan Ibu
Megawati dari Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, yang telah membantu dalam
proses identifikasi jenis pohon baik dilapangan maupun saat di laboratorium. Serta terima kash juga kepada tim
survey Bioclime yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengambilan data lapangan selama ini.

Kami juga sangat menghargai bantuan dari masyarakat desa, yang telah banyak membantu dalam proses
pengambilan data dan sampel tumbuhan untuk herbarium. Serta seluruh pihak yang telah terlibat aktif dalam proses
survei di lapangan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih.

Palembang, Desember 2016

Tim Penyusun
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati
urutan kedua setelah Brazil, baik flora maupun fauna dengan penyebaran yang sangat luas. (Sujarwo & Darma, 2011).
Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Hutan di Indonesia mengalami kerusakan dengan laju
2,4 juta ha/tahun. Saat ini kawasan tersebut mengalami tekanan sangat berat, mulai dari praktek legal logging,
illegal logging, kebakaran hutan serta tumpang tindih peruntukan antara hutan dan perkebunan kelapa sawit, Hak
Pengelolaan Hutan (HPH), serta pertambangan (Solviana & Chairul, 2012). Saat ini keanekaragaman spesies,
ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan
lingkungan.

Tantangan dalam pengelolaan hutan di Indonesia semakin mengemuka seiring meningkatnya permasalahan
lingkungan pada ringkat lokal hingga global yang terjadi saat ini. Kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi
hutan menjadi sorotan dunia internasional, seperti kebakaran hutan, pengalihan lahan hutan menjadi lahan
perkebunan dan hutan produksi, serta aktifitas illegal logging yang terjadi dengan intensitas tinggi, sehingga
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kita tahu Indonesia dikenal
sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah Brasil.

Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang laju kerusakan hutannya sangat tinggi. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15-03-2001, luas kawasan hutan Sumatera Selatan adalah ±
4.416.837 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 40,43 % dari luas propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri atas
kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi. Dari kawasan hutan yang cukup luas,
diyakini Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan.

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME), merupakan program kerjasama antara The Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program
BIOCLIME bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor
kehutanan, konversi keanekaragaman hayati pada hutan-hutan bernilai tinggi (high value forest’s), dan menerapkan
pengelolaan hutan lestari untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Provinsi Sumatera
Selatan. Untuk mencapai hal tersebut, BIOCLIME telah melakukan pemantauan keanekaragaman jeniss tumbuhan
pada beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Selatan.

Kegiatan pemantauan keanekaragaman jenis tumbuhan yang telah dilakukan mencakup 3 kawasan hutan, yaitu
Kawasan Hutan Lindung Meranti, Hutan Harapan yang dikelola oleh PT. REKI, dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku.
Berdasarkan data yang ada, keanekaragaman jenis tumbuhan di ketiga kawasan hutan ini cukup tinggi. Demi
menunjang data yang ada, kami berupaya menyusun data dasardan mendokumentasikan ciri-ciri pohon untuk dapat
digunakan sebagai panduan lapang bagi pihak-pihak terkait dalam upaya menjaga kelestarian keanekargaman
hayati di Sumatera Selatan.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Suaka Margasatwa Dangku


Suaka Margasatwa Dangku memiliki fungsi ekologi yang sangat penting ditinjau dari segi potensi flora dan fauna yang
cukup tinggi dengan ekosisten hutan hujan dataran rendah dengan topografi medan bergelombang ringan. Di
dalamnya terdapat berbagai jenis satwa liar dilindungi seperti Harimau Sumatera (), Gajah ( Elephas maximus), Tapir
(Tapirus indicus), serta berbagai jenis burung yang dilindungi serta tumbuh-Panthera tigris sumatranus tumbuhan
Meranti (Shorea sp), Merawan (Hopea mangarawan), Medang (Litsea spp.), Manggeris (Kompassia spp.), Balam
(Palagium sp.), Jelutung (Dyera cstulata), Merbau (Instia bijuga) dan Tembesu (Fragrarea frageant).

Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Suaka Margasatwa (SM) Dangku ini memerlukan pengelolaan secara khusus
agarterjamin kelestariannya dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan wisata alam terbatas serta kegiatan lain yang menunjang budidaya sesuai fungsi
kawasan suaka margasatwa. SM Dangku akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal, jika pengelolaan
kawasan dilakukan dengan baik serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai dengan personil pengelola yang
berkualitas.

Hutan Lindung Meranti


Hutan Lindung Meranti merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin dan berada di
bawah pengawasan KPHP Model Unit III Meranti. KPHP Model Unit III Meranti telah ditetapkan sebagai KPHP Model
dengan SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 439/MenhutII/ 2012 tanggal 09/08/2012 dengan luas ± 41.126 ha,
terdiri atas Hutan Produksi (HP) dengan luas ± 21.995 ha dan Hutan Lindung (HL) dengan luas ± 19.131 ha
(Pustaka....).

Hutan Harapan, PT. Restorasi Ekosistem Indonesi (PT. REKI)


Hutan harapan merupakan kawasan hutan produksi yang ditunjuk sebagai hutan untuk direstorasi, berada di bawah
pengelolaan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI). RESTORASI EKOSISTEM adalah upaya untuk mengembalikan
unsur hayati (flora dan fauna) beserta unsur non hayatinya (tanah dan air) dari suatu ekosistem kawasan dengan jalan
menanam jenis asli, sehingga akan tercapai keseimbangan ekosistem mendekati atau sama dengan kondisi semula
(Pustaka....).

Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (tegakan hutan) dan
ekosistemnya pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai kondisi optimal potensi dan pemanfaatannya sebagai
hutan alam produksi lestari (Permenhut Nomor : P. 64/Menhut-II/2014 tentang penerapan silvikultur dalam areal izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem pada hutan produksi).

PT. REKI telah mendapat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berupa Kegiatan Restorasi Ekosistem di
Hutan Produksi pada tanggal 28 Agustus 2007 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 293/Menhut-II/2007
dengan luas areal + 52.170 ha. Areal kerja PT. REKI terletak di kelompok hutan Sungai Meranti – Sungai kapas,
Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tanggal 25 Mei 2010 melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 327/ Menhut-II/2010 dengan luas areal + 46.385 ha.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Tujuan Pembuatan Buku


Pengetahuan mengenai pengenalan jenis tumbuhan saat ini mulai berkurang. Akhli botani cakap dan senior yang ada
di Indonesia sekarang telah termakan usia dan telah memutuskan pensiun, disamping itu tak banyak akhli-akhli
botani muda yang bisa melanjutkan. Hal ini dapat menjadi kekhawatiran banyak pihak terhadap keberlanjutan ilmu
pengenalan pohon. Pengenalan pohon sangat dibutuhkan agar dapat menjaga kelestarian dan keanekaragaman
jenis.

Kerusakan hutan yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menghilangkan jenis-jenis langka yang ada di kawasan
hutan. Oleh karena itu diharapkan buku ini dapat menjadi acuan para pihak dan juga sebagai informasi dasar
mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Sumatera Selatan.

Manfaat Buku
Buku ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai panduan lapangan dalam identifikasi jenis tumbuhan
berdasarkan ciri umum yang disajikan serta nama lokal pada daerah penelitian. Selanjutnya, diharapkan kegiatan
survei hutan yang memerlukan pengenalan pohon , dapat menggunakan buku ini sebagai salah satu acuan dalam
penentuan nama jenis lokal dan ilmiah.

Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan memiliki keanekaragaman jenis yang besar sperti ditunjukkan oleh adanya persamaan dan perbedaan
karakter atau sifat-sifat tertentu dari setiap jenis tumbuhan. Kesamaan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki
olehsetiap jenis tumbuhan dapat dijadikan acuan dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan biasanya didasari atas 2 karakter utama , yaitu ciri-ciri fisiologis dan morfologis. Ciri fisiologis
meliputi proses fisika kimia yang terjadi dalam tubuh tumbuhan, sedangkan ciri morfologis biasanya lebih sering
digunakan di lapangan untuk identifikasi, yang mencakup bentuk luar dan juga anatomi atau organografi tumbuhan.

Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang berguna untuk melangsungkan kehidupannya, terutama untuk penyerapan
unsur hara, pengolahan, pengangkutan dan penimbunan zat makanan yang disebut organ vegetatif. Organ vegetatif
tumbuhan meliputi akar, batang dan daun.

Batang (Caulis)
Berdasarkan perawakan (habitus) yang meliputi bentuk dan struktur batang, tumbuhan dibedakan menjadi beberapa
bentuk hidup (growth form), yaitu:
a) Herbaceus (terna), tumbuhan berbatang lunak dan mengandung banyakair. Contohnya: Keladi - keladian
(Araceae), pisang-pisangan (Musaceae) dan jahe-jahean (Zingiberaceae)
b) Lignosus, tumbuhan yang batangnya mengayu. Berdasarkan bentuk hidup (growth form), kedua
kelompok tumbuhan dibedakan menjadi: pohon (tree), semak/perdu (shrub), liana (liana), pemanjat
(climber), epifit (epiphyte) dan parasit (parasite).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

• Perdu/semak (shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau
berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma
malabathricum), Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa),
• Pohon (tree), tumbuhan mengayu berbatang tunggal dengan percabangan jauh dari permukaan
tanah, tinggi umumnya lebih dari 5 m. Contoh: Surian (Toona sureni), kulim (Scorodocarpus
borneensis), jelutung (Dyera costulata), grunggang (Cratoxylum sumatranum). Akan tetapi masyarakat
umum sering menggunakan istilah pohon hanya berdasar pada ukuran batang tanpa
memperhatikan ciri yang lain. Misal pohon pisang dan pepaya (batang tidak bercabang dan tidak
mengayu) bambu, kelapa, pinang (batang tidak bercabang meskipun keras).
• Liana (Liana), tumbuhan memanjat dengan batang mengayu, . Contoh: Secang (Caesalpinia sapan),
kelompok rotan (Calamus spp., Daemonorops spp., Korthalsia spp.), bambu kadalan (Dinochloa
scandens).
• Pemanjat (Climber), tumbuhan memanjat dengan cara menempel pada batang pohon inang dengan
melilit atau menggunakan organ khusus seperti sulur, sirus, kait dan akar tempel untuk naik guna
mencapai sinar matahari. Contoh: tuba (Derris spp.), akar dariek-ariek (Tetrastigma spp.), saga
(Abrus precatorius), beringin tali (Ficus pumila)
• Epifit (epiphyte), tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai inang tanpa
mengambil unsusr hara dari jaringan hidup tumbuhan inang. Parasit (Parasite), tumbuhan yang
selama hidupnya menempel ke tumbuhan lain sebagai inang dengan mengambil unsur hara dari
dalam jaringan inangya.
Secara morfologis, beberapa karakter batang yang perlu diamati meliputi bentuk, kulit, warna, bau, getah dan ciri
khusu lainnya seperti bentuk percabangan, dan modifikasi batang yang diuraikan sebagai berikut :
Bentuk batang
Ada Beberapa bentuk batang :
a) silindris (Teres), yakni batang dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Contoh: bambu, surian
(Toona sureni)
b) pipih (Cladodia), penampang melintangnya berbentuk lonjong. Contoh: batang dari bangsa kaktus
(Opuntia spp.)
c) bersegi (angularis), yaitu penampang melintangnya berbentuk segitiga (triangularis), contoh: teki - tekian
(Cyperus spp. Scirpus spp. Scleria spp)
d) segiempat (quadrangularis), penampang melintang batang berbentuk bujur sangkar contoh: markisah
(Passiflora quadrangularis).

Percabangan batang
a) Monopodial, batang lebih menonjol, tinggi dan besar dibandingkan dengan percabangannya. Contoh:
batang Durian (Durio zibethinus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

b) Sympodial, batang lebih pendek, atau tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan
percabangannya. Contoh: Achras zapota
c) Dichotomus, setiap percabangan selalu terdiri atas dua cabang yang sama atau disebut percabangan
menggarpu.

Permukaan Kulit Batang


a) Kulit batang halus ; permukaan kulit batang halus dan tidak pecah atau berkerak. Contoh : Mengeris
(Koompasia malaccensis, K. exelsa)
b) Kulit batang beralur : Terdapat retakan-retakan yang membujur atau memanjang batang. Contoh :
Meranti payau (Shorea dasyphylla) meranti kuning (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus cinereus)
c) Kulit batang bersisik : kulit batang mengelupas membentuk lembaran-lembaran tipis seperti sisik.
Contoh : Rengas Burung (Melanorrhea wallichii)
d) Batang kasar/menyerpih : permukaan kulit kasar dan lepas berbentuk serpihan, kulit seperti lapuk.
Contoh : Punak (Tetramerista glabra)
e) Batang berlapis : Permukaan kulit batang berupa lapisan-lapisan tipis. Contoh : Gelam (Melaleuca
cajuputi).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Tipe Banir /Akar Papan


a) Banir kembang lateral: Banir berukuran pendek tetapi melebar dekat permukaan tanah
b) Banir Kuncup: Banir tinggi namun pada bagian bawahnya tidak melebar, sehingga terlihat seperti
menguncup.
c) Banir papan: Banir tinggi dan lebar, membentuk seperti dinding dan papan, sehingga orang
menyebutnya banir papan. Biasanya terdapat pada famili Dipterocarpaceae.?????

Daun (Folium)
Daun memiliki beberapa ciri utama yang penting dalam mengamati karakteristik daun, antara lain sebagai
berikut:??????
Duduk daun pada batang

a) Pada setiap buku hanya ada satu helai daun, dibedakan dalam beberapa posisi duduk daun yakni:
tersebar (folia sparsa), bergantian (folia disticha), berkumpul/mengelompok (clump).
b) Pada setiap buku terdapat dua helai daun, disebut duduk daun berhadapan (opposite).
c) Pada setiap buku ada lebih dari dua helai daun, yang disebut berkarang (rosette).

Bagian-bagian pokok daun


a) Tangkai daun (petiole),
b) pelepah daun (vagina) dan
c) helai daun (lamina)

Daun dibedakan menjadi daun lengkap (folium completus) yaitu daun yang mempunyai ketiga organ daun,
dan daun yang tidak lengkap (folium incompletus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Bentuk umum helaian daun (Circum scriptio)


a) Menjarum/bentuk jarum = needle shape/acerose (acerosus)
b) Memita/seperti pita = linear (linearis)
c) Bundar = orbicular (orbicularis)
d) Lonjong = Elliptica (ellipticus)
e) Bundar panjang = oblong (oblongus)
f) Melanset = lanceolate (lanceolatus)
g) Melanset sungsang = oblanceolate (oblanceolatus)
h) Membundar telur = ovate (ovatus)
i) Membundar telur sungsang = obovate (obovatus)
j) Bundar telur = oval (ovalis)
k) Menjantung = cordate (cordatus)
l) Menjantung sungsangsungsang = obcordate (obcordatus)
m) Bentuk ginjal = reniform (reniformis)
n) Bentuk delta = deltoid (deltoideus)
o) Bentuk sudip = spathulate (spathulatus)
p) Bentuk tombak = hastate = (hastatus)
q) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
r) Bentuk belah ketupat = rhomboideus

Bagian ujung daun (Apex)


a) Lancip = acute (acutus)
b) Melancip = acuminate (acuminatus)
c) Tumpul = obtuse (obtusus)
d) Membundar = rotundate (rotundatus)
e) Rata/rompang = truncate (truncatus)
f) Terbelah = retuse (retusus) Bagian pangkal daun (Basis)
g) Menyempit = attenuate (attenuatus)
h) Tumpul = obtuse (obtusus)
i) Membundar = rotundate (rotundatus)
j) Rata/rompang = truncate (truncatus)
k) Seperti hati = cordate (cordatus)
l) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
m) Bentuk tombak = hastate (hastatus)
n) Seperti telinga = auriculate (auriculatus)
Pertulangan daun (Nervatio)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

o) Pertulangan menyirip = pinnate (pinnati nervis)


p) Pertulangan menjari = palmate (palmati nervis)
q) Pertulangan melengkung = curvate (curvi nervis)

Pinggir daun (Margo)


a) rata = entire (integer)
b) beriak = undulate (repandus)
c) berombak = sinuate (sinuatus)
d) bergerigi = serrate (serratus)
e) bergerigi ganda = serrate (biserratus)
f) bergigi = dentate (dentatus)
g) berlekuk menyirip = pinnately
h) lobed (pinnati lobus) berlekuk
i) menjari = palmately lobed (palmati lobus)
j) bercangap menyirip = pinnately parted (pinnati partitus)
k) bercangap menjari = palmately parted (palmat partitus)
l) terbagi menyirip = pinnately divided (pinnati visus)
m) terbagi menjari = palmately divided (palmati divisus)
n) daun kaki = pedate (pedatus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lekukan atau torehan pinggir daun yang mempengaruhi bentuk daun


a) Berlekuk menyirip (pinnati lobus), lekukannya dangkal atau kurang dari setengah panjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun terung (Solanum melongena).
b) Bercangap menyirip (pinnati fidus), lekukannya lebih dalam sekitar setengah dari panjang tulang daun
sekunder, contoh: daun Kalawi (Artocarpus communis).
c) Berbagi menyirip (pinnati partitus), lekukannya paling dalam hampir sepanjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun Acanthus illicifolius
d) Berlekuk menjari (palmati lobus),empat tulang daun sekunder berkembang dari pangkal tangkai daun
lekukannya dangkal, contoh: daun Jarak (Jatropha curcas).
e) Bercangap menjari (palmati vidus), lekukannya lebih dalam, hampir setengah pertulangan daun
sekundernya, contoh: daun Kaliki alang (Ricinus communis).
f) Berbagi menjari (palmati partitus), lekukannya paling dalam, hampir mencapai bagian dasar tulang
daun sekundernya, contoh: daun Ubi Kayu (Manihot esculentha).

Permukaan daun (surfaces)


a) Licin atau tidak berbulu (laevis)
b) Mengkilat (nitidus), contoh: daun beringin (Ficus benjamina)
c) Suram (opacus???), contoh: daun Ubi jalar (Ipomoea batatas)
d) Berlapis lilin (glaucus), contoh: daun pisang (Musa paradisiaca)
e) Gundul (glabrous), permukaan daun licin.
f) Kesat (scabrous), terdapat bulu-bulu pendek, rapat dan kaku dipermukaan daun.
g) Bersisik (lepidus), permukaan daun ditutupi oleh bintik- bintik halus dan rapat, biasanya jelas dilihat
dengan binoculer.
h) Bintik-bintik seperti bintang (stellate), permukaan daun dipenuhi oleh spot-spot seperti bintang,
biasanya berwarna lain dibandingkan dengan warna dasar daun.
i) Berambut abu-abu atau putih (canescent), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna
abu-abu atau putih yang langsung memberikan warna permukaan daun tersebut.
j) Berbulu halus dan berkelompok (tomentose), permukaan daun ditutupi oleh bulu-bulu halus, pendek
sampai sedang.
k) Berbulu halus (lanatus), hampir sama dengan tomentose, tetapi bulubulunya semua sama panjang.
l) Berbulu kelenjar (glandular), permukaan daun ditutupi oleh bulu- bulu kelenjar yang rapat.
m) Berambut miring (strigose), bulu-bulu pada permukaan daun dengan posisi miring.
n) Berbulu (pubescens), biasanya dikatakan kepada semua permukaan yang berbulu, atau lawan dari
glabrous.
o) Berambut sunsang (sericeus), permukaan daun mempunyai rambut/ bulu halus yang panjang, posisinya
agak miring, sehingga bila dielus searah dengan posisinya terasa sangat halus dan lembut, dan
sebaliknya bila berlawanan dengan posisinya akan terasa kesat dan kadang-kadang bergetah.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

p) Berambut halus (Villosus), permukaan daun ditutupi oleh rambutrambut halus dan lembut.
q) Berambut halus dan lembut (Pilose), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, panjang,
lembut dan posisi tegak, kadangkadang susah juga membeda kannya dengan villous.

Daun Majemuk
Daun majemuk merupakan daun yang berjumlah dua atau lebih lembarandaun dalam satu tangkai daun,
contohnya daun Patai (Parkia speciosa), dan daun Sungkai (Peronema canescens). Masing-masing
lembaran daunnya disebut anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan anak daun pada tangkai daun
majemuknya dibedakan 2 macam daun majemuk yakni : Daun majemuk menyirip (pinnatus) Daun majemuk
menjari (palmatus). Daun majemuk juga ada yang bercabang, yaitu cabang pertama dari tangkai daun
majemuk, dan ada juga cabang pertama bercabang lagi yang disebut percabangan tingkat dua.
Berdasarkan kedudukan anak daun pada percabangan tingkat satu atau tingkat dua dan seterusnya maka
dibedakan menjadi:
a) Daun majemuk menyirip tingkat dua (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan pertama.
b) Daun majemuk menyirip tingkat tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
dua.
c) Daun majemuk menjari tingkat dua (biternatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
pertama.

Organ tambahan/Modifikasi organ daun


a) Sulur (tendril), contohnya pada ujung daun Nepenthes tempat menggantungnya kantong (pitcher).
b) Kantong (pitcher), seperti disebutkan diatas yaitu pada kantong semar ( Nepenthes spp.).
c) Duri (spina), umumnya pada ujung atau dipermukaan daun, contohnya daun Rotan (Calamus spp.,
Daemonoroph spp. dsb.), daun terung duri (Solanum aculeatissimum) dan terung susu (Solanum
mammosum).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Daftar Jenis Tumbuhan Di Taman Nasional Sembilang


01 Raman : (Anacardiaceae) Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.

02. Mangga hutan : (Anacardiaceae) Mangifera laurina Blume.

03 Mangga hutan : (Anacardiaceae) Pentaspodon motleyi Hook. F.

04 Dao : (Anaardiaceae) Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe.

05 Sigam : (Annonaceae) Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr

06 Kenanga hutan : (Annonaceae) Desmos chinensis Lour.

07 Banitan : (Annonaceae) Popowia pisocarpa Blume.

08 Pulai : (Apocynaceae) Alstonia scholaris (L.) R. Br.

09 Sulai : (Burseraceae) Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.

10 Siluk : (Cannabaceae) Gironniera nervosa Planch.

11 Serkit : (Cardiopteridaceae) Gonocaryum litorale (Bl.) Sleum

11 Siluk daun lebar : (Cannabaceae) Gironniera subaquealis Planch. Ann. Sc. Nat.

12 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia catappa L.

13 Kelumpang : (Combretaceae) Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb.

14 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia subspathulata King.

15 Bidani : (Combretaceae) Combretum latifolium Blume.

16 Akar ampelas : (Dilleniaceae) Tetracera sandens Merr.

17 Bedih : (Euphorbiaceae) Balakata baccata (Roxb.) Esser.

18 Mahang : (euphorbiaceae) Macaranga tricocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.

19 Mahang ketam : (Euphorbiaceae) Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.

20 Mahang : (Euphorbiaceae) Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.

21 Kayu Labuh : (Euphorbiaceae) Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw.

22 Balik angin/ketepen : (Euphorbiaceae) Croton argyratus Blume.

23 Melinjo akar : (Gnetaceae) Gnetum cuspidatum Blume

24 Sempegar : (Ixonanthaceae) Ixonanthes icosandra Jack.???

25 Setepung/ketepung : (Lamiaceae) Callicarpa pentandra Roxb.

26 Laban : (Lamiaceae) Vitex vestita Wall.

27 Laban : (Verbenaceae) Vitex pinnata L.


Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

28 Medang merah : (Lauraceae) Phoebe elliptica Blume.

29 Putat : (Lecythidaceae) Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz.

30 Meribungan : (Leguminosae) Millettia atropurpurea Bth.

31 Liana : (Leguminosae) Bauhinia semibifida Roxb.

32 Liana/Akar : (Leguminosae) Spatholobus littoralis Hassk.

33 Bunga cempaka : (Magnoliacae) Magnolia liliifera (L.) Baill var liliifera

34 Kelumpang : (Malvaceae) Sterculia laevis Wall.

35 Merpayang : (Malvaceae) Scaphium macropodum (Miq.) Beumee.

36 Semubi : (Melastomataceae) Pternandra caerulecens Jack.

37 Semubi/Gembok : (Melastomataceae) Pternandra azurea (Bl.) Burk.

38 Jambu Belanda : (Melatomataceae) Bellucia pentamera Naudin

39 Aro/Berkum : (Moraceae) Ficus altissima Bl.

40 Kayu Aro : (Moraceae) Ficus variegata Blume.

41 Kayu aro : (Moraceae) Ficus hispida Linn. F

42 Pala hutan : (Myristicaceae) Myristica elliptica Wall.

43 Balun ijuk : (Myristicaceae) Gymnacranthera forbesii (King) Warb.

44 Petaling beruang : (Ochnaceae) Ochanostachys amentacea Mast.

45 Rindan : (Sapindaceae) Xerospermum noronhianum Blume

46 Gaharu : (Thymelaeaceae) Aquilaria malaccensis Lam.

47 Ramin : (Thymelaceae) Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.


Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Jenis-Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan dataran Rendah


Sumatera Selatan (SM Dangku, HL Meranti dan Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Anacardiaceae Raman

Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.


Sinonim : Bouea angustifolia Blume
Bouea brandisiana Kurz
Perawakan :
Pohon dengan tinggi hingga mencapai 43 m dan diameter
mencapai 90 cm (dbh). Kulit batang halus atau pecah-pecah
dan mengelupas, abu-abu, coklat gelap hingga keunguan.
Kulit bagian dalam kemerahan hingga jingga pucat, getah
mula-mula kemerahan atau bening, lengket dan berubah
menjadi hitam.. Daun kaku seperti kulit letak berhadapan
dalam sayu baris, helaian daun bundar memanjang hingga -
lonjong melanset atau bundar telur hingga lanset dengan
ujung daun lebih lancip. Permukaan daun tidak berambut,
pangkal daun meliuncip hingga membaji atau tumpul, ujung
daun meluncip jarang tumpul, urat daun terdiri atas 8-14
pasang, urat daun hampir tidak terlihat, kadang-kadang
samar, reticulate. Tangkai daun panjang 0.5 - 1 cm.
Perbungaan tersusun dalam cabang kecil, bunga putih,
kuning pucat hingga kuning. Kelopak bunga umumnya
bundar telur.. Buah bertipe buah batu elipsoid, kuning,
oranye atau merah saat sudah masak.
Biologi :
Berbunga umumny pada akhir musim hujan Yakni
September – Nopember. Buah mulai muncul pada
Desember dan masak pada Februari
Habitat :
Tumbuh di hutan campuran dipterokarpa yang tidak terganggu, hutan gambut, kerangas dan kadang di hutan ultra
mavik. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rendah pada ketinggian 50 hingga 600 m.
Persebaran : Jenis ini tersebar dari bagian tenggara China, Indochina, Myanmar, Thailand, Kepulauan Andaman,
Malaysia hingga Indonesia meliputi Sumatera, Jawa hingga Kalimantan.
Potensi : Buah dapat dimakan dan kadang-kadang menjadi bahan rujak
ketika masih setengah masak. Kayu tahan lama, keras dapat digunakan
untuk bahan ukiran.
Status konservasi : Kelimpahan populasi Raman di alam masih
banyak dan jenis ini belum banyak dimanfaatkan, Oleh karena itu
Raman belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Anacardiaceae Mangga hutan


Mangifera laurina Blume.
Sinonim : Mangifera longipes Griff. (1854); Mangifera parih Miq.
Perawakan :
Pohon selalu hijau sepanjang tahun, tinggi mencapai 25 m,
dengan diameter batang yang bisa mencapai 1,5 m. Kulit
batang coklat, percabangan ke atas dan membenuk kanopi
yang tebal dan rapat. Batang bergetah saat dilukai, dan
mengeluarkan aroma minyak tusam, dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, khususnya pada bagian yang paling sensitif. Getah
segera berubah warna menjadi kehitaman-hitam. Daun berb
entuk lonjong hingga lanset, kasar dan mengkilap hijau di
bagian atas dan hijau gelap di bagian bawah daun. Perbugaan
terminal, malai tegak dengan panjang 25-40 cm, dan bunga
dengan diameter sekkitar 10 mm. Buah berbentuk bulat teur
atau drupes(buah batu) berbentuk ginjal, berwarna kuning
pucat atau kuning kehijauan.
Biologi :-

Habitat :
Tersebar dari dari datran rendah sampai ketinggian
1000 m, sering ditemukan di pinggir sungai. Di KPHK
Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.
Persebaran :
Potensi : Buah dijadikan sebagai bahan makanan.
Status konservasi : Kelimpahan jenis mangga hutan di
alam sangat melimpah. Jenis ini pun belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Anacardiaceae Mangga Hutan

Pentaspodon motleyi Hook. F.


Sinonim : Nothoprotium sumatranum Miq.
Pentaspadon officinalis Holmes ex King
Perawakan :
Pohon besar tumbuh sampai 51 m dengan diameter
batang 70 cm (dbh). Daun alternatif, majemuk menyirip
dengan lembaran membujur ujung meruncing, memiliki
domatia untuk tempat perlindungan serangga yang
menguntungkan. Tangkai daun majemuk berwarna mera
keunguan. Cabang batang berwarna merah keunguan
tertutup rapat membulat hingga linear. Bunga berukuran
kecil, berbentuk bintan g yang terdiri dari 5 bunga
berwarna putih hingga krem, petal dengan ujung
membulat. Bunga tersusun padat, cabang panikel (malai)
memiliki tangkai merah keunguan. Buah berdaging
dengan jenis buah batu (drupes).
Biologi :

Habitat :
Tumbuh di kawasan asli tropis, ditemukan di
hutan primer dataran rendah yang belum
tertanggu hingga ketinggian 200 mdpl.
Sebagian besar di rawa, kadang-kadang di
area tergenang dan sepanjang sungai dan arus
pada tanah berpasir hingga berlumpur. Pada
hutan sekunder selalu hadir sebagai jenis sissa
pra-gangguan.
Persebaran : Tersebar di Peniinsula malaysia, Sumatera, Borneo (Sarawak,
Brunei, Sabah, Kalimantan), Moluccas, Papua New Guinea, dan Kepulauan
Solomon.
Potensi : Kayu digunakan untuk lantai rumah karena tidak tahan lama. Getah
untuk minyak mengobati penyakit kulit dan buah dapat dimakan
Status konservasi : Menurut World Conservation Monitoring jenis ini telah
terdaftar jenis yang terancam. Namun, kelimpahan di alam masih cukup
banyak. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam status Data Deficient
atau masih kurangnya data.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Anacardiaceae
Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe..
Sinonim : Comeurya cumingianum Baill.
Dracontomelon brachyphyllum Ridl. Dao
Perawakan :
Pohon besar dengan
ketinggiann mencapai 45-55 m
dengan diameter mencapai
100 cm. Berbanir kecil tinggi
mencaoai 6 m. Permukaan kulit
batang tidak teratur dan
bersisik, berwarna coklat
keabu-abuan hingga coklat
atau belang kehijauan, bagian
dalam kulut berwarna merah
muda atau merah. Daun
tersusun spiral, alternatif
hingga berlawanan, perukaan
gundul dengan domatia yang berbulu. Bunga majemuk, Perbungaan aksiler atau terminal, paniculate. Terdapat
Bract dan bracteoles caducous; bunga biseksual, memiliki bau yang wangi, berwarna putih hingga putih kehijauan,
terdapat di dalam malai.nkelopak bunga berkelopak tetapi berkumpul di bagian apikal. Buah berbiji dan berdaging
Biologi :
DI Semenanjung Malaysia, Serawak dan Brunei, daun akan gugur sesaat untuk menandai periode musim kemarau.
Di Papua Nugini, pada musim gugur ke antara usim semi-gugur daun akan gugur sebelum musi penghujan.
Perbungaan tumbuh di dasar tunas baru dan bunga pohon muncuk sebelum daun baru berwarna perunggu muncul,
meskipun dilaporkan jenis ini berbunga hampir sepanjang tahun.
Habitat :
Ditemukan di hutan primer atau sekunder, atau ekosistem semi-gugur (monsoon) di ketinggian rendah hingga 500
mdpl. Juga ditemukan di area dengan curah hujan yang tinggi atau kebih jarang di daerah dengan musim kemarau
yang pendek. Terserbar di wilayah berdrainase baik hingga buruk, berlumpur hingga tanah berbatu, umumnya di
daerah alluvial dan rawa.
Persebaran : Tersebr di India Timur, Pulau Andaman, China Selatan, Myanmar, Indochina. Thailand, Semenanjung
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga kepulauan Salomon.
Potensi : Kayu sangat lembut dan tidak tahan lama, sehingga sering digunakan untuk bahan furniture, lantai dan
kotak. Buah dapat dimakan, meskipun tidak populer. Bunga dan daun dapat dimakan juga. Kulit bisa menjadi bahan
obat-obatan.
Status konservasi : Di alam populasi dan keberadaanya cukup melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Annonaceae Sigam

Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr.


Sinonim : Guatteria rumphii Blume ex Hensch.
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Dilihat secara seksama
cabang berwarna karat ketika muda dan segera gundul.
Tangkai daun 1-15 mm, bentuk daun seperti pisau lonjong
hingga lanset, tipis hingga kasar, gundul, permukaan atas
hijau gelap mengkilap. Terdiri dari 7-10 urat sekunder pada
setiap sisi urat dan menonjol pada kedua permukaan, dasar
membaji hingga membulat kadang-kadang miring, apex
acuminate. Perbungaan aksilaris, 1 bunga, kelopak panjang,
hijau kekuningan, ditempatkan di cabang-cabang. Berbuah
pedicel, gundul,
Biologi : -
Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke
lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah
berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup
sering ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada
ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder Sedang.
Persebaran : Jenis ini tersebar di Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Jawa, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah,
Kalimantan), Filipina, Sulawesi, Moluccas, Papua Nugini
dan Kepulauan Salomon
Potensi : Ekstrak dari akar ini sedang diuji untuk pengobatan
kanker.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam
masih banyak, meskipun jenis ini sudah mulai
dimanfaatkan untuk bahan obat-obatan, namun Sigam
belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Annonaceae Kenanga Hutan

Desmos chinensis Lour.


Sinonim : -
Perawakan :
Semak yang menjalar, cabang berambut ketika muda, gundul
setelah dewasa. Letak daun alternate, elips, bulat telur atau
lonjong-lanset, tumpul, memotong, jarang sedikit berbentuk hati
di dasar, acute atau acuminate di ujung daun, memiliki kulit,
gundul pada bagian bawah, dan pubescent. Urat lateral 7-12
pasang. Bunga ekstra-aksilaris atau daun berlawanan, berwarna
kuning-kehijauab, bracts berbentuk bulat telurr, terdapat di
tengah-tengah pedicel. Sepal berbentuk bulat telur, acuminate.
Kelopak luar berbentuk elips hingga lanset, acute. Buah
berbentuk bulat telur, berparuh degan panjang bantang 1 cm.
Biologi :
Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng
bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasir-
liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai tanaman sebelum gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan
pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder.

Persebaran : Tersebar di Asia Timur-selatan Cina, India, Bhutan,


Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Cambodia,
Laos, Vietnam, Philippines..
Potensi : Ekstrak aka digunakan untuk obat disentri, minyak
esensial dari bunga di gunakan bahan pembuatan parfum.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam masih
banyak, meskipun jenis ini sudah mulai dimanfaatkan untuk
bahan obat-obatan, namun belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Annonaceae Kenanga hutan/Borneo

Popowia pisocarpa Blume.


Sinonim : Bocagea pisocarpa (Bl.) Bl.
Guatteria pisocarpa Bl.
Perawakan :
Semak atau pohon kecil yang
memiliki ketinggian 3 hingga 7 m
dengan diameter 17 cm.
Percabangan menyebar, ramping
dan lunak. Ranting berwarrna gelap,
pubescent berwarna karat ketika
muda, terdapat banyak bekas luka
saat tua pada daun. Daun
berbentuk pisau bulat telur, elips,
lanset, atau kadang-kadang sedikit
bulat telur, mempunyai kulit, abaxial tertekan warna karat pubescent di tengah urat atau rat sekunder daun. Urat
sekunder terdiri 6-10 pasang, melengkung kemudian menjadi lurus. Perbungaan terdiri dair 1 bunga atau 2-3 bunga
fasciculate, berwarna putih kekuningan. Buah ditempatkan di apocarp, berwarna merah dan berdaging.
Biologi : -
Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu
hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan,
dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan.
Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi
juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya
sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku
ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan
sekunder Sedang.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Filipina,
Sulawesi, Moluccas, hingga Papua Nugini.
Potensi : Bunga dari jenis ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum
Status konservasi : Merupakan jenis yang umum dan tersebar luas , meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai
populasi jenis ini. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Apocynaceae
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Sinonim : Alstonia kurzii Hook.f. ; Alstonia scholaris (L.) R.Br. ssp. avae A.DC.

Perawakan : Pulai
Berupa pohon dengan tinggi
10-50 m. Batang tegak,
berkayu, percabangan
menggarpu dan berwarna
hijau gelap. Daun tunggal,
bentuknya lanset, ujungnya
membulat dan pangkalnya
meruncing, tepinya rata,
panjang daun 10-20 cm dan
lebar 3-6 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas
licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk,
bentuknya malai, terdapat di ujung batang, bentuk kelopak bunga bulat
telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau.
Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik
3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur
dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 20-
50 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna
coklat.
Biologi :
Pohon pulai berbunga pada bulan oktober hingga maret dan
berbuah pada bulan april hingga juni
Habitat :
Ditemukan sampai ketinggian 1.250 mdpl, pada berbagai
tipe bergai tipe hutan, sering dijumpai pada sisa hutan
terganggu. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45
mdpl.
Persebaran :Ditemukan di Australia; China; India;
Indonesia; Malaysia; Myanmar; Nepal; Papua New Guinea;
Philippines; Solomon Islands; Sri Lanka; Thailand; Viet Nam
Potensi : . Kayunya dapat digunakan sebagai peti, papan
acuan beton dan pekerjaan tuangan. Selain itu kayu dari jenis ini baik untuk dipergunakan sebagai bahan baku pada
pabrik korek api. Daun dan kayu digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Status konservasi : Pulai termasuk jenis yang tidak dilindungi, mengingat populasinya masih cukup banyak di alam.
Menurut data IUCN, populasi jenis ini memiliki status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Burseraceae
Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
Sinonim : Canarium caudatifolium Merr. Sulai
Perawakan :
Pohon evergreen dengan tinggi
mencapai 40 m dan diameter
batang mencapai 1 m (dbh) dan
penopang yang rendah. Letak
daun alternate, menyirip,
lembaran daun berbentuk ovate-
oblong, tipis dengan dasar
asimetris, apex daun memanjang
dan melebar diujungnya; rachis
daun membengkak di pertemuan
tangkai daun dan berbulu,
tangkai daun dengan atau tanpa
saluran resin. Panicles berupa
aksila, sering dikombinasikan
menjadi perbungaan terminal. Bunga terdiri dari tiga hingga banyak, berukuran kecil 3 mm, berwarna putih
kekuningan, kelopak copular dan tak lama berubah dentate. Bunga jantan memiliki enam benang sari, bunga betina
memiliki enam staminodes. Buah berbentuk bulat telur hingga lonjong, buah berbiji berdaging, berwarna kuning-
coklat ketika mentah hingga keunguan-hitam ketika matang, mengandung satu biji keras ditengah.
Biologi :
Penyebaran biji dibantu oleh hewan.
Habitat :
Tersebar di hutan dipterokarpa campuran
terganggu sampai ketinggian 700 mdpl.
Ditemukan di seluruh hutan (tapi jarang di rawa-
rawa) pada berbagai jenis tanah, termasuk batu
kapur. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian
45 mdpl.
Persebaran : Tersebar di Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Filipina
hingga Celebes.
Potensi : Kayu digunakan untuk papan dan penumbuk padi. Resin digunakan untuk menyalakan obor dan buah dapat
dimakan.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatka oleh masyarakat, dan keberadaan populasi dan keberadaannya di alam
semakin menurun. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam kategori Least Concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Cannabaceae Siluk

Gironniera nervosa Planch.


Sinonim : Gironniera hirta Ridl.
Gironniera penangiana Gandog.
Perawakan :
Pohon berukuran kecil sampai medium dengan tinggi mencapai 40 m
dan diameter 64 cm. Terkadang juga terdapat banir yang rendah. Kulit
batang luar licin atau bercelah halus, berwarna hijau–abu-abu sampai
coklat–abu-abu gelap, kadang terdapat tanda seperti lingkaran maupun
lentisel. Daun keras dan kaku, bentuk ellips-lanset sampai ellips-
oblong, bagian terlebar ada di pertengahan daun; Permukaan bawah
daun tertutupi oleh rambut lembut berwarna coklat kekuningan, tulang
primer dan tulang sekunder di bagian atas permukaan daun halus tak
berambut; dasar daun membulat atau meruncing,; tepi daun rata,
terkadang melengkung; ujung atas membulat atau runcing; pertulangan
daun terlihat menonjol di bagian bawah permukaan daun, pada permukaan
atas tulang daunnya datar atau tertekan; pertulangan sekunder berjumlah
(12-)14 – 16(-17) pasang, melengkung tetapi tidak menyatu di tepi daun,
Perbungaan jantan atau betina terletak di ketiak, muncul pada kuncup yang
terpisah, bract berbentuk ovate-acute sempit juga berambut coklat-
kekuningan, panjang 1-2 mm dan lebar 1 mm. Tata bunga berupa malai
bercabang dari cyme yang rapat, menggantung, ramping, 3 bunga dalam 5-
10 klaster di sepanjang sumbu,; Perbungaan betina berupa malai sederhana
atau bercabang, berbunga sejumlah 5-10; 9 bunga duduk/tak bertangkai
sepanjang sumbu, berbentuk bulat telur-kerucut tertekan. Buah berbentuk
hampir bulat atau bulat telur
Biologi :
Habitat :
Pada hutan dipterokarpa campuran yang alami da sudah terganggu
(terbuka) dan hutan rawa dengan ketinggian mencapai 1300 m dpl.
Sering juga ditemukan pada tanah alluvial dan sepanjang aliran
sungai, tetapi juga umum ditemukan pada lereng dan punggung bukit. Pada tanah ultrabasic sampai tanah berpasir,
juga pada tanah liat.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan New Guinea.
Potensi : Kayunya digunakan dalam konstruksi bangunan. Buah dapat
dimakan.
Status Konservasi : Keberadaan jenis Siluk di alam masih sangat
melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Cannabaceae Siluk Daun Lebar

Gironniera subaequalis Planch. Ann. Sc. Nat.


Sinonim : Gironniera amboinensis Lauterb
Gironniera blumei Gand.
Perawakan :
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian 2o m dan diameter
25 cm (dbh). Batang pohon silindris, kulit batang halus-halus
pecah-pecah, berwarna abu-abu, di dalam kulit berserat
berwarna kuning tua-kecoklatan, bergetah berwarna kuning
pucat, lenticellate. Ranting gundul, cabang dengan tunas
terminal bentuk kerucut. Daun sederhana, alternate, berbentuk
bulat panjang, pinggir daun bergerigi dari tengah ke ujung daun.
Daun moda kecoklatan, tangkai daun panjang berbulu, stipula
tumpang tindih. Perbungaan di ketiak, panjang, pubescent,
pedikal sangat pendek. Bunnga jantan dan betina pada tanaman
yang sama. Buah soliter berbiji, berbentuk elips hingga bulat
telur, berwarna hijau kekuningan, gundul.
Biologi :
Tumbuh hanya dengan 1 biji.
Habitat :
Di lembah hutan, hingga di tepi sungai, hingga ketinggian 100-1300 mdpl. Di hutan harapan ditemukan dihutan
campuran, sering ditemukan dihutan sekunder sedang.
Persebaran : Tersebar di Burma (Myanmar), Cambodia, Chine, Malaysian peninsular, Thailand, Vietnam and Laos.
Potensi : Kayu digunakan untuk furniture dan bahan konstruksi. Getah kulit digunakan bahanutama rayon dan daunn
untuk bahan obat-obatan
Status Konservasi : Keberadaannya di alam sangat melimpah, belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Cardiopteridaceae Serkit

Gonocaryum littorale (Bl.) Sleum


Sinonim : Gonocaryum affine Becc.
Gonocaryum fuscum Hochr.
Perawakan :
Perdu hingga 4 m dan 6 cm dbh. Stipula absen. Daun
alternatif, sederhana, berbulu. Bunga ca. 2,5 mm
diameter, putih kekuningan, corolla tabung,
ditempatkan dalam tandan kecil. Buah ca. 27 mm, biru-
ungu, berdaging buah berbiji.
Biologi :
Habitat :
Ditemukan di hutan-hutan Dipterocarpaceae campuran
sedikit terganggu sampai dengan 200 m ketinggian.
Sepanjang sungai, di lereng bukit dan di sepanjang
jalan. Dalam sangat terganggu hutan biasanya hadir
sebagai sisa pohon sebelum kerusakan.
Persebaran : -
Status konservasi : -
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Combretaceae Ketapang

Terminalia catappa L.
Sinonim : Terminalia moluccana Lam.,
Terminalia procera Roxb.
Perawakan :
merupakan pohon besar dengan tinggi mencapai 25 m dan
diameter batang sampai 150-200 cm (dbh). Bertajuk rindang
dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-
tingkat. Batang silindris, sering berbanir, kulit luar coklat abu-
abu tua, melekah dan mengelupas; percabangan simpodial
karena batang pokok sukar ditentukan. Daun tunggal, terletak
berseling, bertangkai pendek, mengumpul di ujung ranting;
helaian daun membundar telur sungsang, kadang-kadang agak
menjorong, memiliki daun berambut halus di sisi bawah dan
berbentuk lebar dibagian tengah daun, ujung daun meruncing,
tepi daun yang merata, daging daun tipis dan memiliki tulang
daun menyirip. Bunga berukuran kecil, berwarna kuning dan
terkumpul dalam bulir yang berada dekat ujung ranting. Buah
batu berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap, berwarna hijau-
kuning-merah atau ungu kemerahan saat telah masak. Kulit terluar dari
bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.
Biologi :
Berbunga dan berbuah sepanjang tahun, namun berbuah lebat pada musim
tertentu. Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun,
sehingga tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.
Buahnya juga disebarkan oleh kelelawar.
Habitat :
Merupakan pohon
musim semi-gugur di
wilayah pesisir di seluruh daerah tropis hangat. Namun tumbuh
baik di daerah tropis lembab. Pohon ini juga beradaptasi di
pantai berpasir dan berbatu dan berkembang pada batu kapur
Oolitic. Jenis ini sangat toleran terhadap kondisi tempat
tumbuh sehingga dapat tumbuh di semua tanah yang
berdrainase baik.
Persebaran : Ketapang berasal dari Asia Tenggara dan umum di daerah tropik, namun jarang ditemukan di Sumatra
dan Kalimantan. Banyak ditanam di Australia Utara, Polinesia, juga di Pakistan, India, Afrika Timur dan Barat,
Madagaskar dan daerah pamah Amerika Selatan dan Tengah.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Potensi : Kayunya berkualitas baik dan digunakan untuk


konstruksi rumah dan pembuatan kapal, namun rentan terhadap
rayap. Kulit kayu, daun dan kadang-kadang akar dan buah
mudanya dipakai secara lokal untuk penyamak kulit dan pewarna
hitam, dipakai untuk mencelup kapas dan rotan, serta berfungsi
sebagai tinta. Daun bisa digunakan untuk mengobati rematik
pada sendi. Daging buahnya dapat dimakan. Biji ketapang enak
dimakan dan mengandung minyak yang tidak berbau, mirip
minyak almond
Status Konservasi : Keberadaannya di alam sangat melimpah dan tersebar luas, jenis ini pun sering di tanam dan
dijadikan sebagai pohon peneduh
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Combretaceae Kelumpang

Terminalia bellirica (Gaertn.)Roxb.


Sinonim: Myrobalanus bellirica Gaertn.,
M. laurinoides (Teijsm. & Binn.) Kuntze
Perawakan: Pohon sedang hingga besar, dengan tinggi 25-50 m dan
diameter batang mencapai 2 m. Batang silindris, lurus, kulit luar
kebiruan atau keabu-abuan dan kekuning-kunin gan pada bagian
dalamnya. Ranting muda menebal dan tertutup bulu-bulu halus
yang lebat. Daun tunggal, melonjong, tersusun dalam spiral,
terkumpul di bagian ujung ranting.Perbungaan tersusun dalam
bulir, muncul di ketiak daun, bunga krem.Buah bulat-membulat
telur, hijau kekuningan saat masak.
Biologi: Tumbuhan berumah dua, umumnya ber-bunga pada Oktober
dan berbuah pada Novem-ber. Perbanyakan dengan biji,
pemencaran dibantu kelelawar dan tupai.

Habitat: Kebanyakan Kelumpang tumbuh di hutan pamah


hingga ketinggian lebih dari 600 m, di bawah naungan dan
tempat terbuka. Di Nusakambangan, joho tumbuh di tempat
terbuka hingga agak teduh.
Persebaran: Jenis ini tersebar alami dari Sri Lanka, India,
Myanmar, Indo-China, Thailand, Seme-nanjung Malaka hingga
Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
hingga Papua.
Potensi: Kayunya dapat digunakan sebagai kayu gelondongan,
kayu bakar dan pembuatan arang. Bijinya dapat dimakan tetapi
beberapa ada yang berbahaya karena berdampak seperti obat
bius.
Status Konservasi: Populasi kelumpang di alam terus menurun
akibat penebangan dan penciutan kawasan hutan, namun
dianggap belum mengancam kelestariannya sehingga tidak
dilindung
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Combretaceae Ketapang/Jelawai

Terminalia subspathulata King.


Sinonim :
Terminalia bialata (non Kurz) K. & V.
Perawakan :
Pohon besar dengan tinggi bisa
mencapai 45-69 m dengan cabang-
cabanngg yang menyebar tinggi.
Percabangan muda awalnya
berwarna karat appressed-pubescent
akan menjadi gundul. Daun spiral
teratur dan sedikit banyak di ujung
ranting, memiliki kulit atau
subcoriaceous, mengkilat hijau di
bagian atas, keabu—abuan di bagian bawah, gundul, oblanceolate atau subspathulate, bulat dan berubah
acuminate, acute atau tumpul di apex, sedikit cuneate di bagian dasar. Bunga berwarna kehijauan atau kuning,
ditemukan di tunas axils daun. Buahny hampir seluruh berwarna
kuning terang, sedikit berlekuk, terdapat dua sayap.
Biologi :
Bunga diserbuki oleh serangga.
Habitat :
Terdapat di hutan dipterokarpa campuran sampai 1400 m dpl. Tumbuh baik
pada aluvial (rawa) dan tempat kering (bukit), pada berpasir ke tanah liat, juga
di bebatuan kapur.
Persebaran :
Tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan.
Potensi :
Kayunya digunakan untuk lantai rumah dan digunakan bahan
pembuatan perahu
Status Konservasi :
Keberadaannya di alam masih melimpah, belum termasuk ke dalam jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Combretaceae Bidani

Combretum latifolium Blume.


Sinonim : Combretum cyclophyllum Steud.
Perawakan :
Liana Besar, tinggi mencapai 30 m. Percabangan
bersama dengan petioles yang biasanya gundul dan
bersisik. Letak daun berlawanan, berbentuk bulat
panjang-bulat telur hingga lonjong-bulat panjang,
ujung daun tumpul atau tipis, urat lateral terdiri 6-8
pasang, axil kecil, lubang bulat abaxially.
Perbungaan aksilaris, bercampur, meluas seperti
silinder, bunga padat, kadang-kadang
berkelommpok di ujung percabangan dan
membentuk malai. Bunga sangat harum. Buah
berbiji, dengan 4 sayap membaran, berwarna
kekuningan sampai kecoklatan, mengkilap, berkerut
saat muda, dan gundul saat matang.
Biologi :
Perbungaan terjadi pada periode January hingga
April, dan periode berbuah pada bulan juni hingga
oktober.
Habitat :
Ditemukan dipinggir hutan klimaks, hutan sekunder, semak
belukar sampai ketinggian 300 mdpl.

Persebaran :
Tersebar Dari Bangladesh, kamboja, India (termasuk
kepulauan Andaman), Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar,
New Guinea, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Vietnam.
Potensi :
Digunakan sebagai zat warna untuk pencelupan kapas
Status Konservasi :
Jenis ini belum banyak digunakan, keberadaan di alam masih
banyak dan bukan termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Dilleniaceae Akar ampelas

Tetracera akara Merr.


Sinonim :
Tetracera axillaris Martelli
Perawakan :
Pohon berkayu memanjat,
batang dan daun sangat
scabrud. Daun berbentuk bulat
panjang-lonjong, dasar tipis,
margin daun entire hingga
bergerigi, ujung daun
acuminate, seperti kulit. Saraf
lateral terdiri dari 7-9 pasang.
Petiole sepanjang 4-8 mm.
Bunga putih di terminal dan
malai laterall, gagang bunga
dengan panjang 1-1,5 cm/ sepal berbentuk bundar, kemerahan, sering melipat ke dalam buah. Kelopak bundar,
berwarna merah muda-putih. Benang sari banyak, filamen putih kekuningan.
Biologi :
Periode perbungaan dan berbuah terjadi pada bulan Maret hingga Mei.
Habitat :
Terdapat di hutan dipterokarpa campuran terganggu sampai 1400 m dpl. Baik pada tempat kering (bukit), pada
berpasir ke tanah liat, juga di batu kapur.
Persebaran :
Tersebar Dari Cambodia, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka.
Potensi :
Digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Status Konservasi :
Keberadaannya di alam masih melimpah, dan belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae Bedih

Balakata baccata (Roxb.) Esser.


Sinonim : Sapium baccatum Roxburgh.
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 30 m, selalu hijau,
dengan diameter batang sebesar 60 cm (dbh).
Percabangan biasanya dalam uliran. Helai daun bulat
telur atau bulat telur panjang, jarang berbentuk bulat
panjang, adaxial daun tidak bersinar, abaxial berpapila
pucat, kelenjar per sisi dari tepi daun, dasar tumpul,
berbentuk hati, tidak auriculate, acuminate puncaknya,
margin entire. Perbungaan tersusun melingkar terminal
dan di axils daun. Buah baccate, 1- atau 2-unggulan.
Biji subglobose
Biologi :
Perbungaan terjadi sepanjang periode April hingga Mei.
Habitat :
Dijumpai di kedua hutan dipterokarpa pprimer dan
terganggu yang padat, hutan bambu, formasi hutan sekunder, hutang gugur campuran dan di sepanjang sungai dan
di bukit-bukit seerta lerang pada ketinnggi hingga 1800 mdpl.
Persebaran : Tersebar Dari Bangladesh, Cambodia, India, Indonesia,
Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam
Potensi : Buah kadang-kadang digunakan untuk penyedap, kayu
digunakan untuk bahan bangunan.
Status Konservasi : Jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi,
populasi di alam masih cukup banyak.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae
Macaranga trichocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
Sinonim :
Macaranga borneensis Müll.Arg. Mahang
Perawakan :
Pohon Evergreen kecil dengan
tinggi hanya hingga 10-15 m.
Percabangan naik ke batang
utama. Kulit halus, coklat
muda, kulit luar yang tipis,
dalam kulit berwarna merah.
Cabang ramping, silinder,
halus beludru, perak
kekuningan-coklat,
pubescent. Bergetah hitam.
Daun sederhana, alternatif,
7-15 pasang, bentuk bulat
telur ketika muda kemudian
belah ketupat-eliptik saat
dewasa, apex dengan ujung yang panjang, bulat di dasar, marjin glandular dentate, glabrescent pada sisi atas,
kadang-kadang dengan dua nectaries mencolok di penyisipan helai. Bunga berkelamin tunggal di pohon-pohon
yang berbeda, aksilaris, pucat kekuningan, dikelompokkan dalam tandan, dengan bract dan bracteole, bract
terdedah sangat dalam dan seperti daun. Buah berupa kapsul, dengan duri pendek bantalan rambut iritan, kelopak
persisten.
Biologi :
Habitat :
Biasanya berkelompok di hutan dipterokarpa campuran
sangat terganggu, tapi kadang-kadang juga ditemukan di
wilayah understorey, hingga ketinggian 600 mdpl. Secara
umum di belukar, di sepanjang pinggir jalan dan tepi
hutan, sebagian besar di lereng bukit dan pegunungan.
Persebaran :
Tersebar di India, Burma, Indo-China, Thailand,
semenanjung Malaysia, Sumatra, Borneo.
Potensi :
Bermanfaat untuk bahan pewarna dan bahan obat-obatan
Status Konservasi :
Jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi, populasi di
alam masih cukup banyak.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae
Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
Sinonim : Macaranga populifolia (Miq.) Müll.Arg.
Mappa conifera Rchb.f. & Zoll. Mahang Ketam
Perawakan :
Pohon kadang tinggi mencaoai 30m, dengan
besar diameter batang 60 cm (dbh). Batang
lurus. Daun sederhana, permukaan daun licin,
tanfkai daun atau rumpun bunga licin atau
mempunyai bulu halus, daun berbentuk bulat
telur yang lebar, sering terdapat 2 kelenjar yang
berbentuk seperti mata berwarna kuning pada
bagian pangkal di permukaan atas. Bunga
dalam berkumpul dalam satu rumpu, terlihat
seperti ekor kucing, terletak dan dihhailkan
pada ketiak daun atau pada ruas terbawah dari
buku. Buah berwarna hijau dan ada serbuk
lengket yang berwarna hijau kekuning-kuningan.
Biologi :
Habitat :
Pada Hutan dipterocarpaceae terganggu dan hutan
rawa campuran, paling umum di hutan sekunder
hingga 1100 m dpl. Umum sepanjang pinggir jalan,
aliran sungai, bukit dan pegunungan. Juga ditemukan
pada batu kapur.
Persebaran :
Tersebar di Kepulauan Andaman, Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Borneo dan Sulawesi
Potensi :
Kayu bermanfaat untuk bahan kayu bakar.
Status Konservasi :
kelimpahan populasinya banyak, belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae
Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.
Sinonim : Mangium candelarium Rumphius,
Rhizophora candelaria Wight & Arn. Mahang
Perawakan :
Pohon evergreen dengan
tinggi mencapai 18 m.
Batang lurus, sering
meruncing, kulit abu-abu
pucat, halus, dengan
punggung berbentuk U dan
berbentuk tameng goresan
daun. Ranting miring dan
bergerigi, gundul atau
ditutupi dengan rambut
kecil. Eksudat berair,
menjadi seperti permen,
merah muda-merah. Daun
sederhana, alternatif dan
spiral, bawah padat merah-
coklat berbulu, menjadi gundul atau dengan rambut halus dan titik-titik kuning, keabu-abuan, luas bulat telur
sampai bulat, apex acuminate, dasar peltate, marjin entire atau dangkal bergigi dengan kelenjar pada akhir gigi.
vena utama 3-5, memancar, vena sekunder tumpul, tersier vena miring. Stipula hadir, sempit, jatuh lebih awal.
Berkelamin tunggal, di pohon-pohon yang berbeda, gagang bunga hingga 3 mm. Buah paanjang hingga 0,8 cm,
kapsul membelah menjadi 2 bagian, dengan bubuk kuning lengket dari sisik kelenjar luar.
Biologi :
Habitat :
Terdapat di bukit-bukit rendah, lereng, hutan,
hutan sekunder; di ketinggian 100-1300 m.
spesies pionir umum di celah alam hutan
evergreen.
Persebaran :
Tersebar dari India Utara, Nepal dan Bhutan ke
Cina selatan dan Hainan, Indochina,
Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Jawa.
Potensi : Kayu bermanfaat untuk bahan bakar dan
arang.
Status Konservasi : kelimpahan populasinya
banyak, belum termasuk jenis yang dilindungi.

36
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae Kayu Labuh

Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw.


Sinonim : Endospermum beccarianum Pax & K.Hoffm.
Endospermum borneense Benth. ex Müll.Arg.
Perawakan :
Pohon Mid-kanopi tinggi mencapai hingga 34 m dan
besar diameter batang 60 cm (dbh). Pohon berumah
dua, jarang berumah satu. Cabang memiliki empulur
atau berlubang. Stipula kecil, berbentuk segitiga,
caducous. Daun spiral teratur, berurat tiga, pangkal
daun dengan dua kelenjar mencolok, muncul di
bagian atas cabang, sederhana, tangkai daun
panjang, bentuk daun ovate hingga obovate,
simetris, biasanya coriaceous, jarang papyraceous,
dasar peltate atau tidak, tepi daun entire atau sedikit
berombak, sering dengan kelenjar kecil. Perbungaan
aksila di malai atau tandan, bract berbentuk segitiga,
apex acute hinggaa acuminate. Bunga berwarna
hijau kekuningan, berkelamin tunggal, unisexual,
kecuali biseksual (hanya beberapa spesimen dalam
satu spesies); sessile dengan pedicel pendek. Buah tidak merekh atau pecah, baccate, berkerut, stigma persisten,
columella tidak ada, berwarna hijau-kuning, berdaging, kapsul 2-lobed.
Biologi :
Batang yang berongga dan berpori-pori menjadi sarang dari semut. Biasanya, berbunga setiao tahun, di wilayah
malaysua berbunga 2 kali dalam setahun. Buah matang selama 2-3 bulan setelah berbunga. Pohon berusia 3 tahun
sudah menghasilkan biji yang layak tumbuh.
Habitat :
Di habitat yang terganggu (sering di sepanjang pinggir jalan di hutan
logging, tetapi juga di semak dan hutan terbakar) dan tempat-tempat
terbuka sepert hutan dipterokarpa campuran tidak terganggu, rawa air
tawar dan hutan keranga sampai dengan di ketinggian 900 m. Juga
ditemukan pada tanah ultrabasa.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera,
Borneo (Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan), Filipina.
Potensi : Kayu dapat digunakan untuk bahan pembuatan kotak, mainan,
dll. Akar dan kulit batang digunakan untuk bahan obat-obatan. Biasa
digunakan untuk tanaman agroforestry dan pohon peneduh.
Status Konservasi : kelimpahan populasinya dan persebarannya masih banyak, jenis ini pun biasa ditanam dan
digunakan sebagai pohon peneduh.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Euphorbiaceae Ketepen/Balik Angin

Croton argyratus Blume.

Sinonim : Croton avellaneus Croizat


Perawakan :
Pohon sub kanopy tinggi mencapai 21 m dan dengan diameter
sebesar 35 cm dbh. Ranting ditutupi dengan rambut keperakan-
emas. Stipula sangat sempit. Daun alternatif, sederhana, triple-
berurat, permukaan bawah padat keperakan dasar berbulu, daun
sedikit berbentuk hati. Bunga hijau-putih-kuning, ditempatkan di
tandan bunga atas jantan dan bunga yang lebih rendah
perempuan. Buah kecoklatan emas, kapsul pecah.
Biologi :
Batang yang berongga dan berpori-pori menjadi sarang dari
semut. Biasanya, berbunga setiao tahun, di wilayah malaysua
berbunga 2 kali dalam setahun. Buah matang selama 2-3 bulan
setelah berbunga. Pohon berusia 3 tahun sudah menghasilkan
biji yang layak tumbuh.
Habitat :
Terdapat pada hutan terganggu atau sedikit terganggu,hutan
dipterokarpa campuran hingga ketinggian 200 mdpl. Tumbuh di
lereng bukit dan pegunungan dengan tanah liat atau tanah
berpasir. Ditemukan pada hutan sekunder sedang.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Jawa, kepulauan Sunda, Borneo (Serawak, Brunei,
Sabah, Kalimantan Barat, Tengah, Selatan dan Timur) Filipina,
Celebes dan Maluku.
Potensi : Kayu digunakan secara lokal oleh masyarakat.
Status Konservasi : kelimpahan populasinya dan persebarannya masih
banyak, jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Gnetaceae Melinjo Hutan

Gnetum cuspidatum Blume.


Sinonim : Endospermum beccarianum Pax & K.Hoffm.
Endospermum borneense Benth. ex Müll.Arg.
Perawakan :
Perdu tinggi + 10 m dan dbh 17 cm. Stipula absen. Daun
berlawanan, sederhana. Penni-berurat, gundul, vena
sekunder mencolok perulangan. Bunga ca. 2 mm
diameter, kekuningan, ditempatkan di racemes pendek.
Buah kuning-merah, buah berbiji.
Biologi :
Habitat :
Di hutan dipterokarpa campuran terganggu hingga
ketinggian 300 mdpl. Sebagian besar di lereng bukit dan
pegunungan dengan tanah liat berpasir. Di hutan
sekunder biasanya hadir sebagai pohon sisa
pragangguan, Di Hutan Meranti ditemukan pada hutan
sekunder sedang.

Persebaran :
Tersebar di seluruh Asia Tenggara tropis dari Thailand,
Viet Nam, Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, Kalimantan ke Maluku, Sulawesi dan New Guinea.
Potensi :
Digunakan untuk bahan obat-obatan.
Status Konservasi :
Kelimpahan populasinya dan persebarannya masih banyak,
namun jenis ini termasuk dalam status Least Concern
berdasarkan data IUCN.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Ixonanthaceae Sempegar

Ixonanthes icosandra Jack.


Sinonim : Brewstera crenata MJ Roemer
Ixonanthes cuneata Miq.
Perawakan :
Pohon tinggi mencapai hingga 30 m, dengan diameter
mencapi 1,3 m; tajuk padat dan berbentuk kerucut. Batang
lurus, kadang-kadang dengan akar punggung pendek. Kulit
batang halus atau sedikit retak, merah, coklat-kekuningan,
cokelat atau abu-abu, lembut. Kulit dalam berwarna merah,
merah keunguan, coklat kemerahan, atau coklat. Kayu
putih, oranye, kuning, coklat, krim coklat, atau merah
kecoklatan, keras. Daun lonjong hingga sedikit bulat terlur
terbalik lonjong, pragmentaceous, dasar meruncing, puncak
tumpul, sering retuse, apiculate. Tangkai daun pulvinate.
Bunga ditutupi dengan resin, dan ditemukan di menjalar
panjang, cluster lepas dari axil daun. Bunga berwarna
keputihan, kuning atau hijau hingga 2-3 bunga saat mekar. Buah
matang berwarna hijau sampai coklat tua, dan berada diatas sepal
dan kelopak berwarna coklat. Buah matang dibagi menjadi 5 bagian
dari atas kebawah untuk mengetahui biji bersayap, daging buah
berdaging.
Biologi : Penyerbukan bunga
dibantu oleh serangga.
Habitat :
Spesies di ditemukan di hutan
primer serta sekunder di
lereng dan pegunungan dari permukaan laut sampai 900 m. Di Hutan
meranti ditemukan pada hutan sekunder sedang
Persebaran :
Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia dan Sumatera
Potensi :
Kulit digunakan untuk tujuan tanning, biasanya hanya untuk memperkuat
jaring ikan, tapi kadang-kadang juga untuk produksi kulit. kayu kadang-
kadang digunakan dalam bangunan rumah. Daun dan akar digunakan
dalam pengobatan tradisional. kayu dianggap memiliki nilai yang kecil karena tidak tahan lama dan sangat mudah
terbelah.
Status Konservasi :
Kelimpahan populasinya dan persebarannya masih banyak, dan belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lamiaceae Satepung/Ketepung

Callicarpa pentandra Roxb.


Sinonim : Callicarpa acuminatissima Teijsm. & Binn.
Callicarpa affinis Elmer
Perawakan :
Pohon dengan tinggi sekitar 8 meter, kulit coklat atau abu-abu
gelap, kasar dengan retakan kecil. Cabang dan percabangan 4
sudut, terkompresi, tomentose menyebar, ketika muda dan
glabrate ketika tua, node annullate, ruas 3-5 cm. Daun letak
berlawanan, sederhana, elips-lanset, bulat telur-lonjong, dasar
cuneate-acute, marjin daun entire-subentire, ujung daun
acuminate, coriaceous atau subcoariaceous, bagian atas
glaberescent, tomentose bagian bawah bertaburan, urat lateral 8-
14 pasang di kedua sisi tengah urat, arcuate pada marjin,
impressed pada bagian atas dan menonjol di bagian bawah,
tangkai daun canaculated di atas, exstipulate. Perbungaan
supra-aksila, cabang dichotomously berupa cymes, stellate,
pubescent, peduncle kuat, panjang 3-9 cm, terdiri dari 4
sudut, bracts banyak, linear. Bunga banyak, biseksual,
aktinomorfik, harum, pedicel panjang sekitar 1-2 mm, calyx
berbentuk lonceng, 4 acute bergigi, pubescent di bagian luar,
korola infundibular, 4 lobeus berwarna biru keungunan,
merah muda, lobus obovate, tumpul, melipat dengan panjang
1 mm, tabung korola berbentuk silinder sempit. Buah berupa drupe, sekitar 2-3 mm, sukulen, ungu gelap saat
matang.
Habitat :
Ditemukan pada hutan sekunder yang
sudah membaik, di hutan dipterokarpa
campuran sampai dengan ketinggian 300
mdpl. Biasanya di dekat atau di
sepanjang sungai dan di lereng bukit.
Pada tanah liat berpasir.

Persebaran : Tersebar di Bangladesh, Bhutan, kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Thailand,
Vietnam
Potensi : Kayu digunakan sebagai bahan perabotan, ekstrak daun, kulit batang dan akar digunakan sebagai bahan
obat-obatan.
Status Konservasi : Populasi jenis setepung di alam tergolong masih banyak, belum terasuk jenid yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lamiaceae Laban

Vitex vestita Wall.


Sinonim : Vitex neglecta H.J.Lam
Perawakan :
Pohon sub-kanopi hingga 23 m dan 28 cm
dbh. Stipula absen. Daun berlawanan, tri-
foliate, leaflet Penni-berurat, berbulu untuk
berbulu. Bunga ca. 5 mm diameter, kuning,
dengan tabung corolla, ditempatkan dalam
malai. Buah ca. 4 mm diameter, drupes biru-
ungu.
Habitat :
Dalam hutan terganggu (situs terbuka) sub-
montana hingga 1900 m dpl. Biasanya di lereng bukit dan
pegunungan dengan tanah berpasir, tetapi juga di
lapangan tanah liat. Di hutan sekunder biasanya hadir
sebagai sisa pra gangguan.
Persebaran :
Distribusi Dari India dan Cina selatan ke Jawa, Kalimantan
dan Sulawesi. Di Kalimantan ditemukan di seluruh pulau.
Dihutan Harapan muncil dihutan sekunder sedang sampai
areal terbuka.
Potensi :
Kayu digunakan sebagai Kayu bakar
Status Konservasi :
Populasi jenis ini di alam tergolong masih banyak, belum terasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lamiaceae Laban

Vitex pinnata L.
Sinonim : Pistaciovitex pinnata (L.) Kuntze
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 1-15 m (Jarang
mencapai 25 m) dan diameter 10-45 cm (jarang
mencapai 120 cm) dbh. Kulit berwarna
kekuningan abu-abu atau coklat muda, halus
hingga bersisik dan kadang-kadang bergalur.
Daun majemuk, biasanya dengan 3 lembar
9kadang-kadang 1-5 lembaran). Lembaran tengah
berbentuk bulat panjang sementara, lembaran
daun bagian samping lebih kecil. Daun memiliki
rambut hijau kekuningan yang menjadi lebih jelas
ketika kering. Kelenjar muncul pada bagian bawah
daun. Perbungaan terdiri dari banyak bunga kecil.
Setiap bunga memiliki 5 kelopak berwarna putih
hingga ungu yang harum, bracteoles seperti
lembaran daun yang muncul, kelopak berwarna
kekuningan hingga hijau kecoklatan, 5 lobus dan memiliki rambut yang rata. Buah berwarna hitam keunguan, bulat,
mengkilap dan berdaging dengan biji tertutup dalam endocarp yang keras.
Biologi :
Buah dimakan oleh burung dan biji tidak dapat
berkecambah di bawah naungan dan membutuhkan cahaya
untuk berkecambah
Habitat :
Pada hutan sekunder dan semak sampai ketinggian 400 m.
Biasanya di situs aluvial dan dekat atau sepanjang sungai
di tanah liat.
Persebaran :
Distribusi Dari India hingga Papua Nugini.
Potensi :
Kayu sangat kuat dan tahan lama, bahkan jika kontak
langsung lanngsung dengan air dan tanah. Kayu digunakan
untuk keperluan konstruksi bangunan, gagang pisai, pintu
dan beberapa perabot. Daun dan kulit kayu digunakan
untuk mengobati sakit perut, demam, dan malaria.
Status Konservasi :
Populasi jenis ini masih tergolong banyak di alam. Belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lauraceae Medang Merah

Phoebe elliptica Blume.


Sinonim : Litsea elliptica Blume.
Perawakan :
Pohon subkanopi tinggi + 36 m
dan dbh 65 cm. Stipula absen.
Daun spiral di ujung ranting,
alternate, tunggal, Penni-
berurat, padat berbulu bawah.
Bunga kuning, ditempatkan di
malai. Buah hijau-biru, drupes
ditempatkan pada batang.
Habitat :
Dalam hutan campuran dipterocarpaceae hingga ketinggian 1700 mdpl. Di lereng bukit dan pegunungan dengan
tanah berpasir. Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai pohon sisa pra-gangguan.
Biologi :-
Persebaran : -
Potensi :
Biasa digunakan sebagai kayu bakar
Status Konservasi :
Jenis ini belum banyak dimanfaatka, sebaran populasi nya di alam pun masih sangat banyak. Jenis ini belum
termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Lecythidaceae Putat
Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz.
Sinonim : Baranda angatensis Llanos
Barringtonia acuminata Korth.
Perawakan :
Sebuah semak atau pohon ukuran sedang, tinggi
mencapai 4-20 m (-30 m), dengan diameter batang
sebesar 3-35 (-90) cm dbh. Ranting dengan diameter
5-10 mm. Bentuk daun ovate-oblong hingga oblong,
dasar cuneate, apex cuspidate atau caudate, serrate-
crenulate dangkal, gundul, panjang petiole 2,5-10
cm, ujung ternimal atau ramiflorous, pendulous atau
tergantung, bisa mencapai 60 bunga lebih, panjang
kuncup terbuka 0,7-0,9 cm, tabung kelopak dengan
panjang sekitar 1-3 mm, sepal tidak ada, merah, ungu
atau magenta, 4 petal, berbentuk elips, cembung,
putih, merah muda atau merah, benang sari dalam 4 (-5) uliran dengan panjang 2,5-3 cm, putih, merah atau merah
muda, ovarium bersel 4. Berry berbentuk obovoid, tetragonous, tebal pericarp 3-10 mm, tebal exocarp 0,5-3 mm,
mesocarp seperti spons dan berserat, tebal 1-8 mm, endokarp berserat, tebal 0,5-2 mm.
Biologi :
Bunga di malam hari menarik perhatian kelelawar dan ngengat. Buah mungkin disebarkan oleh tikus kecil.
Habitat : Di hutan pesisir
terganggu, rawa, dan hutan
dipterokarpa campuran
sampai dengan ketinggian
700 (-1300) m. Sering di
situs aluvial atau dekat
sungai, tetapi juga di lereng
bukit dan pegunungan.
Pada tanah berpasir, liat,
juga pada batu kapur.

Persebaran : Tersebar di selatan Cina, Indo-China, Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo,
Filipina, Celebes, Moluccas.
Potensi : Kulit pohon digunakan sebagai racun ikan, daun digunakan untuk obat sakit perut, ampas akar digunakan
untuk sakit mata dan kurap kulit.
Status Konservasi : Jenis ini bukan termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Leguminosae Meribungan

Milletia atropurpurea Bth.

Sinonim : Callerya atropurpurea (Wall.) Schot


Perawakan :
Pohon Evergreen besar, tinggi mencapai 30 m lebih dengan
diameter mencapai 119 cm. Tajuk berbentuk payung atau
bulat. Batang berwarna abu-abu terang, dengan permukaan
kulit sedikit retak. Daun pinnately majemuk 3-5 pasang yang
besar, berbentuk elips. Permukaan daun halus dan mengkilap
dengan marjin entire. Bunga asimetris, biseksual memiliki
petal merah hingga ungu. Petal berbentuk cangkir, dan
tumpang tindih dengan petal lebih besar diatas yang kecil,
bunga mengeluarkan bau yang harum. Perbungaan berupa panicle
dimana beberapa spike perbungaan bercabang di sumbu utama, terletak
di dekat ujung cabang. Buah kering merekah, buah-buahan kering seperti
polong berwarna coklat gelap, oblong, polong berkayu melengkung, ujung
runcing (panjang 10-15 cm), setiap polong menghasilkan 1-2 biji oval
berwarna coklat,
Habitat :
Dalam hutan dipterocarp atau hutan rawa, hingga ketinggian 100 mdpl.
Dapat tumbuh di sepanjang sungai di tanah berpasir, tetapi juga pada
batu kapur. Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai pohon sisa
pragangguan.
Biologi : -
Persebaran : Tersebar di Barat Malaysia, Sumatra, Laos, Myanmar,
Thailand, Singapura.

Potensi : Ranting dan akar mengandung Rotenone, bahan aktif


untuk insektisida; resin merah dari pohon; kayu sangat cocok
untuk rekonstruksi bangunan seperti, panel, interior, lantai dan
juga pembuatan furniture, kemasan kotak peti dan barang-
barang hias.
Status Konservasi : Pemanfaatan jenis ini di alam sudah sangat
banyak, dapat mengancam menurunnya populasi dari jenis ini.
Namun, jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Leguminosae Liana

Bauhinia semibifida Roxb.


Sinonim : Phanera semibifida (Roxb.) Benth.
Perawakan :
Tumbuhan kayu memanjat yang memiliki diameter batang
15 cm. Batang ditutupi dengan rambut coklat yang akan
ter-abrasi saat bertambah usia. . Daun berbentuk kupu-
kupu, hijau dan gundul di atas, perak bawah dengan
rambut kecoklatan-oranye pada dasar dan sepanjang
vena, daun muda jingga dan dilipat, sepasang stipula.
Bunga berkembang dari ujung cabang atau axil daun.
Terdiri dari bunga mengintai yang simetris bilateral,
dengan lima kelopak putih yang akan menjadi kuning saat
bertambah umur. Buah berwarna cokelat keemasan, biji
polong meledak, pematangan dari hijau ke coklat di
sekitar 1 bulan setelah penyerbukan.
Habitat :
Biasanya di tempat-tempat terbuka, di hutan, atau di
sepanjang jalan. Pada tanah berdrainase baik.
Biologi :
Penyerbukan jenis ini dibantu oleh hewan serangga, adn penyebaran sporanya juga dibantu oleh serangga.
Persebaran :
Tersebar di India, Srilangka, Indochina, Filipina, Indonesia Bagian Barat
hingga Sulawesi
Potensi :
Digunakan sebagai ornamen dan hiasan.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai dihutan terbuka atau hutan
bekas gangguan. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Leguminosae
Spatholobus littoralis Hassk.
Sinonim : Butea littoralis (Hassk.)Blatt. Akar/Liana
Perawakan :
Tumbuhan kayu memanjat
Lembaran daun terminal
berbentuk ovate atau obovate,
dasar daun cuneate, apex daun
acute, marjin crenate,
permukaan atas daun gundul,
permukaan bawah pilose. Urat
daun lateral terdiri 6-8 pasang,
lateral lembaran daun simetris,
ovate. Dasar cuneate, apex
acute, marjin crenate,
permukaan atas gundul, permukaan atas gundul, permukaan bawah pilose, urat lateral 6-8 pasang. Perbungaan
aksila, malai dengan cabang tersier, gagang bunga pubescent kecoklatan. Bunga dengan satu bract, bunga
berwarna putih, diatur dalam lembaran/bulir. Daun mahkota bundar standar, dasar attenuate, apex obcordate;
kelopak sayap elips atau lonjong, dasar oblique, apex acute; kelopak keel ovate atau elips, dasar oblique, apex
obtuse
Habitat :
Ditemukan dipinggir hutan klimak, hutan sekunder, semak belukar sampai
ketinggian 1000 mdpl
Biologi :
Persebaran :
Tersebar di Thailand, Indonesia dan Filipina.
Potensi :
Digunakan sebagai bahan obat-obatan pereda nyeri.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai dihutan terbuka atau hutan bekas
gangguan. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Magnoliaceae Bunga Cempaka

Magnolia liliifera (L.) Baill var liliifera


Sinonim : Aromadendron oreadum (Diels) Kaneh. & Hatus.
Blumia candolii (Blume) Nees
Perawakan :
Pohon mid-kanopi dengan tinggi mencapai 33 m dengan
ukuran dbh 45 cm. Stipula meninggalkan lingkaran luka di
sekitar ranting ketika jatuh. Daun alternate, sederhana,
penni-veined (berurat), urat tersier daun terlihat mencolok
retikular, gundul. Bunga dengan diameter ca. 46 mm, putih-
kekuningan, ditempatkan soliter (Sendiri). Buah dengan
panjang ca. 46 mm, hijau-kuning-merah, buah semu
majemuk (syncarp). Biji dengan arilpink-merah-oranye, tetap
melekat di sumbu buah saat matang.
Habitat :
Terdapat di hutan campuran dipterokarpa tidak terganggu
hingga hutan sub-montana hingga ketinggian 2000 m.
Biasanya di lereng gunung dan perbukitan. Di pasir hingga
tanah liat, juga pada bebatuan kapur. Di hutan sekunder
biasanya hadir sebagai sisa pohon pra-gangguan.
Biologi : -
Persebaran :
Persebaran meliputi Thailand dan Indo-China hingga Nugini. Di Borneo
ditemukan hingga seluruh pulau.
Potensi :
Kayu digunakan untuk konstruksi
Status Konservasi :
Jenis ini masih banyak ditemukan di kawasan hutan. Namun menurut
data IUCN jenis ini sudah masuk ke dalam status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Malvaceae Kelumpang

Sterculia laevis Wall.


Sinonim :
Perawakan :
Pohon sampai 20 m dan 25 cm dbh. Stipula ca. 5
mm panjang. Daun alternatif, sederhana, Penni-
berurat, berbulu. Bunga ca. Diameter 10 mm,
kuning-merahkeunguan, ditempatkan dalam
tandan dengan malai. Buah ca. 47 mm panjang,
merah, kapsul pecah dengan biji hitam.
Habitat :
Dalam hutan dicampur dipterocarp dan sub-
montana sampai 1000 m dpl. Sering kali di
sepanjang sungai dan di lereng bukit. Juga
ditemukan di batu kapur. Di hutan sekunder
biasanya hadir sebagai sisa pra-gangguan.
Biologi :-
Persebaran :
Potensi :
Serat kulit kayu digunakan untuk bahan pembuatan kertas.
Status Konservasi :
Keberadaan jenis ini masih melimpah di hutan alam. Belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Malvaceae Merpayang

Scaphium macropodum (Miq.) Beumee.


Sinonim : Carpophyllum
macropodum Miq.
Perawakan :
Pohon berkanopi dengan tinggi
mencapai 41 m dan dbh 87 cm.
Daun alternate, sederhana,
berurat tiga, biasanya gundul,
pangkal daun terkadang
berbentuk hati. Pohon muda
dengan daun palmately-lobed,
lobus daun berkurang ketika
pohon bertambah usia (pohon
dewasa dengan daun unlobed).
unga ca. 5 mm diameter, putih-kuning, ditempatkan di malai. Buah ca. 207 mm, hijau-kuning-coklat, biji bersayap
(panjang biji ca. 22 mm), sayap berbentuk perahu.
Habitat :
Terdapat di hutan campuran dipterokarpa tidak te rganggu, rawa-gambut, dan sub-pegunungan hingga ketinggian
1200 mdpl. Biasanya di lereng bukit dan pegunungan. Di hutan sekunder Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai
sisa gangguan.
Biologi :
Bunga di serbuki oleh serangga.
Persebaran :
Tersebar di Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaysia,
Sumatera dan Borneo (Keseluruhan Pulau).
Potensi :
Kayu digunakan menjadi bahan pembuatan furniture. Biji
digunakan untuk pengobatan disentri dan asma.
Status Konservasi :
Keberadaan jenis ini masih melimpah di hutan alam.
Termasuk jenis yang mudah tumbuh. Berdasarkan data
dari IUCN, jenis ini masuk ke dalam kategori Least
concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Melastomataceae
Pternandra caerulecens Jack. Semubi
Sinonim : Ewyckia capitellata (Jack) Walp.
Ewyckia cyanea Blume
Perawakan :
Pohon kecil dengan tinggi 18 m dan diameter tidak lebih
dari 30 cm (dbh). kulit batang pecah-pecah berwarna
abu-abu menjadi hijau-merah atau coklat. Stipula daun
absen tapi bekas luka menyerupai bekas luka stipular
hadir pada ranting diantara petioles. Daun berlawanan
sederhana, tiga-berurat, pertulangan tersier terlihat,
gundul, bentuk daun oblong hingga elips dengan ujung
yang runcing, daun muda berwarna keunguan.
Perbungaan lebih pendek dari daun. Kelopak ditutupi
dengan pola sisik tuberculate, lobus kelopak kecil. Buah
berbentuk bulat, biru keunguan, buah halus, kelopak
lobus dan kuat di apex.
Habitat :
Terdapat di area tidak terganggu hingga terganggu pesisir
hutan dipterokarpa campuran, hutan rawa gambut dan
semak di ketinggian hingga 900 mdpl. Biasanya terdapat di situs aluvial, tetapi juga umum ditemukan di
pegunungan dan sepanjang jalan. Di tanah berpasir. Di hutan sekunder biasanya muncul sebagai tanaman sisa pra
–gangguan
Biologi :
Bunga di serbuki oleh bantuan serangga dan buah biasa
dimakan oleh burung.
Persebaran :
Persebaran meliputi Nicobar Islands, Thailand, Indo-China,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan (seluruh pulau),
Sulawesi, Maluku, New Guinea, Australia
Potensi :
Kayu digunakan secara lokal, buah ditumbuk dan digunakan
untuk pengobatan.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai. Jenis ini pun belum
termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Melastomataceae
Pternandra azurea (Bl.) Burk. Semubi/Gembok
Sinonim : Kibessia azurea DC.
Perawakan :
Pohon sub-kanopi tinggi hingga 26 m dan dbh 29
cm. Stipula absen. Daun berlawanan, sederhana,
berurat-tiga, Urat tersier samar, gundul. Bunga
berdiameter ca. 15 mm, biru, ditempatkan dalam
bundel aksila atau soliter, kelopak dengan banyak
bunga kecil-seprti pelengkap. Buah berdiameter
ca. 10 mm, biru-ungu, buah dengan bunga-seperti
pelengkap.
Habitat :
Di hutan tidak terganggu dipterokarpa campuran,
hutan keranga, rawa dan sub-pegunungan hingga
ketinggian 1200 mdpl. Biasanya di area aluvial,
tetapi juga umum di pegunungan. Di tanah berliat
hingga berpasir. Di hutan sekunder biasanya hadir
sebagai pohon sisa pra-gangguan.
Biologi : -

Persebaran :
Persebaran meliputi Sumatra, Jawa, Borneo (Sarawak, Sabah, Kalimantan –
Tengah, -Selatan dan –Timur)
Potensi :
Secara lokal kayu digunakan dalam pembangunan rumah.
Status Konservasi :
Jenis ini masih sangat sering dijumpai. Jenis ini pun belum termasuk jenis
yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Melastomataceae Jambu Inggris

Bellucia pentamera Naudin


Sinonim : Bellucia axinanthera Trian
Perawakan :
Perdu tegak, 3-5(-8) m tingginya. Berbatang kurus tinggi, berbonggol-
bonggol, gemang umumnya kurang dari 20 cm, kulit batang coklat
keabu-abuan sampai kehitaman, beralur atau memecah dangkal.
Bertajuk renggang dengan cabang dan ranting yang ramping dan
melengkung, membentuk payung. Daun tunggal terletak berhadapan,
bertangkai panjang 2-7 cm. Lembaran daun besar-besar dan lebar,
dengan 5 tulang daun sejajar dan melengkung (curvinervis) khas
Melastomataceae, 2 di antaranya intramarginal; pertulangan menonjol
di sebelah bawah. Pangkal daun bentuk baji dan ujungnya meruncing,
tepi daun bergerigi kecil, nampak jelas pada daun yang muda. Sisi atas
gundul, hijau muda sampai agak tua, sisi bawah sedikit berbulu pada
pertulangannya dan berwarna agak keputihan. Karangan bunga bentuk
payung menggarpu, berisi (1-)3-12 kuntum, muncul di batang

(cauliflory), ranting tak berdaun, atau di


ketiak[1]. Bunga berbilangan 5-7, harum. Daun mahkota putih,
bertaju membengkok dan berparuh kecil, 20 x 13 mm, pada
akhirnya coklat kemerah-jambuan. Buah buni berbentuk bulat
seperti periuk bermahkotakan taju kelopak yang berdaging,
berwarna kuning gading. Daging buah keputihan dan banyak
mengandung sari buah, kurang beraroma, manis asam dengan
rasa mirip jambu biji, mudah menjadi kecoklatan karena teroksidasi, berbiji banyak dan kecil-kecil.
Habitat :
Pada tempat-tempat yang sesuai, jambu tangkalak segera meliar
menjadi gulma yang mendominasi lapisan bawah hutan sekunder
Biologi : -
Persebaran :
Jenis ini merupakan jenis asli dari kawasan Neotropical (Amerika
Tengah dan Selatan), namun saat ini menjadi spesies invasif di
kawasan tropis Asia
Potensi :
Buah bisa dimakan. Serak batang digunakan untuk mewarnai
labu.
Status Konservasi :
Jenis ini merupakan jenis tumbuhan invasif berdasarkan Permen
LHK NOMOR P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Moraceae Aro/Berkum

Ficus altissima Bl.


Sinonim : Ficus laccifera Roxb.
Perawakan :
Tinggi Pohon mencapai 30 m. Batang dengan
penopang rendah, abuabu, dengan pustula
kecil, cokelat muda, cabang muda, agak
berbulu, silindris. Daun sederhana, alternatif,
5-10 x 1-4 cm , berbentuk jorong sampai bulat
telur, 10 - 22 x 6-12 , gundul, permukaan atas
licin mengkilat. Perbungaan ara, ketiak,
soliter atau berpasangan, 1-2,5 cm diameter,
sessile . Bunga berkelamin tunggal. Buah
kemerahan jeruk ara pada saat jatuh, biji banyak
Habitat :
Terdapat pada dataran rendah dan hutan pegunungan di ketinggian 100-
2.000 mdpl. Sering mulai tumbuh sebagai epifit di cabang pohon,juga
pada dinding bangunan dan jembatan.
Biologi : -
Persebaran :
Jenis ini merupakan jenis asli dari kawasan Asia Tenggara dan Pulau-
pulau Pasifik. Jangkau persebarannya mencakup Kepulauan Andaman,
Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Cina bagian selatan dan kawasan
Malaysia.
Potensi :
Buah bisa digunakan untuk pakan satwa.
Status Konservasi :
Jenis ini merupakan jenis yang masih banyak ditemukan. Belum
termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Moraceae Kayu Aro

Ficus variegata Blume.


Sinonim : Covellia racemifera (Roxb.) Miq.
Perawakan :
Pohon berukuran sedang tinggi sampai dengan 40 m dengan
ukuran diameter mencapai 110 cm, dan mahkota berbentuk
kerucut, Batang bergetah putih. Letak daun spiral teratur,
dun panjang-mengintai memiliki daun kasar seperti pisau
yang berbentuk telur-oval hingga oblonga dengan ujung yang
lancip, daun muda lebih besar, daun pisau bergerigi. Jenis ini
merupakan dioecious dengan setiap individu memiliki
bantalan bunga jantan dan betina, bunga-bunganya
berukuran kecil dan berkembang dalam syconium (ara). Buah
merupakan syconia (ara) yang panjang-mengintai berbentuk
buah pir, berwarna hijau dengan garis-garis merah mawar
ketika matang, lebar hingga 5 cm, dan berkembang di dalam
kelompok yang padat pada rantiing yang pendek, panjang
hingga 7,6 cm, yang muncul dari batang dan cabang utama.
Telah teramati bahwa hanya pohon yang memiliki tinggi lebih
dari 5-7,6 m yang menghasilkan ara.
Habitat :
Di area re-growth, kebun hutan atau di
area terbuka di hutan campuran
dipterokarpa hingga ketinggian 500
m. Di sepanjang sungai dan arus atau
di area aluvial berpasir hingga berliat,
juga di bebatuan berkapur.
Biologi :
Figs (buah ara) dari spesies ini telah dilaporkan menjadi makanan untuk
41 spesies hewan (5 Burung, 15 kelelawar,7 monyet, 7 marsupial).
Bunganya diserbuki oleh lebah Ara (Ceratosolen appendiculatus).
Persebaran :
Tersebar di Tenggara India dan Cina bagian selatan hingga Kepulauan
Salomon dan Australia
Potensi :
Kayu digunakan unntuk sarung pisau. Lateks digunakan untuk aditif makanan (pati kelapa), dan buah bisa dimakan.
Status Konservasi :
jenis ini masih banyak ditemukan di alam, meskipun sudah mulai banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Jenis ini
belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Moraceae Kayu Aro

Ficus hispida Linn. F


Sinonim : Covellia hispida (L.f.) Miq.
Perawakan :
Tumbuhan semak kasar berbulu atau pohon berukuran
sedang dengan tinggi mencapai 10 m. Kulit kayu umumnya
berwarna kecoklatan atau kemerahan, lantecellate. Daun
sederhana, decussate, bulat telur, lonjong, atau bulat telur-
lonjong, tipis tebal, ditutupi oleh rambut kasar, letak teratur
berseberangan pada 1-4 cm panjang petiole (tangkai daun).
Tepi daun rata atau bergerigi, terkadang bergerigi tidak
teratur. Perbungaan dengan tipe syconia, berkerumun di
tuberkel dari batang utama, cabang yang lebih tua dan
kadang-kadang pada cabang yang berdaun gantung.
Habitat :
Tumbuh di hutan sekunder, lahan terbuka, tepi sungai,
hingga ketinggian 1200 m.
Biologi :
Penyerbukan di lakukan oleh jenis serangga Ceratosolen
(Ceratosolen) solmsi solmsi and Ceratosolen (Ceratosolen) solmsi marchali.
Persebaran :
Tersebar di Asia Tenggara, Malaysia, Papua Nugini dan Australia
(Queensland, wilayah Utara, dan barat Australia)
Potensi :
Buah menjadi makanan burung dan satwa liar lainnnya
Status Konservasi :
jenis ini masih banyak ditemukan di alam. Jenis ini belum
termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Myristicaceae Pala hutan

Myristica elliptica Wall.


Sinonim : Myristica calocarpa Miq.
Perawakan :
Pohon dengan tinggi
mencapai 7-25 m dan
diameter batang sebesar 38
cm, sering dengan akar
panggung atau akar penopong
yang terbang dengan tinggi
akar mencapi 1,2 m, batang
bergetah merah. Letak daun
spiral teratur, daun mengintai,
lembaran daun tipis seperti
pisau berbentuk oval atau
oblong, berwarna kekuninngan atau hijau zaitun diatas, dengan ujung runcing dan berwarna keabu-abuan atau
pucat hijau zaitun di bagian bawah, menjadi berbulu saat bertambah usia, dengan pelepah yang datar atau sedikit
mengangkat ke atas, dan memiliki 8-13 pasang vena lateral yang datar atau sedikit mengangkat keatas dan
berbeda dibawahnya. Bunga dari jenis tumbuhan ini dioecious, memproduksi bunga jantan atau betina pada
tumbuhan yang berbeda. Bunganya berwarna krem putih atau kemerahan-kuning, jarang ditutupi oleh rambut
panjang dan pucat, harum bila diremas, dan disusun di antara daun di susunan berbunga mengintai. Buah
berbentuk bulat telur atau elipsoid-lonjong, berwarna kuning kehijauan berubah menjadi jingga terang, ditutupi oleh
rambut panjang dan menjadi berbulu saat bertambah usia, dinding buah tebal.
Habitat :
Tumbuh di area tidak terganggu hutan dipterokarpa campuran, hutan rawa dan pesisir (pasang) hingga di
ketinggian 500 m. Di sepanjang sunngi dan arusserta di rawa-rawa, termasuk juga di kawasan pasang surut. Di
tanah berliat, juga pada area berpasir dan bebatuan kapur. Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai jenis pra-
gangguan
Biologi :
Penyerbukan bunga di lakukan oleh serangga.
Persebaran :
Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo (Seluruh pulau), Filipina.
Potensi :
Kayu bermanfaat, biji digunakan untuk bahan makanan dan bahan obat-obatan
Status Konservasi :
jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, dan keberadaan populasinya di alam sudah mulai menurun.
Menurut data IUCN, jenis ini sudah masuk ke dalam status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Myristicaceae Balun ijuk

Gymnacranthera forbesii (King) Warb.


Sinonim : Gymnacranthera
crassinervis Warb.
Perawakan :
Pohon Mid-kanopi hingga
ketinggian 38 m dan dbh 93 cm.
Batang dengan getah merah.
Stipula absen. Daun alternatif,
sederhana, Penni-berurat, urat
daun mencolok, putih di bawah,
gundul. Bunga berdiameter 3 mm,
kuning-krem, ditempatkan dalam
malai kecil. Buah ca. panjang 20
mm, oranye-merah, berdaging,
gundul, kapsul pecah. Benih
dengan jelas dibagi kuning-oranye-
merah aril.
Habitat :
Dalam hutan campuran dipterocarpaceae dan sub-montana hutan yang tidak terganggu hingga ketinggian 1200 m
dpl. Di lereng bukit dan pegunungan dengan tanah berpasir hingga tanah liat. Di hutan sekunder biasanya hadir
sebagai sisa pra-gangguan.
Biologi : -
Persebaran :
Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo (Seluruh pulau), Filipina.
Potensi : -
Status Konservasi :
Populasi jenis ini di alam masih cukup banyak, pemanfaatannya kurang, sehingga tidak termasuk dalam jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Ochnaceae Petaling Beruang

Ochanostachys amantacea Mast.


Sinonim : Ochanostachys bancana (Becc.) Valet.
Perawakan :
Pohon mid-kanopi tinggi hingga 36 m dan dhb sebesar
66 cm. Stipula tidak ada. Daun alternate (tersebar),
sederhana, penni-veined (berurat), gundul. Bunga
berdiamaeter ca. 3 mm, hijau-kekuningan, ditempatkan
di tandan. Buah berdiameter ca. 21 mm, kehijauan-
putih, drupes berdaging.
Habitat :
DI hutan tidak terganggua dipterokarpa campuran di
ketinggian hingga 800 m. Di lereng bukit dan
pegunungan berpasir hingga tanah liat. Di hutan sekunder
biasanya muncul sebagai sisa pra-gangguan
Biologi :
Biasanya ranting besar pohon dijadikan sarang oleh
beruang madu.

Persebaran :
Persebaran meliputi Semenanjung Malaysia, sumatera dan bornea
(keseluruhan pulau).
Potensi :
kayu digunakan untuk bahan bangunan, kulit kayu untuk pengobatan
dan benih bisa dimakan
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatkan kayunya oleh masyarakat,
keberadaannya populasi jenis ini di alam sudah mulai menurun.
Berdasarkan data IUCN, status jenis ini masuk ke dalam kategori Data
deficient.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Sapindaceae Rindan

Xerospermum noronhiaunum Blume


Sinonim : Arytera xerocarpa (Blume) Adelb.
Perawakan :
Pohon sub-kanopi hingga ketinggian 26 m dan dbh 66 cm. Stipula
absen. Daun alternatif, majemuk, leaflet Penni-berurat, gundul.
Diameter bunga ca. 4 mm, putih-kuning, ditempatkan di malai.
Buah ca. 18 mm panjang, kuning-oranye, berkutil-drupes. Biji
dengan aril kuning.
Habitat :
Di hutan dipterokarpa campuran tidak terganggu hingga hutna sub-
pegunungan sampai ketinggian 1500 mdpl. Sebagian besar di
lereng bukit dan area aluvial yang berpasir hingga tanah liat. Di
hutan sekunder biasanya hadir sebagai sisa pra-gangguan.
Biologi :-
Persebaran :
Tersebar di India, Bangladesh, Burma, Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Borneo (keseluruhan pulau)
Potensi :
Sarcotesta disekitar biji dimakan, rasanya. Buah dan daun
digunakan untuk meringankan sakit perut. kayu yang keras dan
tahan lama, berwarna coklat muda, digunakan dalam bahan
bangunan.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatkan
di alam, populasi jenis ini semakin
berkurang. Namun belum termasuk
jenia yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Thymelaeaceae Gaharu

Aquilaria malaccensis Lam.

Sinonim : Agallochum malaccense (Lam.) Kuntze


Perawakan :
Pohon tinggi mencapai 40 m dan diameter
batang sebesar 60 cm (dbh) dengan tajuk tidak
teratur. Batang halus dengan warna gelap
hingga abu-abu pucat, kulit luar mengelupas
dan kulit bagian dalam berwarna krim-putih.
Daun alternate, mengintai memilliki pisau tipis
yang kasar dengan bentuk daun oval-lonjong
hingga lonjong-berbentuk tombak. Perbungaan muncul di ketiak daun,
berbentuk malai dan memayung, bunga berbau harum, berwarna hijau atau
kuning kotor, dalam satu rumpun terdapat 10 bunga. Buha berwarna hijau
berbentuk telur agak rata, biji berbentuk buah pir ditutupi dengan rambut
oranye-coklat.
Habitat :
Tumbuh di hutan dataran rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tersebar India,
Indocina, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sarawak, dan Filipina. Sudah
dibudidayakan, tetapi dalam skala kecil, seperti dipalu Jawa dan Sumatera.
Di Hutan Harapan tersebar merata diberbagai area. Saat ini mulai dilakukan
penanaman di beberapa tempat seperti simpang koni, danau rohani, dll.
Biologi :
Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga.
Persebaran :
Tersebar di India, Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Borneo (Sabah, Kalimantan Timur), Filipina.
Potensi :
Kayu Gaharu erupakan kayu yang terkenal penghasil resin. Resin
dari gaharu ini bermanfaat dalam bahan obat-obatan dan juga
sebaga bahan dasar pembuatan parfum.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena
memiliki nilai guna dan nilai jual yang tinggi. Populasi nya di alam
pun sudah mulai menurun. Berdasarkan data IUCN, jenis ini yang
massuk ke dalam status Vulnerable. Namun sebagian pihak sudah
mulai membudidayakan jenis ini untuk kebutuhan komersil.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan

Thymelaeaceae Ramin

Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.


Sinonim : Gonystylus hackenbergii Diels
Perawakan :
Pohon tinggi mencapai 40-45 m tegak lurus, batang
silindris, tinggi cabang hingga 21 m dan diamater
mencapai 120 cm. Pohon ini kadang-kadang sedikit
bergalur di dasar dengan banyak lutut akar
(Pneumatophores). Permukaan kulit batang sering
retak dan menunjukkan warna kebau-abuan hingga
coklat merah, sementara kulit bagian dalam berwana
kuning dan berserat. Daun berbentuk elips, lonjong-oblanceolate atau
bulat telur, cuneate lebar hingga bulat di dasar, tiba-tiba menyempit di
ujung, Bunga berukuran 8 mm diameter, kuning, ditempatkan dalam
tandan dengan malai. Buah dengan diameter 38 mm, orange, kapsul
pecah, mengekspos bibit dengan aril.
Habitat :
Dalam hutan dipterocarp campuran hingga 300 m dpl. Sebagian besar
di lereng bukit dan pegunungan, tetapi juga di sepanjang sungai. Pada
tanah berpasir. Di hutan sekunder biasanya hadir sebagai sisa pra-
gangguan.
Biologi :

Dalam kondisi alami, ramin memiliki siklus berbunga dan


berbuah yang tidak teratur, bulan berbunga berbedasetiap
tahun dan bahkan tidak berbunga sepanjang tahun. Di
Kalimantan Barat, periode berbunga biasanya pada bulan
Agustus-Oktober dan di Kalimantan Tengah pada bulan Apriil-
Mei. Buah matang dalam waktu sekitar 2 bulan setelah
berbunga. Benih dari jenis ini disebarrkan oleh kelelawar.
Persebaran :
Tersebar di Brunei, Fiji, Indonesia, Malaysia, Filipina hingga Kepulauan
Salomon.
Potensi : Kayu digunakan untuk bahan bangunan seperti lantai hingga
bahan-bahan furniture. Juga penghasil resin gaharru kualitas rendah.
Rebusan akar sebagai obat pelindung setelah melahirkan.
Status Konservasi : Jenis ini sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai guna dan nilai jual
yang tinggi. Populasi dan habitatnya di alam pun sudah mulai menurun. Berdasarkan data IUCN, jenis ini yang massuk
ke dalam status Vulnerable.

Anda mungkin juga menyukai