SKRIPSI
DELIAMA
L211 13 320
i
ESTIMASI POTENSI LESTARI DAN TINGKAT
PEMANFAATAN ANEMON LAUT (Stichodactyla gigantea)
DI SELAT MAKASSAR
Oleh:
DELIAMA
L211 13 320
Skripsi
Pada
Universitas Hasanuddin
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
iv
ABSTRAK
Anemon laut (Stichodactyla gigantea) adalah salah satu biota laut yang
kelestariannya mulai terancam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
tingkat potensi lestari dan tingkat pemanfaatan anemon laut. Penelitian ini
diharapkan sebagai bahan informasi dalam pengelolaan anemon laut di Perairan
Selat Makassar.
v
ABSTRACT
The research was carried out in May – June 2017 . The location of the
research carried out on the basis of consideration of the geographical location of
the main area of the catching of sea anemones in the Makassar Strait, in the
Spermonde Archipelago. The methods used in this research are a survey method
and direct observation. The data collected is the primary data with observation
and interviews and secondary data form of periodical data on catches and effort
of catching up from years 2006 to 2016. To infer the magnitude of MSY fishery
resources and optimal use of arrest attempts Schaefer model. The data obtained
will be analyzed to estimate and make the chart’s retrieval effort, as well as the
level of CPUE to resources sea anemone in the Makassar Strait.
The results showed that based on the model of the Schaefer can be
assigned the value of the MSY is 15,596 individuals, with optimal effort (f. MSY)
of 180 org and allowed catches (TAC) for individual 12,477. The highest
utilization rate of potential sustainable happened in 2006 until 2008.
Keywords: Maximum Sustainable Yield, CPUE, the effort of catching, sea
anemone (Stichodactyla gigantea), Makassar Strait
vi
KATA PENGANTAR
Banyak hal yang terjadi berkat kuasa Allah SWT sehingga segala sesuatunya
dimudahkan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita
kiamat.
bimbingan Dr. Ir. Hadiratul Kudsiah, MP dan Moh. Tauhid Umar, S.Pi, MP.
segala kerendahan hati akan menerima setiap saran dan kritik untuk perbaikan
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga
Deliama
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan dan
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan keluarganya yang
kendala tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya
kepada :
1. Kedua orang tua saya, Ayahanda H. Rustam Kaddas (Alm.) dan Ibunda
Huzaemah Zam-Zam, dan kakak-kakak saya Muh. Kasim, S.Pi, M.Si dan
Faura, S.S, M.Sc. Terima kasih atas segala yang telah diberikan selama ini
penulis, dan juga terima kasih atas dorongan dan materil yang telah penulis
2. Ibu Dr. Ir. Hadiratul Kudsiah, MP sebagai pembimbing utama dan Bapak Moh.
3. Terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Wahyuni Rahim, ST, MP, Bapak Dr. Ir. Muh.
Arifin Dahlan, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Budiman Yunus, MP sebagai penguji
skripsi atas segala saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
viii
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan khususnya para
5. Sahabat tercinta saya terima kasih atas semua doa, dukungan, dan bantuan
yang telah diberikan, meski jarak memisahkan kita, keberhasilan ini saya
yang telah memberi dukungan dan semangat nya selama proses penyusunan
skripsi dijalankan.
7. Terima kasih kepada seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu Kelautan dan
8. Terima kasih pula kepada Bapak Dr. Mauli Kazmi selaku pimpinan ACIS
(Asosiasi Coral dan Ikan Hias Sulawesi) yang telah membantu pengambilan
mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya tiada
harapan selain ridha Allah Subhanawata’ala atas segala jerih payah dan jasa
untuk kita semua serta limpahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya senantiasa
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4. Produksi Anemon Laut (S. gigantea) Tahun 2006 sampai 2016.. .............. 22
6. CPUE Anemon Laut (S. gigantea) Tahun 2006 sampai 2016 .................... 25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemon laut merupakan salah satu jenis karang dari Filum Cnidaria.
Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu
kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Anemon laut merupakan salah satu
tentacle). Biasanya disela-sela tentakel itu merupakan tempat yang ideal bagi
Anemon laut merupakan salah satu sumberdaya laut yang memiliki nilai
ekonomis penting. Biota ini sangat populer sebagai bahan makanan laut (sea
food), terutama di luar negeri antara lain Perancis, Jepang, Korea, dan
Kepulauan Pasifik Bagian Timur. Nilai ekonomis penting dari anemon laut dapat
dijadikan sebagai hewan pengisi akuarium yang indah dan menarik karena
memiliki bentuk tubuh yang menyerupai bunga beraneka warna (Rifa’i, 2009).
Anemon laut merupakan salah satu jenis karang dari Filum Cnidaria.
Cara mengolah anemon laut untuk dapat dimakan adalah terlebih dahulu
anemon tersebut dilumuri dengan abu dapur agar kulit arinya terkupas dan
1
permintaan pasar ikan hias dometik dan ekspor. Sebagai contoh, menurut Balai
Besar Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BBKIPM) Kota Makassar, data
lalu lintas domestik dan ekspor anemon laut pada tahun 2013 mencapai 154.575
individu dan pada tahun 2016 telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan
beberapa provinsi lainnya di Indonesia seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan
alam, jika kondisi ini dibiarkan maka suatu saat akan terjadi penurunan populasi.
Unit Effort, penentuan Tingkat Potensi Lestari, Upaya Optimum, dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya anemon laut, dimana saat ini belum pernah diteliti,
secara berkelanjutan.
CPUE dari tahun 2006 sampai tahun 2016 (10 tahun terakhir), menentukan
optimum dan tingkat upaya serta untuk mengetahui apakah anemon laut
Selat Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, dan dapat menjadi bahan informasi
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Anemon laut adalah polip yang di bawahnya memiliki kaki perekat, yang
disebut pedal disk. Menurut Fautin dan Allen (1992), anemon laut merupakan
Anemon laut (Stichodactyla gigantea) dapat dilihat pada gambar 1 (Rifa’i, 2016).
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Actinaria
Famili : Stichodactylidae
Genus : Stichodactyla
2007; Zamani, 2012; Hobbs et al. 2014; Farianti, 2015; Rifa’i, 2016)
3
Stichodactyla gigantea (Foto Rifa’i, Barrang Endacmaea quadricolor (Foto Rifa’i,
Lompo, Sulsel, 2009) Perairan Teluk Tamiang, Kalsel, 2015)
4
Rifa’i (2009) menyatakan bahwa anemon laut merupakan salah satu jenis
karang dari filum Cnidaria. Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi
kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Dunn (1981)
Menurut Rifa’i (2009) anemon laut memiliki berbagai bentuk, ukuran dan
warna tubuhnya yaitu radial simetrik dan mempunyai tubuh columnar dengan
satu lubang membuka berupa mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Anemon laut
merupakan salah satu filum yang dikenal dengan nama Cnidaria atau
Coelenterata. Pada bagian atas rongga tubuh ditemukan mulut yang dapat
dilalui air, makanan dan gamet. Mulut tersebut dikelilingi oleh tentakel yang
mangsanya. Tentakel ini selalu bergerak menangkap makanan dan setelah itu
pemangsanya.
5
hollow gut yang ditemukan dalam rongga tubuh dan berhubungan dengan perut,
paru-paru, sistem sirkulasi, dan lain-lain. Pada bagian atas rongga tubuh
ditemukan mulut yang dapat dilalui air, makanan, dan gamet. Mulut ini dikelilingi
makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. Selain itu juga digunakan untuk
pertahanan.
mempunyai tubuh columnar dengan satu lubang membuka berupa mulut yang
tubuh 1-4 inchi (2,5 – 10 cm), tetapi beberapa anemon dapat tumbuh mencapai
Anemon laut hidup di dasar laut menempel pada benda keras, pecahan
karang, pasir, ada pula yang sedikit membenamkan bagian tubuhnya ke dalam
dasar tanah yang agak berlumpur. Umumnya anemon dijumpai pada daerah
terumbu karang yang kurang subur dan dangkal atau di lereng terumbu. Namun
ada juga hidup di tepian padang lamun (Nurachmad dan Sumadiyo, 1992).
daerah tenang dan berpasir seperti laguna-laguna karang dan tepian padang
lamun. Anemon umumnya ditemukan pada perairan dangkal (kurang dari 1 m),
dengan lingkar kaki terkubur beberapa sentimeter di bawah pasir dan lingkar
6
Arum (2006) mengemukakan bahwa Bangsa Actinaria pada umumnya
tersebar luas, sama halnya dengan anggota kelas Anthozoa lainnya, ditemukan
pada perairan pantai dari yang hangat sampai dengan daerah yang dingin sekali.
Hidupnya soliter dan menempel pada dasar yang kuat atau lunak dan sebagian
ada yang sedikit membenam di dasar yang berpasir dengan bantuan keping kaki
(pedal disc). Tempat hidupnya di bawah garis surut terendah, dapat berpindah
tempat dengan menggunakan keping kaki dengan bantuan ombak dan kontraksi
pada ototnya.
terdapat 10 jenis anemon laut yang tersebar di perairan Indonesia yang terdiri
haddoni, dan Stichodactyla mertensii. Deskripsi dan habitat dari jenis Anemon
1. Cryptodendrum adaesivum
Spesies ini memiliki tentakel yang sangat lengket dan memiliki panjang 5
mm, di tengah-tengah disk memiliki tangkai sempit dengan lima atau lebih
cabang pendek di akhir yang menyerupai sarung tangan miniatur, sebuah cincin
yang meliputi kuning dan merah muda, biru dan abu-abu, hijau dan coklat. Oral
disk berdiameter 300 mm, oral akan datar ketika diperluas namun pada
7
2. Entacmaea quadricolor
Ciri khas dari spesies ini yaitu memiliki tentakel yang di ujungnya
memiliki bulatan yang berbentuk seperti cincin. Oral disk berdiameter 50 mm,
biasanya coklat atau keunguan. Jenis anemon ini biasanya ditemukan di sekitar
cabang karang yang membentuk bidang yang luas. Ukuran tubuh yang paling
3. Heteractis aurora
berwarna putih sampai dengan 20 pada tentakel panjang, baik hanya pada satu
sisi atau hampir mengelilingi sebuah tentakel sehingga menyerupai tali manik-
manik. Oral disk yang luas berdiameter 250 mm atau mungkin lebih, tersebar
4. Heteractis crispa
Spesies dari jenis ini memiliki tentakel yang sangat banyak dari spesies
anemon lain yaitu ±800 berbentuk cabang, panjang tentakel bisa mencapai 100
bermacam-macam yaitu biasanya sering berujung ungu muda atau biru, jarang
kuning atau hijau. Sedangkan oral disk biasanya terlihat menyala dan terletak di
violet, atau hijau terang. Pedal disk sering melekat pada karang bercabang dan
5. Heteractis malu
Spesies ini memiliki tentakel yang agak gemuk, panjang biasanya 40 mm.
8
bercak-bercak kuning atau orange ditubuh. Tentakel timbul dan berwarna coklat
atau keunguan dengan oral disk yang meruncing ke ujung atau sedikit meningkat
6. Heteractis magnifica
Spesies ini biasanya melekat pada benda padat seperti batu karang. Oral
bergelombang, padat ditutupi dengan tentakel jari yang memiliki panjang kurang
7. Macrodactyla doreensis
biasanya menyala dan berdiameter 500 mm, namun pada umumnya memiliki
garis putih radial yang panjang ke tentakel. Oral disk biasanya berwarna
pada dasarnya sama dan berwarna terang, tentakel biasanya mengerut dan
8. Stichodactyla gigantea
Spesies dari ini mempunyai tentakel yang sedikit meruncing pada bagian
ujung. Oral disk berdiameter 500 mm, lipatan oral disk dapat menyembunyikan
mulut dan memiliki cakram oral datar. Biasanya ditemukan di permukaan pasir,
lamun.
9. Stichodactyla haddoni
oral disk berdiameter 500 mm, daerah oral biasanya berwarna orange. Bagian
9
kuningan atau coklat dan tentakel lainnya berwarna putih. Tentakel dapat sangat
perekat yang berbentuk jari dimana semuanya memiliki panjang 10-20 mm atau
bahkan sampai 50 mm. Anemon ini memegang rekor untuk diameter disk oral,
disk secara umum menyala dan terletak mulus diatas dasar serta sedikit
terumbu karang. Tentakel biasanya tumpul dan berwarna putih, kuning, atau
hijau.
Anemon laut adalah satu jenis biota laut yang habitatnya ditemukan di
daerah terumbu karang. Anemon laut memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang
cukup tinggi. Saat ini, populasi terus terdegradasi karena tingginya intensitas
ekspor (Rifa’i dkk., 2016). Anemon laut merupakan potensi daerah yang bisa
menjadi ikon wisata bahari di dalam suatu perairan dan salah satu sumberdaya
Pemerintah pusat saat ini kurang melirik atau memperhatikan potensi tersebut,
berlebihan, karena anemon laut memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar nasional
oleh aquarists. Menurut Pak Gafur, salah satu pegawai ACIS harga anemon laut
(S. gigantea) per individu adalah Rp. 800.000,-. Di Filipina harga anemon di
10
tingkat nelayan bisa mencapai 13 kali lebih tinggi dari harga ikan, anemon juga
tersebut untuk kurun waktu yang cukup yang lama. Pengelolaan sumberdaya
ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi,
G. Pengkajian Stok
definisi yang singkat ini terkandung dua kata kunci penting, yakni : “kuantitatif”
dan “sejumlah pilihan”. Kepedulian utama dari pengkajian stok adalah untuk
melangkah lebih jauh dari berbagai prediksi kuantitatif dan harus mampu
salah satu indikator bagi status sumberdaya ikan yang merupakan ukuran dari
11
kelimpahan relatif, sedangkan tingkat produksi dapat merupakan indikator kinerja
dapat merupakan salah satu indikator tentang ‘sehat’ nya suatu perikanan. Trend
apabila terus dibiarkan akan mengarah kepada suatu keadaan yang disebut
tidak praktis untuk mendapat jumlah yang pasti dari individu ikan tersebut dalam
satu unit area. Jika satu seri pengambilan contoh secara berturut-turut diambil
itu konstan, hal ini dapat dihitung dan dapat digunakan untuk menduga besarnya
adalah hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh
suatu perikanan. Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat
sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep
ini dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi
dari effort dengan suatu nilai maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola
12
Menurut Nurhayati (2013), model Schaefer adalah memperlakukan
tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil
jangka panjang atau sering disebut dengan hasil tangkapan maksimum lestari
menempatkan status perikanan di bagian sebelah kiri dari titik MSY dalam kurva
Indonesia telah ditetapkan 80% dari nilai MSY, karena keuntungan ekonomi
maksimum berada di bawah niai MSY, prinsip kehati-hatian pada kasus ini cukup
beralasan, baik secara logika maupun dalam perhitungan ekonomi (rupiah). Ada
tiga hal penting yang harus diperhatikan, terkait dengan perhitungan nilai MSY :
jarang sekali terpenuhi, dua asumsi yang paling penting diantaranya adalah
13
usaha (hasil tangkap per armada perhari) merupakan petunjuk yang baik bagi
bahwa stok ikan berada pada kondisi keseimbangan, artinya jika usaha atau
spesies yang dieksploitasi juga akan tetap konstan, namun pada kondisi dimana
waktu penyesuaian terhadap tekanan alat tangkap yang lebih banyak. Periode
Hasil penelitian terakhir mendapatkan banyak stok biota laut sudah mengalami
penurunan sejak pertama kali ditangkap, dan populasi ikan berkurang 80%
dalam 15 tahun sejak pertama kali dieksploitasi (Widodo dan Suadi, 2006).
3. Tingkat Pemanfaatan
1. Tingkat rendah apabila hasil tangkapan masih sebagian kecil dari potensi hasil
2. Tingkat sedang apabila hasil tangkapan sudah menjadi bagian yang nyata dari
3. Tingkat optimum apabila hasil tangkapan sudah mencapai bagian dari potensi
14
4. Tingkat berlebih atau overfishing apabila hasil tangkapan sudah melebihi
potensi lestari (> 100%) dan penambahan upaya dapat berbahaya terhadap
kepunahan sumberdaya.
dalam arti biologi spesies maupun ukuran stok, atau kelebihan jumlah ikan
yang baru masuk dalam stok sebelum tumbuh mencapai ukuran biomassa
ikan yang tertangkap rata-rata lebih kecil dibanding dengan rata-rata panjang
ikan pada tingkat produksi optimum dalam sistem produktivitas ikan yang
ikan muda berkurang, penambahan jumlah anggota baru ke dalam stok juga
15