Anda di halaman 1dari 21

Perbaikan Manajemen melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di

Taman Nasional Karimunjawa 2003

Ringkasan Data Ekologi

Oleh:

Dr. Michael J. Marnane, Rizya L. Ardiwijaya,


Shinta T. Pardede, Ahmad Mukminin, Yudi Herdiana.

THE WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY

WCS-Indonesia Program: Jl. Pangrango 8, Bogor 16151, Indonesia. PO BOX 311


Tel. 62-251-321527, Fax. 62-251-357347
Email: admin@wcsmarine-indonesia.org
www.wcsmarine-indonesia.org
Perbaikan Manajemen melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di
Taman Nasional Karimunjawa 2003

Ringkasan Data Ekologi

Laporan no. REP/II/EXT/02/04/BAH

Dr. Michael J. Marnane


Rizya L. Ardiwijaya
Shinta T. Pardede
Ahmad Mukminin
Yudi Herdiana.

The Wildlife Conservation Society


Jl. Pangrango No. 8 Bogor 16151, Indonesia
Ph: +62-251-321527, 342135 Fax: 357347
Email: admin@wcsmarine-indonesia.org
www.wcsmarine-indonesia.org
Perbaikan Manajemen melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di
Taman Nasional Karimunjawa 2003 - Ringkasan Data Ekologi
© Wildlife Conservation Society Marine Program Indonesia, 2004
No. REP/III/EXT/03/04/ENG

Pustaka:
Marnane, M., R.L. Ardiwijaya, S.T. Pardede, A. Mukminin, Y. Herdiana. 2004. Perbaikan Manajemen
melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di Taman Nasional Karimunjawa 2003 - Ringkasan Data
Ekologi. Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.

Proyek ini didukung oleh:


Perbaikan Manajemen melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di
Taman Nasional Karimunjawa 2003

Ringkasan Data Ekologi


Dr. Michael J. Marnane1, Rizya L. Ardiwijaya2, Yudi Herdiana3, Shinta T. Pardede4 & Sutris Haryanta5

1. Pendahuluan
Penelitian ini merupakan hasil kerjasama antara Wildlife Conservation Society
(WCS) dan Balai Taman Nasional Karimunjawa. Kerjasama ini dilatarbelakangi
adanya kebutuhan untuk melengkapi data ekologis dan sosial-ekonomi dari masyarakat
pengguna terumbu karang di Karimunjawa dalam rangka mengembangkan suatu
manajemen pengelolaan terumbu karang yang terpadu di dalam kawasan Taman
Nasional Karimunjawa.
Kerja sama ini bertujuan untuk menghasilkan satu set data dasar yang dapat
digunakan menjadi bahan masukan dalam menentukan system pengelolaan terumbu
karang yang paling tepat untuk digunakan di Karimunjawa, dengan tidak
mengesampingkan kepentingan masyarakat sekitarnya. Sistem ini diharapkan dapat
berjalan dengan dukungan sepenuhnya dari masyarakat Karimunjawa.
Melalui program ini, WCS juga bermaksud memberikan bantuan dalam hal
meningkatkan kapasitas staf Taman Nasional Karimunjawa melalui pelatihan-pelatihan,
terutama yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang dan sumberdaya pesisir
lainnya.

2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi
Jawa Tengah. Pengamatan dilaksanakan dalam 2 tahap pengambilan data, yaitu pada
musim barat (Januari 2003) untuk memperoleh pengambilan data di sisi timur pulau-
pulau, dan pada musim timur (April-Mei 2003) untuk memperoleh data di sisi barat
pulau-pulau.
Lokasi pengamatan adalah sebanyak 14 lokasi di sisi timur dan 30 lokasi di sisi
barat pulau-pulau (total 44 lokasi). Lokasi pengamatan tersebar di seluruh kepulauan
Karimunjawa (Gambar 2.1)
Dengan 44 lokasi yang telah diambil (14 lokasi di sisi timur dan 30 lokasi di sisi
barat) kami merasa perlu untuk melakukan pengambilan data tambahan di sisi sebelah
timur sehingga akan diperoleh keseimbangan jumlah lokasi di kedua sisi. Direncanakan
tim survey WCS dengan bantuan dari Balai Taman Nasional Karimunjawa akan
melengkapi data tersebut pada pertengahan bulan Desember 2003 saat awal musim
barat.

1
Ahli ikan karang, Field Coordinator of Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society
2
Peneliti terumbu karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
3
Peneliti terumbu karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
4
Peneliti ikan karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
5
Polisi Hutan, Staf Taman Nasional Karimunjawa.

1
Gambar 2. 1. Lokasi pengambilan data di Kepulauan Karimunjawa

2.1. Terumbu Karang


Data ekologis terumbu karang yang dilakukan dalam survey ini adalah substrat
karang, invertebrata selain hewan karang, kerusakan karang yang baru terjadi (recent
coral damage) dan alat tangkap ikan yang ditinggalkan (discarded fishing gear).
Pengambilan data substrat karang dilakukan dengan menggunakan metode line
intercept transect (LIT) yang telah dikembangkan oleh WCS di beberapa tempat seperti
Kenya, Belize dan Papua New Guinea. Dilakukan 2 strata kedalaman transek yaitu 1)
pada tubir (reefcrest) ke arah belakang terumbu (back reef) sekitar kedalaman 1 – 2
meter, dan 2) pada kedalaman antara 6 – 8 meter. Panjang transek adalah 10 meter
dengan 9 kali pengulangan. Pencatatan substrat hingga tingkat genera karang (genus).
Data invertebrata lain dilakukan dengan menggunakan metode transek sabuk
(belt transect) pada 1 strata kedalaman yaitu di rataan karang (reef flat). Panjang transek
2 kali 100 meter dan lebar 1 meter. Jenis-jenis invertebrata yang dicatat adalah bulu
babi (Echinoidea), siput (coral feeder snail, Coralliophila dan Drupella), trochus
(Trochidae), kima (Tridacnidae), bintang laut (Asteroidea), teripang (Aspidochirotida).
Khusus untuk kima dilakukan juga pengukuran panjang cangkang (dalam centimeter).
Pengambilan data kerusakan karang dan alat tangkap yang ditinggalkan
dilakukan dengan metode transek sabuk dengan lebar 2 meter. Pengambilan data ini
dilakukan bersamaan dengan transek karang dan transek invertebrata, sehingga
diperoleh panjang transek 90 meter pada kedalaman 6 – 8 meter dan 290 meter pada
reef flat. Selain itu dilakukan 2 kali 100 meter transek tambahan pada masing-masing
kedalaman, sehingga diperoleh total 780 meter panjang transek (luas transek 1360 m2).
Dalam beberapa pembahasan, lokasi pengamatan dibagi kedalam 4 wilayah
desa, yaitu:
1. Genting; meliputi P. Cendekian (3 lokasi), P. Genting (3 lokasi), P. Sambangan dan
P. Seruni
2. Karimunjawa; meliputi P. Burung (2 lokasi), P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, P.
Geleang (3 lokasi), Gosong Seloka, P. Menjangan Besar (2 lokasi), P. Menjangan
Kecil, P. Menyawakan (2 lokasi) dan Tanjung Gelam (P. Karimunjawa)
3. Kemujan; meliputi P. Bengkoang (3 lokasi), Gosong Tengah, P. Kecil, Merican (P.
Kemujan), P. Sintok, P. Tengah dan Gosong Selikur

2
4. Parang; meliputi Karang Besi, Karang Kapal, P. Katang, P. Kembar (2 lokasi), P.
Krakal Besar (2 lokasi), P. Krakal Kecil, P. Nyamuk (2 lokasi) dan P. Parang (3
lokasi)

2.2. Ikan karang


Pengamatan ikan karang yang dilakukan dalam survei ini menitikberatkan pada
dua parameter penting, yaitu keragaman spesies ikan karang dan biomasa ikan karang.
Kedua parameter ini sudah cukup mewakili suatu kajian awal mengenai kondisi umum
ikan karang di suatu kawasan terumbu karang. Metode yang digunakan adalah:

a. Keragaman spesies ikan karang


Metode yang digunakan untuk mengukur parameter ini adalah metode Timed
Swim, yaitu dengan menjelajahi areal terumbu karang selama 60 menit sambil mencatat
setiap spesies ikan karang yang ditemui, kecuali ikan dari famili Gobiidae, Blenniidae,
dan Tripterygiidae.
Survei ini mencakup area seluas kira-kira 300x100m2 yang meliputi semua
perwakilan kedalaman, mulai dari kedalaman akhir ditemukannya karang, lalu bergerak
naik perlahan-lahan dengan pola zig-zag sampai ke rataan karang (Gambar 2.1)

Flat
Tubir

Dasar
Gambar 2.1. Survey keragaman spesies karang dengan metode timed swim.

Dalam survey ini, ikan karang dikelompokkan ke dalam 6 mayor famili, yaitu
Acanthuridae, Chaetodontidae, Labridae, Pomacanthidae, Pomacentridae, dan Scaridae.
Keenam famili ini merupakan kelompok ikan yang paling umum dan paling banyak
ditemui di setiap kawasan terumbu karang. Berdasarkan keenam famili ini, keragaman
spesies ikan diestimasi dengan formula Coral Fish Diversity Index (CFDI) yang
dikembangkan oleh Allen (1998). Formula tersebut adalah sebagai berikut:

Keragaman spesies ikan = 3.39 x CFDI - 20.595

b. Biomasa ikan karang


Dalam menghitung biomasa ikan karang, metode yang digunakan adalah metode
transek sabuk. Transek ini diletakkan pada dua kedalaman. Kedalaman 2-4m yang
mewakili perairan dangkal dan kedalaman 6-8m yang mewakili perairan dalam.
Masing-masing transek tersebut terdiri 3x50m dengan lebar transek 2m untuk ikan yang

3
berukuran kurang dari 10 cm dan 5 m untuk ikan yang berukuran lebih dari 10 cm
(Gambar 2.2).
Pengamatan dilakukan dalam dua kali lintasan bolak-balik sepanjang transek.
Lintasan pertama dilakukan untuk mendata ikan-ikan yang berukuran lebih besar dari
10 cm, lintasan kedua untuk mendata ikan-ikan kurang dari 10 cm. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi bias yang terjadi akibat kehadiran penyelam dalam habitat asli ikan
karang.
Dengan mempertimbangkan bahwa ikan-ikan besar cenderung lebih aktif
bergerak dibandingkan dengan ikan-ikan kecil. Kehadiran penyelam akan mengusir
ikan-ikan tersebut sehingga pencatatan data bisa mendapat bias yang besar. Sedangkan
ikan-ikan kecil memiliki preferensi mengenai tempat tinggal, sehingga pada dasarnya
kehadiran penyelam hanya akan membuat ikan-ikan kecil bersembunyi masuk ke dalam
celah-celah karang atau batu, namun tidak pergi dari situ, dan ketika keadaan aman
kembali mereka akan kembali muncul ke permukaan.

I. Ukuran >10 cm
5m
2m 50m 50m 50m

II. Ukuran < 10 cm

Gambar 2.2. Survei biomasa ikan karang dengan metode transek sabuk

Data ukuran ikan yang dicatat, kemudian dikonversi ke dalam satuan berat (kg)
dengan menggunakan suatu rumus turunan mengenai hubungan panjang dan berat ikan.
Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut:

W = a. L^b
dimana, W: berat ikan (kg)
L: Panjang total ikan (cm)
A dan b: konstanta (per spesies).
Biomasa ikan adalah jumlah ikan dalam satuan kg yang terkandung dalam setiap
hektar luasa area (kg/Ha). Dari data di atas, luas transek pengamatan yang digunakan
kemudian dikonversi ke dalam satuan hektar (Ha).

3. Hasil
3.1. Terumbu Karang
Penutupan karang keras (hard coral) merupakan persentase penutupan dari
hewan-hewan karang, baik scleractinian coral yang menghasilkan kalsium karbonat
(CaCO3) maupun yang non-scleractinian.
Penutupan karang keras yang dilakukan di 44 lokasi pengambilan data,
diperoleh penutupan pada kisaran 7% hingga 69%. Data di masing-masing lokasi
merupakan nilai rata-rata penutupan karang pada transek dangkal dan dalam (Gambar
3.1).

4
100
Wilayah
90
Genting
Karimunjawa
80 Kemujan

Penutupan Karang Keras (%)


Parang

69
70

60
59
59

59
60

53

53
53

51

51
51

49

49
50

45
44

44

44
42

42

42
42

41
39

39
38
40

36

35
35

34

34
30
29
29

28
30

26

26
23
22
21
21

20
20

13
12
10

7
0

Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah
Gosong Selikur

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Seruni

Kecil

Karang Besi
Karang Kapal
Lokasi

Gambar 3.1. Penutupan karang keras (dalam persen) di 44 lokasi.

Penutupan pada transek dangkal karang keras berkisar antara 6.8% di bagian
barat P. Menyawakan hingga 70.6% di Gosong Tengah (Gambar 3.2) dan pada transek
dalam berkisar antara 6.6% di bagian barat P. Menyawakan hingga hingga 68.9% di
Gosong Seloka (Gambar 3.3).
Selain karang keras, di sebagian besar lokasi didominasi oleh berbagai jenis alga
dalam 4 kategori yaitu Fleshy Algae (seperti Caulerpa, Dictyota, Padina Sargassum,
Turbinaria, Ulva, dan sebagainya), Encrusting Red (alga merah yang mengerak pada
substrat), Coralline Algae (misalnya Jania dan Amphiroa) dan Calcareous Algae (alga
berkapur Halimeda spp.)
Penutupan seluruh alga pada transek dangkal berkisar antara 26.8% di Gosong
Tengah hingga 86.2% di P. Seruni (Gambar 3.2) dan pada transek dalam 24.4% P. Kecil
hingga 92.9% di bagian barat P. Menyawakan (Gambar 3.3).

100%

80%

Sand
Other
Penutupan Substrat

60%
Fleshy Algae
Encrusting Red
Coralline Algae
Calcareous Algae
40%
Sof t Coral
Hard Coral

20%

0%
Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar

Gosong Selikur
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Seruni

Kecil

Karang Besi
Karang Kapal

Lokasi

Gambar 3.2. Penutupan substrat dangkal (1 – 3 m) di 44 lokasi.

5
100%

80%

Sand
Other

Penutupan Substrat
60%
Fleshy Algae
Encrusting Red
Coralline Algae
Calcareous Algae
40%
Soft Coral
Hard Coral

20%

0%

Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar

Gosong Selikur
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Seruni

Kecil

Karang Besi
Karang Kapal
Lokasi

Gambar 3.3. Penutupan substrat dalam (6 – 8 m) di 44 lokasi.

Pada transek dangkal, di bagian tenggara P. Cendekian, menunjukkan


keragaman genera karang keras yang sangat rendah yaitu 0.077 dan yang paling tinggi
di bagian barat P. Katang yaitu 0.893. Nilai keragaman di transek dangkal ini sangat
bervariasi (Gambar 3.4).

1.000

0.900

0.800

0.700

0.600

0.500

0.400
Wilayah
0.300 Genting
Karimunjawa
0.200
Kemujan
Parang
0.100

0.000
Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Besar

Gosong Selikur
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Sintok
Seruni

Kecil

Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang

Gambar 3.4. Indeks keragaman genera karang keras pada transek dangkal (2 – 3 m) di 44 lokasi

Sementara pada transek dalam, nilai keragaman genera karang keras tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Nilai
keragaman genera terendah ditemukan di bagian barat laut P. Nyamuk yaitu 0.667 dan
nkeragaman tertinggi sebesar 0.927 di bagian barat Gosong Selikur. Perbedaan
keragaman antar wilayah desa juga tidak terlalu menunjukan perbedaan yang signifikan.
Dari perbedaan keragaman dapat diambil kesimpulan sementara bahwa pada
transek dangkal di beberapa lokasi pengamatan (P. Cendekian, P. Genting, Gosong
Tengah, P. Kecil, P. Merican, Gosong Selikur dan P. Parang) memiliki keragaman yang
rendah. Hal ini menunjukkan adanya dominansi pada genera karang tertentu, sehingga
cenderung seragam, walaupun persentase penutupan karangnya dinilai tinggi. Selain itu,

6
pada umumnya rataan karang di bagian barat cenderung tinggi tingkat kerusakannya
akibat gelombang musim barat yang keras dan ekploitasi yang tinggi oleh masyarakat,
sehingga hanya jenis karang tertentu saya yang dapat bertahan (misalnya jenis Porites
yang masif)

1.000

0.900

0.800

0.700

0.600

0.500

0.400
Wilayah
0.300
Genting
Karimunjawa
0.200 Kemujan
Parang
0.100

0.000

Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Besar

Gosong Selikur
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Sintok
Seruni

Kecil

Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Gambar 3.5. Indeks keragaman genera karang keras pada transek dalam (6 – 8 m) di 44 lokasi.

3.2. Invertebrata
Invertebrata merupakan kelompok organisma yang berasosiasi dengan terumbu
karang yang keberadaan serta fungsi ekologisnya memiliki peran yang sangat penting
sebagai anggota penyusun terumbu. Dari survey yang telah dilaksanakan, ditemukan
berbagai jenis dan spesies invertebrata laut yang dikategorikan kedalam kelompok
kima, bintang laut, bulu babi, teripang dan gastropoda tertentu (snail dan Trochus).
Invertebrata yang memiliki kepadatan cukup tinggi di Karimunjawa adalah dari
jenis-jenis kima dan bulu babi masing-masing dengan rata-rata kelimpahan 23 dan 66
ind/100m2 (Gambar 3.6).

Kelimpahan invertebrata di Kepulauan Karimunjawa

90

66
80
2
Rata-rata kelimpahan per 100 m

70

60

50

40
23
30

20

10
1 0 1 1 0
0
Kima Bintang duri Teripang Bulu babi Snail Bintang laut Trochus

Gambar 3.6. Rata-rata kepadatan Invertebrata di Kepulauan Karimunjawa (indvidu/100m2)

7
Kepadatan teripang di Kepulauan karimunjawa sangat rendah dengan rata-rata
hanya 0.1 ind/100m2 atau 10 ind./Ha. Kondisi ini diduga diakibatkan oleh tingginya
aktifitas pengambilan teripang. Berdasarkan informasi dari aspek sosial-ekonomi
masyarakat, pengambilan teripang tidak hanya di perairan dangkal (Gleaning)
melainkan juga di perairan dalam dengan menggunakan kompresor.
Daerah dengan kepadatan kima tertinggi adalah Pulau Seruni sebesar 248
ind/100m2. Empat jenis kima ditemukan selama survey dilaksanakan yaitu kima pasir
(Hippopus hippopus), kima lubang (Tridacna crocea), kima besar (Tridacna maxima)
dan kima sisik (Tridacna squamosa) (Gambar 3.7).

300
Wilayah
Genting
248

250 Karimunjawa
Kemujan
Parang
Kelimpahan (per 100m2)

200

150

129
125

100

88

67
51
47
40

50
19

18
17

16
15
13

12

11

10
8

9
7

8
7

7
6
5

5
5
4

3
2

2
1
Cemara Kecil 1

1
1
Cendekian 3 0

Genting 2 0

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Tanjung Gelam
Cendekian 1
Cendekian 2

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Besar

Gosong Selikur
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Genting 1

Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Seruni

Kecil

Sintok

Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Lokasi

Gambar 3.7. Rata-rata kepadatan kima (Tridacnidae) di 44 lokasi (individu/100m2).

Bulu babi adalah pengerat utama permukaan terumbu. Mereka mengambil alga
yang tumbuh di permukaan terumbu. Tanpa adanya peran dari kelompok bulu-babi,
seperti halnya juga ikan-ikan kakatua (Parrotfish), alga akan mendominasi seluruh
permukaan terumbu. Rata-rata kepadatan bulu babi di Kepulauan Karimunjawa adalah
66 ind/100m2, dimana kepadatan tertinggi di Menjangan Besar (Menjangan Besar 1)
sebesar 473 ind/100m2. Jenis bulu babi yang mendominasi adalah Diadema setosum
dengan persentase sebesar 75% (Gambar 3.8 dan 3.9).

Persentase kehadiran bulu babi di


Kepulauan Karimunjawa
11% 1%
2%
11%

75%

Diadema savignyi Diadema setosum Echinometra mathaei


Echinostrephus malaris Echinothrix calamaris

Gambar 3.8. Persentase kepadatan bulu babi di Kep. Karimunjawa

8
Rata-rata kelimpahan bulu babi di masing-masing wilayah adalah sebagai
berikut: Genting 11 ind./100m2, Karimunjawa 81 ind./100m2, Kemujan 45 ind./100m2
dan Parang 95 ind./100m2. Tingginya kelimpahan rata-rata di Karimunjawa dan Parang
dapat dijadikan indikator adanya masukan nutrien yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
pemukiman penduduk yang terkonsentrasi di kedua wilayah tersebut.

Rata-rata kepadatan bulu babi (Echinoidea)

473
500

450

411
Wilayah
400 Genting
Kepadatan (per 100m2)

350 Karimunjawa

311
Kemujan

284
280
300 Parang

250

200

123

124
150

111
101
94

100

56
55
44

41

35
34

33
31

30

29
26
26

50

19
18

18

15
13

11

11

11
8

6
5

4
3

3
1

0
0
Tanjung Gelam

Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3

Gosong Seloka

Gosong Tengah
Cemara Besar

Gosong Selikur
Menjangan Kecil

Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan

Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3

Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2

Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3

Merican

Tengah

Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2

Parang 1
Parang 2
Parang 3
Seruni

Kecil

Sintok

Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2

Menyawakan 1
Menyawakan 2

Katang
Lokasi

Gambar 3.9. Kelimpahan bulu babi (Echinoidea) di 44 lokasi (individu/100m2).

Gambar 3.10. Diadema setosum (Colin dan Arneson, 1995)

Kelimpahan rata-rata siput pemakan karang (coral feeder snail) di wilayah


Genting 297 ind./Ha, Karimunjawa 116 ind./Ha, Parang 107 ind./Ha dan Kemujan tidak
ditemukan.
Kelimpahan rata-rata bintang laut di wilayah Genting 19 ind./Ha, Karimunjawa
121 ind./Ha, Kemujan 106 ind./Ha dan Parang 125 ind./Ha.
Kelimpahan rata-rata trochus (Trochus niloticus) di wilayah Genting tidak
ditemukan satu pun, Karimunjawa 11 ind./Ha, Kemujan 13 ind./Ha dan Parang 14
ind./Ha.

9
Kelimpahan (per Ha)
Kelimpahan (per Ha)

0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Cendekian 1 300
Cendekian 2 0 Cendekian 1

1300 Cendekian 2
Cendekian 3

Gambar 3.11.
Cendekian 3
Genting 1 0
Genting 1
Genting 2 0
Genting 2
Genting 3 100
Genting 3
Sambangan 0
Sambangan
Seruni 50
Seruni
Burung 1 100
Burung 1
Burung 2 0
Burung 2
Cemara Besar 0 Cemara Besar

(individu/Ha).
ke wilayah-wilayah lainnya.

Cemara Kecil 100 Cemara Kecil


Geleang 1 100 Geleang 1
Geleang 2 0 Geleang 2
Geleang 3 100 Geleang 3
Gosong Seloka 50 Gosong Seloka
Menjangan Besar 1 0 Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2 0 Menjangan Besar 2
Menjangan Kecil 0 Menjangan Kecil
Menyawakan 1 50 Menyawakan 1
Menyawakan 2 50 Menyawakan 2

Tanjung Gelam 100 Tanjung Gelam


Bengkoang 1

Lokasi
Bengkoang 1 0

Lokasi
Bengkoang 2 100 Bengkoang 2
Bengkoang 3
Bengkoang 3 0
Gosong Tengah
Gosong Tengah 0
Kecil
Kecil 0
Merican
Merican 0
Sintok
Sintok 150
Tengah
Tengah 50
Gosong Selikur
Gosong Selikur 0
Karang Besi
Karang Besi 50
Karang Kapal
Karang Kapal 50 Katang
Katang 100 Kembar 1
Kembar 1 0 Kembar 2
Kembar 2 50 Krakal Besar 1
Krakal Besar 1 150 Krakal Besar 2
Wilayah

Krakal Besar 2 150 Parang Krakal Kecil


Genting

Kemujan

Krakal Kecil 100 Nyamuk 1


Nyamuk 1 0 Nyamuk 2
Karimunjawa
Siput

Nyamuk 2 0 Parang 1
Trochus
Teripang

Parang 1 0 Parang 2
Bintang Laut

Parang 2 0 Parang 3

Gambar 3.12. Kelimpahan makhota berduri (Acanthaster planci) di 44 lok asi (individu/Ha)
Parang 3 0

10
sp.), bintang laut (Asteroidea) dan trochus (Trochus sp.) di 44 lokasi
Kelimpahan mahkota berduri (Acanthaster planci) di wilayah Genting 219

karena dikhawatirkan terjadi blooming yang tidak terkendali sehingga dapat menyebar
ind./Ha, Karimunjawa 46 ind./Ha, Kemujan 38 ind./Ha dan Parang 46 ind./Ha. Pada
lokasi pengambilan data di tenggara P. Cendekian ditemukan kelimpahan mahkota

Kelimpahan teripang (Aspidochirotida), siput (Drupella sp. & Coralliophila


berturi yang sangat tinggi 1300 ind./Ha. Di lokasi ini perlu mendapat perhatian khusus
3.3. Kerusakan karang dan alat tangkap yang ditinggalkan
Parameter yang juga diukur dalam kajian ekologi adalah menduga besarnya
tekanan aktifitas manusia dalam bentuk kegiatan perikanan dan non-perikanan di daerah
ekosistem terumbu karang. Parameter yang diamati untuk melihat hal tersebut adalah
rata-rata kerusakan yang masih tergolong baru (Recent Coral Damage) dan alat-alat
tangkap yang tertinggal atau tersangkut pada karang (Discarded Fishing Gear).
Dari 44 lokasi pengamatan.ditemukan bahwa rata-rata kerusakan karang adalah
sebesar 644 cm2/100m2. Kerusakan karang tersebut adalah patahan/kerusakan karang
yang ditemukan dalam kondisi masih baru.
Pada beberapa lokasi ditemukan kerusakan yang cukup signifikan. Lokasi
dengan rata-rata kerusakan tertinggi adalah Seruni yaitu sebesar 4491 cm2/100m2.
Lokasi yang memiliki rata-rata kerusakan yang tinggi adalah Geleang 1 sebesar 4019
cm2/100m2 dan Geleang 3 sebesar 3064 cm2/100m2 (Gambar 3.13).

Rata-rata kerusakan karang di 44 lokasi penelitian

5000
Rata-rata kerusakan (cm 2/100m 2)

4000

3000

2000

1000

Lokasi

Gambar 3.13. Rata-rata kerusakan karang (Recent Coral Damage) di 44 lokasi survey

Kerusakan karang yang diamati terbagi kedalam 3 kategori yaitu BBC (Broken
Branching Coral), BPC (Broken Plate Coral) dan UTC (Up-turned Coral). Dari rata-
rata 3 kategori tersebut, kerusakan yang paling banyak ditemukan adalah UTC yaitu
karang-karang meja yang rusak terbalik/terguling dengan rata-rata 357 cm2/100m2
(Gambar 3.14).
Faktor lain yang diamati adalah alat tangkap yang tertinggal atau tersangkut
pada karang (Discarded Fishing Gear). Alat-tangkap maupun bukti aktifitas manusia
dan penangkapan ikan yang diamati adalah: tali dan jangkar, tali pancing, jaring serta
bubu. Lokasi jumlah alat tangkap yang ditemukan paling tinggi adalah Menjangan
Besar 2 diikuti oleh Krakal Besar 2 dan Bengkoang 2 (Gambar 3.15).
Dari beberapa kategori alat tangkap, alat tangkap yang paling sering ditemukan
dari segi jumlahnya adalah tali pancing dengan persentase sebesar 37% (Gambar 3.16).

11
Rata-rata kerusakan karang di Kep. Karimunjawa
berdasarkan tipe kerusakan

500

Ra ta -ra ta lua sa n ke rusa ka n


400

(cm 2/100m 2)
300

200

100

0
BBC BPC UTC
Tipe kerusakan

Gambar 3.14. Rata-rata kerusakan karang berdasarkan tipe kerusakan

Jumlah total alat tangkap yang ditemukan di 44 lokasi

20

16
Jumlah alat tangkap

12

Lokasi

Gambar 3.15. Jumlah total alat tangkap yang ditemukan di 44 lokasi

Persentase alat tangkap yang ditemukan

19%
28%

16% 37%

Tali dan jangkar Tali Pancing Net/Jaring Bubu

Gambar 3.16. Persentase alat tangkap yang ditemukan

12
3.4. Ikan Karang

3.4.1. Gambaran umum Kondisi Ikan karang Karimunjawa

Karakteristik ikan karang di Karimunjawa cukup unik, kondisinya sangat mirip


dengan karakteristik ikan karang di Kepulauan Seribu. Namun dilain sisi, dapat
ditemukan juga beberapa spesies ikan karang yang tidak banyak ditemui di Kepulauan
Seribu tapi cukup umum ditemui di perairan Bali. Beberapa spesies ikan dari famili
Pomacentridae yang sangat umum di Kepulauan Seribu seperti Dischitodus
prosopotaenia dan Hemyglyphidodon plagiometopon cukup berlimpah dimana kedua
species ini tidak banyak ditemui di perairan Bali. Sedangkan ikan karang dari famili
Acanthuridae yang sangat jarang terdapat pada perairan Kepulauan Seribu dapat
dijumpai dengan cukup berlimpah di Karimunjawa, seperti halnya pada perairan Bali.
Dari 138 spesies Pomacentridae yang ditemukan di Indonesia, di Karimunjawa
terdapat 63 spesies yang merupakan 21% dari jumlah seluruh spesies ikan. Famili ini
merupakan komponen terbanyak ikan karang. Dalam hal ini tidak terlalu mengindahkan
ikan dari famili Gobiidae, Bleniidae, dan Tripterygidae, untuk memperkecil bias karena
baik ikan dengan ukuran tersebut dan yang berasal dari famili tersebut diatas, sangat
sulit diidentifikasi tanpa spesimen di tangan.
Selain itu, komponen ikan karang terbesar lainya adalah Labridae 43 spesies
(15%), Chaetodontidae 24 spesies (8%), Scaridae 22 spesies (8%), Serranidae 19
spesies (7%) (Gambar 3.17). Secara total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan
selama survei di perairan Karimunjawa adalah 290 species, namun berdasarkan indeks
keragaman ikan karang (CFDI) yang dikembangkan oleh Allen (1998), maka
keragaman spesies ikan karang di Karimunjawa mencapai 318 spesies ikan karang
dalam satu lokasi pengamatan saja (Gambar 3.18).

POMACENTRIDAE
22%

LABRIDAE
15%

ACANTHURIDAE CHAETODONTIDAE
4% 8%
SERRANIDAE SCARIDAE
7% 8%

Gambar 3.17. Komposisi jumlah spesies dalam tiap famili ikan karang di Karimunjawa

Total kehadiran spesies ikan pada suatu daerah tertentu sangat tergantung pada
ketersediaan makanan dan perlindungan, juga keragaman macam substrat (Hopley, D.
and Suharsono, 2000). Perairan Karimunjawa merupakan daerah dengan tingkat
tekanan yang menengah, yaitu antara Kepulauan Seribu dengan tingkat tekanan yang
sangat tinggi karena aktivitas pembangunan, pemukiman, dan industrinya, dan Bali

13
yang tingkat tekanannya relatif lebih rendah. Karena itulah, ketersediaan makanan,
perlindungan, dan ragam substrat di Karimunjawa masih sedikit lebih baik daripada
Kepulauan Seribu yang mendapat masukan banyak sekali polutan dari Teluk Jakarta.
Dalam survey ini, ditemukan satu spesies baru dari family Chaetodontidae yaitu
Chaetodon weibeli. Selama ini diduga daerah distribusi spesies ini hanyalah antara
Teluk Thailand dan Laut China Selatan sampai ke Kepulauan Ryukyu dan selatan
Jepang (Lieske and Myers, 1994) (Gambar 3.19).

Gambar 3.19. Chaetodon weibeli (Lieske and Myers, 1994)

3.4.2. Keragaman Spesies Ikan Karang


Dari 44 lokasi yang diamati, area terumbu karang yang memiliki keragaman
ikan karang terbesar adalah sebelah barat P. Cemara Besar. Ditemukan 134 spesies ikan
karang dari luasan sekitar 300x100 m persegi yang dijelajah dalam 1 jam dari setiap
kedalaman. Dengan menggunakan CFDI, diperkirakan ada 318 spesies ikan karang
yang terdapat dilokasi tersebut. Namun pada dasarnya semua lokasi pengamatan di
Karimunjawa tidak menunjukkan adanya suatu perbedaan yang mencolok.
350

300
Jumlah species ikan karang

250

200

150

100

50

0
Gosong Selikur
Bengkoang1
Bengkoang2

Menjangan Kecil
Cendekian

Tanjung Gelam
Menjangan Besar
Geleang

Sintok
Gs. Seloka
Cemara Kecil

Kecil

Menyawakan

Nyamuk1
Nyamuk2
Burung

Karang Besi

Krakal Kecil

Sambangan
Seruni

Tengah
Kembar

Mrico
Cemara Besar

Katang

Krakal Besar

Parang1
Parang2
Karang Kapal
Gs.Tengah

Gambar 3.18. Jumlah spesies ikan karang yang ditemui di tiap lokasi pengamatan

14
Keseluruhan lokasi pengamatan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
kelompok sebelah timur pulau, dan sebelah barat. Hal ini diberlakukan mengingat
pengaruh angina dan musim yang diterima kedua sisi pulau tersebut sangat berbeda.
Berdasarkan nilai z score, untuk lokasi yang diamati dari sisi timur cenderung
termasuk dalam kelas rata-rata. Hanya sisi timur Bengkoang dan Parang timur yang
berada dalam kondisi buruk dan Gelean dan Krakal Besar berada dalam kondisi baik.
Sedangkan lokasi yang diamati dari sisi barat, sebagian besar lokasi berada pada kelas
rata-rata, namun ada yang termasuk ke dalam kategori sangat buruk, yaitu Tanjung
Gelam dan Nyamuk (Gambar 3.20).

Keterangan : Sangat buruk Buruk Rata-rata Baik Sangat Baik


Gambar 3.20. Sebaran nilai keragaman jenis ikan karang di tiap lokasi pengamatan

Pada musim barat, Karimunjawa mengalami angin kencang, badai, dan


gelombang yang sangat besar. Pengaruhnya sangat buruk bagi ekosistem terumbu
karang, dimana sebagian besar kerusakan karang yang terjadi di sisi barat setiap pulau
disebabkan oleh fenomena alam ini. Pada musim timur, angin dan gelombang juga
besar, namun tidak sedahsyat pada musim barat. Hal inilah yang menyebabkan kondisi
terumbu karang pada bagian barat pulau sangat rusak, dan sisi timur cenderung lebih
baik.

3.4.3. Biomasa Ikan Karang


Biomassa ikan karang terbesar di Karimunjawa berasal dari famili Scaridae dan
Pomacentridae (Gambar 3.21), karena kelimpahan kedua ikan famili ini sangat besar di
setiap lokasi pengamatan. Sejumlah besar schooling ikan Scaridae sering sekali
dijumpai di rataan karang (reef flat). Rata-rata biomassa ikan di setiap lokasi berkisar
antara 143,21 kg/ha dan 1209,72 kg/ha. Biomassa ikan terendah dari kelompok lokasi
sebelah timur pulau terdapat di timur laut Genting dan biomassa tertinggi terdapat pada
timur Cendekian, sedangkan biomassa ikan terendah dari kelompok lokasi sebelah barat
pulau terdapat di barat Nyamuk dan biomassa tertinggi terdapat pada selatan Krakal
Besar (Gambar 3.22).

15
Lutjanidae
Siganidae
2%
3%
Caesionidae
3%
Nemipteridae
4%

Acanthuridae
4% Scaridae
46%
Labridae
5%

Others
9%

Pomacentridae
18%

Gambar 3.21. Komposisi biomasa ikan karang di Karimunjawa

1400

1200
Biomasa ikan karang (kgHa)

1000

800

600

400

200

0
Menyawakan2

Menyawakan1

Karang Kapal
Menjangan Besar2
Menjangan Besar1
Sambangan

Bengkoang3

Bengkoang2
Bengkoang1

Krakal Besar2
Krakal Besar1

Nyamuk1
Nyamuk2
Cemara Besar
Menjangan Kecil

Parang3

Krakal Kecil
Parang1
Parang2

Katang
Karang Besi
Gosong Selikur
Tanjung Gelam
Gs. Seloka
Cendikian2
Cendikian3
Cendekian1

Cemara Kecil

Geleang1
Genting2
Genting3
Genting1

Sintok

Tengah

Gelean2
Gelean3

Kembar2
Kembar1
Burung2
Burung1
Seruni

Kecil

Mrico
Gs.Tengah

Gambar 3.22. Biomasa ikan karang di setiap lokasi pengamatan dikarimunjawa

Selama observasi dilakukan sangat jarang ditemukan ikan-ikan yang berukuran


lebih dari 40 cm. Namun dari data hasil tangkapan nelayan, masih banyak ikan
tangkapan yang berukuran lebih dari 40 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh besarnya
fishing pressure sehingga sebagian besar ikan2 tersebut bersembunyi di balik2 karang
atau di celah2 yang tersembunyi. Bila diamati dengan cermat, akan sering dijumpai
ikan2 besar yang berada di balik bongkahan karang massif atau di kedalaman lebih dari
15 m.
Berdasarkan nilai z score, kedua kelompok lokasi tidak menunjukkan suatu
perbedaan yang mencolok. Biomasa ikan karang di sebagian besar lokasi pengamatan
termasuk dalam kategori rata-rata dan baik. Bahkan pada lokasi Cemara Besar, Krakal

16
Besar, dan Cendekian sebelah tenggara kondisi biomasa ikan sangat baik (Gambar
3.23).

Keterangan : Sangat buruk Buruk Rata-rata Baik Sangat Baik


Gambar 3.23. Sebaran biomasa ikan karang di Karimunjawa

Sebaran biomasa ikan karang yang cenderung seragam ini menunjukkan bahwa
kondisi sumber daya ikan Karimunjawa cenderung mendapatkan tingkat tekanan yang
sama terhadap aktifitas perikanan.

17
Referensi
Allen, G.R, 1998, Reef and shore fishes of Milne Bay Province, Papua New Guinea. p.
39-49. In: T.B. Werner, G.R. Allen (eds.) A rapid biodiversity assessment of the
coral reefs of Milne Bay Province, Papua New Guinea. RAP Working Papers
11, Conservation International, Washington, D.C. 109 p.

Allen, G.R. and R. Steene. 1999. Indo Pacific Coral Reef Field Guide. Tropical Reef
Research. Singapore.

Colin, Patrick L and Charles Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrate, A Field
Guide to Marine Invertebrates Occurring on Tropical Pacific Coral Reefs,
Seagrass Beds and Mangroves. Coral Reef Press, Beverly Hills, C.A., USA

Lieske, E. and R. Myers, 2001. Coral Reef Fishes. Revised Edition. Periplus Edition
(HK) Ltd. Singapore.

Veron, J.E.N. and Marry S. Smith. 2000. Corals of the World. Australian Institute of
Marine Science, Townsville MC. Australia.

18

Anda mungkin juga menyukai