Oleh:
Pustaka:
Marnane, M., R.L. Ardiwijaya, S.T. Pardede, A. Mukminin, Y. Herdiana. 2004. Perbaikan Manajemen
melalui Riset dan Peningkatan Kapasitas di Taman Nasional Karimunjawa 2003 - Ringkasan Data
Ekologi. Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia.
1. Pendahuluan
Penelitian ini merupakan hasil kerjasama antara Wildlife Conservation Society
(WCS) dan Balai Taman Nasional Karimunjawa. Kerjasama ini dilatarbelakangi
adanya kebutuhan untuk melengkapi data ekologis dan sosial-ekonomi dari masyarakat
pengguna terumbu karang di Karimunjawa dalam rangka mengembangkan suatu
manajemen pengelolaan terumbu karang yang terpadu di dalam kawasan Taman
Nasional Karimunjawa.
Kerja sama ini bertujuan untuk menghasilkan satu set data dasar yang dapat
digunakan menjadi bahan masukan dalam menentukan system pengelolaan terumbu
karang yang paling tepat untuk digunakan di Karimunjawa, dengan tidak
mengesampingkan kepentingan masyarakat sekitarnya. Sistem ini diharapkan dapat
berjalan dengan dukungan sepenuhnya dari masyarakat Karimunjawa.
Melalui program ini, WCS juga bermaksud memberikan bantuan dalam hal
meningkatkan kapasitas staf Taman Nasional Karimunjawa melalui pelatihan-pelatihan,
terutama yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang dan sumberdaya pesisir
lainnya.
2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi
Jawa Tengah. Pengamatan dilaksanakan dalam 2 tahap pengambilan data, yaitu pada
musim barat (Januari 2003) untuk memperoleh pengambilan data di sisi timur pulau-
pulau, dan pada musim timur (April-Mei 2003) untuk memperoleh data di sisi barat
pulau-pulau.
Lokasi pengamatan adalah sebanyak 14 lokasi di sisi timur dan 30 lokasi di sisi
barat pulau-pulau (total 44 lokasi). Lokasi pengamatan tersebar di seluruh kepulauan
Karimunjawa (Gambar 2.1)
Dengan 44 lokasi yang telah diambil (14 lokasi di sisi timur dan 30 lokasi di sisi
barat) kami merasa perlu untuk melakukan pengambilan data tambahan di sisi sebelah
timur sehingga akan diperoleh keseimbangan jumlah lokasi di kedua sisi. Direncanakan
tim survey WCS dengan bantuan dari Balai Taman Nasional Karimunjawa akan
melengkapi data tersebut pada pertengahan bulan Desember 2003 saat awal musim
barat.
1
Ahli ikan karang, Field Coordinator of Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society
2
Peneliti terumbu karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
3
Peneliti terumbu karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
4
Peneliti ikan karang, Asia-Pacific Coral Reef Program – Wildlife Conservation Society – Indonesia.
5
Polisi Hutan, Staf Taman Nasional Karimunjawa.
1
Gambar 2. 1. Lokasi pengambilan data di Kepulauan Karimunjawa
2
4. Parang; meliputi Karang Besi, Karang Kapal, P. Katang, P. Kembar (2 lokasi), P.
Krakal Besar (2 lokasi), P. Krakal Kecil, P. Nyamuk (2 lokasi) dan P. Parang (3
lokasi)
Flat
Tubir
Dasar
Gambar 2.1. Survey keragaman spesies karang dengan metode timed swim.
Dalam survey ini, ikan karang dikelompokkan ke dalam 6 mayor famili, yaitu
Acanthuridae, Chaetodontidae, Labridae, Pomacanthidae, Pomacentridae, dan Scaridae.
Keenam famili ini merupakan kelompok ikan yang paling umum dan paling banyak
ditemui di setiap kawasan terumbu karang. Berdasarkan keenam famili ini, keragaman
spesies ikan diestimasi dengan formula Coral Fish Diversity Index (CFDI) yang
dikembangkan oleh Allen (1998). Formula tersebut adalah sebagai berikut:
3
berukuran kurang dari 10 cm dan 5 m untuk ikan yang berukuran lebih dari 10 cm
(Gambar 2.2).
Pengamatan dilakukan dalam dua kali lintasan bolak-balik sepanjang transek.
Lintasan pertama dilakukan untuk mendata ikan-ikan yang berukuran lebih besar dari
10 cm, lintasan kedua untuk mendata ikan-ikan kurang dari 10 cm. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi bias yang terjadi akibat kehadiran penyelam dalam habitat asli ikan
karang.
Dengan mempertimbangkan bahwa ikan-ikan besar cenderung lebih aktif
bergerak dibandingkan dengan ikan-ikan kecil. Kehadiran penyelam akan mengusir
ikan-ikan tersebut sehingga pencatatan data bisa mendapat bias yang besar. Sedangkan
ikan-ikan kecil memiliki preferensi mengenai tempat tinggal, sehingga pada dasarnya
kehadiran penyelam hanya akan membuat ikan-ikan kecil bersembunyi masuk ke dalam
celah-celah karang atau batu, namun tidak pergi dari situ, dan ketika keadaan aman
kembali mereka akan kembali muncul ke permukaan.
I. Ukuran >10 cm
5m
2m 50m 50m 50m
Gambar 2.2. Survei biomasa ikan karang dengan metode transek sabuk
Data ukuran ikan yang dicatat, kemudian dikonversi ke dalam satuan berat (kg)
dengan menggunakan suatu rumus turunan mengenai hubungan panjang dan berat ikan.
Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut:
W = a. L^b
dimana, W: berat ikan (kg)
L: Panjang total ikan (cm)
A dan b: konstanta (per spesies).
Biomasa ikan adalah jumlah ikan dalam satuan kg yang terkandung dalam setiap
hektar luasa area (kg/Ha). Dari data di atas, luas transek pengamatan yang digunakan
kemudian dikonversi ke dalam satuan hektar (Ha).
3. Hasil
3.1. Terumbu Karang
Penutupan karang keras (hard coral) merupakan persentase penutupan dari
hewan-hewan karang, baik scleractinian coral yang menghasilkan kalsium karbonat
(CaCO3) maupun yang non-scleractinian.
Penutupan karang keras yang dilakukan di 44 lokasi pengambilan data,
diperoleh penutupan pada kisaran 7% hingga 69%. Data di masing-masing lokasi
merupakan nilai rata-rata penutupan karang pada transek dangkal dan dalam (Gambar
3.1).
4
100
Wilayah
90
Genting
Karimunjawa
80 Kemujan
69
70
60
59
59
59
60
53
53
53
51
51
51
49
49
50
45
44
44
44
42
42
42
42
41
39
39
38
40
36
35
35
34
34
30
29
29
28
30
26
26
23
22
21
21
20
20
13
12
10
7
0
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Gosong Selikur
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Seruni
Kecil
Karang Besi
Karang Kapal
Lokasi
Penutupan pada transek dangkal karang keras berkisar antara 6.8% di bagian
barat P. Menyawakan hingga 70.6% di Gosong Tengah (Gambar 3.2) dan pada transek
dalam berkisar antara 6.6% di bagian barat P. Menyawakan hingga hingga 68.9% di
Gosong Seloka (Gambar 3.3).
Selain karang keras, di sebagian besar lokasi didominasi oleh berbagai jenis alga
dalam 4 kategori yaitu Fleshy Algae (seperti Caulerpa, Dictyota, Padina Sargassum,
Turbinaria, Ulva, dan sebagainya), Encrusting Red (alga merah yang mengerak pada
substrat), Coralline Algae (misalnya Jania dan Amphiroa) dan Calcareous Algae (alga
berkapur Halimeda spp.)
Penutupan seluruh alga pada transek dangkal berkisar antara 26.8% di Gosong
Tengah hingga 86.2% di P. Seruni (Gambar 3.2) dan pada transek dalam 24.4% P. Kecil
hingga 92.9% di bagian barat P. Menyawakan (Gambar 3.3).
100%
80%
Sand
Other
Penutupan Substrat
60%
Fleshy Algae
Encrusting Red
Coralline Algae
Calcareous Algae
40%
Sof t Coral
Hard Coral
20%
0%
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar
Gosong Selikur
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Seruni
Kecil
Karang Besi
Karang Kapal
Lokasi
5
100%
80%
Sand
Other
Penutupan Substrat
60%
Fleshy Algae
Encrusting Red
Coralline Algae
Calcareous Algae
40%
Soft Coral
Hard Coral
20%
0%
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Kecil
Cemara Besar
Gosong Selikur
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Sintok
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Seruni
Kecil
Karang Besi
Karang Kapal
Lokasi
1.000
0.900
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400
Wilayah
0.300 Genting
Karimunjawa
0.200
Kemujan
Parang
0.100
0.000
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Besar
Gosong Selikur
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Sintok
Seruni
Kecil
Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Gambar 3.4. Indeks keragaman genera karang keras pada transek dangkal (2 – 3 m) di 44 lokasi
Sementara pada transek dalam, nilai keragaman genera karang keras tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Nilai
keragaman genera terendah ditemukan di bagian barat laut P. Nyamuk yaitu 0.667 dan
nkeragaman tertinggi sebesar 0.927 di bagian barat Gosong Selikur. Perbedaan
keragaman antar wilayah desa juga tidak terlalu menunjukan perbedaan yang signifikan.
Dari perbedaan keragaman dapat diambil kesimpulan sementara bahwa pada
transek dangkal di beberapa lokasi pengamatan (P. Cendekian, P. Genting, Gosong
Tengah, P. Kecil, P. Merican, Gosong Selikur dan P. Parang) memiliki keragaman yang
rendah. Hal ini menunjukkan adanya dominansi pada genera karang tertentu, sehingga
cenderung seragam, walaupun persentase penutupan karangnya dinilai tinggi. Selain itu,
6
pada umumnya rataan karang di bagian barat cenderung tinggi tingkat kerusakannya
akibat gelombang musim barat yang keras dan ekploitasi yang tinggi oleh masyarakat,
sehingga hanya jenis karang tertentu saya yang dapat bertahan (misalnya jenis Porites
yang masif)
1.000
0.900
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400
Wilayah
0.300
Genting
Karimunjawa
0.200 Kemujan
Parang
0.100
0.000
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Besar
Gosong Selikur
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Sintok
Seruni
Kecil
Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Gambar 3.5. Indeks keragaman genera karang keras pada transek dalam (6 – 8 m) di 44 lokasi.
3.2. Invertebrata
Invertebrata merupakan kelompok organisma yang berasosiasi dengan terumbu
karang yang keberadaan serta fungsi ekologisnya memiliki peran yang sangat penting
sebagai anggota penyusun terumbu. Dari survey yang telah dilaksanakan, ditemukan
berbagai jenis dan spesies invertebrata laut yang dikategorikan kedalam kelompok
kima, bintang laut, bulu babi, teripang dan gastropoda tertentu (snail dan Trochus).
Invertebrata yang memiliki kepadatan cukup tinggi di Karimunjawa adalah dari
jenis-jenis kima dan bulu babi masing-masing dengan rata-rata kelimpahan 23 dan 66
ind/100m2 (Gambar 3.6).
90
66
80
2
Rata-rata kelimpahan per 100 m
70
60
50
40
23
30
20
10
1 0 1 1 0
0
Kima Bintang duri Teripang Bulu babi Snail Bintang laut Trochus
7
Kepadatan teripang di Kepulauan karimunjawa sangat rendah dengan rata-rata
hanya 0.1 ind/100m2 atau 10 ind./Ha. Kondisi ini diduga diakibatkan oleh tingginya
aktifitas pengambilan teripang. Berdasarkan informasi dari aspek sosial-ekonomi
masyarakat, pengambilan teripang tidak hanya di perairan dangkal (Gleaning)
melainkan juga di perairan dalam dengan menggunakan kompresor.
Daerah dengan kepadatan kima tertinggi adalah Pulau Seruni sebesar 248
ind/100m2. Empat jenis kima ditemukan selama survey dilaksanakan yaitu kima pasir
(Hippopus hippopus), kima lubang (Tridacna crocea), kima besar (Tridacna maxima)
dan kima sisik (Tridacna squamosa) (Gambar 3.7).
300
Wilayah
Genting
248
250 Karimunjawa
Kemujan
Parang
Kelimpahan (per 100m2)
200
150
129
125
100
88
67
51
47
40
50
19
18
17
16
15
13
12
11
10
8
9
7
8
7
7
6
5
5
5
4
3
2
2
1
Cemara Kecil 1
1
1
Cendekian 3 0
Genting 2 0
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Tanjung Gelam
Cendekian 1
Cendekian 2
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Besar
Gosong Selikur
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Genting 1
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Seruni
Kecil
Sintok
Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Lokasi
Bulu babi adalah pengerat utama permukaan terumbu. Mereka mengambil alga
yang tumbuh di permukaan terumbu. Tanpa adanya peran dari kelompok bulu-babi,
seperti halnya juga ikan-ikan kakatua (Parrotfish), alga akan mendominasi seluruh
permukaan terumbu. Rata-rata kepadatan bulu babi di Kepulauan Karimunjawa adalah
66 ind/100m2, dimana kepadatan tertinggi di Menjangan Besar (Menjangan Besar 1)
sebesar 473 ind/100m2. Jenis bulu babi yang mendominasi adalah Diadema setosum
dengan persentase sebesar 75% (Gambar 3.8 dan 3.9).
75%
8
Rata-rata kelimpahan bulu babi di masing-masing wilayah adalah sebagai
berikut: Genting 11 ind./100m2, Karimunjawa 81 ind./100m2, Kemujan 45 ind./100m2
dan Parang 95 ind./100m2. Tingginya kelimpahan rata-rata di Karimunjawa dan Parang
dapat dijadikan indikator adanya masukan nutrien yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
pemukiman penduduk yang terkonsentrasi di kedua wilayah tersebut.
473
500
450
411
Wilayah
400 Genting
Kepadatan (per 100m2)
350 Karimunjawa
311
Kemujan
284
280
300 Parang
250
200
123
124
150
111
101
94
100
56
55
44
41
35
34
33
31
30
29
26
26
50
19
18
18
15
13
11
11
11
8
6
5
4
3
3
1
0
0
Tanjung Gelam
Nyamuk 1
Nyamuk 2
Cemara Kecil
Cendekian 1
Cendekian 2
Cendekian 3
Gosong Seloka
Gosong Tengah
Cemara Besar
Gosong Selikur
Menjangan Kecil
Krakal Kecil
Genting 1
Genting 2
Genting 3
Sambangan
Geleang 1
Geleang 2
Geleang 3
Menjangan Besar 1
Menjangan Besar 2
Bengkoang 1
Bengkoang 2
Bengkoang 3
Merican
Tengah
Kembar 1
Kembar 2
Krakal Besar 1
Krakal Besar 2
Parang 1
Parang 2
Parang 3
Seruni
Kecil
Sintok
Karang Besi
Karang Kapal
Burung 1
Burung 2
Menyawakan 1
Menyawakan 2
Katang
Lokasi
9
Kelimpahan (per Ha)
Kelimpahan (per Ha)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Cendekian 1 300
Cendekian 2 0 Cendekian 1
1300 Cendekian 2
Cendekian 3
Gambar 3.11.
Cendekian 3
Genting 1 0
Genting 1
Genting 2 0
Genting 2
Genting 3 100
Genting 3
Sambangan 0
Sambangan
Seruni 50
Seruni
Burung 1 100
Burung 1
Burung 2 0
Burung 2
Cemara Besar 0 Cemara Besar
(individu/Ha).
ke wilayah-wilayah lainnya.
Lokasi
Bengkoang 1 0
Lokasi
Bengkoang 2 100 Bengkoang 2
Bengkoang 3
Bengkoang 3 0
Gosong Tengah
Gosong Tengah 0
Kecil
Kecil 0
Merican
Merican 0
Sintok
Sintok 150
Tengah
Tengah 50
Gosong Selikur
Gosong Selikur 0
Karang Besi
Karang Besi 50
Karang Kapal
Karang Kapal 50 Katang
Katang 100 Kembar 1
Kembar 1 0 Kembar 2
Kembar 2 50 Krakal Besar 1
Krakal Besar 1 150 Krakal Besar 2
Wilayah
Kemujan
Nyamuk 2 0 Parang 1
Trochus
Teripang
Parang 1 0 Parang 2
Bintang Laut
Parang 2 0 Parang 3
Gambar 3.12. Kelimpahan makhota berduri (Acanthaster planci) di 44 lok asi (individu/Ha)
Parang 3 0
10
sp.), bintang laut (Asteroidea) dan trochus (Trochus sp.) di 44 lokasi
Kelimpahan mahkota berduri (Acanthaster planci) di wilayah Genting 219
karena dikhawatirkan terjadi blooming yang tidak terkendali sehingga dapat menyebar
ind./Ha, Karimunjawa 46 ind./Ha, Kemujan 38 ind./Ha dan Parang 46 ind./Ha. Pada
lokasi pengambilan data di tenggara P. Cendekian ditemukan kelimpahan mahkota
5000
Rata-rata kerusakan (cm 2/100m 2)
4000
3000
2000
1000
Lokasi
Gambar 3.13. Rata-rata kerusakan karang (Recent Coral Damage) di 44 lokasi survey
Kerusakan karang yang diamati terbagi kedalam 3 kategori yaitu BBC (Broken
Branching Coral), BPC (Broken Plate Coral) dan UTC (Up-turned Coral). Dari rata-
rata 3 kategori tersebut, kerusakan yang paling banyak ditemukan adalah UTC yaitu
karang-karang meja yang rusak terbalik/terguling dengan rata-rata 357 cm2/100m2
(Gambar 3.14).
Faktor lain yang diamati adalah alat tangkap yang tertinggal atau tersangkut
pada karang (Discarded Fishing Gear). Alat-tangkap maupun bukti aktifitas manusia
dan penangkapan ikan yang diamati adalah: tali dan jangkar, tali pancing, jaring serta
bubu. Lokasi jumlah alat tangkap yang ditemukan paling tinggi adalah Menjangan
Besar 2 diikuti oleh Krakal Besar 2 dan Bengkoang 2 (Gambar 3.15).
Dari beberapa kategori alat tangkap, alat tangkap yang paling sering ditemukan
dari segi jumlahnya adalah tali pancing dengan persentase sebesar 37% (Gambar 3.16).
11
Rata-rata kerusakan karang di Kep. Karimunjawa
berdasarkan tipe kerusakan
500
(cm 2/100m 2)
300
200
100
0
BBC BPC UTC
Tipe kerusakan
20
16
Jumlah alat tangkap
12
Lokasi
19%
28%
16% 37%
12
3.4. Ikan Karang
POMACENTRIDAE
22%
LABRIDAE
15%
ACANTHURIDAE CHAETODONTIDAE
4% 8%
SERRANIDAE SCARIDAE
7% 8%
Gambar 3.17. Komposisi jumlah spesies dalam tiap famili ikan karang di Karimunjawa
Total kehadiran spesies ikan pada suatu daerah tertentu sangat tergantung pada
ketersediaan makanan dan perlindungan, juga keragaman macam substrat (Hopley, D.
and Suharsono, 2000). Perairan Karimunjawa merupakan daerah dengan tingkat
tekanan yang menengah, yaitu antara Kepulauan Seribu dengan tingkat tekanan yang
sangat tinggi karena aktivitas pembangunan, pemukiman, dan industrinya, dan Bali
13
yang tingkat tekanannya relatif lebih rendah. Karena itulah, ketersediaan makanan,
perlindungan, dan ragam substrat di Karimunjawa masih sedikit lebih baik daripada
Kepulauan Seribu yang mendapat masukan banyak sekali polutan dari Teluk Jakarta.
Dalam survey ini, ditemukan satu spesies baru dari family Chaetodontidae yaitu
Chaetodon weibeli. Selama ini diduga daerah distribusi spesies ini hanyalah antara
Teluk Thailand dan Laut China Selatan sampai ke Kepulauan Ryukyu dan selatan
Jepang (Lieske and Myers, 1994) (Gambar 3.19).
300
Jumlah species ikan karang
250
200
150
100
50
0
Gosong Selikur
Bengkoang1
Bengkoang2
Menjangan Kecil
Cendekian
Tanjung Gelam
Menjangan Besar
Geleang
Sintok
Gs. Seloka
Cemara Kecil
Kecil
Menyawakan
Nyamuk1
Nyamuk2
Burung
Karang Besi
Krakal Kecil
Sambangan
Seruni
Tengah
Kembar
Mrico
Cemara Besar
Katang
Krakal Besar
Parang1
Parang2
Karang Kapal
Gs.Tengah
Gambar 3.18. Jumlah spesies ikan karang yang ditemui di tiap lokasi pengamatan
14
Keseluruhan lokasi pengamatan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
kelompok sebelah timur pulau, dan sebelah barat. Hal ini diberlakukan mengingat
pengaruh angina dan musim yang diterima kedua sisi pulau tersebut sangat berbeda.
Berdasarkan nilai z score, untuk lokasi yang diamati dari sisi timur cenderung
termasuk dalam kelas rata-rata. Hanya sisi timur Bengkoang dan Parang timur yang
berada dalam kondisi buruk dan Gelean dan Krakal Besar berada dalam kondisi baik.
Sedangkan lokasi yang diamati dari sisi barat, sebagian besar lokasi berada pada kelas
rata-rata, namun ada yang termasuk ke dalam kategori sangat buruk, yaitu Tanjung
Gelam dan Nyamuk (Gambar 3.20).
15
Lutjanidae
Siganidae
2%
3%
Caesionidae
3%
Nemipteridae
4%
Acanthuridae
4% Scaridae
46%
Labridae
5%
Others
9%
Pomacentridae
18%
1400
1200
Biomasa ikan karang (kgHa)
1000
800
600
400
200
0
Menyawakan2
Menyawakan1
Karang Kapal
Menjangan Besar2
Menjangan Besar1
Sambangan
Bengkoang3
Bengkoang2
Bengkoang1
Krakal Besar2
Krakal Besar1
Nyamuk1
Nyamuk2
Cemara Besar
Menjangan Kecil
Parang3
Krakal Kecil
Parang1
Parang2
Katang
Karang Besi
Gosong Selikur
Tanjung Gelam
Gs. Seloka
Cendikian2
Cendikian3
Cendekian1
Cemara Kecil
Geleang1
Genting2
Genting3
Genting1
Sintok
Tengah
Gelean2
Gelean3
Kembar2
Kembar1
Burung2
Burung1
Seruni
Kecil
Mrico
Gs.Tengah
16
Besar, dan Cendekian sebelah tenggara kondisi biomasa ikan sangat baik (Gambar
3.23).
Sebaran biomasa ikan karang yang cenderung seragam ini menunjukkan bahwa
kondisi sumber daya ikan Karimunjawa cenderung mendapatkan tingkat tekanan yang
sama terhadap aktifitas perikanan.
17
Referensi
Allen, G.R, 1998, Reef and shore fishes of Milne Bay Province, Papua New Guinea. p.
39-49. In: T.B. Werner, G.R. Allen (eds.) A rapid biodiversity assessment of the
coral reefs of Milne Bay Province, Papua New Guinea. RAP Working Papers
11, Conservation International, Washington, D.C. 109 p.
Allen, G.R. and R. Steene. 1999. Indo Pacific Coral Reef Field Guide. Tropical Reef
Research. Singapore.
Colin, Patrick L and Charles Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrate, A Field
Guide to Marine Invertebrates Occurring on Tropical Pacific Coral Reefs,
Seagrass Beds and Mangroves. Coral Reef Press, Beverly Hills, C.A., USA
Lieske, E. and R. Myers, 2001. Coral Reef Fishes. Revised Edition. Periplus Edition
(HK) Ltd. Singapore.
Veron, J.E.N. and Marry S. Smith. 2000. Corals of the World. Australian Institute of
Marine Science, Townsville MC. Australia.
18