Anda di halaman 1dari 94

PERIKANAN PURSE SEINE DI LAUT JAWA

YANG BERPANGKALAN DI PPN PEKALONGAN,


STUDI KASUS : TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol)

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

OLEH
IKHSAN MAULANA

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2020
PERIKANAN PURSE SEINE DI LAUT JAWA
YANG BERPANGKALAN DI PPN PEKALONGAN,
STUDI KASUS : TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol)

OLEH
IKHSAN MAULANA
NRP. 52165111631

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR


Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan
Pada Politeknik Ahli Usaha Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2020
@Hak Cipta Milik Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2020
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin.

”.
PERIKANAN PURSE SEINE DI LAUT JAWA YANG BERPANGKALAN DI PPN
PEKALONGAN, STUDI KASUS : TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol)

Ikhsan Maulana1), I Nyoman Suyasa2), Mulyoto2)


1
Taruna Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
2
Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta
Jl. AUP No. 1 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
Email : ikhsanmaulanastp@gmail.com

Abstrak
Purse seine adalah alat tangkap yang banyak dioperasikan di Laut Jawa
(WPPNRI 712). Purse Seine merupakan alat tangkap yang banyak berkontribusi
mendaratkan ikan pelagis di PPN Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji komposisi hasil tangkapan, aspek biologi dan aspek perikanan tangkap
dari purse seine di Laut Jawa yang berpangkalan di PPN Pekalongan.
Pengamatan dilakukan pada 2 Maret - 15 Mei 2020. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu menggunakan metode survey dan observasi langsung,
melakukan survei di PPN Pekalongan dan juga observasi diatas kapal
penangkapan (Purse Seine). Hasil penelitian ini menunjukkan Komposisi hasil
tangkapan dominan purse seine di Laut Jawa selama bulan Maret - April terdiri
dari ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan layang (Decapterus spp), Ikan selar
(Caranx sp), ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan tongkol abu-abu (Thunnus
tonggol) dan ikan pelagis kecil lainnya dan hasil tangkapan utamanya adalah ikan
tongkol abu-abu (Thunnus tonggol). Pengamatan dari 1004 ekor, Berdasarkan
status biologi didapatkan hasil bahwa hububungan panjang-bobot ikan tongkol
abu-abu yaitu Alometrik Negatif dimana pertumbuhan panjang lebih cepat
dibandingkan bobotnya, Nisbah kelamin antara jantan dan betina yaitu 1 : 1,08 hal
ini dikatakan seimbang. Tingkat kematangan gonad didominasi oleh ikan yang
telah matang gonad dengan persentase 85% (170 ekor). nilai Lc<Lm artinya ikan
belum sempat memijah, sehingga terprediksi potensi ikan tongkol abu-abu
terancam jika terus di eksploitasi. Pengoporasian alat tangkap purse seine
berlangsung pada pukul 06:00 – 18:00 WIB dengan lama setting-hauling 2-4 jam
bahkan lebih. Hasil korelasi antara CPUE dan Effort didapat persamaan y = -
0,0945x + 585,96 menjelaskan bahwa setiap penangkapan sebesar x satuan per
hari melaut maka akan mengurangi nilai CPUE sebesar 0,0945 kg per hari melaut.

Kata kunci : Purse Seine, WPPNRI 712, Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol),
CPUE
PURSE SEINE FISHERIES IN JAVA SEA WHICH IS LOCATED IN PPN
PEKALONGAN, CASE STUDY : LONGTAIL TUNA (Thunnus tonggol)

Ikhsan Maulana1), I Nyoman Suyasa2), Mulyoto2)


1
Cadet of Study Program Aquatic Resource Management Technology
2
Lecturer of Jakarta Technical University of Fisheries
Jl. AUP No. 1 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520
Email : ikhsanmaulanastp@gmail.com

Abstract

Purse Seine is a fishing gear that is widely operated in the Java Sea
(WPPNRI 712). Purse Seine is a fishing gear that contributes much to land the
pelagic fish in the PPN of Pekalongan. This research aims to assess the
composition of the catches, aspects of biology, and aspects of the capture fisheries
of the Purse Seine in the Java Sea based on the PPN of Pekalongan. Observations
were made on 2 March - 15 May 2020. The method used in this research is to use
a survey method and direct observation, conducting surveys in the PPN of
Pekalongan and also an observation on the arrested vessel (Purse Seine). The
results of this study showed the composition dominant of the Purse Seine capture
in the Java Sea during March-April consisting of a (Rastrelliger spp), (Decapterus
spp), (Caranx sp), (Sardinella fimbriata), (Thunnus tonggol) and other small pelagic
fishes and the main catch is the Longtail tuna (Thunnus tonggol). Observation of
1004 tails, Based on biological status, it was found that the long-weight relationship
of longtail tuna was negative allometric where the growth of the length was faster
than the weight, the sex ratio between males and females was 1: 1.08 it was said
to be balanced. The maturity level of gonads is dominated by fish that has ripe
gonads with a percentage of 85% (170 tails). The value of Lc < Lm means fish
have not had clusters, so predicted potential gray cob is threatened if continued in
exploitation. The operation of the Seine purse capture takes place at 06:00 – 18:00
WIB with the old setting-hauling 2-4 hours even more. Results of the correlation
between CPUE and Effort obtained the equation y = -0.0945x + 585.96 explains
that each capture of x units per day at sea will reduce the value of CPUE by 0.0945
kg per day at sea.

Keywords: Purse Seine, WPPNRI 712, Longtail tuna (Thunnus tonggol), CPUE
RINGKASAN
Ikhsan Maulana. 52165111631. Perikanan Purse Seine di Laut Jawa yang
berpangkalan di PPN Pekalongan, Studi Kasus : Tongkol Abu-abu (Thunnus
tonggol). Dibawah bimbingan I Nyoman Suyasa dan Mulyoto.

Indonesia memiliki potensi perikanan sebesar 12,54 juta ton per tahun.
Potensi ini terdiri dari ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang dan biota laut
lainnya. Laut Jawa (WPPNRI 712) merupakan perairan territorial, kegiatan
penangkapan sebagian besar dilakukan di perairan utara Jawa, dengan potensi
ikan pelagis yang cukup besar. Pada tahun 2014 produksi perikanan tangkap di
Laut Jawa terbesar diseluruh Indonesia yaitu (17,91% dari total produksi
Indonesia) 6.037.654 ton.
PPN Pekalongan mempunyai peranan penting didalam pengusahaan
sumberdaya perikanan di Laut Jawa. Unit penangkapan yang berkontribusi paling
banyak dalam mendaratkan ikan pelagis yaitu purse seine. Hasil tangkapan purse
seine paling banyak didaratkan di PPN Pekalongan adalah Ikan tongkol abu-abu
(Thunnus tonggol). Produksi ikan tongkol abu-abu berperan penting pada produksi
perikanan di Indonesia. Produksi ikan tongkol abu-abu di Laut Jawa pada tahun
2014 sebesar 5.362 ton.
Tujuan dari Karya Ilmiah Praktik Akhir adalah Mengkaji komposisi hasil
tangkapan, aspek biologi dan aspek perikanan tangkap dari purse seine di Laut
Jawa yang berpangkalan di PPN Pekalongan. Dengan batasan masalah Objek
kajian adalah pengoperasisan alat tangkap, daerah penangkapan, komposisi hasil
tangkapan purse seine di Laut Jawa selama praktik (Maret-April) dan juga
memverifikasi hasil tangkapan purse seine dari logbook dan TPI; melakukan
pengamatan aspek biologi (Hubungan Panjang-Bobot, Nisbah kelamin, TKG dan
Lc-Lm) dan perikanan tangkap (musim penangkapan dan CPUE terhadap hasil
tangkapan utama dari purse seine di laut jawa yang berpangkalan di PPN
Pekalongan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan random
sampling, melakukan survei di PPN Pekalongan dan juga observasi diatas kapal
penangkapan (Purse Seine). Analisis data yang dianalisis yaitu aspek perikanan
tangkap yang meliputi pengoperasisan alat tangkap, komposisi hasil tangkapan,
Verifikasi hasil tangkapan, daerah penangkapan, musim penangkapan dan CPUE.
Aspek Biologi yang meliputi Hubungan Panjang-Bobot, Nisbah kelamin, TKG dan
Lc-Lm.
Komposisi hasil tangkapan dominan purse seine di Laut Jawa (WPPNRI
712) yang didaratkan di PPN Pekalongan selama bulan Maret - April terdiri dari
ikan kembung, ikan layang, ikan selar, ikan tembang, ikan tongkol abu-abu dan
ikan pelagis kecil lainnya. Dari total produksi sebanyak 672 ton. ikan tongkol abu-
abu merupakan hasil tangkapan terbesar yaitu 349 ton kemudian diikuti oleh
kembung, layang, tembang dan selar masing-masing sebesar 85 ton, 80 ton, 53
ton dan 25 ton. Terdapat mis data produksi purse seine pada tempat pendaratan
ikan dan logbook pada bulan Maret – April sebanyak 12% dan 21%.
Hasil tangkapan utama purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan
adalah ikan tongkol abu-abu, hububungan panjang-bobot ikan tongkol abu-abu
yang diamati, sebanyak 1004 ekor, didapat pola pertumbuhannya adalah
Alometrik Negatif, yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobotnya.
Nisbah kelamin yang didapat antara jantan dan betina yaitu 1 : 1 hal ini dikatakan
seimbang. Tingkat kematangan gonad didominasi oleh ikan yang telah matang
gonad (TKG III & IV) dengan persentase 85% (170 ekor). Nilai Lc (43,91 cm) < Lm
(46,09 cm) yang artinya potensi ikan tongkol abu-abu terancam, jika masih di
eksplotasi akan mengalami kepunahan stok tongkol abu-abu.
Pengoporasian purse seine berlangsung pada pukul 06:00 – 18:00 WIB dengan
lama setting-hauling 2-4 jam tergantung hasil tangkapan. Daerah penangkapan
purse seine meliputi Perairan Laut Jawa dapat dilihat pada Gambar 20. Musim
penangkapan tongkol abu-abu, terdapat diperalihan musim timur ke musim barat,
musim puncak penangkapan tongkol abu-abu yaitu pada bulan April dan Oktober
– November, musim paceklik terjadi pada bulan Januari – Februari dan Juli –
Agustus sedangkan bulan Maret, Mei, Juni, September dan Desember merupakan
musim biasa. Hasil korelasi antara CPUE dan Effort didapat persamaan y = -
0,0945x + 585,96 menjelaskan bahwa setiap penangkapan sebesar x satuan per
hari melaut maka akan mengurangi nilai CPUE sebesar 0,0945 kg per hari melaut.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
Kasih dan Rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Praktik Akhir tepat pada waktunya dengan segala kecukupan dalam
pelaksanaannya. Praktik akhir ini berjudul “Perikanan Purse Seine di Laut Jawa
yang berpangkalan di PPN Pekalongan, Studi Kasus Tongkol Abu-abu
(Thunnus tonggol)”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 5 bab: Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil dan Pembahasan serta Kesimpulan.
Karya Ilmiah Praktik Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan diploma IV dan mendapatkan gelar sarjana pada
program studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan di Politeknik Ahli
Usaha Perikanan. Kegiatan praktik dilaksanakan selama 75 hari yang berlokasi di
PPN Pekalongan.
Tujuan dari Karya Ilmiah Praktik Akhir ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan baik dari segi pengambilan data dilapangan, analisis data yang
didapatkan, serta kemampuan untuk mengintegrasikan apa yang telah didapatkan
dengan panduan literatur yang ada. Penyusun menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga sangat
membutuhkan masukan dan saran yang membangun.
Semoga Karya Ilmiah Praktik Akhir ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penyusun dan pembaca.

Jakarta, Agustus 2020

Penulis

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Praktik Akhir ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr.Ir. I Nyoman Suyasa, MS dan
bapak Drs. Mulyoto, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Ilmiah
Praktik Akhir ini. Ucapan terima kasih ini juga disampaikan kepada :
1. Bapak Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha
Perikanan
2. Ibu Ratna Suharti Dra., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan.

3. Pihak Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.


4. Pihak DJPT yang telah memberikan bantuan secara materi maupun moril.
5. Seluruh pihak Koral AUP – STP di Provinsi Jawa Tengah.
6. Seluruh rekan taruna di Sekolah Tinggi Perikanan yang memberikan
masukan dan semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah
Praktik Akhir ini.

Jakarta, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 2
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia ............................. 3
2.1.1 Laut Jawa .............................................................................. 4
2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan .................................... 5
2.3 Perikanan Tongkol Abu-abu ............................................................... 6
2.3.1 Sumberdaya Perikanan Tongkol Abu-abu .............................. 6
2.3.2 Taksonomi dan Morfologi Tongkol Abu-abu ............................ 7
2.3.3 Habitat .................................................................................... 8
2.3.4 Distribusi Sebaran .................................................................. 8
2.4 Aspek Biologi ..................................................................................... 9
2.4.1 Pola Pertumbuhan .................................................................. 9
2.4.2 Reproduksi ............................................................................. 9
2.5 Aspek Perikanan Tangkap ................................................................. 12
2.5.1 Kapal Penangkapan ............................................................... 12
2.5.2 Alat Tangkap (Purse Seine) .................................................... 12
2.5.3 Daerah penangkapan (Fishing ground) ................................... 15
2.5.4 Musim Penangkapan .............................................................. 15
2.5.5 Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine ............................... 16
2.5.6 Trend Produktivitas Penangkapan .......................................... 16
3 METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 18
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 19
3.4 Metode Analisis Data ......................................................................... 21
3.4.1 Hubungan Panjang-Bobot .................................................... 21
3.4.2 Nisbah Kelamin .................................................................... 21
3.4.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...................................... 22
3.4.4 Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc) ................................... 22
3.4.5 Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm) ............................ 23
3.4.6 Catch Per Unit Effort (CPUE ) .............................................. 23
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktik .......................................................... 24
4.2 Produksi Purse Seine di Laut Jawa pada PPN Pekalongan ............... 24
4.2.1 Perbandingan Data Produksi Purse Seine ............................ 25
4.3 Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine ........................................... 26
4.4 Aspek Biologi ...................................................................................... 29
4.4.1 Distribusi Frekuensi Panjang ................................................. 29
4.4.2 Hubungan Panjang-Bobot .................................................... 31
4.4.3 Nisbah Kelamin .................................................................... 33
4.4.4 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...................................... 34

iii
4.4.5 Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc) ................................... 35
4.4.6 Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm) ............................ 36
4.5 Aspek Perikanan Tangkap .................................................................. 37
4.5.1 Armada Penangkapan .......................................................... 37
4.5.2 Konstruksi Purse Seine ........................................................ 38
4.5.3 Metode Pengoperasian Purse Seine .................................... 40
4.5.4 Daerah Penangkapan Purse Seine ...................................... 42
4.5.5 Hasil Tangkapan Purse Seine .............................................. 44
4.5.6 Musim Penangkapan Tongkol Abu-abu ................................ 45
4.5.7 Catch Per Unit Effort (CPUE) ............................................... 46
5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia ................................ 4
2. Peta WPPNRI 712 ............................................................................. 5
3. Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) ................................................... 7
4. Pengukuran panjang ikan ................................................................... 9
5. Kontruksi Purse Seine ........................................................................ 14
6. Pengoperasian Purse Seine ............................................................... 15
7. Peta Lokasi Praktik ........................................................................... 18
8. Produksi Purse Seine Perbulan .......................................................... 25
9. Komposisi Hasil Tangkapan Dominan Purse Seine Perbulan ............. 28
10. Komposisi Hasil Tangkapan Dominan Purse Seine ............................ 29
11. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Abu-abu .......................... 30
12. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Abu-abu Jantan ............... 30
13. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Abu-abu Betina ................ 31
14. Hubungan Panjang-Bobot Ikan Tongkol Abu-abu ............................... 32
15. Nisbah Kelamin Ikan Tongkol Abu-abu .............................................. 34
16. Nilai Lc Tongkol Abu-abu ................................................................... 35
17. Armada Purse Seine .......................................................................... 38
18. Produksi Tongkol abu-abu Perbulan .................................................. 45
19. Perkembangan Produksi, Effort dan CPUE Tongkol Abu-abu ............. 46
20. Korelasi CPUE dan Effort ................................................................... 47
21. Fishing Ground Purse Seine .............................................................. 59
22. Konstruksi Purse Seine (modifikasi) ................................................... 60
23. Konstruksi Kapal Purse Seine ............................................................ 63

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18
2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tongkol ............................................. 22
3. Perbandingan data PPN Pekalongan dan data Logbook DJPT ............. 25
4. Perbandingan data Tempat Pendartan Ikan dan data Logbook ............. 26
5. Pesentase TKG Ikan Tongkol Abu-abu ................................................ 34
6. Nilai Lc dan Lm Ikan Tongkol Abu-abu .................................................. 36
7. Informasi Data Kapal ............................................................................. 37
8. Spesifikasi Alat Tangkap ....................................................................... 38
9. Waktu Pengoperasian Purse Seine ....................................................... 41
10. Titik Koordinat Pengoperasian Purse Seine .......................................... 42

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktik ............................................................................. 59
2. Konstruksi Purse Seine ...................................................................... 60
3. Konstruksi Kapal Purse Seine ............................................................. 63
4. Kapal Purse Seine ............................................................................. 64
5. Dokumentasi ..................................................................................... 68
6. Kuesioner Borang Pemantau Kapal Perikanan .................................. 71
7. Surat Tugas Observer ........................................................................ 76
8. Surat Keterangan Berlayar ................................................................. 78

vii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar, menurut KEPMEN-
KP No 50/2017 tentang estimasi potensi, JTB dan tingkat pemanfaatan SDI di
WPPNRI, Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia adalah sebesar 12,54
juta ton per tahun (Boesono & Wijayanto, 2013; Rintaka et al., 2015). Tetapi masih
belum dimanfaatkan secara optimal (Siegers, 2016; Waluyo, 2009). Potensi ini
terdiri dari ikan pelagis, ikan demersal (Tangke et al., 2016), ikan karang (Hartaty
et al., 2016) dan biota laut lainnya.
Laut Jawa (WPPNRI 712) merupakan perairan teritorial dengan kedalaman
maksimal 70 meter, kegiatan penangkapan sebagian besar dilakukan di perairan
utara Jawa. Perairan pantai utara Jawa Tengah merupakan salah satu daerah
produksi perikanan laut yang utama di Indonesia dengan potensi ikan pelagis yang
cukup besar (Natsir & Mahiswara, 2017). Pada tahun 2014 produksi perikanan
tangkap di Laut Jawa terbesar diseluruh Indonesia yaitu (17,91% dari total
produksi Indonesia) 6.037.654 ton (Yoke Hany Restiangsih & Hidayat, 2018).
PPN Pekalongan mempunyai peranan penting didalam pengusahaan
sumberdaya perikanan di Laut Jawa (Zamroni & Suwarso, 2017). Unit
penangkapan yang berkontribusi paling banyak dalam mendaratkan ikan pelagis
yaitu purse seine (Wahju et al., 2011). Hasil tangkapan purse seine paling banyak
didaratkan di PPN Pekalongan adalah Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol).
Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) merupakan salah satu ikan pelagis
yang bersifat oseanodromous, populasinya berada di perairan neritik yang jernih.
Produksi ikan tongkol abu-abu berperan penting pada produksi perikanan di
indonesia (Wagiyo & Febrianti, 2015; Abdussamad et al., 2012). Peningkatan
upaya penangkapan berdampak pada penurunan hasil tangkapan dan
menyebabkan peningkatan eksploitasi terhadap sumber daya ikan pelagis di Laut
Jawa (Cardinale et al., 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ikan Tongkol abu-abu
merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Upaya penangkapan yang
terus meningkat dan penurunan produksi secara terus menerus menjadi ancaman
dalam keberlanjutan populasi tongkol abu-abu di Indonesia (Yoke Hany
Restiangsih & Hidayat, 2018). Oleh karena itu langkah-langkah pengelolaan
perikanan tongkol abu-abu Indonesia saat ini, termasuk di WPPNRI 712 (Laut
2

Jawa) masih difokuskan pada perbaikan data dan informasi melalui program log-
book penangkapan, port sampling program dan program observer. Dalam rangka
mendeskripsikan pemanfaatan dan mengetahui kondisi perikanan tongkol abu-
abu di WPPNRI 712 (Laut Jawa) maka penulis mengambil judul “Perikanan Purse
Seine di Laut Jawa yang berpangkalan di PPN Pekalongan, Studi Kasus : Tongkol
Abu-abu (Thunnus tonggol)”.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui komposisi Hasil Tangkapan purse seine di Laut Jawa yang
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.
2. Mengkaji aspek biologi hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.
3. Mengkaji aspek perikanan tangkap purse seine yang berpangkalan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.

1.3 Batasan Masalah


1. Pengamatan komposisi hasil tangkapan purse seine di batasi pada, hasil
tangkapan purse seine selama praktik (Maret – April) dan verifikasi hasil
tangkapan.
2. Pengamatan aspek biologi hasil tangkapan purse seine, dibatasi pada hasil
tangkapan utama, hubungan panjang-bobot, nisbah kelamin, Tingkat
Kematangan Gonad (TKG), ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan ukuran
pertama kali ikan matang gonad (Lm).
3. Pengamatan aspek perikanan tangkap purse seine dibatasi pada,
pengoperasian alat tangkap, daerah penangkapan, musim penangkapan
dan Catch per Unit Effort (CPUE)
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia


Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan Perikanan No.01/MEN/2009
tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia disebutkan bahwa
untuk mencapai suatu pemanfaatan yang optimal dan terjaminnya kelestarian
sumberdaya ikan serta lingkungannya maka diperlukan adanya kajian potensi,
pemanfaatan, konservasi, penelitian berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan.
Sehingga dalam mewujudkan suatu kebijakan pengelolaan sumber daya ikan
sesuai UU No. 31 tahun 2004 dan perubahannya (UU No. 45 tahun 2009) tentang
Perikanan, maka perlu menetapkan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/PERMEN-
KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPPNRI). Terdapat 11 WPPNRI di perairan nusantara, 11 Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) meliputi WPPNRI 571 (perairan
Selat Malaka dan Laut Andaman), WPPNRI 572 (perairan Samudera Hindia
sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda), WPPNRI 573 (perairan Samudera
Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu,
dan Laut Timor bagian Barat), WPPNRI 711 (perairan Selat Karimata, Laut
Natuna, dan Laut China Selatan), WPPNRI 712 (perairan Laut Jawa), WPPNRI
713 (perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali), WPPNRI
714 (perairan Teluk Tolo dan Laut Banda), WPPNRI 715 (perairan Teluk Tomini,
Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau), WPPNRI 716
(perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera), WPPNRI 717
(perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik), WPPNRI 718 (perairan Laut
Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian timur).
4

Gambar 1. Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia


(KEPMEN-KP No 18/2014).

2.1.1 Laut Jawa


Laut Jawa (WPPNRI 712) merupakan salah satu perairan yang sangat
potensial dan merupakan habitat kelompok jenis ikan pelagis ekonomis penting di
Indonesia. Menurut PERMEN-KP No 50/2017 Potensi sumberdaya ikan di
WPPNRI 712 (Laut Jawa) sebesar 1,34 juta/tahun. Secara keseluruhan komposisi
jenis sumberdaya ikan di perairan Indonesia didominasi kelompok ikan pelagis
kecil sebesar 39 % dan ikan pelagis besar sebesar 25%.
Ikan pelagis sudah sejak lama menjadi target utama penangkapan nelayan
di perairan ini dan didaratkan di beberapa lokasi disepanjang pantai utara Jawa.
ikan pelagis di Laut Jawa umumnya ditangkap nelayan menggunakan pukat cincin
(purse seine) dan jaring insang (gill net). Jenis-jenis ikan pelagis yang dominan
tertangkap nelayan di Laut Jawa terdiri dari pelagis besar dan pelagis kecil. Jenis-
jenis ikan pelagis yang dominan terutama tongkol komo (Euthynnus affinis),
tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) dan tenggiri (Scomberomorus sp) (Ma’mun et
al., 2019). Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) merupakan ikan hasil
tangkapan utama dari purse seine di Laut Jawa yang didaratkan di PPN
Pekalongan.
5

Gambar 2. WPPNRI 712 (KEPMEN-KP No 18/2014).

2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan


Menurut PERMEN-KP No 08 tahun 2012 tentang Kepelabuhanan
Perikanan, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan (Kurniawan et al., 2017). Aktivitas perikanan tangkap perlu didukung
oleh adanya suatu pelabuhan perikanan yang memadai (Wahyuni et al., 2018).
Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang
dikenal dengan potensi perikanannya (Maulana & Kurohman, 2017). Di Kota
Pekalongan terdapat Pelabuhan Perikanan Tipe B yaitu PPN Pekalongan yang
terletak di sebelah utara kota Pekalongan. Berdasarkan SK Menteri Pertanian
No:310/KPTS/5/1978 tanggal 25 Mei 1978, Pelabuhan khusus perikanan ini resmi
menjadi UPT Direktorat Jendral Perikanan di bawah Departemen Pertanian, dan
mulai 1 Mei 2001 statusnya resmi menjadi PPN Pekalongan sebagai Unit
Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada dan
bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Sebagai
salah satu Pelabuhan Perikanan tertua di Indonesia, PPN Pekalongan sejak dulu
telah memiliki konstribusi besar terhadap perikanan tangkap dan pernah menjadi
salah satu tempat pendaratan ikan terbesar di Indonesia, bahkan di Asia
6

Tenggara. Data hasil tangkapan ikan di PPN Pekalongan mencapai 163,78 ton per
hari, merupakan Salah satu pelabuhan perikanan dengan aktivitas yang tinggi.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan terdapat tiga alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan, diantaranya purse seine, mini purse seine,
dan gill net (Anggriani et al., 2016). purse seine merupakan jenis alat tangkap yang
dominan di PPN Pekalongan (Mudzakir et al., 2009; Imanda et al., 2016). Purse
seine berkontribusi paling banyak dalam mendaratkan ikan pelagis di PPN
Pekalongan (Wahju et al., 2011), serta mempunyai peranan penting didalam
pengusahaan sumberdaya perikanan di Laut Jawa (Zamroni & Suwarso, 2017).

2.3 Perikanan Tongkol Abu-abu


2.3.1 Sumberdaya Perikanan Tongkol Abu-abu
Sumberdaya perikanan merupakan salah satu sumberdaya alam hayati
yang berpotensi dan memungkinkan untuk dikembangkan secara luas (Nugroho &
Boesono, 2013). Sumberdaya ini terdiri atas sumberdaya ikan karang, pelagis,
demersal, dan biota laut lainnya. Sumberdaya ikan pelagis terdiri atas kelompok-
kelompok ikan pelagis besar kelompok ikan pelagis kecil (Tangke et al., 2016).
Ikan pelagis menyukai perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara
bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai (Mutiara, 2014). Ikan
pelagis kecil hidup pada daerah pantai (Hariati, 2011) dan cenderung bergerombol
berdasarkan kelompok ukuran (Ernaningsih, 2013). Sumberdaya ikan pelagis kecil
diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah di
perairan Indonesia. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik (Merta et al.,
1992), karena penyebarannya adalah di perairan dekat pantai dan daerah –
daerah dimana terjadi proses pengadukan massa air (upwelling), sumberdaya ini
dapat membentuk biomasaa yang sangat besar.
Ikan tongkol dikelompokkan menjadi tuna neritik. Tuna neritik adalah tuna
yang habitat hidupnya diperairan neritik atau perairan dangkal. Kelompok tuna
neritik antara lain tongkol abu-abu (Thunnus tonggol), tongkol komo (Euthynnus
affinis), tongkol krai (Auxis thazard) dan tongkol lisong (Auxis rochei). Ikan tongkol
sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan salinitas. Biasanya ikan tongkol
cenderung menyukai perairan panas dan hidup dilapisan permukaan. Suhu
optimum untuk menangkap tongkol yaitu pada kisaran suhu 28 – 30˚C. ikan
tongkol lebih suka dengan keadaan perairan yang tenang dan tidak ada tekanan,
namun penyebarannya sering mengikuti sirkulasi arus (Shabrina, 2017).
7

Salah satu sumber daya tuna neritik yang dikelola IOTC meliputi tongkol
abu-abu atau longtail tuna (Thunnus tonggol) (Herrera & Pierre, 2009). Sejauh ini
data dan informasi tentang sumber daya tuna neritik yang dimiliki IOTC relatif
kurang dibanding data dan informasi jenis tuna tropis. Kondisi ini menyebabkan
ketidakpastian dalam pengelolaan Neritik tuna. Dalam rangka mengumpulkan
informasi dan mengembangkan langkah pengelolaan yang tepat, IOTC
melaksanakan Working Party on Neritik Tuna (WPNT-IOTC) yang diikuti negara-
negara anggotanya setiap tahun yang dimulai sejak tahun 2011(Widodo, 2012).
Ikan tongkol juga tergolong ikan pelagis besar yang memiliki kemampuan
renang cepat dan menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia setalah Tuna dan
Cakalang dimana volume ekspor ikan tongkol pada tahun 2010 mencapai 122.450
ton dan mengalami kenaikan sebesar 7,2 % menjadi 131.269 ton (Hapsari, 2014).

2.3.2 Taksonomi dan Morfologi Ikan Tongkol abu-abu


Secara umum klasifikasi tongkol abu-abu seperti di bawah ini (Collete &
Nauen, 1983) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Sub Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus tonggol (Bleeker, 1851)

Gambar 3. Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol)


Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) memiliki tubuh memanjang, dengan
barisan bercak-bercak oval yang berwarna putih atau keperakkan secara
8

horizontal. Sirip dada, sirip panggul dan sirip ekor berwarna kehitam-hitaman,
sedangkan sirip dorsal kedua, dan sirip anal berwarna kekuning-kuningan dengan
tepian gelap. Pada sirip dorsal kedua diikuti 8-10 finlet sedangkan pada sirip anal
diikuti 7-9 finlet. Tongkol abu-abu adalah spesies terkecil kedua dari delapan
spesies Thunnus, tumbuh dengan ukuran maksimal 142 cm dan bobot 35,9kg
(Griffiths et al., 2007).

2.3.3 Habitat
Apabila ingin memahami aspek biologi suatu organisme, maka diperlukan
pengetahuan mengenai habitat organisme dan pergerakan organisme tersebut
diantara habitat yang berbeda (Weng et al., 2009). Kondisi perairan sangat
menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme didalamnya, tetapi setiap
organisme memiliki kebutuhan dan keperluan yang berbeda-beda terhadap
lingkungan tempat hidupnya.
Ikan tongkol abu-abu mendiami perairan neritik dengan kedalaman 20-45
meter. Makanan utama ikan tongkol adalah Krustasea dan Cephalopoda,
sedangkan predator ikan ini berasal dari golongan tuna besar, marlin, barakuda
dan hiu. Ikan tongkol pada umumnya sangat sensitif terhadap perubahan suhu
maupun salinitas, tongkol hidup pada perairan hangat dengan kisaran suhu 20-
28oC dan tingkat salinitas 32-34 ppm (Hasyim, 2004; Shabrina, 2017; Wagiyo &
Febrianti, 2015).

2.3.4 Distribusi sebaran


Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) adalah ikan pelagis yang
mempunyai nilai ekonomis dalam perikanan Indonesia (Alamsyah et al., 2020).
Penyebaran spesies ini tergolong unik dibandingkan spesies lain yang termasuk
genus Thunnus yang umumnya ditemukan di laut dalam. Tongkol abu-abu hanya
ditemukan di perairan dangkal yang dekat daratan atau kepulauan sekitar 15-30
mil laut dari darat dengan kedalaman 20-45 m. Menurut Collete & Nauen (1983)
penyebaran ikan ini terdapat di perairan Indo Pasifik mulai selatan Jepang, Filipina,
Papua Nugini sampai Australia dan ke arah barat dari perairan India,
Semenanjung Arab, Laut Merah sampai Pantai Somalia (Hidayat & Noegroho,
2018).
9

2.4 Aspek Biologi


2.4.1 Pola Pertumbuhan
2.4.1.1 Hubungan Panjang-Bobot
Hubungan panjang-bobot adalah hal yang penting untuk diketahui, karena
dengan adanya informasi ini dapat diketahui fase dan pola pertumbuhan
(Okgerman, 2005). Pola pertumbuhan ikan dapat menyediakan informasi
hubungan panjang-bobot yang penting bagi satu spesies ikan dari suatu daerah
(Gonzales et al., 2000). Hubungan panjang-bobot ikan dapat digunakan untuk
mengestimasi umur, faktor kondisi (keadaan kesehatan relatif), penentuan ikan
layak tangkap dan daya dukung stok ikan itu sendiri (Putri et al., 2018).
Pengukuran panjang dan bobot dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konversi dari ukuran panjang ke bobot atau sebaliknya sehingga dapat di jadikan
petunjuk kesehatan, kegemukan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk
perkembangan gonad (Hargiyatno et al., 2013; Richter, 2007; Blackwell et al.,
2000) dan pola pertumbuhan ikan (Mulfizar et al., 2012; Sharfina et al., 2016).
Untuk pengukuran panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengukuran panjang ikan tongkol abu-abu (Islamadina et al., 2018)


Keterangan gambar :
PT = Panjang Total; PC = Panjang Cagak; PB = Panjang Baku;

2.4.2 Reproduksi
2.4.2.1 Nisbah Kelamin (Sex ratio)
Nisbah kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan
jumlah individu jantan dan betina dalam suatu populasi (Umi Chodrijah & Budiarti,
2017). Pengetahuan mengenai nisbah kelamin berkaitan dengan upaya
mempertahankan kelestarian populasi ikan yang diteliti. Aspek ini dapat dijadikan
10

indikator populasi dalam kondisi yang ideal. Untuk mempertahankan populasi dari
kepunahan diharapkan organisme dalam kondisi seimbang bahkan diharapkan
jumlah betina lebih banyak sehingga populasinya dapat dipertahankan walaupun
ada kematian alami dan penangkapan (Saputra, 2009; Wujdi et al., 2016). Kondisi
nisbah kelamin yang ideal umumnya di dukung oleh kondisi lingkungan dan habitat
yang baik untuk kelangsungan hidup organisme (Widyastuti, 2011).
Sex ratio (Nisbah kelamin) juga dapat dijadikan parameter kelimpahan satu
spesies pada suatu lokasi penangkapan. sex ratio yang seimbang (1:1) Artinya
rekruitmen anggota baru yang seimbang dari proses penetasan telur sehingga
proporsi jumlah jantan dan betina yang tertangkap seimbang (Ningrum et al.,
2015). Jenis kelamin ditentukan secara morfologis, yaitu mengamati bentuk dan
warna gonad ikan sampel (Ardelia et al., 2018) Rasio kelamin dihitung
berdasarkan perbandingan antara jumlah jantan dan betina dari ikan contoh,
sehingga dapat diketahui rasio keduanya.

2.4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Informasi mengenai tingkat kematangan gonad diperlukan untuk
mengetahui atau menentukan perbandingan ikan yang matang gonad atau belum
dari ketersediaan ikan yang ada di perairan. Disamping itu bisa digunakan untuk
mengetahui tentang ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonad, waktu
pemijahan, serta intensitas pemijahan selama satu tahun (Diana, 2007).
Diketahuinya perkembangan tingkat kematangan gonad dapat dikaitkan
dengan ukuran ikan, yaitu panjang saat pertama matang gonad (Makmurl &
Rahardio, 2017). Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah (Novianto et al., 2017;
Mardlijah, 2012; Diana, 2007). TKG dapat memberikan pengetahuan mengenai
kondisi kematangan gonad pada ikan, apakah ikan tersebut dalam kondisi tidak
masak, hampir masak, masak, reproduksi, salin maupun istirahat melalui ciri-ciri
gonad yang dapat diamati (Saputra, 2009). Melalui pengetahuan tentang Tingkat
Kematangan Gonad akan didapat keterangan bilamana ikan itu memijah, baru
memijah atau sudah selesai memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad
selain menggambarkan siklus reproduksi, juga berkaitan dengan pendugaan umur
atau ukuran ikan mencapai matang gonad dan waktu pemijahan (Jatmiko et al.,
2015).
11

2.4.2.3 Ukuran pertama kali tertangkap (Lc)


Panjang ikan pertama kali tertangkap atau length at the first capture (Lc)
atau Lc 50% didefinisikan sebagai panjang dimana 50% ikan dipertahakan dan
50% dilepaskan oleh suatu alat tangkap ikan. Pendugaan ukuran pertama kali
tertangkap digunakan sebagai salah satu acuan dalam menentukan upaya
pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan informasi ukuran ikan yang
tertangkap dengan alat tangkap tertentu (Sumiono & Nuraini, 2017).
Analisa rata-rata ukuran ikan pertama kali tertangkap (Lc) dilakukan
dengan cara membuat grafik hubunganantara panjang ikan (sumbu X) dengan
jumlah ikan (sumbu Y) sehingga diperoleh kurva berbentuk sigmoid (Restiangsih
et al., 2017).

2.4.2.4 Ukuran pertama kali matang gonad (Lm)


Salah satu kriteria ikan layak ditangkap adalah memiliki panjang yang lebih
besar dari panjang pertama kali ikan matang gonad (length at the first maturity,
Lm) (Jamal et al., 2016). Ukuran awal kematangan gonad merupakan salah satu
parameter penting dalam penentuan ukuran terkecil ikan yang boleh ditangkap
(Ibrahim et al., 2020). Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ini
merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam
suatu perairan.
Perbedaan ukuran pertama kali ikan matang gonad dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal, meliputi perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta
fungsi fisiologis individu dan faktor eksternal meliputi suhu dan arus. Dalam
penerapannya, ukuran pertama kali matang gonad dapat digunakan sebagai dasar
penentuan ukuran mata jaring pada alat tangkap (Novitriana, 2003) dan secara
berkala dapat dijadikan indikator adanya tekanan terhadap populasi (Siby et al.,
2009).
Beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama matang gonad
antara lain perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi individu.
Sedangkan faktor luar yang berpengaruh diantaranya yaitu suhu, arus, adanya
individu yang berbeda jenis kelamin, dan tempat berpijah yang sesuai (Ardelia et
al., 2018).
12

2.5 Aspek Perikanan Tangkap


2.5.1 Kapal Penangkapan
Kapal penangkap ikan merupakan salah satu unit dalam kegiatan
perikanan. Kapal ikan berfungsi untuk mengumpulkan sumberdaya perikanan
(Adinugroho, 2018). Potensi perikanan tangkap dapat dimanfaatkan melalui
eksploitasi yang bertanggung jawab dengan menggunakan sarana kapal
perikanan dan alat penangkapan. Kategori ukuran kapal berdasarkan jarak operasi
sebagai berikut (A. F. P. Nelwan, 2015) : 1. Ukuran kecil 5–15 GT dengan jarak
operasi 30 mil; 2. Ukuran sedang 15–30 GT dengan jarak operasi 30-50 mil; 3.
Ukuran besar 30–100 GT dengan jarak operasi 50-200 mil; 4. Ukuran diatas 100
GT dengan jarak operasi sampai 200 mil.

2.5.2 Alat Tangkap (Purse Seine)


Alat penangkapan ikan adalah alat yang digunakan untuk melakukan
penangkapan ikan dan udang (Sumardi, 2014). Alat tangkap yang biasa digunakan
nelayan untuk menengkap ikan pelagis adalah purse seine sesuai dengan sifat
ikan pelagis yang suka bergerombol (schooling), yaitu menghadang pergerakan
ikan ke arah horisontal dengan cara melingkari kelompok ikan dan menghadang
pergerakan ikan ke arah vertikal (Boesono & Wijayanto, 2013).
Purse seine pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 di Batang, Jawa
Tengah, perikanan purse seine makin populer dan berkembang ke berbagai
daerah seperti Muncar, utara Jawa Timur ,Madura, Pontianak dan Pemangkat
(Suwarso et al., 2017). Armada purse seine berkembang pesat sejak pelarangan
operasi trawl pada tahun1980 (Nurdin, 2017).
Purse seine adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, tanpa
kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic
fish) yang digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets) (Zakaria
et al., 2017; Martasuganda et al., 2004) Karakteristik jaring purse seine terletak
pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring. Komponen dari jaring purse
seine dikelompokkan menjadi 5 bagian besar, yaitu: (1) badan jaring, (2) tali kerut,
(3) cincin (ring), (4) pelampung dan pemberat, dan (5) tali selembar (Muntaha et
al., 2012) Antara daerah satu dengan daerah yang lain mempunyai perbedaan
bentuk dan konstruksi Purse Seine, hal ini dapat disebabkan oleh keadaan
perairan yang berbeda dan akhirnya para nelayan memodifikasi purse seine
13

sesuai dengan kebutuhan agar dapat memperoleh hasil tangkapan yang maksimal
(Suryana & Rahardjo, 2013).
Purse seine adalah jenis alat tangkap yang tergolong seine yaitu
merupakan alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan pelagik yang
umumnya hidup membentuk kawanan dalam kelompok besar (Prihartini, 2006;
Friedman, 1986; Ardidja, 2010), dengan cara melingkarkan jaring pada
gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line.
Dengan kata lain, ikan yang tertangkap di dalam jaring tidak dapat meloloskan diri
(Ayodhyoa, 1981; Prasetyo et al., 2016).
Terdapat 2 jenis armada purse seine di PPN Pekalongan yaitu :
1. Mini purse seine : tipe ini khusus ditemukan di Pelabuhan Pekalongan, Jawa
Barat. Beroperasi selama 6-15 hari/trip. Hasil tangkapan yang diperoleh
dilelang di pasar Jawa. Ukuran kapal yang digunakan memiliki panjang 15-
20 m dengan kapasitas palka 20-25 ton. alat tangkap mini purse seine
dengan ukuran armada penangkapan yang dominan adalah 10-30 GT.
Secara umum, alat tangkap mini purse seine cenderung dioperasikan
nelayan dengan menggunakan kapal berukuran di atas 10 GT. (Wijayanto &
Kurohman, 2018).
2. Purse seine : terkonsentrasi di tiga provinsi yaitu Tegal, Pekalongan-Batang,
dan Juwana Rembang. Armada tersebut biasanya beroperasi selama 45
hari/trip, hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan dipasar nasional.
Ukuran kapal yang digunakan memiliki panjang 40-65 m dengan kapasitas
palka 50-80 ton ( Prasetyo et al., 2011; Hariati, 2017).

Ukuran kapal yang digunakan purse seine di Pekalongan > 60 GT dengan


kekuatan mesin >140 PK sedangkan untuk ukuran kapal <60 GT tergolong alat
tangkap mini purse seine (D. Dewi & Husni, 2018). Daya tangkap kapal purse seine
dipengaruhi secara oleh kekuatan mesin penggerak kapal, ukuran jaring, dan
kekuatan lampu yang digunakan. Ketiga faktor tersebut cenderung meningkat,
sehingga daya juga cenderung meningkat (Purwanto & Nugroho, 2016; Hufiadi &
Nurdin, 2016).

2.5.2.1 Konstruksi Purse Seine


Konstruksi puse seine menurut Setyasmoko et al., (2016) terdiri atas: a)
Bagian jaring terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong; b)
14

Serampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi


memperkuat jaring sewaktu ditripkan, terutama penarikan jaring; c) Tali temali,
terdiri atas tali pelampung, tali ris atas dan bawah, tali kerut, dan tali selambar; d)
Pelampung; e) Pemberat; f) Cincin.
Bentuk purse seine di Pekalongan berbentuk trapesium dengan panjang
jaring berkisar 400-1000 meter, dengan kedalaman jaring sekitar 50 sampai 140
meter. Alat tangkap ikan pelagis ini terdiri dari bagian sayap dan bagian kantong
yang ukurannya ditentukan oleh panjang dan lebarnya. Dapat dilihat pada Gambar
5.

Gambar 5. Kontruksi Purse Seine (Safitri & Magdalena, 2018)

2.5.2.2 Metode Pengoperaisan Alat Tangkap


Metode pengoperasian Purse seine ditekankan pada kecepatannya
tenggelam jaring dalam arti cepat mengurung ikan dari segala sisi atas dan bawah.
Hauling dimulai dari penarikan tali kerut yang melalui cincin-cincin yang dipasang
di sepanjang bagian bawah jaring. Dengan tertariknya tali kerut maka ikan-ikan
yang berada di dalam jaring sudah sepenuhnya terkurung. Hauling jaring dimulai
dari arah horizontal untuk mempersempit areal ikan-ikan yang sudah terkurung.
Adapun lama pelayaran kapal-kapal penangkap ikan sangat bervariasi
tergantung ukuran kapal, musim penangkapan dan faktor lain seperti cuaca.
Kapal-kapal berukuran kecil biasanya berlayar hanya satu hari (one day fishing)
sedangkan kapal besar bisa mencapai hingga tiga bulan mengingat perbekalan
dan bahan bakar biasanya disuplai kapal pengangkut ikan (Suwardjo et al., 2017).
Pengeperasian purse seine dapat dilihat pada Gambar 6.
15

Gambar 6. Pengoperasian purse seine (Wijayanti, 2008)

2.5.3 Daerah penangkapan (Fishing ground)


Daerah penangkapan adalah daerah perairan tertentu yang memiliki
kelimpahan ikan tertentu, sebagai tempat untuk mengadakan usaha
penangkapan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia (WPPNRI). Perairan Nusantara dibagi menjadi 11 wilayah pengelolaan
(Susilo et al., 2015). Daerah penangkapan nelayan purse seine di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pekalongan sebagian besar adalah di WPPNRI 712
Tepatnya di perairan Utara Jawa. Ukuran kapal dan alat tangkap sangat
menentukan wilayah penangkapan (Dewi et al., 2018).
Kendala nelayan dalam usaha penangkapan ikan yaitu ketidakpastian
daerah penangkapan ikan, sehingga peningkatan efisiensi operasi penangkapan
masih rendah. Umumnya nelayan menentukan daerah penangkapan masih
secara tradisional yaitu dengan melihat banyaknya burung bertebangan di atas
permukaan air. Nelayan percaya hal ini menandakan adanya kelompok ikan-ikan
kecil yang menjadi makanan tongkol (Padmaningrat et al., 2017).

2.5.4 Musim Penangkapan


Pendugaan pola musim penangkapan ikan merupakan salah satu upaya
untuk memperoleh informasi (Ernaningsih et al., 2013). yang memadai tentang
keberadaan ikan di suatu daerah penangkapan (Chodrijah & Hariati, 2017). Atas
informasi ini, nelayan diharapkan mampu mengarahkan operasinya pada musim
yang memberi peluang hasil tangkapan yang tinggi.
16

Informasi hasil tangkapan ikan pelagis kecil bervariasi menurut musim dan
daerah penangkapan (dari utara Tegal dan Pekalongan sampai Matasiri dan Laut
Cina Selatan) (Wijopriono, 2017). Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada musim
peralihan 2 (bulan September sampai Nopember) dan terendah pada musim timur
(bulan Juni sampai Agustus). Pola Angin muson berpengaruh terhadap kegiatan
penangkapan dan keberadaan ikan di laut Jawa (Suherman Banon Atmaja &
Nugroho, 1995).

2.5.5 Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine


Komposisi jenis sumber daya ikan yang tertangkap di WPPNRI
digolongkan menjadi 9 kelompok yaitu: pelagis kecil, pelagis besar, demersal,
karang, udang, lobster, kepiting, rajungan dan cumi-cumi. Hasil tangkapan di
perairan pantai utara Pekalongan memiliki komposisi yang beragam (Dewi &
Husni, 2018), diantaranya:Ikan layang, tongkol, tengiri, bawal, cucut, manyung,
kakap merah, pari, layaran, remang, kimpul, dll. Jenis ikan tersebut dapat
ditangkap dengan menggunakan purse seine dan mini purse seine (Nugroho &
Boesono, 2013; Hastrini et al., 2013). Komposisi hasil tangkapan dapat berubah
dikarenakan dinamika alat penangkapan dan perubahan dalam distribusi upaya
penangkapan (Atmaja & Nugroho, 2016).

2.5.6 Trend Produktivitas Penangkapan


Upaya penangkapan ikan adalah seluruh kemampuan yang dikerahkan
oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan yang tergabung sebagai suatu armada
penangkapan ikan untuk memperoleh hasil tangkapan (Nelwan et al., 2010).
Informasi upaya penangkapan dibutuhkan untuk menginterpretasi perubahan dari
sejumlah produksi hasil tangkapan ikan guna menentukan tindakan pengelolaan
perikanan tangkap. Perubahan upaya penangkapan dalam skala waktu dan ruang
menyebabkan variabilitas produksi hasil tangkapan (Halley & Stergiou, 2005).
Indonesia adalah salah satu negara penyumbang produksi ikan tongkol
abu-abu terbesar di dunia. Pada tahun 2009, Indonesia memberi kontribusi sekitar
29% dari total produksi dunia dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 31%
(Abdussamad et al., 2012). Oleh karena itu ikan tongkol abu-abu menjadi salah
satu komunitas ekspor penting bagi Indonesia. Menurut Alamsyah et al., (2020)
jenis ikan tongkol abu-abu pada umumnya menjadi target penangkapan pada
perikanan purse seine, jaring ingsang dan pancing. Laju produksi ditentukan oleh
17

seberapa besar upaya penangkapan dalam memanfaatkan sumber daya ikan


(Nelwan, 2015).

2.5.6.1 Catch Per-Unit of Effort (CPUE)


Catch Per-unit of effort (CPUE) merupakan hasil tangkapan per unit alat
tangkap pada kondisi biomassa yang maksimum atau merupakan angka yang
menggambarkan perbandingan antara hasil tangkapan per unit upaya atau usaha.
Perhitungan CPUE didasarkan pada besar jumlah hasil tangkapan terhadap upaya
yang dilakukan (Saidi, 2013). Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui
kelimpahan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan pada suatu daerah
perairan tertentu (Salmah et al., 2017).
3. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat


Praktik Akhir dilaksanakan selama 75 hari, terhitung mulai dari tanggal 2
Maret sampai dengan 15 Mei 2020, di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
diwakilkan oleh Kabupaten Pekalongan tepatnya di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pekalongan, pengambilan data dilakukan di pelabuhan (on port) dan
dengan Menaiki kapal Purse Seine (on board) yang melakukan penangkapan di
perairan Laut Jawa (WPPNRI 712).
Lokasi pemetaan pegambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Lokasi Praktik

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktik Akhir di lapangan
antara lain :
Tabel 1. Alat dan Bahan
No Alat dan bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Tongkol abu- 1004 Untuk diidentifikasi
1 Sampel
abu ekor aspek biologinya
19

Tabel 1. Lanjutan
No Alat dan bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Alat pengukur
100 cm, Untuk mengukur
2 panjang atau 1 buah
ketelitian 1 mm panjang ikan
penggaris
Untuk menimbang
Ketelitian 1 gr
3 Timbangan digital 1 buah bobot ikan, gonad dan
dan 0.001 gr
lambung ikan
Untuk membedah
4 Disecting set Stainless steel 1 set
ikan
Wadah untuk
5 Nampan Plastik 1 buah
membedah
Mencatat data-data
6 Alat tulis Buku tulis, pena 1 buah
yang didapat
7 Kamera 10 megapixel 1 buah Mengambil gambar
Untuk menentukan
8 GPS Garmin 1 buah
titik koordinat
Untuk memasukkan
Core i5, Ram
9 PC 1 buah data yang didapat di
4GB
lapangan
Untuk Keselamatan
11 Life jacket Styrofoam 1 buah
diatas kapal
Membantu
12 Borang Observer - 2 buah pengamatan kegitan
penangkapan ikan

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam praktik akhir ini adalah
metode survei dan observasi langsung yang dilakukan di PPN Pekalongan,
dikarenakan pelabuhan ini banyak berkontribusi dalam kegiatan perikanan di
Provinsi Jawa Tengah, terutama dari perikanan pelagis kecil, dan juga di PPN
Pekalongan menjadi fishing base dari armada purse seine. Pengumpulan data dari
praktik akhir ini juga dilakukan dengan observasi diatas kapal penangkapan (Purse
Seine), yang menjadi target pengamatan yaitu pengoperasisan alat tangkap,
komposisi hasil tangkapan dan daerah penangkapan.
Metode dalam pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu; pengumpulan
data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data dilakukan pencatatan data
dengan seperangkat alat tulis serta didokumentasikan menggunakan kamera
digital.
Data primer diperoleh dengan cara pengambilan data secara langsung di
Tempat Pendaratan Ikan (TPI) PPN Pekalongan dan on board di perairan Laut
Jawa. Lokasi ini dipilih karena adanya keberadaan Sumberdaya ikan yang
melimpah. Sedangkan untuk data sekunder yang diperlukan ialah berupa data
20

time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan selama 5 tahun terakhir yang
diperoleh dari PPN Pekalongan dan DJPT.
Pengambilan sampel di TPI dan on board dilakukan secara random
sampling diharapkan dapat mewakili populasi ikan dari berbagai macam ukuran,
tujuan pengambilan data secara on board dilakukan untuk mengetahui fishing
ground dan factor-faktor lain dari sampel biota yang ada di TPI dan target
wawancara dengan metode purposive sampling, purposive sampling yaitu sampel
yang diambil didasarkan pada pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan
pada metode ini ditentukan oleh peneliti sendiri.
Jumlah penarikan sampel biota dan target wawancara berdasarkan
random sampling, diharapkan akan mewakili setiap jenis pada semua tingkat
ukuran dan jenis kelamin.

Pengumpulan Data Aspek Biologi


1) Identifikasi Jenis Komposisi Hasil Tangkapan
Pengamatan jenis Hasil Tangkapan yang tertangkap oleh kapal purse seine
diidentifikasi secara visual dengan membedakan warna dan bentuk tubuh.
2) Panjang Cagak
Merupakan panjang dari ujung hidung sampai ke ujung belahan sirip ekor ,
dan cara mengukurnya dengan penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1 cm
(Fadhil et al., 2016).
3) Bobot Total
Merupakan data bobot satu individu ikan, cara pengukuran bobot dengan
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 1 gram (Mulfizar et al.,
2012).
4) Tingkat Kematangan Gonad dan Nisbah Kelamin
Merupakan tingkatan dari reproduksi ikan, dilihat dengan pengamatan jenis
kelamin dan pembedahan ikan.
5) Length at the first Capture (Lc)
Ukuran pertama kali tertangkap ini dibutuhkan untuk mengetahui
perkembangan populasi dalam suatu perairan dengan mengkorelasikannya
dengan ukuran matang gonad. Berkurangnya populasi ikan di masa
mendatang dapat terjadi karena ikan yang tertangkap adalah ikan yang akan
memijah.
21

6) Length at the first Maturity (Lm)


Merupakan ukuran pertama kali ikan matang gonad untuk mengelompokan
kelayakan hasil tangkapan (Omar et al., 2017).

Pengumpulan Data Aspek Perikanan Tangkap


Mendapatkan data sekunder yang diperlukan berupa statistik perikanan
berupa jumlah produksi dari Logbook dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI), aspek
penangkapan seperti armada dan alat tangkap serta effort (trip), serta
pengoperasian alat tangkap, lokasi penangkapan (fishing ground), waktu setting,
waktu hauling dan hasil tangkapan.

3.4 Metode Analisis Data


Aspek Biologi
3.4.1 Hubungan Panjang-Bobot
Model yang digunakan dalam menduga hubungan panjang-bobot
(Effendie, 1979) merupakan hubungan eksponensial dengan persamaan sebagai
berikut :

W=aLb

Keterangan : W = bobot ikan (gram)


L = Panjang Standar/Cagak Ikan (cm)
a = bilangan konstanta atau intercept yang dicari dari perhitungan
regresi
b = Eksponen atau sudut tangesial

setelah itu dibentuk dalam regressi linier (Hossain et al., 2009; Hossain et al.,
2012), regressi linier dari persamaan tersebut adalah :

ln w = ln a + ln b

3.4.2 Nisbah Kelamin


Sampel ikan yang didapat akan dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya.
Untuk menentukan perbandingan antara betina dan jantan (Triharyuni et al., 2015).
Nisbah kelamin dihitung dengan menggunakan rumus (Damora & Ernawati, 2011):
22

NK =Nnl /Nji

Keterangan : Nk = Nisbah Kelamin


Nbi = Jumlah ikan betina
Nji = Jumlah ikan jantan

3.4.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad ditentukan melalui pengamatan visual
terhadap morfologis gonad. Selanjutnya ciri-ciri yang teramati disesuaikan dengan
ciri-ciri tingkat kematangan. Ikan berdasarkan ciri morfologi gonad yang
dikembangkan oleh Cassie dan dimodifikasi (Melmambessy, 2010), untuk TKG ini
berlaku bagi Tongkol:
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Tongkol
TKG JANTAN BETINA
Testis seperti benang, Ovari seperti benang,
I lebih pendek, ujungnya di panjang sampai ke depan
rongga tubuh, transparan tubuh, transparan,
permukaan licin
Ukuran testis lebih besar, Ukuran lebih besar,
II pewarnaan putih susu, pewarnaan gelap
bentuk lebih jelas dari TKG kekuningan, telur belum
I terlihat jelas
Permukaan testis nampak Ovari berwarna kuning,
III bergerigi, warna makin secara morfologi telur
putih, dalam keadaan sudah kelihtan butirnya
diawetkan mudah putus. dengan mata.
Seperti TKG III tampak Ovari makin besar, telur
lebih jelas testis makin berwarna kuning, mudah
IV pejal dan rongga tubuh dipisahkan, butir minyak
mulai penuh, warna putih tak tampak, mengisi 1/2-2/3
susu rongga tubuh, usus
terdesak
Testis bagian belakang Ovari berkerut, dinding
kempis dan bagian dekat tebal, butir telur sisa
V pelepasan masih berisi. terdapat di dekat
pelepasan. Banyak telur
seperti pada tingkat II

3.4.4 Ukuran pertama kali matang tertangkap (Lc)


Ukuran ikan pertama kali matang tertangkap (Lc) diduga melalui (Mehanna
et al., 2017) :

1
SL=
a+exp(a-bL)
23

Nilai Lc diperoleh dengan memplotkan presentase frekuensi kumulatif ikan yang


tertangkap dengan ukuran panjang standartnya, dimana titik potong antara kurva
50% frekuensi kumulatif adalah panjang saat 50% ikan tertangkap.
Adapun nilai Lc dapat dihitung melalui rumus :

-a
Lc=
b

3.4.5 Ukuran pertama kali matang gonad (Lm)


Perhitungan panjang-bobot ikan pertama kali matang gonad (Lm)
menggunakan persamaan Spearman-Karber yang dikembangkan oleh (Nwosu &
Holzlöhner, 2016) :

d
m=xk + -(dƩPi)
2

Keterangan : m = logaritma dari kelas panjang pada kematangan gonad pertama


d = selisih logaritma dari pertambahan nilai tengah panjang
k = jumlah kelas panjang
xk = logaritma nilai tengah panjang ikan yang telah matang gonad
(Pi=1) mengantilogikan persamaan diatas, maka didapat ukuran
pertama kali matang gonad (Lm)

Aspek Perikanan Tangkap


3.4.6 Catch Per Unit Effort (CPUE)
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui laju upaya penangkapan dengan
melakukan pembagian total hasil tangkapan (catch) terhadap upaya penangkapan
(effort). Formula yang digunakan untuk menghitung nilai CPUE (Gulland, 1983)
adalah :

CPUE = Ci/Ei

Keterangan : Ci = Hasil Tangkapan ke-I


Ei = Upaya Penangkapan ke-I
CPUE = Hasil tangkapan per unit upaya penangakapan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktik
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI)
712 merupakan wilayah pengelolaan yang berada dibagian Laut Jawa. Luas
wilayah perairan Laut Jawa Tengah sekitar 16.300 km2, sedangkan wilayah lepas
pantai sebesar 46.600 km2. Laut Jawa merupakan bagian dari paparan Sunda
dimana seluruhnya merupakan perairan territorial dengan kedalaman maksimal 70
meter.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan merupakan pelabuhan tipe
B dan yang terletak di daerah Pekalongan – Jawa Tengah. Wilayah kerja dan
pengoperasian Pelabuhan Perikanan Pekalongan dibagi menjadi dua, yaitu,
wilayah kerja daratan sebesar 36.355 ha dan wilayah kerja perairan sebesar 3,78
ha. Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan terletak di
Muara Sungai Pekalongan di Kelurahan Panjang Wetan dan Krapyak Lor,
kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Posisi geografisnya terletak pada
11051’55” LS dan 109041’55” BT.
Batas-batas wilayah PPN Pekalongan yaitu sebelah barat dan timur
berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, sebelah utara dengan Laut Jawa dan
sebalah selatan dengan Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan
(Anggityarini & Rosyid, 2013).

4.2 Produksi Purse Seine di Laut Jawa pada PPN Pekalongan


Produksi perikanan adalah jumlah hasil tangkapan ikan yang
satuannya kilogram (kg) atau ton yang didaratkan di TPI maupun di luar TPI
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, salah satunya adalah produksi
armada purse seine yang beroperasi di Laut Jawa (WPPNRI 712). Produksi
armada purse seine perbulan tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 8.
25

Desember
November
Oktober
September
Bulan Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Produksi (ton)

Gambar 8. Produksi Purse Seine Perbulan


Dari grafik diatas diketahui musim puncak purse seine di WPP 712 terjadi
pada bulan April, Mei, Oktober dan November, musim panceklik pada bulan Juni
dan Agustus sedang di bulan lainnya merupakan musim sedang.

4.2.1 Perbandingan Data Produksi Purse Seine


Perbandingan data dibagi dua, yaitu data produksi PPN
Pekalongan dengan data logbook syahbandar PPN Pekalongan dan data produksi
PPN Pekalongan dengan data logbook dari Kementrian Kelautan dan Perikanan
(KKP) – Direktur Jendral Perikanan Tangkap (DJPT). Data yang dibandingkan
adalah total hasil tangkapan purse seine di Laut Jawa yang didaratkan di PPN
Pekalongan dan jumlah trip kapal purse seine dari PPN Pekalongan yang
beroperasi di Laut Jawa. Perbandingan data produksi PPN Pekalongan dengan
data logbook DJPT, data disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan data PPN Pekalongan dan data Logbook DJPT 2015-2019
TRIP PRODUKSI (ton)
TAHUN PPN Logbook - PPN Logbook - MIS DATA
Pekalongan DJPT Pekalongan DJPT
2015 883 419 2.927 1.976 15%
2016 899 535 4.817 2.770 2%
2017 783 462 3.238 1.721 5%
2018 795 473 2.810 1.404 8%
2019 491 235 2.477 1.022 7%

Terdapat penyimpangan atau mis data dari tahun 2015-2019 yang


mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada tahun 2015 terjadi mis data yang paling
26

tinggi dan pada tahun 2016 merupakan mis data terendah. Berdasarkan hasil
wawancara dari pihak pelabuhan ada beberapa faktor yang menyebabkan mis
data tersebut. sehingga dari hal tersebut perlu di verifikasi, dengan pengamatan
data produksi purse seine dan trip operasi dari TPI dan Logbook PPN Pekalongan
selama praktik (Maret - April). Data disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan data Tempat Pendartan Ikan dan data Logbook Maret-April
TRIP PRODUKSI (kg)
BULAN MIS DATA
TPI Logbook TPI Logbook

MARET 115 57 305.129 191.729 12%


APRIL 100 55 366.671 310.493 21%

Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik di bulan Maret dan April


didapat mis data sebesar 12% dan 21%, hal tersebut terjadi karena ada beberapa
faktor. Seperti logbook yang tidak diisi oleh nahkoda kapal, melainkan diisi oleh
bagian penanggungjawab dari pengurus kapal dan hasil tangkapan yang
dilaporkan hanya hasil tangkapan dominan, saat hasil tangkapan sedikit atau
kosong pemilik kapal tidak melaporkan hasil tangkapannya ke pada pihak
syahbandar. Berdasarkan Per DJPT no 11/2018 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan logbook penangkapan ikan. Toleransi bobot dari mis data tersebut
sebesar 20%. Pada bulan April terjadi mis data melebihi toleransi, ini diakibatkan
oleh kebijakkan selama masa corona, yaitu memperpanjang masa berlaku SPB
(Surat Persetujuan Berlayar) sehingga dimanfaatkan oleh beberapa nelayan. 1
surat digunakan untuk berlayar selama 2 trip atau lebih. Sehingga hal ini
mempengaruhi nilai koreksi.

4.3 Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine


Komposisi hasil tangkapan dominan purse seine bulanan di WPPNRI 712
yang berpangkalan di PPN Pekalongan tahun 2015-2019 berdasarkan data
Pendaratan ikan PPN Pekalongan disajikan pada Gambar 9.
27
28

Gambar 9. Komposisi Hasil Tangkapan Dominan Purse Seine Perbulan

Berdasarkan pengamatan komposisi hasil tangkapan purse seine di


WPPNRI 712 yang didaratkan di PPN Pekalongan selama tahun 2015-2019
perbulan, terdapat 5 jenis ikan dominan yaitu, kembung, layang, selar, tembang
dan tongkol abu-abu dan memiliki fluktuasi yang berbeda-beda tergantung musim
penangkapan ikan masing-masing, namun selanjutnya dilakukan pengamatan
terhadap komposisi hasil tangkapan purse seine selama praktik pada bulan Maret
29

- April 2020, terdapat 46 jenis ikan, namun untuk anilisis komposisi hasil tangkapan
di kelompokkan beberapa jenis ikan yang dominan, komposisi Jenis ikan tersebut
sebagai berikut, dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Komposisi Hasil Tangkapan Dominan Purse Seine

Hasil tangkapan dominan purse seine terdiri dari kembung, layang, selar,
tembang, dan tongkol abu-abu. Dari hasil tangkapan bulan Maret - April, tongkol
abu-abu merupakan hasil tangkapan terbesar dengan total yaitu 349 ton kemudian
diikuti oleh kembung, layang, tembang dan selar, masing-masing sebesar 85 ton,
80 ton, 53 ton, 25 ton dan ikan lainnya dari total produksi 672 ton.
Purse seine adalah alat penangkap ikan yang dipergunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang bergerombol seperti : kembung, lemuru, layang,
tongkol, dan lainnya (Damayanti, 2020). Ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan
yang ditangkap dengan menggunakan purse seine, seperti ikan Kembung,
Tongkol, Layang, Tembang, dan Selar (Imanda et al., 2016). Dari hasil di atas
diketahui ikan tongkol abu-abu merupakan ikan ekonomis penting, memiliki
produksi yang tinggi, sehingga perlu di kaji aspek biologi dan perikanan
tangkapnya, Untuk mengetahui status perikanan tongkol abu-abu di PPN
Pekalongan.

4.4 Aspek Biologi


4.4.1 Distribusi Frekuensi Panjang
Perhitungan frekuensi panjang ikan bertujuan untuk mengetahui ada
berapa banyak dan berada pada kisaran berapa ikan terbanyak, terpanjang dan
terpendek dalam sampel yang kita gunakan. Hasil pengamatan terhadap sebaran
30

panjang ikan tongkol abu-abu yang tertangkap di perairan Laut Jawa (WPPNRI
712) pada Gambar 11.

n : 1004
200 L min : 40 cm
180
Jumlah (ekor)

160
140 L max : 58,5 cm
120 L rata-rata : 49,25 cm
100
80
60
40
20
0

Panjang (cm)

Gambar 11. Frekuensi Panjang Ikan Tongkol abu-abu Jantan dan Betina di PPN
Pekalongan
Sampel ikan Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) yang diamati dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 1004 ekor, dengan kisaran panjang
40-58,5 cm serta memiliki nilai tengah 49,25 cm. Didominasi oleh tongkol abu-abu
dengan ukuran 41,8 - 43,5 cm.
Sedangkan untuk frekuensi panjang ikan tongkol abu-abu jantan dan
betina dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.

35 n : 104
30
Jumlah (ekor)

L min : 41 cm
25
20 L rata-rata : 49,75 cm
L max : 58,5 cm
15
10
5
0

Panjang (cm)

Gambar 12. Frekuensi Panjang Ikan Tongkol abu-abu Jantan di PPN Pekalongan
Sampel ikan Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) yang diamati dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 104 ekor, dengan kisaran panjang 41-
58,5 cm serta memiliki nilai tengah 49,75 cm. Didominasi oleh tongkol abu-abu
dengan ukuran 43,3 - 45,59 cm.
31

25
n : 96
Jumlah (ekor) L min : 41,2 cm
20
L rata-rata : 49,85 cm
15 L max : 58,5 cm

10

Panjang (cm)

Gambar 13. Frekuensi Panjang Ikan Tongkol abu-abu Betina di PPN Pekalongan
Sampel ikan Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) yang diamati dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 96 ekor, dengan kisaran panjang 41,2-
58,5 cm serta memiliki nilai tengah 49,85 cm. Didominasi oleh tongkol abu-abu
dengan ukuran 43,5 - 45,79 cm.
Ukuran tongkol abu-abu di Laut Cina Selatan berkisar antara 35-83 cm,
dengan ukuran rata-rata 46,7 cm. Abdussamad et al., (2012) menyatakan ukuran
ikan tongkol abu-abu di perairan India berkisar antara : 23-111 cm. Sementara
Kaymaram et al., (2011) menyatakan ukuran ikan diperairan Teluk Persia dan
perairan Oman berkisar 26-125 cm. Sedangkan ukuran ikan diperairan Australia
berkisar 30-150 cm (Griffiths et al., 2010). Struktur ukuran ikan tongkol abu-abu
yang tertangkap di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan lebih kecil terutama ukuran
maksimal dibandingkan dengan ukuran di peraian India, Teluk Persia dan
Australia, hal ini karena perbedaan kondisi habitat perairan (Hidayat & Noegroho,
2018).

4.4.2 Hubungan Panjang-Bobot (Pola Pertumbuhan) Ikan Tongkol abu-abu


Hasil pengamatan terhadap ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) yang
tertangkap di perairan Laut Jawa (WPPNRI 712) diperoleh data panjang dan bobot
total sebanyak 1004 ekor dengan rata-rata bobot tubuh 1990 gram dan rata-rata
panjang cagak 48 cm. Total sampel tongkol abu-abu jantan adalah 104 ekor dan
memiliki rata-rata bobot tubuh 1963,07 gram dan rata-rata panjang cagak 47,42
cm. Total sampel tongkol abu-abu betina adalah 96 ekor dan memiliki rata-rata
bobot tubuh 1962,60 gram dan rata-rata panjang cagak 47,81 cm. Grafik
32

hubungan panjang-bobot Tongkol abu-abu jantan dan betina dapat dilihat pada
Gambar 14.

y
n : 1004
4500
4000
BERAT (GRAM)

3500 W = 1,0185L1,9489
3000 R² = 0.763
2500
2000
1500
1000
500
0 x
0 10 20 30 40 50 60 70
PANJANG (CM)

(a)

y
4500 n : 104
4000
3500
BERAT (GRAM)

3000
2500 W = 0,999L1,9597
2000
R² = 0.9177
1500
1000
500
0 x
0 10 20 30 40 50 60 70
PANJANG (CM)

(b)

y
4500 n : 96
4000
BERAT (GRAM)

3500
3000
W = 0,999L1.9556
2500
2000
R² = 0.9196
1500
1000
500
0 x
0 10 20 30 40 50 60 70
PANJANG (CM)

(c)
Gambar 14. Hubungan panjang-bobot Tongkol abu-abu
(a) Gabungan, (b) Jantan dan (c) Betina

Berdasarkan analisis dan bentuk grafik pada Gambar 14 di atas, bahwa


angka slope (b) yang didapat adalah kurang dari angka 3. Selanjutnya dilakukan
33

uji t tongkol abu-abu terhadap nilai b diperoleh nilai thitung = 21,1589 dan ttabel =
1,9738 , uji t tongkol abu-abu jantan terhadap nilai b diperoleh nilai thitung = 15,0234
dan ttabel = 1,9738 , dan uji t tongkol abu-abu betina terhadap nilai b diperoleh nilai
thitung = 14,2456 dan ttabel = 1,9738. Hasil uji t tongkol abu-abu menunjukkan bahwa
(thitung > ttabel) maka diketahui bahwa tongkol abu-abu memiliki pola pertumbuhan
allometrik negatif. Risti et al., (2019) menyatakan pola pertumbuhan ikan tongkol
abu-abu pada prairan langsa juga memiliki pola pertumbuhan yang bersifat
allometrik negatif. Hal tersebut menyatakatan dimana pertambahan panjang lebih
cepat daripada pertambahan bobotnya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan antara nilai dari
alometrik positif dan allometrik negatif serta nilai koefisien b yang berbeda dari
suatu pertumbuhan ikan antara lain adalah faktor dari kualitas dan kuantitas
makanan yang dimakan dari ikan sendiri, kemudian faktor kimia perairan seperti
kekeruhan, O2, CO2, pH dan suhu perairan (Mansor et al., 2014). juga dipengaruhi
oleh perilaku ikan, hal tersebut erat kaitannya dengan alokasi energi yang
digunakan oleh ikan dalam pergerakannya dan pertumbuhan (Mulfizar et al., 2012)
Koefisien determinasi total adalah R2=0,763. Artinya 76% pertambahan
bobot tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang tubuh ikan, sedangkan 24%
pertambahan bobot ikan disebebkan oleh faktor lain seperti faktor lingkungan dan
umur. Koefisien determinasi pada jantan adalah R2=0,9177. Artinya 92%
pertambahan bobot tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang tubuh ikan,
sedangkan 8% pertambahan bobot ikan disebabkan oleh faktor lain seperti faktor
lingkungan dan umur. Sedangkan koefisien determinasi betina adalah R2=0,9196.
Artinya 92% pertambahan bobot tubuh ikan terjadi karena pertambahan panjang
tubuh ikan, sedangkan 8% pertambahan bobot ikan disebebkan oleh faktor lain
seperti faktor lingkungan dan umur.
Keeratan hubungan antara panjang dan berat ikan ditentukan oleh masing-
masing koefisien determinasinya (R2). Ini memberi informasi bahwa pertambahan
berat sekitar 0,878% dapat dijelaskan oleh besarnya pertambahan panjang melalui
hubungan regresinya (Risti et al., 2019).

4.4.3 Nisbah Kelamin


Pengamatan nisbah kelamin dilakukan untuk mengetahui ideal atau
tidaknya populasi ikan Tongkol abu-abu di perairan Laut Jawa (WPPNRI 712).
Pengamatan jenis kelamin ini dilakukan dengan proses pembedahan untuk
34

melihat ciri-ciri gonadnya. Diketahui perbedaan nisbah kelamin antara jantan dan
betina dapat dilihat pada Gambar 15.

52% 48%

Betina Jantan

Gambar 15. Nisbah Kelamin Ikan Tongkol abu-abu di PPN Pekalongan


Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 1004 ekor ikan tongkol abu-
abu, dengan jumlah tongkol abu-abu jantan dan betina secara berurutan ialah 104
ekor dan 96 ekor. Terdapat pula tongkol abu-abu yang tidak teridentifikasi jenis
kelaminnya dengan jumlah 804 ekor. Perbandingan jenis kelamin antara ikan
tongkol abu-abu jantan dan betina secara persentase adalah 52% : 48% atau
1:1,08.
Hal tersebut dikatakan seimbang karena terjadi penyimpangan dari pola 1:1
yang merupakan kondisi ideal suatu populasi dalam mempertahankan spesies
(Dwiyanti et al., 2015). Artinya rekruitmen anggota baru yang seimbang dari proses
penetasan telur sehingga proporsi jumlah jantan dan betina yang tertangkap
seimbang (Ningrum et al., 2015).

4.4.4 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad jantan dapat dilihat dari ukuran dan warna
gonad sedangkan pada gonad betina dapat dilihat melalui ukuran, warna gonad
dan ada tidaknya butiran telur pada gonad. Hasil pengamatan gonad dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Presentase Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tongkol Abu-abu

Jenis Jumlah TKG (%)


Kelamin ekor (N) I II III IV
Jantan 104 7% 6% 62% 25%
Betina 96 10% 7% 62% 21%
Total 200 8% 7% 62% 23%
35

Untuk jantan, jumlah ikan yang matang gonad sebesar 87% dan yang belum
matang gonad sebesar 13%. Dan untuk betina, jumlah ikan yang matang gonad
sebesar 83% dan yang belum matang gonad sebesar 17%. Secara keseluruhan
(jantan dan betina), jumlah ikan yang matang gonad sebesar 85% dan yang belum
matang gonad sebesar 15%. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap
telah matang gonad dan telah sempat memijah, terprediksi potensi ikan tongkol
abu-abu masih substainable.
Hasil pengamatan didapatkan ikan-ikan belum matang gonad didominasi
terdapat pada ukuran 41-58,5 cmFL pada Jantan dan betina. Sedangkan ikan
yang sudah matang gonad baru ditemukan pada ikan berukuran 47,63 cmFL
(Jantan), dan 47,66 cmFL (Betina). Hal ini diduga disebabkan akibat dari tekanan
penangkapan sehingga menyebabkan populasi ikan dewasa yang matang gonad
menjadi sedikit. Secara umum terdapat korelasi antara ukuran panjang dengan
tingkat kematangan gonad ikan. Semakin besar ukuran ikan semakin berkembang
pula tingkat kematangan gonadnya (Wujdi et al., 2016).

4.4.5 Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc)


Perhitungan nilai Lc dilakukan dengan menggunakan data sebaran
panjang dan jumlah ikan pada setiap sebaran panjang terhadap 1004 ekor sampel
ikan tongkol abu-abu. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan nilai Lc yang
diperoleh pada pengamatan ikan tongkol abu-abu jantan dan betina sebanyak
1004 ekor memiliki rata-rata ukuran panjang (Lc) sebesar 47,34 cmFL.

00,001

00,001
Frekuensi Kumulatif

00,001

00,001

00,000 Lc : 47,34 cmFL

00,000

00,000
0 20 40 60 80
Panjang Ikan (cm)

Gambar 16. Nilai Lc Tongkol Abu-abu di Laut Jawa


Nilai Lc(50%) dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
oleh Wagiyo & Febrianti, (2015) yang melaporkan ikan tongkol abu-abu di perairan
Langsa memiliki panjang 38,9 cmFL. Perbedaan tersebut diduga dipengaruhi oleh
36

perbedaan distribusi panjang ikan yang menjadi contoh saat pengamatan (Wujdi
et al., 2013). Hal ini sebagai konsekuensi dan penggunaan spesifikasi alat tangkap
yang berbeda oleh nelayan di perairan Laut jawa dan Langsa. Semakin besar nilai
Lc mengindikasikan semakin selektif suatu alat penangkapan ikan (Masuswo &
Widodo, 2016). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa purse seine
di perairan Laut jawa lebih selektif dibandingkan dengan purse seine yang
digunakan di perairan Langsa.
Analisis Lc digunakan untuk mengetahui panjang ikan pada saat pertama
kali tertangkap. Idealnya panjang pertama kali tertangkap (Lc) lebih besar dari
pada panjang pertama kali memijah (Lm), sehingga kelestarian ikan tetap terjaga
(Sutjipto et al., 2013).

4.4.6 Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm)


Ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu parameter yang
penting dalam penentuan ukuran terkecil ikan yang ditangkap atau yang boleh
ditangkap. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ini merupakan salah
satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan.
Berkurangnya populasi ikan di masa mendatang dapat terjadi karena ikan yang
tertangkap kini adalah ikan yang akan memijah atau ikan yang belum memijah.
Tabel 6. Nilai Lc dan Lm Tongkol abu-abu
Jenis Kelamin N (ekor) Lm (cm) Lc (cm)
Gabungan 200 46,09 43,91
Jantan 104 45,72 44,91
Betina 96 46,88 45,89

Berdasarkan analisis data ikan tongkol abu-abu di perairan Laut Jawa yang
tertangkap oleh purse seine, dari sampel ikan tongkol abu-abu jantan sebanyak
104 ekor dan tongkol abu-abu betina sebanyak 96 ekor didapatkan hasil nilai Lm
45,72 cmFL dan 46,88 cmFL. Namun keseluruhan sebanyak 200 ekor di dapat
nilai Lm 46,09 cmFL.
Berdasarkan analisis nilai Lc dan Lm dari sampel 200 ekor ikan tongkol
abu-abu jantan dan betina didapat nilai (Lc<Lm). artinya ikan sudah tertangkap
sebelum matang gonad. Fenomena ini menunjukkan bahwa tongkol abu-abu yang
tertangkap belum sempat memijah terlebih dahulu. Hasil tangkapan yang
didominasi oleh ikan-ikan kecil akan mengarah kepada kondisi growth overfishing
37

(Agustina et al., 2015). Growth overfishing merupakan situasi dimana stok yang
ditangkap rata-rata ukurannya lebih kecil daripada ukuran yang seharusnya
(Saputra et al., 2009).
Menurut Abdussamad et al., (2012) Ukuran pertama kali matang gonad
ikan tongkol abu-abu jantan dan betina di Laut Cina Selatan adalah 40,77 cmFL
dan 42,16 cmFL. Sedangkan menurut Wagiyo & Febrianti (2015) ukuran pertama
kali matang gonad ikan tongkol abu-abu di perairan Langsa 40,34 cmFL. Dari hasil
tersebut ukuran pertama kali matang gonad ikan tongkol abu-abu di perairan Laut
Jawa lebih besar dibandingkan di perairan Laut Cina Selatan dan Langsa.

4.5 Aspek Perikanan Tangkap


4.5.1 Armada penangkapan
Dalam praktik di PPN Pekalongan melakukan pengamatan dengan menaiki
armada purse seine (on board) di perairan Laut Jawa (WPPNRI 712), terdapat 2
armada purse seine yang dinaiki, adapun armada yang digunakan dalam
pengoperasian purse seine memiliki spesifikasi sebagai berikut, disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Informasi data armada purse seine

NO Informasi Kapal Kapal 1 Kapal 2


1 Nama Pemilik Kapal Naston Haryanti
2 Nama kapal KM. Sintia Jaya KM. Lancar Barokah
3 Tempat dan no.Grosse akte Semarang/9427 Semarang/2661;
4 Tempat dan no.Buku kapal Semarang/001056 Semarang/000912;
5 Tanda Selar GT. 25 NO.245/Fr GT. 28 NO.1509/Fp;
6 Tanda pengenal kapal B-33/WPP-NRI/KP- B-33/WPP-NRI/KP-
PS/001056 PS/000912;
7 Tahun pembuatan 1991 2004
8 Tempat pembuatan Batang Batang
9 Berat kotor 25 GT 29 GT
10 Berat bersih 8 GT 9 GT
11 Merek mesin Mitsubishi MITS– F6D16
12 Nomor seri Mesin 179576 609516
13 Jenis kapal Pukat Cincin Pukat Cincin Pelagis
Pelagis Kecil Kecil dengan Satu
dengan Satu Kapal Kapal
Sumber: Dokumen Kapal KM. Sintia Jaya, (2020).
Dokumen Kapal KM. Lancar Barokah, (2020).
38

Armada penangkapan KM. Sintia Jaya dan KM. Lancar Barokah yang
digunakan dalam pengoperasian purse seine merupakan kapal berbahan dasar
kayu. Ukuran dimensi kapal tersebut yaitu dengan panjang 16, 22 m dan 14,15 m,
dengan lebar 5,75 m dan 5,6 m, Sesuai dengan dokumen kapal, kapal tersebut
memiliki berat kotor 25 GT dan 29 GT dengan berat bersih 8 NT dan 9 NT. memiliki
kapasitas tampung sebanyak 29 ABK termasuk juru mesin dan juru mudi. Selain
itu sistem penyimpanan palka ikan masih menggunakan es balok, belum
menggunakan freezer.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PPN Pekalongan


terdapat kapal penangkapan dari purse seine pelagis kecil yang dapat dilihat pada
Gambar 17.

Gambar 17. Armada Purse Seine

4.5.2 Konstruksi Purse Seine


Hasil pengukuran konstruksi dan spesifikasi purse seine di KM. Sintia Jaya
dan KM. Lancar Barokah memiliki ukuran yang sama dikarenkan dari pemilik kapal
yang sama dan alat tangkap dimodifikasi atau dirancang oleh orang yang sama,
konstruksi purse seine dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Spesifikasi Alat Tangkap.


Jenis Ukuran Jumlah
Bagian (buah)
Bahan Ø (mm) Panjang (m) # (mm) Berat (g)
Tali Pelampung PE 22 650 - - 1
Tali Pemberat PE 15 650 - - 1
Tali Ris Atas PE 22 750 - - 1
Tali Ris Bawah PE 15 650 - - 1
Tali Cincin PE 15 2 - - 130
39

Tabel 8. Lanjutan
Jenis Ukuran Jumlah
Bagian (buah)
Bahan Ø (mm) Panjang (m) # (mm) Berat (g)
Tali Kolor PE 35 750 - - 1
Serampat Atas PA 0,2 - 46 - -
Serampat Bawah PE 0,2 - 76,4 - -
Sayap (1) PA 0,2 - 47,3 - -
Badan PA 0,2 - 57,4 - -
Sayap (2) PA 0,2 - 104,2 - -
Pelampung PVC 93 0,14 - - 1200
Pemberat Pb 27 0,05 - 160 2400
Cincin Kuningan 16 - - 1000 130
Sumber: Penelitian, (2020).

Alat tangkap yang digunakan di KM. Sintia Jaya dan KM. Lancar Barokah,.
Pekalongan memiliki tali pelampung yang digunakan memiliki panjang 650 m;
berbahan PE dengan diameter 22 mm. Tali pemberat panjangnya 650 m berjenis
bahan PE dengan diameter 15 mm. Pada tali ris atas panjangnya 750 m berjenis
bahan PE dengan diameter 22 mm. Tali ris bawah memiliki panjang 650 m berjenis
bahan PE dengan diameter 15 mm. Tali cincin panjangnya 2 m berjenis bahan PE
dengan diameter 15 mm. Pada tali kolor panjangnya 750 m berjenis bahan PE
dengan diameter 35 mm. Pada badan menggunakan jaring dengan bahan
Polyamide (PA) atau Nylon multifilament dengan diameter 0,2 mm dan ukuran
mesh size 57,4 mm. Sayap (1) menggunakan bahan jaring berjenis PA dengan
diameter 0,2 mm dan ukuran mesh size 47,3 mm, sayap (2) menggunakan jaring
berbahan jenis PA dengan diameter 0,2 mm dan ukuran mesh size 104,2 mm.
Pelampung yang digunakan pada purse seine adalah PVC Y-50 dengan diameter
93 mm dengan panjang 14 mm dan berjumlah 1200 buah. Pemberat yang
digunakan Pb diameternya 27 mm dengan panjang 50 mm yang mempunyai berat
160 gram dan berjumlah 2400 buah dan cincin yang digunakan berasal dari
kuningan dengan diameter 16 mm dan berjumlah 130 buah.
Purse seine yang beroperasi di Laut Jawa berpangkalan di PPN Muara
Angke memiliki konstrusi sebagai berikut : Panjang tali ris 400 m, bagian sayap 60
m, bagian badan 80 m, bahan jaring bagian sayap PA No. 0,6 Tex, bahan jaring
bagian badan PA No. 0,9 Tex, bahan jaring kantong benang karet ukuran mata
jaring 1 Inch ,bahan pelampung PVC (Polyvynil cloride), jarak antar pelampung 40
cm, tali ris atas dan tali pelampung PE ø 16, jarak antar pemberat 20 cm, tali ris
bawah dan tali pemberat PE ø 16, bahan pemberat Timah (pb), cincin Baja
stainless Jarak antar cincin 250 cm, Jenis / Panjang tali cincin PE ø 16 /100 cm,
tali kerut PE ø 30 (Nurwahidin et al., 2020).
40

4.5.3 Metode Pengoperasian Purse Seine


Purse seine merupakan alat tangkap aktif yang mana proses
pengoperasiannya terdiri dari setting dan haulling yang dilakukan secara cepat.
Prinsip pengoprasian purse seine adalah dengan melingkarkan suatu gerombolan
ikan dengan jaring. Kemudian bagian bawah jaring di kerucutkan dengan demikian
ikan-ikan akan terkumpul dan tidak bisa lolos dari jaring. Lebih jelasnya
pengoperasian purse seine dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Setting :
- Setting atau biasa disebut juga circling pada Purse seine dilakukan dengan
mencari fishing ground terlebih dahulu yang sudah di tentukan oleh Juru Mudi.
Kemudian setelah tampak fishing ground sesuai aba aba juru mudi pemberat
batu dan pelampung tanda diturunkan di ikuti oleh 3 orang nelayan yang turun
dari kapal sebagai penggiring ikan.
- Kapal bergerak melingkar ke arah kanan sambil menurunkan jaring dengan
bagian ujung jaring yang telah diberi pelampung tanda adalah yang diturunkan
paling awal diikuti dengan bagian pelampung, badan jaring, pemberat, berikut
cincin dan tali kolor.
- Penurunan alat dilakukan secara bersamaan sambil kapal bergerak
melingkari gerombolan ikan hingga jaring melingkar sempurna ujung jaring
bertemu pelampung tanda.
b. Hauling :
- Saat kapal berada pada posisi pelampung tanda yang sudah diturunkan dari
awal, kapal mulai berhenti dan menaikkan ujung tali pelampung tanda
tersebut ke atas kapal. Pada saat itu pula tali kolor segera ditarik dengan
menggunakan alat bantu gardan dan cincin dinaikkan ke atas kapal, sehingga
bagian bawah jaring tertutup rapat sampai berbentuk seperti mangkok.
Selama penarikan tali kolor terdapat nelayan yang bertugas bergantian
melompat di sisi kanan kapal yang berfungsi menakuti ikan agar tidak lari
melalui celah di bawah kapal selama penarikan tali kolor belum selesai.
- Setelah tali kolor dan cincin sudah naik dilakukan penarikan manual secara
serentak disatu bagian, yaitu sisi kanan jaring hingga tersisa bagian ujung
jaring sebelah kiri yang berfungsi sebagai kantong. Selama penarikan
berlangsung diikuti dengan penataan langsung jaring sehingga jaring tidak
kusut. Ikan-ikan yang terkumpul di bagian kantong ini kemudian di angkat ke
atas kapal, yang selanjutnya ikan dimasukkan kedalam palka yang telah berisi
41

es balok. Waktu untuk penarikan jaring (hauling) tergantung dari banyaknya


hasil tangkapan yang di dapat.

Hasil pengamatan dan pengoperasian purse seine dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Waktu Pengoperasian Purse Seine

Lama wanktu
No Tanggal No. Setting
Setting Hauling
5 menit 1 jam 30 menit
1 10/3/2020 I
16:05 WIB 16:10 WIB
18 menit 2 jam 2 menit
2 11/3/2020 II
12:00 WIB 12:18 WIB
5 menit 1 jam 54 menit
3 12/3/2020 III
11:10 WIB 11:15 WIB
5 menit 2 jam 15 menit
4 13/3/2020 IV
15:10 WIB 15:15 WIB
5 menit 2 jam 18 menit
5 14/3/2020 V
13:39 WIB 13:44 WIB
4 menit 2 jam 40 menit
6 15/3/2020 VI
12:16 WIB 12:20 WIB
5 menit 2 jam
7 16/3/2020 VII
17:45 WIB 17:50 WIB
5 menit 1 jam 57 menit
VIII
06:43 WIB 06:48 WIB
8 17/3/2020
4 menit 2 jam 11 menit
IX
14:25 WIB 14:29 WIB
5 menit 2 jam 18 menit
9 18/3/2020 X
17:50 WIB 17:55 WIB
8 menit 1 jam 47 menit
10 1/4/2020 XI
14:15 WIB 14:23 WIB
10 menit 2 jam 9 menit
11 2/4/2020 XII
15:41 WIB 15:51 WIB
7 menit 2 jam 8 menit
12 5/4/2020 XIII
16:20 WIB 16:27 WIB
4 menit 1 jam 31 menit
13 6/4/2020 XIV
08:47 WIB 08:51 WIB
8 menit 2 jam 12 menit
14 9/4/2020 XV
15:20 WIB 15:28 WIB
19 menit 2 jam 3 menit
15 10/4/2020 XVI
16:08 WIB 16:27 WIB
42

Berdasarkan Tabel 9 dapat di ketahui bahwa pengoperasian purse seine


dilakukan siang hari antara pukul 06.00 – 18.00 WIB, dimana pengoperasian purse
seine siang hari merupakan ciri khas nelayan pantura khususnya Pekalongan yang
memanfaatkan pola makan ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol) yang
mencari makan di siang hari.
Makanan utama ikan tongkol abu-abu ialah ikan teri sedangkan makanan
tambahannya udang dan cumi-cumi. ikan tongkol abu-abu termasuk ikan karnivora
yang preferensi makanannya tidak sama setiap bulan artinya bersifat opportunistic
dan ikan ini merupakan predator opportunistik yang memangsa ikan pelagis kecil,
cumi-cuni dan udang dan juga terindikasi ada perbedaan komposisi makanan
sesuai dengan waktu, tempat dan ukuran ikan (Risti et al., 2019).

4.5.4 Daerah Penangkapan Purse Seine


Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan on board pada 2 (dua) kapal
dengan purse seine yang melakukan penangkap pada perairan Laut Jawa
(WPP712). Mencari daerah penangkapan ikan, khusus untuk pengoperasian siang
hari dilakukan dengan cara mengejar ikan yang sedang ber-Schooling dalam
mencari makan, yaitu dengan mencari “pangkat” dalam bahasa lokal, yaitu
merupakan timbulan ikan, khususnya ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol),
yang terjadi karena memakan gerombolan ikan kecil seperti ikan Teri (Engraulidae
sp.), dalam penentuannya juru mudi yang menentukan daerah dimana yang
terdapat timbulan ikan. Daerah penangkapan yang diperoleh berdasarkan
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Titik Koordinat Pengoperasian Purse seine.

Koordinat
No Tanggal No. Setting
Setting Hauling
S 060 51,690’
Fishing Base
E 1090 41,504’
S 6° 29' 580" S 6° 29' 658"
1 10/3/2020 I
E 109° 58' 980" E 109° 58' 860"
S 6° 5' 630" S 6° 4' 880"
2 11/3/2020 II
E 109° 58' 460" E 109° 58' 480"
S 6° 4' 432" S 6° 4' 718"
3 12/3/2020 III
E 109° 34' 911" E 109° 35' 78"
S 6° 5' 387" S 6° 5' 390"
4 13/3/2020 IV
E 109° 34' 484" E 109° 34' 432"
5 14/3/2020 V S 6° 16' 163" S 6° 16' 752"
43

Tabel 10. Lanjutan


Koordinat
No Tanggal No. Setting
Setting Hauling
E 109° 15' 463" E 109° 15' 480"
S 6° 3' 225" S 6° 3' 85"
6 15/3/2020 VI
E 110° 12' 660" E 110° 12' 720"
S 6° 0' 974 " S 6° 1' 5"
7 16/3/2020 VII
E 110° 14' 850" E 110° 15' 139"
S 6° 0' 30" S 6° 0' 786"
VIII
E 110° 14' 494" E 110° 15' 806"
8 17/3/2020
S 6° 2' 410" S 6° 2' 494"
IX
E 110° 23' 626" E 110° 23' 352"
S 6° 13' 683" S 6° 13' 88"
9 18/3/2020 X
E 109° 38' 772" E 109° 38' 357"
S 5° 52' 777" S 5° 52' 718"
10 1/4/2020 XI
E 109° 38' 895" E 109° 38' 969"
S 5° 49' 347" S 5° 49' 368"
11 2/4/2020 XII
E 109° 38' 597" E 109° 38' 600"
S 5° 27' 326" S 5° 27' 560"
12 5/4/2020 XIII
E 109° 53' 954" E 109° 53' 662"
S5° 28' 637" S 5° 28' 775"
13 6/4/2020 XIV
E 109° 52' 773" E 109° 52' 831"
S 5° 53' 622" S 5° 53' 620"
14 9/4/2020 XV
E 109° 32' 274" E 109° 32' 281"
S 5° 53' 622" S 5° 48' 283"
15 10/4/2020 XVI
E 109° 27' 781" E 109° 27' 762"

Penentuan daerah penangkapan pada tersebut berlandaskan pengalaman


nelayan, khususnya Juru mudi kapal yang bertanggung jawab atas kapal dan hasil
tangkapan juga dibantu oleh fishing master yang memantau dari atas kapal,
dengan mengetahui faktor-faktor kondisi lapangan seperti timbulan ikan. Hal
tersebut ditandai dengan adanya grombolan ikan tongkol abu-abu yang
berloncatan dari permukaan air, timbul buih di air, dan adanya burung camar.
Saat penarikan jaring (hauling) terkadang ada lumba-lumba yang
menghampiri jaring untuk mencari makan dan menurut hasil wawancara dengan
beberapa nelayan, pada saat hal tersebut terkadang ada lumba-lumba yang
terjebak dan tertangkap oleh jaring, ada beberapa nelayan yang melepaskan
lumba-lumba itu kembali dan ada juga beberapa nelayan yang menangkapnya dan
menjual ke pasar gelap.
Hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah untuk memberi
sosialisasi atau pengarahan kepada nelayan serta sanksi tegas karena lumba-
44

lumba termasuk mamalia yang dilindungi yang masuk kedalam appendix II pada
CITES. Pengaturan jumlah alat penangkapan ikan pelagis besar yang beroperasi
yaitu, pengaturan ukuran minimal ikan pelagis besar yang boleh ditangkap,
pengaturan jumlah dan pemasangan rumpon, sosialisasi tentang juwana kepada
nelayan, peningkatan kesadaran dan sosialisasi terhadap nelayan tentang ETP
(Wahid et al., 2019).

4.5.5 Hasil Tangkapan Purse Seine


Purse Seine merupakan alat tangkap aktif. Alat tangkap ini lebih sering
disebut ”jaring cakalang” oleh para nelayan, tetapi secara klasifikasi Kepmen KP
Nomor KEP.06/MEN/2010, termasuk kedalam golongan API jaring lingkar
(Surronding Nets) dengan nomer kode klasifikasi PS1-K 01.1.1.1. (dengan satu
Kapal). Target utama dari alat tangkap ini adalah khusus untuk Tongkol Abu-abu
(Thunnus tonggol) yang di desain dengan mesize yang besar yaitu 2 inch bagian
sayap I, 3 inch bagian badan, dan 4 inch pada sayap II.
Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol) atau Longtail tuna, merupakan jenis
ikan yang ber-Schooling, sehingga menjadi target utama dari purse seine. Terlebih
lagi ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol) ini merupakan ikan termahal
dikelasnya (tongkol), karena bentuk badannya yang padat, besar, dan berisi.
Dimana harganya mencapai Rp15.000–Rp20.000 perkilogramnya. Hasil
tangkapan purse seine dari hasil pengamatan on board dari 2 kapal hasil
tangkapan yang didapat tongkol abu-abu, menjadi ikan yang dominan, ada juga
ikan tenggiri, cucut dan ikan lainnya namun persentasenya sangat kecil atau
beberapa ekor saja, hal ini dikarenakan yang menjadi target utama dari Purse
Seine di Laut jawa adalah ikan tongkol yang bergerombol, sementara ikan lainnya
tidak sengaja tertangkap namun masih dimanfaatkan dan pada kondisi yang saya
dapat dilapangan pada saat on board ikan-ikan yang didapat selain ikan tongkol di
dimanfaatkan dengan cara masak atau dikonsumsi para awak kapal.
Purse seine adalah alat penangkap ikan yang dipergunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang bergerombol seperti : kembung, lemuru, layang,
tongkol, dan lainnya (Damayanti, 2020). Tongkol abu-abu menjadi ikan yang
memiliki ekonomis paling tinggi dari ikan pelagis yang tertangkap oleh purse seine
yaitu pada Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, tongkol abu-abu harganya
mencapai Rp15.000–Rp20.000 perkilogramnya (Wahyuni et al., 2019). Hal
45

tersebut membuktikan ikan tongkol abu-abu memiliki nilai ekonomis yang tinggi di
berbagai tempat.

4.5.6 Musim Penangkapan Tongkol Abu-abu


Musim penangkapan merupakan waktu dimana target tangkapan utama
sedang banyak dan nelayan berpotensi mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap
daerah memiliki musim penangkapan yang berbeda-beda bahkan setiap ikan juga
memiliki musim yang berbeda-beda. Terdapat tiga musim penangkapan yaitu
musim puncak, musim biasa dan musim paceklik. Sedangkan untuk penangkapan
purse seine khususnya tongkol abu abu (Thunnus tonggol) memiliki puncak musim
penangkapan diperalihan musim timur ke musim barat, karena pada msuim
tersebut laut jawa khususnya WPP 712 tergolong aman dalam pelayaran, karena
gelombang masih belum tinggi. Menurut hasil analisis data produksi ikan tongkol
abu-abu hasil tangkapan purse seine di WPPNRI 712 perbulan selama tahun
2015-2019 disajikan pada Gambar 18.

Desember
November
Oktober
September
Agustus
Bulan

Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
0 50,000 100,000 150,000 200,000
Produksi (Kg)

Gambar 18. Produksi tongkol abu-abu perbulan


Berdasarkan analisis data produksi ikan tongkol abu-abu perbulan dalam
5 tahun terakhir didapat musim penangkapan ikan tongkol abu-abu, musim puncak
penangkapan ikan tongkol abu-abu yaitu pada bulan April dan Oktober –
November, musim paceklik terjadi pada bulan Januari – Februari dan Juli –
Agustus sedangkan bulan Maret, Mei, Juni, September dan Desember merupakan
musim biasa.
Pada perairan Maluku Puncak musim penangkapan tongkol terjadi pada
bulan Oktober, dikarenakan kondisi perairan pada saat musim timur realtif tenang
memungkinkan nelayan lebih intensif untuk mengoperasikan alat tangkap. Selain
46

itu pada saat musim timur perairan Laut Banda dan Laut Maluku diduga lebih subur
(Taeran, 2007).

4.5.7 Catch Per-Unit of Effort (CPUE)


Produksi perikanan tongkol abu-abu di Laut Jawa (WPPNRI 712) yang
tertangkap oleh purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan. Pengaruh
CPUE dan Effort berpengaruh produksi ikan tongkol abu-abu yang tertangkap oleh
purse seine, dapat dilihat pada data penambahan effort dari tahun 2015-2017
belum memberikan dapat yang signifikan dikarenakan stock ikan masih tersedia,
dengan effort puncak pada tahun 2017 yaitu 5694 hari melaut, dengan CPUE
sebesar 149,47 kg/hari melaut. Pada tahun-tahun berikutnya effort menurun
sehingga CPUE meningkat.

Produksi Effort CPUE

600 1400000

500 1200000
Effort (X10 hari melaut)
CPUE (Kg/hari melaut)

1000000
400

Produksi (Kg)
800000
300
600000
200
400000

100 200000

0 0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Gambar 19. Perkembangan produksi, effort dan CPUE ikanTongkol abu-abu

Produksi ikan tongkol abu-abu hasil tangkapan purse seine di WPPNRI 712
yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan tahun 2015-2019
mengalami fluktuasi. Yaitu mengalami kenaikan produksi dari tahun 2015-2018
sebanyak 64 ton menjadi 1.213 ton, selanjutnya pada tahun 2019 mengalami
penurunan menjadi 1.122 ton. Peningkatan produksi tongkol abu-abu di PPN
Pekalongan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya dengan adanya
modifikasi alat tangkap pada purse seine pelagis kecil.
Penurunan produksi pada tahun 2019 disebabkan adanya kegiatan
penangkapan yang meningkat drastis pada 4 tahun terakhir dan juga faktor cuaca
mempengaruhi jumlah produksi. Berdasarkan rangkuman hasil kajian stock tuna
47

neritic oleh IOTC pada 2018 status stok ikan tongkol abu-abu telah mengalami
overfished dan overfishing. Jika jumlah tangkapan dipertahankan seperti hasil
tangkapan pada tahun 2015 maka di harapkan stock akan ≥ MSY pada tahun 2025
(Widodo et al., 2020). Kondisi tersebut mengakibatkan nilai CPUE menurun, dari
korelasi antara CPUE dan Effort tongkol abu-abu hasil tangkapan purse seine di
Laut Jawa yang di daratkan di PPN Pekalongan dapat dilihat dari Gambar 20.

400.000

350.000
CPUE (Kg/hari melaut)

300.000

250.000

200.000

150.000
y = -0.0945x + 585.96
100.000 R² = 0.3729

50.000

-
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Effort (hari melaut)

Gambar 20. Korelasi CPUE dan effort


Hubungan antara CPUE dengan effort menunjukan bahwa nilai parameter
pendugaan untuk tongkol abu-abu didapat nilai intercept (a) =585,96 dan slope (b)
= -0,0945 sehingga membentuk persamaan Linier Schaefer y = -0,0945x + 585,96.
Hasil analisis korelasi antara CPUE dengan effort menunjukkan hubungan yang
negatif dimana penambahan upaya penangkapan (effort) akan menurunkan hasil
tangkapan per satuan upaya (hari melaut). Dapat diartikan bahwa bila dilakukan
penangkapan sebesar x satuan per hari melaut maka akan mengurangi nilai CPUE
sebesar 0,0945 kg per hari melaut.
5. KESIMPULAN

1. Komposisi hasil tangkapan dominan purse seine di WPPNRI 712 yang


didaratkan di PPN Pekalongan selama bulan Maret - April terdiri dari
kembung, layang, selar, tembang, tongkol abu-abu dan ikan lainnya. Dari total
produksi sebanyak 672 ton. ikan tongkol abu-abu merupakan hasil tangkapan
terbesar yaitu 349 ton kemudian diikuti oleh kembung, layang, tembang dan
selar, masing-masing sebesar 85 ton, 80 ton, 53 ton, 25 ton dan ikan lainnya
Terdapat mis data produksi purse seine pada tempat pendaratan ikan dan
logbook pada bulan Maret – April sebanyak 12% dan 21%.
2. Hasil tangkapan utama purse seine di PPN Pekalongan adalah ikan tongkol
abu-abu, hububungan panjang-bobot ikan tongkol abu-abu yang diamati,
sebanyak 1004 ekor, didapat pola pertumbuhannya adalah Alometrik Negatif,
yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobotnya. Nisbah
kelamin yang didapat antara jantan dan betina yaitu 1 : 1 hal ini dikatakan
seimbang. Tingkat kematangan gonad didominasi oleh ikan yang telah matang
gonad (TKG III & IV) dengan persentase 85% (170 ekor). Nilai Lc (43,91 cm)
< Lm (46,09 cm) yang artinya potensi ikan tongkol abu-abu terancam, jika
masih di eksplotasi akan mengalami kepunahan stok tongkol abu-abu.
3. Pengoporasian purse seine berlangsung pada pukul 06:00 – 18:00 WIB
dengan lama setting-hauling 2-4 jam tergantung hasil tangkapan. Daerah
penangkapan purse seine meliputi Perairan Laut Jawa dapat dilihat pada
Gambar 20. Musim penangkapan tongkol abu-abu, terdapat diperalihan musim
timur ke musim barat, musim puncak penangkapan tongkol abu-abu yaitu pada
bulan April dan Oktober – November, musim paceklik terjadi pada bulan
Januari – Februari dan Juli – Agustus sedangkan bulan Maret, Mei, Juni,
September dan Desember merupakan musim biasa. Hasil korelasi antara
CPUE dan Effort didapat persamaan y = -0,0945x + 585,96 menjelaskan
bahwa setiap penangkapan sebesar x satuan per hari melaut maka akan
mengurangi nilai CPUE sebesar 0,0945 kg per hari melaut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, E. M., Koya, K. P. S., Ghosh, S., Joshi, K. K., Manojkumar, B.,
Prakasan, D., Kemparaju, S., Elayath, M. N. K., Dhokia, H. K., Sebastine,
M., & Bineesh, K. K. (2012). Fishery, biology and population characteristics
of longtail tuna, Thunnus tonggol (Bleeker, 1851) caught along the Indian
coast. 10.
Adinugroho, M. H. (2018). Kesesuaian Ukuran Konstruksi Utama Kapal Purse
Seine di PPN Pekalongan dengan Aturan Biro Klasifikasi Indonesia. 17.
Agustina, S., Boer, M., & Fahrudin, A. (2015). Dinamika Populasi Sumber Daya
Ikan Layur (Lepturacanthus savala) di Perairan Selat Sunda (Population
Dinamycs of Savalai Hairtail fish (Lepturacanthus savala) in Sunda Strait
Waters). Marine Fisheries: Journal of Marine Fisheries Technology and
Management, 6(1), 77–85.
Alamsyah, N., Iqbal, T. H., Damora, A., Batubara, A. S., & Muchlisin, Z. A. (2020).
(Thunnus tonggol) di Perairan Laut Aceh. 5, 10.
Anggityarini, S., & Rosyid, A. (2013). Analisis Kinerja Satker PSDKP Pekalongan
dilihat dari Aspek Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Pekalongan. 2, 10.
Anggriani, F. D., Boesono, H., & Nnd, D. A. (2016). Analisis Komposisi Hasil
Tangkapan dan Keuntungan Usaha Penangkapan Purse Seine di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, Jawa Tengah. 5, 8.
Ardelia, V., Boer, M., & Yonvitner, Y. (2018). Precautionary Approach dalam
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis, Cantor 1849) di
Perairan Selat Sunda. Tropical Fisheries Management Journal, 1(01), 33–
40, 14.
Ardidja, S. (2010). Kapal Penangkapan Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta,
Indonesia.
Atmaja, S.B, & Nugroho, D. (2016). Optimisasi Hasil Tangkapan Perikanan Pukat
Cincin di Perairan Laut Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 19(2), 73–80.
Atmaja, Suherman Banon, & Nugroho, D. (1995). Aspek Reproduksi Ikan Layang
Deles (Decapterus macrosoma) dan Siro (Amblygaster sirm) Sebagai
Pertimbangan dalam Pengelolannya di Laut Java. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 1(3).
Ayodhyoa, A. U. (1981). Metode penangkapan ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 97.
Blackwell, B. G., Brown, M. L., & Willis, D. W. (2000). Relative Weight (Wr) Status
and Current Use in Fisheries Assessment and Management. Reviews in
Fisheries Science, 8(1), 1–44.
Boesono, H., & Wijayanto, D. (2013). Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial
Penangkapan Mini Purse Seine dengan Ukuran Jaring yang Berbeda di
PPI Ujungbatu Kabupaten Jepara. 2, 10.
Cardinale, M., Nugroho, D., & Hernroth, L. (2009). Reconstructing historical trends
of small pelagic fish in the Java Sea using standardized commercial trip
based catch per unit of effort. Fisheries Research, 99(3), 151–158.
50

Chodrijah, U, & Hariati, T. (2017). Musim Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Laut
Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 16(3), 217–233.
Chodrijah, Umi, & Budiarti, T. W. (2017). Beberapa Aspek Biologi Cumi-Cumi
Jamak (Loligo duvaucelli) yang didaratkan di Blanakan, Subang,
Jawabarat. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 3(6), 357-362.
Collete, B. B., & Nauen, C. E. (1983). Marine Resources Service Fishery
Resources and Environment Division FAO Fisheries Department 00100
Rome, Italy. 140.
Damayanti, H. O. (2020). Produktivitas Perikanan Tangkap Jaring Purse Seine
The Productivity Of Purse Seine Net Fisheries Business. 16(1), 14.
Damora, A., & Ernawati, T. (2011). Bebeberapa Aspek Biologi Ikan Beloso
(Saurida micropectoralis) di Perairan Jawa Tengah. 3(6), 363–367.
Dewi, D. A. N. N., Wibowo, B. A., & Husni, I. A. (2018). Keberlanjutan Usaha
Penangkapan Purse Seine di Pekalongan ditinjau dari Aspek Efisiensi
Usaha. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan, 11(2), 7–13.
Dewi, D., & Husni, I. (2018). Komposisi Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap
(CPUE) Usaha Penangkapan Purse Seine di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Pekalongan, Jawa Tengah. Jfmr-Journal Of Fisheries
And Marine Research, 2(2), 68–74.
Diana, e. (2007). Tingkat Kematangan Gonad Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia)
di Sekitar Mata Air Ponggok Klaten Jawa Tengah (Doctoral dissertation.
UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
Dwiyanti, R. D., Muhlisin, A., & Muntaha, A. (2015). MRSA dan VRSA pada
Paramedis RSUD Ratu Zalecha Martapura. Medical Laboratory
Technology Journal, 1(1), 27.
Effendie, M. I. (1979). Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor, 112.
Ernaningsih, D., Simbolon, D., Wiyono, E. S., & Purbayanto, A. (2013). Zonasi
Pemanfaatan Kawasan Perikanan Tangkap di Teluk Banten (Zonation of
Utilization Fishing Zone in Banten Bay). Marine Fisheries : Journal of
Marine Fisheries Technology and Management, 2(2), 177.
Ernaningsih, Dwi. (2013). Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil di Teluk Banten.
9.
Fadhil, R., Muchlisin, Z. A., & Sari, W. (2016). Hubungan Panjang-Berat dan
Morfometrik Ikan Julung-julung (Zenarchopterus dispar) dari Perairan
Pantai Utara Aceh. 1(April), 146–159.
Friedman, A. I. (1986). Calculation for Fishing Gear Design. Perhitungan dalam
merancang alat penangkap ikan (diterjemahkan oleh Tim BPPI Semarang).
Food Agriculture Organization United Nations, Rome.
Gonzales, B. J., Palla, H. P., & Mishina, H. (2000). Length-Weight Relationship of
Five Serranids from Palawan Island, Philippines. 23(3), 3.
Griffiths, S., CSIRO (Australia), & Division of Marine and Atmospheric Research.
(2010). Biology, fisheries and status of longtail tuna (thunnus tonggol), with
special reference to recreational fisheries in Australian waters. CSIRO
Marine and Atmospheric Research.
51

Griffiths, S. P., Fry, G. C., Manson, F. J., & Pillans, R. D. (2007). Feeding dynamics,
consumption rates and daily ration of longtail tuna (Thunnus tonggol) in
Australian waters, with emphasis on the consumption of commercially
important prawns. Marine and Freshwater Research, 58(4), 376.
Gulland, J. A. (1983). Fish stock assessment: A manual of basic methods, volume
1. John Wiley & Sons, Inc. New YorkUSA. Xii + 223 p., 1.
Halley, J. M., & Stergiou, K. I. (2005). The implications of increasing variability of
fish landings. Fish and Fisheries, 6(3), 266–276.
Hapsari, T. D. (2014). Distribusi dan Margin Pemasaran Hasil Tangkapan Ikan. 8.
Hargiyatno, I. T., Satria, F., Prasetyo, A. P., & Fauzi, M. (2013). Length-Wight
Relationship and Condition Factors Of Scalloped Spiny Lobster (Panulirus
homarus) In Yogayakarta And Pacitan Waters. 5, 8.
Hariati, T. (2011). Komposisi Hasil Tangkapan, Musim Penangkapan, dan Indeks
Kelimpahan Ikan Pelagis yang Tertangkap Pukat Cincin Mini di Perairan
Kendari, Laut Banda. 2, 8.
Hariati, T. (2017). Hasil Tangkapan dan Upaya Penangkapan Ikan Pelagis Kecil
Yang Tertangkap dengan Pukat Cincin di Selat Malaka Tahun 2003.2004.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 12(2), 105-115.
Hartaty, H., Nugraha, B., & Styadji, B. (2016). Perikanan Pukat Cincin Tuna Skala
Kecil yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan
(Small Scale Tuna Purseseine Fisheries Based in Tamperan Fishing Port).
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and
Management, 3(2), 161-167.
Hastrini, R., Rosyid, A., & Riyadi, P. H. (2013). Analisis Penanganan (Handling)
Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo Kabupaten Pati. Journal Of Fisheries
Resources Utilization Management And Technology, 2(3), 1–10.
Hasyim, B. (2004). Penerapan Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI)
Untuk Mendukung Usaha Peningkatan Produksi dan Efisiensi Operasi
Penangkapan Ikan. 14.
Herrera, M., & Pierre, L. (2009). Status Of IOTC Databases For Neritic Tunas. 46.
Hidayat, T., & Noegroho, T. (2018). Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Abu-Abu
(Thunnus tonggol) di Perairan Laut Cina Selatan. Bawal Widya Riset
Perikanan Tangkap, 10(1), 17-28.
Hossain, B. M. Y., Jasmine, S., Ibrahim, A. H. M., Ahmed, Z. F., Rahman, M. M.,
& Ohtomi, J. (2009). Short Communication Length – weight and Length –
Length Relationships of 10 small Fish Species from the Ganges ,
Bangladesh. 25, 117–119.
Hossain, B. M. Y., Rahman, M., Fulanda, B., Jewel, M. A. S., Ahamed, F., &
Ohtomi, J. (2012). Technical Contribution Length – Weight and Length –
Length Relationships of Five Threatened Fish Species from the Jamuna (
Brahmaputra River tributary ) River , Northern Bangladesh. 28, 275–277.
Hufiadi, H., & Nurdin, E. (2016). Efisiensi Penangkapan Pukat Cincin di Beberapa
Daerah Penangkapan Watampone. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
19(1), 39–45.
52

Ibrahim, Y., Saputra, F., Yusnita, D., & Karim, A. (2020). Evaluasi Pertumbuhan
dan Perkembangan Gonad Ikan Serukan (Osteochilus sp) yang diberi
Pakan Tepung Kunyit. Jurnal Akuakultura, 2(2).
Imanda, S. N., Setiyanto, I., & Hapsari, T. D. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Tangkapan Kapal Mini Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pekalongan. 5, 8.
Islamadina, R., Pramita, N., Arnia, F., Munadi, K., & Iqbal, T. M. (2018).
Pengukuran Badan Ikan Berupa Estimasi Panjang, Lebar, dan Tinggi
Berdasarkan Visual Capture. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi (JNTETI), 7(1).
Jamal, M., Sondita, F. A., Wiryawan, B., & Haluan, J. (2016). Konsep Pengelolaan
Perikanan Tangkap Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kawasan Teluk
Bone dalam Perspektif Keberlanjutan. Jurnal IPTEKS Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, 1(2).
Jatmiko, I., Hartaty, H., & Bahtiar, A. (2015). Biologi Reproduksi Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur. Bawal Widya
Riset Perikanan Tangkap, 7(2), 87-94.
Kaymaram, F., Darvishi, M., Parafkandeh, F., Ghasemi, S., & Talebzadeh, S. A.
(2011). Population dynamic parameters of Thunnus tonggol in the north of
the Persian Gulf and Oman Sea. First Meeting of the IOTC Working Party
on Neritic Tunas, Chennai, India, 15.
Kurniawan, F., Triarso, I., & Kurohman, F. (2017). Analisis Tingkat Kepuasan
Nelayan Terhadap Fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Per.08/Men/2012. 6, 10.
Makmurl, S., & Rahardio, M. R. (2017). Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan.
6.
Ma’mun, A., Priatna, A., Amri, K., & Nurdin, E. (2019). Hubungan Antara Kondisi
Oseanografi dan Distribusi Spasial Ikan Pelagis di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 712 Laut Jawa. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 25(1), 1-14.
Mansor, M. R., Sapuan, S. M., Zainudin, E. S., Nuraini, A. A., & Hambali, A. (2014).
Conceptual design of kenaf fiber polymer composite automotive parking
brake lever using integrated TRIZ–Morphological Chart–Analytic Hierarchy
Process method. Materials & Design (1980-2015), 54, 473–482.
Mardlijah, S. (2012). Biologi Reproduksi Ikan Madidihang (Thunnus albacares
Bonnatere 1788) di Teluk Tomini. 4, 8.
Martasuganda, S., Sudrajat, A., Saad, S., Purnomo, J., Basuki, R., Asyik, M., &
Christano, D. (2004). Teknologi untuk pemberdayaan masyarakat pesisir.
Seri Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan Dan Perikanan
Indonesia, 92.
Masuswo, R., & Widodo, A. A. (2016). Karakteristik biologi ikan tongkol komo
(Euthynnus affinis) yang tertangkap jaring insang hanyut di Laut Jawa.
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 8(1), 57–63.
53

Maulana, R. A., & Kurohman, F. (2017). Pengaruh Lama Waktu Setting dan
Penarikan Tali Kerut (Purse Line) Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 6, 9.
Mehanna, S. F., Baker, T. S., Soliman, F. M., & Hamdy, A. (2017). Some Bological
Aspects and Population Dynamics of the Five-Lined Snapper , Lutjanus
Quinquelineatus ( Family: Lutjanidae ) from Red Sea off Hurghada , Egypt.
5(5), 321–326.
Melmambessy, E. H. P. (2010). Pendugaan Stok Ikan Tongkol di Selat Makassar
Sulawesi Selatan. 3, 9.
Merta, I. G. S., Nurhakim, S., & Widodo, J. (1992). Sumberdaya Perikanan Pelagis
Kecil dalam Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan.
Mudzakir, A. K., Boesono, H., & Hidayah, N. (2009). Penggunaan Metode
Structural Equation Modelling (SES) Dalam Penilaian Kinerja Usaha
Perikanan Tangkap Purse Seine di Kota Pekalongan.
Mulfizar, M., Muchlisin, Z. A., & Dewiyanti, I. (2012). Hubungan panjang berat dan
faktor kondisi tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng,
Aceh Besar, Provinsi Aceh. 9.
Mutiara. (2014). Journal Of Marine Research., 2, 8.
Natsir, M., & Mahiswara, M. (2017). Pola Agregasi Ikan Pelagis Terhadap
Pengaruh Cahaya Pada Alat Tangkap Mini Purse Seine. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 16(1), 63–73.
Nelwan, A. F. P. (2015). Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis di Perairan
Kabupaten Sinjai Pada Musim Peralihan Barat-Timur. 9.
Nelwan, A. F., Sondita, M. F., Monintja, D. R., & Simbolon, D. (2010). Analisis
Upaya Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Selat Makassar, Perairan Pantai
Barat Sulawesi Selatan. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 1(1),
1–14.
Ningrum, V. P., Ghofar, A., & Ain, C. (2015). di Perairan Betahwalang dan
Sekitarnya. 10.
Novianto, D., Nugraha, B., & Bahtiar, A. (2017). Komposisi Ukuran, Perbandingan
Jenis Kelamin, dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Todak Berparuh
Pendek (Tetrapturus angustirostris) di Samudera Hindia. Bawal Widya
Riset Perikanan Tangkap, 3(2), 123-128.
Novitriana, R. (2003). (Fam. Leiognathidae) di Pesisir Mayangan Subang, Jawa
Barat. 7.
Nugroho, B. A., & Boesono, H. (2013). Fluktuasi Harga dan Alur Distribusi Ikan
Layang (Decapterus spp) dari Hasil Tangkapan Mini Purse Seine yang
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 2, 10.
Nurdin, E. (2017). Pengaruh Jumlah Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Pukat
Cincin Mini di Perairan Pemalang Dan Sekitarnya. Bawal Widya Riset
Perikanan Tangkap, 1(6), 215-220.
Nurwahidin, N., Rumpa, A., Setianto, T., Isman, K., Tamrin, T., & Tandipuang, P.
(2020). Komposisi Ikan Hasil Tangkapan Pukat Cincin pada Berbagai
Koordinat di Perairan Laut Jawa. Jurnal Airaha, 9(01).
54

Nwosu, F. M., & Holzlöhner, S. (2016). Fecundity , Length and Age at Massive
Maturation of Commercially Important Prawn Species in the Artisanal
Fishery of the Cross River Estuary , Nigeria. 8005(March).
Okgerman, H. (2005). Of Rudd (Scardinius erythrophthalmus L.) in Sapanca Lake.
International Journal of Zoological Research, 1(1), 6–10.
Omar, S. Bin A., Nur, M., Ilham, Muh. A., Umar, M. T., & Kune, S. (2017). Nisbah
Kelamin Dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Endemik Bp-08.
August 2014.
Padmaningrat, K. B., Karang, I. W. G. A., & As-syakur, Abd. R. (2017). Aplikasi
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan
Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali.
Journal of Marine and Aquatic Sciences, 3(1), 70-83.
Prasetyo, A. B., Setiyanto, I., & Hapsari, T. D. (2016). Analisis Usaha Perikanan
Tangkap Kapal Purse Seine Berpendingin Freezer dibandingkan dengan
Es di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Bajomulyo, Juwana, Kabupaten
Pati. 19.
Prasetyo, A. P., Kasim, K., & Triharyuni, S. (2011). Dampak Variabilitas Iklim
Terhadap Dinamika Perikanan Pukat Cincin yang Berbasis PPN
Pekalongan. 2, 10.
Prihartini, A. (2006). Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus spp)
Hasil Tangkapan Purse Seine yang didaratkan di PPN Pekalongan. 106.
Purwanto, P., & Nugroho, D. (2016). Daya Tangkap Kapal Pukat Cincin dan Upaya
Penangkapan Pada Perikanan Pelagis Kecil di Laut Jawa. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 17(1), 23–30.
Putri, R. S., Jaya, I., & Pujiyati, S. (2018). Survei Keberadaan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Teluk Bone. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 10(1), 69.
Restiangsih, Yoke Hani, Noegoho, T., & Wagiyo, K. (2017). Beberapa Aspek
Biologi Ikan Tenggiri Papan (Scomberomorus guttatus) di Perairan Cilacap
Dan Sekitarnya. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 8(3), 191-198.
Restiangsih, Yoke Hany, & Hidayat, T. (2018). Analisis Pertumbuhan dan Laju
Eksploitasi Ikan Tongkol Abu-Abu, (Thunnus tonggol Bleeker, 1851) di
Perairan Laut Jawa. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 10(2), 95-104.
Richter, T. J. (2007). Development and Evaluation of Standard Weight Equations
for Bridgelip Suckers and Largescale Suckers. North American Journal of
Fisheries Management, 27(3), 936–939.
Rintaka, W. E., Susilo, E., & Hastuti, A. W. (2015). Pengaruh In-Direct Upwelling
Terhadap Jumlah Tangkapan Lemuru Di Perairan Selat Bali. 9.
Risti, N. M., Dewiyanti, I., & Nurfadillah, N. (2019). Hubungan Panjang-Berat dan
Kebiasaan Makan Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan
Kabupaten Aceh Barat Daya. 4, 7.
Safitri, I., & Magdalena, W. (2018). Perikanan Tangkap Purse Seine di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat Kalimantan Barat. 8.
55

Saidi, S. M. R. (2013). Pendugaan Kelompok Umur dan Optimasi Pemanfaatan


Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Kabupaten Boalemo,
Provinsi Gorontalo. 1, 5.
Salmah, T., Nababan, B. O., & Sehabuddin, U. (2017). Opsi Pengelolaan Ikan
Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Kabupaten Subang, Jawa
Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 7(1), 19.
Saputra, S. W. (2009). Biological Aspects of Goatfish (Upeneus spp) on Demak
Waters. 5(1), 6.
Saputra, S. W., Soedarsono, P., & Sulistyawati, G. A. (2009). Beberapa Aspek
Biologi Ikan Kuniran (Upeneus spp) di Perairan Demak (Biological Aspects
of Goatfish (Upeneus spp) on Demak Waters). Jurnal Saintek Perikanan,
5(1), 1–6.
Setyasmoko, T. B., Fitri, A. D. P., & Gautama, S. D. (2016). Kesesuaian Teknis
Rasio Gaya Apung (Buoyance Force) dan Gaya Tenggelam (Sinking
Force) pada Purse Seine Tipe Waring di TPI Sendang Sikucing, Kabupaten
Kendal. 5, 10.
Shabrina, N. N. (2017). Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol
Berdasarkan Pendekatan Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Hasil
Tangkapan Ikan Di Perairan Utara Indramayu Jawa Barat. 1, 7.
Sharfina, M., Boer, M., & Ernawati, Y. (2016). Population Dynamics of Yellowstripe
Scad (Selaroides leptolepis) in Sunda Strait. 8.
Siby, L. S., Rahardjo, M. F., & Sjafei, D. S. (2009). Biologi Reproduksi Ikan Pelangi
Merah (Glossolepis incisus, Weber 1907) di Danau Sentani. 13.
Siegers, W. H. (2016). Simulasi Model Bio-Ekonomi. 3, 13.
Sumardi, Z. (2014). Alat Penangkapan Ikan Yang Ramah Lingkungan Berbasis
Code of Conduct For Responsible Fisheries di Kota Banda Aceh. 2, 9.
Sumiono, B., & Nuraini, S. (2017). Beberapa Parameter Biologii Kan Kuniran
(Upeneus Sulphureus) Hasil Tangkapan Cantrang Yang Didaratkan
Dibrondong Jawa Timur [Biological Parameters of the Goat Fishes,
Upeneus Sulphureus, Caught by Danish Seine Landed Atbrondong, East
Java]. Jurnal Iktiologi Indonesia, 7(2), 83-88.
Suryana, S. A., & Rahardjo, I. P. (2013). Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran Kapal,
PK Mesin dan Jumlah ABK Terhadap Produksi Ikan pada Alat Tangkap
Purse Seine di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek – Jawa Timur. 1, 8.
Susilo, E., Islamy, F., Saputra, A. J., & Hidayat, J. J. (2015). Pengaruh Dinamika
Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis PPN Kejawanan dari
Data Satelit Oseanografi. 6.
Sutjipto, D. O., Soemarno, M. S., & Marsoedi, M. (2013). Dinamika Populasi Ikan
Kurisi (Nemipterus hexodon) dari Selat Madura (Population Dynamics of
Kurisi Fish (Nemipterus hexodon) from Madura Strait). ILMU KELAUTAN:
Indonesian Journal of Marine Sciences, 18(3), 165–171.
Suwardjo, D., Haluan, J., Jaya, I., & Poernomo, S. H. (2017). Kajian Tingkat
Kecelakaan Fatal, Pencegahan dan Mitigasi Kecelakaan Kapal-Kapal
Penangkap Ikan yang Berbasis Operasi Di PPP Tegalsari, PPN
Pekalongan dan PPS Cilacap. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan,
1(1), 61–72.
56

Suwarso, S., Wudianto, W., & Atmaja, S. B. (2017). Perubahan Upaya dan Hasil
Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Di Sekitar Laut Jawa: Kajian Paska Kolaps
Perikanan Pukat Cincin Besar. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap,
2(1), 17-26.
Taeran, I. (2007). Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa
Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting Di Provinsi Maluku Utara. 143.
Tangke, U., Karuwal, J. W. C., Mallawa, A., & Zainuddin, M. (2016). Analisis
Hubungan Suhu Permukaan Laut, Salinitas, Dan Arus Dengan Hasil
Tangkapan Ikan Tuna Di Perairan Bagian Barat Pulau Halmahera. Jurnal
IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, 3(5).
Triharyuni, S., Satria, F., & Wudianto. (2015). Kajian Kerentanan Beberapa Jenis
Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind., 139–146.
Wagiyo, K., & Febrianti, E. (2015). Aspek Biologi dan Parameter Populasi Ikan
Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Langsa dan Sekitarnya.
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 7(2), 59-66.
Wahid, N. I., Noviyanti, R., & Riani, E. (2019). Pengelolaan Perikanan Pelagis
Besar dengan Pendekatan Ekosistem di Kabupaten Mamuju Utara
Sulawesi Barat. Jurnal Matematika Sains dan Teknologi, 20(1), 30–44.
Wahju, R. I., Zulkarnain, Z., & Mara, K. P. S. (2011). Estimasi Musim Penangkapan
Layang (Decapterus Spp) yang didaratkan di PPN Pekalongan, Jawa
Tengah. Buletin PSP, 19(1).
Wahyuni, S., Triarso, I., & Kurohman, F. (2018). Analisis Pengembangan Fasilitas
Pelabuhan yang Berwawasan Lingkungan (Ecoport) di Pelabuhan
Nusantara Pekalongan. 7, 7.
Wahyuni, S., Zakaria, W. A., & Endaryanto, T. (2019). Pendapatan Rumah Tangga
Nelayan di Pesisir Kota Agung Kabupaten Tanggamus. 7(4), 8.
Waluyo, B. S. (2009). Kajian Potensi Perikanan Tangkap Dan Pertumbuhan
Jumlah Kapal Tangkap ( Purse Seine) di Kabupaten Pekalongan. 6, 4.
Weng, K. C., Stokesbury, M. J. W., Boustany, A. M., Seitz, A. C., Teo, S. L. H.,
Miller, S. K., & Block, B. A. (2009). Habitat and behaviour of yellowfin tuna
Thunnus albacares in the Gulf of Mexico determined using pop-up satellite
archival tags. Journal of Fish Biology, 74(7), 1434–1449.
Widodo, A. A. (2012). Changing Of The Fishing Ground, Species Target And
Technology Of The Purse Seine Fleet Of Jawa Sea In The Pacific Ocean.
4, 11.
Widodo, A. A., Trihargiyatno, I., Anggawangsa, R. F., & Wudianto, W. (2020).
Pemanfaatan dan Pengelolaan Tuna Neritik Di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 26(1), 11-20.
Widyastuti, A. (2011). Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah
(Anadara antiquata) di Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak,
Papua. 9.
Wijayanti, N. (2008). Pola hubungan kerja antara nelayan pemilik kapal purse
seine dengan buruh di pangkalan pendaratan ikan (PPI) unit 2 pantai utara
desa bajomulyo kecamatan juwana kabupaten pati.
57

Wijayanto, D., & Kurohman, F. (2018). Karakteristik Usaha Perikanan Tangkap


Mini Purse Seine yang Berpangkalan di PPI Karanganyar Kabupaten
Rembang. 5.
Wijopriono, W. (2017). Spatio Temporal Distribution Of Small Pelagic Fish In The
Java Sea. Indonesian Fisheries Research Journal, 14(1), 21-35.
Wujdi, A., Rochman, F., & Jatmiko, I. (2016a). Sebaran panjang dan nisbah
kelamin untuk investigasi kemampuan pemijahan tuna mata besar
(Thunnus obesus Lowe, 1839) di Samudra Hindia. Widyariset.
Wujdi, A., Suwarso, S., & Wudianto, W. (2016). Beberapa parameter populasi ikan
lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) di perairan Selat Bali. BAWAL
Widya Riset Perikanan Tangkap, 4(3), 177–184.
Zakaria, R., Fitri, A. D. P., & Pramitasari, S. D. (2017). Analisis Panjang Jaring dan
Ukuran Kapal Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap Purse Seine di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa
Timur. 6, 8.
Zamroni, A., & Suwarso, S. (2017). Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
Kf.Cil di Sekitar Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 15(4),
307–312.
LAMPIRAN
59

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktik

Gambar 21. Fishing Ground Purse Seine


60

Lampiran 2. Purse Seine


a. Kontruksi Purse Seine (Modifikasi)

a. Pelampung b. Pemberat dan Cincin

Gambar 22. Konstruksi Purse Seine (Modifikasi)


61

Lampiran 2. Lanjutan
b. Perbandingan Produksi Tongkol Abu-abu Hasil Tangkapan Purse Seine Normal dan Modifikasi

Produksi (Kg)
BULAN 2019 2018 2017
Purse Seine Modifikasi Purse Seine Modifikasi Purse Seine Modifikasi
Januari 262 - 1170 5248 1282 -
Februari - 34516 55 508 -
Maret 15 70398 905 43819 1047 12214
April 746 152929 2920 169717 12383 253743,05
Mei 2018 1264 3527 178758 3965 131149,45
Juni - - 704 70931 120 57752
Juli - - 23 - 120 -
Agustus - 13654 - - 1555 -
September 944 - 292,88 92766 390 94066
Oktober 1253 396158 1423,6 189034 1666 147503
November 3994 358451 1550 336261 6272 96441
Desember 653 131323 5879 107831 900 27980,2
9885 1158693 18449,48 1194365 30208 820848,7
Jumlah
1168578 1212814,48 851056,7
selisih 1% 99% 2% 98% 4% 96%
62

Lampiran 2. Lanjutan
c. Komposisi Tangkapan Purse Seine (Maret-April)
PRODUKSI (KG)
NO JENIS IKAN JUMLAH
MARET APRIL
1 ALU-ALU 1501 1739 3240
2 BAWAL HITAM 6917 8471 15388
3 BELOSO 15 119 134
4 CUMI-CUMI 3583 5536 9119
5 GABUS 11 71 82
6 GOLOK-GOLOK 464 500 964
7 HIU PILUS - 27 27
8 HIU TOKEK - 2 2
9 JAPUH 260 515 775
10 JENAHA 2 205 207
11 JULUNG-JULUNG 4 10 14
12 KAKAP PUTIH - 65 65
13 KAKAP MERAH 2 332 334
14 KEMBUNG LELAKI 2282 4422 6704
15 KEMBUNG PEREMPUAN 29464 48889 78353
16 KERAPU BALONG - 5 5
17 KUNIRAN - 9 9
18 KURISI 6 - 6
19 KURO - 7 7
20 KWE 52 35 87
21 LAYANG BENGGOL 27742 17699 45441
22 LAYANG DELES 17818 16875 34693
23 LAYARAN - 103 103
24 LAYUR 1277 1053 2330
25 LEMADANG 29 57 86
26 MANYUNG 43 46 89
27 PARI KEKEH 20 24 44
28 PARI KELAPA 17 - 17
29 PEPEREK 6264 5615 11879
30 REMANG 1 - 1
31 SELAR BENTONG 5469 14267 19736
32 SELAR KOMO 333 733 1066
33 SELAR KUNING 1631 2989 4620
34 SEMAR 2093 1403 3496
35 SETUHUK HITAM 40 - 40
36 SIRO 26 - 26
37 SOTONG 2 9 11
38 SUNGLIR 195 - 195
39 SWANGGI 42 - 42
40 TALANG-TALANG 428 1432 1860
41 TEMBANG 15593 37852 53445
42 TENGGIRI 5050 9320 14370
43 TETENGKEK 2815 1502 4317
44 TIGAWAJA 190 396 586
45 TONGKOL ABU-ABU 230625 118677 349302
46 TONGKOL KOMO 4365 4118 8483
JUMLAH 366671 305129 671800
63

Lampiran 3. Konstruksi Kapal Purse Seine

a. Tampak Samping c. Tampak Depan

Skala :

0 1 3 5m

b. Tampak Atas

Gambar 23. Konstruksi kapal purse seine


64

Lampiran 4. Kapal Purse Seine


a) Alat navigasi kapal

b) Mesin utama kapal (Mitsubishi)

c) Mesin Pembantu (Genset)


65

Lampiran 4. (Lanjutan)

d) Mesin pembantu (Gardan)

e) Tumpukkan jaring Purse Seine

f) Jaring Purse Seine Mesh Size 2”


66

Lampiran 4. (Lanjutan)

g) Jaring Purse Seine Mesh Size 3”

h) Jaring Purse Seine Mesh Size 4”

i) Pengukuran cincin
67

Lampiran 4. (Lanjutan)

j) Pengkuran tali

k) Pengukuran pemberat

l) Pengukuran Pelampung
68

Lampiran 5. Dokumentasi

a) Proses persiapan sebelum berlayar

b) Proses Setting Purse Seine

c) Proses Hauling Purse Seine


69

Lampiran 5. (Lanjutan)
d) Hasil tangkapan Purse Seine

e) Pengukuran berat Ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol)

f) Pengukuran panjang Ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol)


70

Lampiran 5. (Lanjutan)
g) Pengamatan Gonad Ikan Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol)

h) Proses pelelangan Ikan Tongkol Abu-abu di TPI

i) Pendataan ikan tongkol abu-abu di TPI bersama pihak pelabuhan


71

Lampiran 6. Kuesioner Borang Pemantau Kapal Perikanan


72

Lampiran 6. (Lanjutan)
73

Lampiran 6. (Lanjutan)
74

Lampiran 6. (Lanjutan)
75

Lampiran 6. (Lanjutan)
76

Lampiran 7. Surat Tugas Observer


77

Lampiran 7. (Lanjutan)
78

Lampiran 8. Surat Keterangan Berlayar


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Painan pada tanggal 14


Juli 1996 dari pasangan Bapak Oyong Hasanudin
dan Ibu Ana Rahmawati. Merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 07 Pasar Salido
pada tahun 2008, kemudian pada tahun 2011
penulis menamatkan Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 2 Painan dan melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Painan dan
lulus pada tahun 2014. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan Diploma IV di salah satu
sekolah kedinasan di Indonesia, yaitu Politeknik Ahli
Usaha Perikanan pada Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan. Akhirnya pada bulan Agustus 2020 penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan di Politeknik Ahli Usaha Perikanan dan meraih sebutan Sarjana
Terapan Perikanan (S.Tr.Pi).
Penulis melaksanakan praktik akhir di Provinsi Jawa Tengah, kemudian
untuk memperoleh sebutan Sarjana Terapan Perikanan di Politeknik Ahli Usaha
Perikanan, penulis penyusun Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) pada semester VIII
dengan judul “Perikanan Purse Seine di Laut Jawa yang berpangkalan di PPN
Pekalongan, Studi Kasus : Tongkol Abu-abu (Thunnus tonggol)”.

Anda mungkin juga menyukai