Anda di halaman 1dari 12

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN SISTEM

PENDINGIN REFRIGERATED SEA WATER (RSW) PADA


KAPAL IKAN TRADISIONAL
Mamat Riyadi1, Untung Budiarto1, Ari Wibawa Budi Santosa1
1
Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
E-mail : matriyadii@gmail.com

Abstract
Sistem Refrigerated Sea Water (RSW) adalah sebuah teknologi penanganan hasil tangkap
yang dirancang khusus, dipasang sebagai tempat menampung ikan/palka kapal sehingga ikan hasil
tangkapan khususnya jenis ikan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dipertahankan
kualitasnya, tetapi seberapa besar efektifitas dan efesiensinya merupakan pertanyaan besar yang perlu
dijawab dengan pengujian terhadap produk yang ada.Dengan demikian diperlukan penelitian yang
mengkaji, baik secara teknis maupun secara ekonomis, penggunaan sistem refrigerated sea water sebagai
sistem pendingin pada kapal perikanan untuk kalangan nelayan kecil, yang mana pada pengujian ini
membandingkan waktu dan suhu sistem pendingin es dengan rsw yang akhirnya dapat meningkatkan
produktifitas dan tingkat kesejahteraan nelayan itu sendiri.Dari hasil pengujian ini,diperoleh desain dari
RSW untuk perahu nelayan tradisional dengan kapasitas ruangan 0,908 m3. Ketika diuji dengan
menggunakan sistem Refrigerated Sea Water (RSW) yang berisi udara,membutuhkan waktu sekitar 30
menit untuk mencapai 00C, sedangkan pendinginan menggunakan Es batu membutuhkan 90 menit untuk
mencapai suhu 10C. Berbeda dengan sistem RSW yang berisi air laut membutuhkan waktu 75 menit
untuk mencapai suhu 00C, dan sekitar 6 jam mencapai suhu 00C menggunakan pendingin es batu.
Perubahan stabilitas kapal karena penambahan sistem RSW, terjadi perubahan pada titik GM yaitu 0.005
m dan pada GZ yaitu 0,036 m.Biaya pembuatan sistem RSW ini sama dengan biaya pendingin ikan
menggunakan es balok selama 2,8 tahun.

Kata kunci: Sistem Pendingin , Refrigerated Sea Water (RSW), Kapal Traditional.

1. PENDAHULUAN umumnya merupakan satu-satunya sumber untuk


Hasil penangkapan ikan merupakan salah menghidupi seluruh anggota keluarga.
satu jenis pangan yang perlu mendapat perhatian Kemiskinan nelayan yang menjadi citra
pada saat sekarang ini. Di satu sisi, Indonesia masyarakat pesisir agaknya merupakan dampak
merupakan negara maritim terbesar di Asia lanjutan dari gejala di atas.
Tenggara sehingga sektor perikanan memegang Penjualan ikan segar berbeda dengan ikan
andil penting dalam perekonomian nasional. buruk,masyarakat lebih dominan memilih ikan
Pengelolaan sumber daya perikanan di laut yang masih segar dan juga harga ikan segar lebih
Indonesia memerlukan pengelolaan,perencanaan mahal tentunya. Perbedaan penghargaan
,dan analisis yang baik agar perikanan Indonesia (apresiasi) ini karena ikan segar : rasa dan bau
tetap mendapatkan hasil yang maksimal. alami, nilai gizi utuh, tampilan menarik, dan
Dalam perdagangan ikan , penurunan dapat disimpan lebih lama. Perbedaan harga
kualitas hasil tangkapan dari mulai ikan terjaring ini memotivasi nelayan untuk mengupayakan
di laut lepas mencapai 50% . Kondisi ini agar kesegaran ikan dapat dipertahankan.
mengakibatkan harga ikan yang diterima Penanganan hasil tangkap secara konvensional
nelayan menurun dengan perbandingan ikan yaitu dengan menggunakan es balok (es batu)
segar 40%, ikan buruk 50%, dan antara segar tidak menunjukkan upaya yang optimal,
dan buruk 10%. Harga ikan yang menurun akan sehingga harus ada upaya perbaikan melalui
memberikan dampak ganda (multipliereffect), teknologi seperti sistem pendingin menggunakan
yaitu mempengaruhi tingkat pendapatan para air laut.
nelayan, sedangkan pendapatan nelayan pada

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 101


Sistem Refrigerated Sea Water (RSW) ada di atasnya atau dari es sebagaimana
adalah sebuah teknologi penanganan hasil menggunakan es
tangkap yang dirancang khusus, dipasang c. Penurunan suhu akan berlangsung cepat
sebagai tempat menampung ikan/palka kapal karena seluruh ikan kontak dengan
sehingga ikan hasil tangkapan khususnya jenis pendingin / proses pendinginan cepat
ikan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis d. Prosedur penanganan ikan lebih mudah dan
dan dapat dipertahankan kualitasnya, tetapi cepat, baik dalam pengisian/ pembongkaran
seberapa besar efektifitas dan efesiensinya sehingga akan menghemat waktu dan
merupakan pertanyaan besar yang perlu dijawab tenaga kerja
dengan pengujian terhadap produk yang ada. e. Mutu ikan yang dihasilkan lebih bagus
Dengan demikian diperlukan penelitian yang fisiknya
mengkaji, baik secara teknis maupun secara 2.1 Kualitas Ikan
ekonomis, penggunaan sistem refrigerated sea Tingkat kesegaran ikan akan sangat
water sebagai sistem pendingin pada kapal mempengaruhi kualitas dari ikan tersebut. Ada
perikanan untuk kalangan nelayan kecil yang banyak hal yang menyebabkan tingkat kesegaran
mana pada akhirnya dapat meningkatkan ikan berkurang atau dalam istilah lain dapat
produktifitas dan tingkat kesejahteraan nelayan dikatakan ikan mengalami pembusukan. Proses
itu sendiri. kemunduran mutu ikan juga dipengaruhi oleh
Tujuan Penelitian temperatur. Berikut ini adalah hubungan
Berdasarkan latar belakang di atas maka temperatur dengan kegiatan bakteri serta mutu
maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah: ikan
1. Merancang dan menganalisa teknis sistem N Suhu Kegiatan Mutu Ikan
RSW pada kapal nelayan kecil. 0 (0C) Bahteri
2. Membandingkan waktu dan suhu sistem 1 Suhu
pendingin Es dengan RSW pada pengujian. Tinggi
3. Mengetahui karakteristik stabilitas kapal  25 -10 Luar Biasa Cepat menurun
Cepat daya awet sangat
setelah pemasangan sistem RSW.
pendek (3-10 jam)
4. Mengetahui nilai ekonomi pemasangan  10 – 2 Pertumbuhan Mutu turun
sistem RSW. lebih lambat lambat,daya awet
pendek (2-5 hari)
2. TINJAUAN PUSTAKA 2 Suhu
Refrigerator Sea Water (RSW) adalah Rendah
sebuah teknologi penanganan hasil tangkap yang  2 –1 Pertumbuhan Penurunan mutu
dirancang khusus, dipasang sebagai tempat bahteri jauh agak dihambat,
menampung ikan /palka kapal sehingga ikan berkurang daya awet wajar
hasil tangkapan khususnya jenis ikan tertentu (3- 10 hari)
 –1 Kegiatan Sebagai ikan
yang mempunyai nilai ekonomis antara lain
dapat ditekan basah penurunan
tengiri, tongkol, remang, kakap dan lain-lain minimun, daya
dapat dipertahankan kualitasnya. Sistem RSW awet ikan basah
juga dapat diartikan sebagai suatu system (5-20 hari)
pendingin dengan menggunakan air laut untuk 3 Suhu
menyediakan air laut dingin dengan sangat
menggunakan sebuah mesin mechanical rendah
refrigeration. –2 – 10 Ditekan, tidak Penurunan mutu
Sistem RSW ini mempunyai beberapa aktif minimum,ikan
keuntungan diantaranya adalah: [6] jadi beku, daya
a. Dapat memperpanjang tingkat kesegaran awet panjang (7-
30hari)
ikan / waktu penyimpanan lebih lama
–18dan Ditekan Mutu Ikan beku
b. Menghindari adanya kerusakan fisik karena lebih minimum,bak lebih baik,daya
ikan tidak mendapat tekanan dari ikan yang rendah teri tersisa awet sampai
5 tidak aktif setahun

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 102


mengalir tanpa buih dengan indikator
2.2 Komponen Sistem RSW menunjukkan kering.
Dalam sistem RSW selain terdapat g. Katub Ekspansi
komponen-komponen pokok juga terdapat Katub ekspansi merupakan suatu penahan
beberapa komponen-komponen pendukung tekanan sehingga tekanan cair yang telah
lainnya. Komponen tersebut berfungsi untuk melalui katub ekspansi ini menjadi rendah.
menyempurnakan kerja dari sistem RSW.
2.3 Cara Kerja Sistem RSW
a. Evaporator Dalam sistem RSW ini dipakai
Evaporator pada sistem ini berfungsi untuk refrigerant. Refrigeran ini ditampung dalam
menguapkan cairan refrigerant. Bentuk dari suatu receiver yang kemudian dialirkan ke
evaporator ini bermacam – macam evaporator melalui katup ekspansi yang
tergantung pada penggunaannya. Bentuknya berfungsi untuk mengubah refrigrant cair
berupa pelat yang biasanya digunakan untuk tekanan tinggi menjadi refrigrant cair
mendinginkan daging atau ikan, ada juga bertekanan rendah dengan menginjeksikan
yang berbentuk pipa bersirip yang biasanya melalui lubang kecil. Lalu setelah itu refrigerant
digunakan untuk mendinginkan udara, serta cair tersebut masuk ke dalam evaporator dan
yang berbentuk pipa yang umumnya mengambil panas dari air asin, air atau udara
digunakan untuk mendinginkan cairan atau sehingga refrigrant cair berubah menjadi bentuk
udara. gas. Setelah itu refrigerant yang telah berubah
b. Kompresor dalam bentuk gas bertemperatur dan bertekanan
Kompresor pada sistem RSW ini berfungsi rendah dan mengkompresikannya sehingga
untuk meningkatkan atau menaikkan tingkat menjadi refrigrant gas bertemperatur dan
energi uap refrigerant yang datang dari bertekanan tinggi yang kemudian masuk ke
evaporator sehingga uap dapat kondensor untuk kemudian refrigrant gas diubah
dikondensasikan oleh kondensor dengan menjadi refrigrant cair, dengan air atau udara.
menggunakan media pendingin udara. Refrigeran gas yang telah diubah menjadi
c. Kondensor refrigerant cair tersebut lalu dialirkan ke receiver
Kondensor ini digunakan untuk kemudian disirkulasikan kembali ke evaporator
mengembunkan uap yang berasal dari melalui katup ekspansi.
kompresor dengan cara memberikan fluida Air laut yang didinginkan di dalam sistem
dingin (air atau udara). Atau dengan kata lain RSW ini dimasukkan ke dalam ruang palkah
membuang panas yang telah diambil oleh apabila suhu yang dikehendaki telah terpenuhi.
refrigerant, yang terdiri dari : Air laut yang digunakan harus bersih yang tidak
1. Panas yang diserap refrigerant selama tercemar oleh bahan-bahan beracun yang dapat
menguap di evaporator menyebabkan toksisitas pada manusia. Air laut
2. Panas yang diberikan kompresor pada didinginkan terlebih dahulu pada suatu palka
waktu pemampatan. sebelum ikan dimasukkan ke dalam palkah. Ikan
d. Tangki Penampung yang sudah ditangkap kemudian dimasukkan ke
Tangki receiver berfungsi untuk menampung dalam palkah dengan perbandingan air laut
refrigerant. Refrigerant yang nantinya dengan ikan adalah 4 : 1.
digunakan untuk mendinginkan air laut yang Dalam proses ini, apabila air laut yang
akan masuk ke tangki ruang muat. bercampur dengan ikan menjadi kotor, maka air
e. Penyaring laut dalam palkah tersebut bisa dibuang dan
Filter berfungsi untuk menyaring kotoran- diganti secara bertahap dengan air laut yang
kotoran dari sistem yang terbawa pada saat baru. Begitu seterusnya agar dapat
refrigerant bersirkulasi. mempertahankan kualitas air yang berdampak
f. Kaca Pelihat (Sight Glass) pada kesegaran ikan itu sendiri.
Kaca penglihat (sight glass) ini berfungsi Temperatur air laut untuk mendinginkan
untuk melihat kondisi refrigerant. Kondisi ikan memiliki kriteria tersendiri, mulai dari 5 0C
ideal pada sight glass terlihat bening yang hanya cukup untuk mengawetkan ikan

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 103


selama 4 hari, dan jika sampai -1 0C maka daya atau diam. Pada waktu kapal oleng, jika tidak
awet ikan dapat diperpanjang menjadi 15 bahkan ada muatan yang bergeser atau muatan cair,
20 hari. maka titik berat kapal tidak bergeser. Ini
berarti ada sepasang gaya sama besar (gaya
2.4 Stabilitas Kapal berat dan gaya apung) yang membentuk kopel
Sebuah kapal mempunyai kemampuan yang disebut momen penegak
untuk menegak kembali sewaktu kapal oleng (rightingmoment) ,karena seharusnya akan
yang dikarenakan oleh adanya pengaruh luar mengembalikan kapal ke posisi semula.Saat
yang bekerja pada kapal. Beberapa contoh kapal terapung, kemungkinan ada 3 kondisi
pengaruh luar yang dimaksud adalah: dari yang dapat terjadi yaitu stabil (stable), netral
perubahan distribusi muatan di atas kapal dan (indifferent) dan labil (unstable).
kondisi eksternal (gelombang, angin dan lain 2. Stabilitas Dinamis
sebagainya). Dari sifat olengnya apakah sebuah Stabilitas dinamis diartikan sebagai kerja
kapal mengoleng terlau lamban, ataukah kapal atau usaha yang dibutuhkan untuk
mengoleng dengan cepat atau bahkan terlau mengolengkan kapal.Menurut sumbu dasarnya
cepat dengan gerakan yang menyentak-nyentak, dikenal 2 macam stabilitas yaitu :
atau apakah kapal mengoleng dengan baik.
Sebuah kapal yang stabilitasnya terlalu kecil itu 1. Stabilitas Memanjang, terjadi karena adanya
untuk keadaan-keadaan tertentu mungkin gaya dari luar yang arahnya tegak lurus
berakibat fatal, sebab kapal dapat terbalik. terhadap sumbu memanjang kapal. Stabilitas
Kemungkinan demikian dapat terjadi, oleh memanjang pada kenyataannya bisa
karena sewaktu kapal akan menegak kembali dipastikan dapat dipenuhi oleh kapal apabila
pada waktu kapal oleng tidak dapat berlangsung, didalam pembangunannya memenuhi
hal itu dikarenakan misalnya oleh adanya persyaratan konstruksi sesuai biro klasifikasi
pengaruh luar yang bekerja pada kapal, sehingga yang ditetapkan.
kapal itu akan oleng lebih besar lagi. Apabila
proses semacam itu terjadi secara terus menerus,
maka pada suatu saat tertentu kapal sudah tidak
memiliki kemampuan lagi untuk menegak
kembali. Jelaslah kiranya bahwa apabila hal itu
terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa
kapal akan terbalik
Menurut Buku Teori Bangunan Kapal Gambar 1.Stabilitas memanjang
Stabilitas kapal dibedakan atas: 2. Stabilitas Melintang, terjadi pada sudut
miring melintang. Misalnya pada saat kapal
1.Stabilitas Awal (InitialS tability) oleng. Stabilitas ini didasari oleh perbedaan
Untuk kapal yang mengalami oleng dengan kedudukan antara titik M dengan titik G.
sudut oleng kecil, titik berat kapal tetap karena
displacement-nya tetap (tidak berubah). Hanya
saja bentuk badan kapal yang tercelup didalam
air berubah sehingga terjadi pergeseran letak
titik B. Dengan demikian pada kapal terdapat
dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan
arah. Gaya-gaya tersebut menyebabkan kapal
mempunyai momen sebesar P dikali h. Momen Gambar 2. Stabilitas Melintang
ini disebut sebagai momen penegak (righting Adapun letak M terhadap G terdapat tiga
momen). Momen pengembali untuk sudut kecil kemungkinan yaitu :
disebut momen stabilitas awal. a) M diatas G
Pada waktu kapal tegak, garis kerja gaya Dalam keadaan ini, maka kondisi kapal
berat dan gaya apung berimpit dan berada paad dinyatakan stabil. Sebab gaya apung
centre line dan kapal dalam keadaan seimbang keatas dan gaya berat kapal merupakan

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 104


koppel yang menyebabkan kapal tersebut dari manfaat bersih proyek yang dinyatakan
akan kembali berdiri tegak lagi. Maka dalam rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk
stabilitasnya adalah positif. dilanjutkan apabila NPV > 0, dan bila NPV < 0
b) M pada G maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan
Kondisi seperti ini dinyatakan indefferen. yang berarti bahwa proyek tersebut tidak layak
Sebab gaya apung keatas dan gaya berat untuk dilaksanakan. Sedangkan bila nilai NPV =
kapal tidak membentuk momen koppel 0 berarti pada proyek tersebut hanya kembali
karena terletak berhimpitan (momen modal atau tidak untung dan juga tidak rugi.
koppel = 0), dengan demikian benda tadi Rumus yang digunakan yaitu:
dalam segala kedudukan adalah seimbang
sehingga stabilitasnya = 0. ∑
( )
c) M dibawah G
Kondisi seperti ini adalah labil. Sebab gaya Keterangan :
koppel yang dibentuk oleh gaya apung keatas Bt merupakan keuntungan sosial kotor untuk
dan berat kapal akan memperbesar sudut proyek pada tahun t;
2.5 Analisa Ekonomis Proyek Ct merupakan biaya sosial kotor untuk proyek
Analisis Ekonomi ini dilakukan untuk pada tahun t, tidak dilihat apakah apakah
menentukan suatu proyek apakah layak atau biaya tersebut dianggap bersifat modal
tidak ditinjau dari sisi keuangan. Analisa ini (pembelian peralatan, tanah, konstruksi,
dilakukan setelah komponen-komponen biaya dsb) atau biaya rutin;
dan manfaat telah dapat diidentifikasikan.. n adalah umur ekonomis dari proyek;
Sedangkan tujuan analisa ekonomi itu sendiri i merupakan Social Opportunity Cost of
adalah untuk membantu mengambil keputusan Capital, yang ditunjuk sebagai Social
dalam menentukan pemilihan penanaman Discount Rate
investasi di dalam suatu proyek yang tepat, dari 2. Internal Rate of Return (IRR)
berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan. Internal rate of return merupakan suku
Dalam rangka mencari sutu ukuran bunga maksimal sehingga NPV bernilai sama
menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek dengan nol berada dalam batas untung rugi. IRR
telah dikembangkan berbagai macam indeks. dapat disebut sebagai nilai discount rate (i) yang
Indeks – indeks tersebut dinamakan “investment membuat NPV dari suatu proyek sama dengan
criteria”. setiap kriteria memiliki kelebihan dan nol. Oleh sebab itulah IRR juga dianggap
kekurangan. Kadang kala kriteria tersebut juga sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi,
tidak dapat diterima dalam segi teoritis. Si dimana benefit bersih yang positif ditanam
penilai proyek harus memutuskan kriteria kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan
manakah yang paling tepat dalam setiap tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga
keadaan. selama sisa umur proyek (Kurniawati, 2005).
Adapun rumus IRR yaitu:
Berikut ini adalah kelima investment ( )
criteria yang paling terkenal :
1. Net present value dari arus benefit dan biaya NPV’ = nilai NPV yang masih positif
(NPV) NPV” = nilai NPV yang sudah negatif
2. Internal rate of return (IRR) i’ = discount rate dimana NVP masih positif
3. Net benefit cost ratio (Net B/C) i" = discount rate dimana NVP sudah negatif
4. Gross benefit cost ratio (Gross B/C) 3. Break Even Point (BEP)
5. Profitability ratio (PV’/K) Menurut Riyanto (1991) vide Arifin
Pada penelitian ini analisa ekonomis akan (2008) Break Even Point dapat dihitung dapat
mencakup NPV, IRR, dan Break Event Point dihitung dengan formula sebagai berikut :
(BEP).
1. Net present value (NPV)
Net present value digunakan untuk
menilai manfaat investasi, yaitu berapa nilai kini

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 105


3. METODOLOGI PENELITIAN beban ikan tangkapan 200 kg dengan setiap
1. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari pengoperasian selama 4 jam (meliputi waktu
teori-teori dan data penunjang dalam analisa berangkat dari fishing base ke fishing ground 3
data. jam dan untuk memasang gill net di fishing
2. Studi lapangan dilakukan dengan beberapa ground selama 1 jam), sedangkan temperatur
metode pengukuran langsung dan pendinginan didesain dapat mencapai -1,5 0C
wawancara. Pengukuran langsung dilakukan untuk mendinginkan air laut sebanyak 277 liter.
terhadap kapal untuk mengetahui ukuran Untuk menghitung beban panas di ruang
utama. Metode wawancara dilakukan untuk pendinginan ini dilakukan pada setiap beban
mendapatkan data penunjang perhitungan. panas yang berpengaruh terhadap palka tempat
3. Pembuatan sistem RSW dilakukan. muatan ikan, yaitu beban pendinginan di dalam
4. Pengujian di lapangan dilakukan untuk palka, panas dari perubahan udara, dan aliran
mengetahui berfungsinya semua unit mesin panas yang masuk dari dinding,
pendingin (RSW), dan untuk mengetahui 1. Beban pendinginan di dalam palka
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan Beban panas muatan di dalam palka dapat
temperatur minimum. dihitung dengan menggunakan persamaan.
5. Data hasil pengujian disajikan dalam bentuk
Qf = ( ) (
tabel dan grafik.
6. Analisa stabilitas kapal untuk mengetahui )
perubahan stabilitas kapal setelah adanya
sistem RSW. = ( ( )
7. Analisa ekonomis dilakukan untuk
( ( ( )
mengetahui kelayakan pembuatan sistem
RSW melalui pertimbangan biaya pembuatan
= 3951,968 kcal
kapal dan peralatan lainnya.
Dimana :
Mf= Kapasitas pendinginan (kg)
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Hf= Waktu pendinginan (h)
Data kapal nelayan tradisional yang
C1=Panas jenis produk sebelum
didapatkan dari hasil pengukuran :
pendinginan (kcal/kg0C)
a. Ukuran p x l x h (m) : 11,14 x 2,58 x 1,07
C2=Panas jenis produk setelah
b. Bahan utama : Kayu Jati
pendinginan (kcal/kg0C)
c. Alat tangkap : Gill Net
tf = Titik beku dari produk (0C)
d. Motor penggerak : Diesel 36 hp
t1 = Temperatur awal dari produk (0C)
t3 = Temperatur akhir ikan (0C)
e = Panas laten pendinginan produk
(kcal/kg0C)

2. Perbedaan temperatur udara di dalam dan


di luar box 1,0893 kcal
Panas dari perubahan udara terjadi
karena suhu dalam palkah ikan
meningkat ketika pintu dibuka yang
menyebabkan perubahan temperatur
udara luar masuk ke dalam palkah ikan.
Gambar 3. Rencana Umum ( )
Qa = kcal/h
Refrigerated Sea Water
Sistem RSW yang akan digunakan pada ( ( ))
= kcal/h
kapal nelayan tradisional sebagai palka ikan
dengan kapasitas ruangan 0,908 m3 (908 liter)
untuk 200 kg hasil ikan tangkapan. Jumlah = kcal = 2,095 kcal

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 106


Dimana : beban pendinginan secara keseluruhan.
Nr = Banyaknya membuka pintu (time/h) Dalam perancangan sistem RSW ini,
Vr = Volume ruang pendinginan (m3) menggunakan auto mobile compressor yang
Io = Entalpi udara luar (kcal/kg) digerakkan dengan main engine atau diesel.
Ir =Entalpi udara dalam ruang Kriteria kompresor yang digunakan :
pendinginan (kcal/kg) - Tipe Nippondenso 10pa20c
Vo = Volume spesifik udara luar (m3/kg) - Refrigration oil 200 ml
- Kecepatan standart kompresor 3000 RPM
3. Aliran panas yang masuk dari dinding
47,88 kcal 2. Evaporator
Qw = Dalam menentukan evaporator perlu
Untuk : diketahui luas permukaannya, adapun
A= 2 [(p x l) + (p x t) + (l x t)] untuk perhitungan luas permukaan
= 2( ) ( evaporator adalah sebagai berikut :
) ( ) A =
= 6,765 m2
=
= 1,3740 m2
Qw =
Dimana :
= 168,1102 kcal
A = Luasan Evaporator
Dimana : QT = Beban panas yang diambil oleh
A = Luas permukaan dinding (m2) evaporator (kcal/h)
C = Aliran panas yang masuk ke dinding K = Koefesien perpindahan panas 200
(kcal/m2h0C) kcal/m2h0C
= Perbedaan temperatur dari temperatur = Kisaran perbedaan temperatur pada
awal sampai akhir (0C) ruang pendinginan  ± 15 0C
4. Panas total untuk pendinginan Menggunakan pipa stainless steel ukuran 3/8” =
0,9375cm
QT = Keliling =
= 3,14 0,9375
= = 2,94 cm
= 4122,172 kcal = 294 mm
Jadi beban panas total ruang pembekuan adalah
Jadi panjang pipa =
4122,172 kcal
= 4673,469 cm
Memilih dan Menentukan Komponen
= 46734,69 mm.
Sistem RSW

1. Kompresor
Kompresor ini komponen utama dalam
sistem ini, karena semua komponen sistem
RSW dapat berfungsi dengan adanya kerja
kompresor. Kompresor digunakan untuk
mengalirkan dan menghisap refrigerant
terhadap seluruh komponen sistem
pendingin. Maka dari itu kebutuhan daya
kompresor disesuaikan dengan besarnya Gambar 4. Palkah

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 107


3. Kondensor 7. Sight Glass
Untuk menentukan kondensor, perlu Alat ini mempunyai fungsi untuk melihat
dihitung banyaknya beban panas yang keadaan refrigerant di dalam sistem. Pada
harus dikondensasi. alat ini terdapat dua indikator yaitu kuning
Q2 = dan hijau. Kuning mengindikatorkan bahwa
= sistem tersebut terdapat uap air dan jika hijau
= 6183,258 kcal mengindikatorkan bahwa sistem tersebut
tidak ada uap air. Jika di dalam sight glass
F = terdapat buih-buih refrigerant maka sistem
tersebut kurang rerfigerant.
= 8. Kebutuhan Refrigerant
= 0,9160 m2 Penentuan jenis refrigerant ini menggunakan
Dimana : refrigerant tipe R134a.
F =Luas permukaan pendinginan 9. Komponen Pelengkap
2
kondensor (m ) - Double Neple Joint
Q2 =Beban panas pengembunan (kcal/h) - Selang freon
K =Koefesien perpindahan panas - Mur dan baut
keseluruhan 450 kcal/m2h0C - Sealtape
= Kisaran perbedaan temperatur pada
kondensor  ± 15 0C
Jadi luas pipa yang dibutuhkan untuk
proses kondensasi yaitu 0,9160 m2. Jika
menggunakan pipa ukuran 3/8” maka
dibutuhkan pipa dengan panjang 3115,646
cm.
4. Tangki Penampung
Receiver merupakan suatu tabung yang
digunakan untuk menampung cairan
refrigeran yang telah terkondensasi
dikondensor. Untuk itu volume tabung
disesuaikan dengan banyaknya refrigeran
yang digunakan.Pada perancangan sistem
RSW ini menggunakan receiver drier yang Gambar 5. Diagram sistem perpipaan RSW
berfungsi untuk menampung refrigerant cair. Keterangan Gambar :
5. Penyaring 1. Kompresor 6. Sight Glass
Filter digunakan untuk menyaring dan 2. Kondensor 7. Katup Ekspansi
membersihkan kotoran refrigerant yang 3. Pompa air laut 8. Stop Valve
mengalir dari alat penampung receiver. Filter 4. Receiver 9. Evaporator
tersebut sangat penting karena jika 5. Filter drier
refrigerant kotor dapat menyebabkan karat
bahkan kerusakan pada komponen- Cara Kerja Sistem RSW
komponen sistem RSW ini. Filter ini Cara kerja sistem ini dimulai dari diesel engine
dipasang setelah receiver drier. yang menggerakkan sebuah kompresor.
6. Katup Ekspansi Kompresor ini memberikan tekanan pada
Katup ekspansi mengatur pemasukan refrigerant dari tekanan rendah diubah menjadi
rerigeran sesuai dengan beban pendinginan tekanan tinggi, sehingga refrigerant mengalir
yang harus dilayani oleh evaporator. Jadi dari kompresor dalam bentuk gas menuju ke
katup ekspansi mengatur supaya evaporator kondensor. Di dalam kondensor, refrigerant
dapat selalu bekerja sehingga dapat diperoleh mengalami proses kondensasi sehingga
efisiensi siklus refrigerasi yang maksimal. refrigerant tersebut berubah bentuk dari gas ke

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 108


cair, kondensor disini berperan untuk
pembuangan panas dalam sistem refrigerasi.
Selanjutnya refrigerant dalam bentuk cair ini
mengalir ke receiver drier, dan terdorong
menuju katup ekspansi. Tetapi sebelum
melewati katup ekspansi, refrigerant ini disaring
terlebih dahulu oleh filter, pada katup ekspansi
sendiri berfungsi untuk menurunkan tekanan
cairan refrigeran dan mengatur aliran refrigeran Gambar 7. Grafik Temperatur Palka Tanpa Isi
ke evaporator . Refrigerant bertekanan rendah Menggunakan Box dengan isi Es
ini mengalir ke evaporator dalam palka. Saat Pada pengujian menggunakan box dengan
berada di dalam evaporator, refrigerant cair akan volume 648 m3 terisi es 41 kg, temperatur
menguap dan wujudnya kembali menjadi gas ruangan palka yang berisi udara, temperaturnya
yang memiliki tekanan dan suhu yang sangat menurun lebih lama dibandingkan dengan
rendah. Akibatnya udara yang terdapat dalam menggunakan RSW, membutuhkan waktu
palka bersuhu rendah, dalam kondisi yang sekitar 90 menit untuk mencapai 1 0C.
berulang maka udara tersebut membeku menjadi 2. Pengujian Temperatur Palka Berisi Air Laut
butiran-butiran es. Setelah melewati evaporator, Pengujian ini dilakukan pada hari Kamis
gas yang memiliki tekanan rendah tadi akan tanggal 20 Agustus 2015. Proses pengujian
kembali ke kompresor dan akan begitu dimulai dengan setting putaran mesin diesel
seterusnya. pada 1000 RPM, untuk pengisian refrigerant
dengan tekanan sebesar 25-30 Psi.
Pengujian Sistem RSW
Sistem pengujian hanya dilakukan dengan
menggunakan 2 spesifikasi, yaitu pengujian
temperatur dalam palka (udara) dan pengujian
temperatur palka berisi air laut.
1. Pengujian Temperatur Palka Tanpa Isi
Pengujian ini dilakukan di pelabuhan
bonang,rembang pada hari Rabu tanggal 19 Gambar 8. Grafik Temperatur Palka RSW Berisi
Agustus 2015 dengan temperatur awal palka 32 Air Laut
0 Pada awal pengujian temperatur ruangan
C. Proses pengujian dimulai dengan setting
putaran mesin diesel pada 1000 RPM, untuk palka yang kosong (31,4 0C) berbeda dengan
pengisian refrigerant dengan tekanan sebesar 25- temperatur air laut (34,8 0C). Pada temperature
30 Psi. ruang palka yang berisi air laut membutuhkan
waktu relatif lebih lama untuk menurunkan
temperaturnya,membutuhkan waktu 75 menit
untuk mencapai suhu 0 0C, dan kemudian
temperaturenya bisa mencapai -40C . Berbeda
dengan ruang palka yang hanya berisi udara
yang membutuhkan waktu hanya 30 menit untuk
mencapai 00C.

Gambar 6. Grafik Temperatur Palka Tanpa Isi


Menggunakan RSW
Pada ada pengoperasian mesin sistem
RSW, temperatur ruangan palka yang berisi
udara, membutuhkan waktu sekitar 30 menit
untuk mencapai 0 0C, dan membutuhkan waktu
sekitar 2 jam untuk mencapai temperature - Gambar 9. Grafik Temperature Box Es
14,40C. Berisi Air Laut
Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 109
Pada pengujian menggunakan box terisi 41 kg es Untuk daur kompresi uap dari sistem
yang berisi air laut, temperaturnya menurun RSW dapat dilihat pada gambar diagram sebagai
lebih lama dibandingkan dengan pengujian berikut :
sebelumnya, yaitu membutuhkan waktu yang
relatif lama sekitar 6 jam untuk mencapai
temperatur 0 0C

Validasi
Dari hasil pengujian dengan
menggunakan air laut, dapat diketahui
presentase keberhasilan pembuatan sistem RSW
dari perbandingan temperatur akhir perancangan
dengan temperatur akhir hasil pengujian.
Tr0 = temperatur awal perencanaan : 30 0C Gambar 10. Diagram Tekanan (P) dan Entalpi
Tri = temperatur akhir perencanaan : -1,5 0C (h)
Tu0 = temperatur awal pengujian : 34 0C Dapat diketahui juga laju refrigeran dalam
Tui = temperatur akhir pengujian : -4 0C sistem yaitu 0,0345 kg/s dan besaran kerja yang
dilakukan oleh kompresor yaitu 1,2 Hp.
Presentase = = 100%
Analisa Stabilitas
( ) Mengingat stabilitas merupakan salah satu
= hal yang penting dalam sebuah perencanaan dari
( )
desain kapal, untuk itu kapal harus mempunyai
= 82,9 % keseimbangan mantap atau stabilitas yang baik.
Dalam perhitungan stabilitas ini, kapal
Jadi nilai presentase dari pembuatan diasumsikan dengan 2 kondisi yang
sistem RSW 82,9% dari 100%. menggambarkan kondisi operasional kapal yang
mungkin terjadi.
Selain nilai presentase, juga dapat dilihat - Kondisi 1 : kondisi kapal sebelum adanya
koefesien prestasi dari pembuatan sistem RSW sistem pendingin RSW
tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan : - Kondisi 2 : kapal tersebut sudah terdapat
- Temperatur awal (kondensor) : 36 0C adanya sistem RSW dan palka/box sudah
- Temperatur akhir (evaporator) : -4 0C terpenuhi dengan muatan.
- Refrigerant tipe R 134a Tabel 4.1. Kondisi Kapal Nelayan Tradisional

Item Name K.1 K.2


Untuk menentukan koefisien prestasi
(COP), menggunakan tabel penunjang yang Lightship 1 1
mengacu pada refrigerant 134a, tentang sifat- Crew 1 1 1
sifat cairan dan uap jenuh, dan tentang tekanan Crew 2 1 1
entalpi panas lanjut refrigerant 134a. Net 1 1
Main Engine 1 1
h1 = 244,54 kJ/kg Propeller 1 1
h3 = h4 = 100,25 kJ/kg RSW 0 1
h2 = 271,25 kJ/k Palka 0 1

Dari nilai h1, h2, h3, dan h4 dapat Berikut ini adalah tabulasi dari hasil
ditentukan koefisien prestasi (COP) dari sistem perhitungan stabilitas kapal nelayan tradisional
RSW ini. Koefisien prestasi adalah dampak pada kondisi I dan kondisi II :
refrigerasi dibagi dengan kerja kompresi (COP)
= 5,489

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 110


Tabel 4.2. Hasil Analisa Stabilitas Kapal Nelayan
Tradisional Pada Setiap Kondisi Data diatas didapatkan dengan menanyakan
No Criteria Required K.I K.II langsung pada nelayan,dan dari data tersebut
1 Area 00 to 300 3,15 6,740 6,350 dapat disimpulkan bahwasannya harga penjualan
m.deg ikan dengan menggukana RSW lebih mahal
2 Area 00 to 300. 5,16 11,12 10,50 dibandingkan dengan menggunakan es.
Or Down m.deg Berdasarkan informasi tersebut sistem RSW
flooding point berpotensi untuk disempurnakan kinerjanya
3 Area 00 to 300. 1,719 4,389 4,155
or Down m.deg Perhitungan NPV, IRR, dan BEP
flooding point Aspek ekonomis diperhatikan dalam
4 GZ at 300 . or 0,2 m 0,470 0,432
rangka menentukan apakah proyek tersebut akan
greater
5 Angle of GZ 25 deg 48,0 43,5
memberi sumbangan atau mempunyai peranan
max ≥ positif dalam pembangunan ekonomi secara
6 GM 0,15 m 1,100 1,002 keseluruhan dan apakah peranan tersebut cukup
besar untuk mengurangi penggunaan sumber –
Pada semua kondisi dapat dinyatakan stabil sumber langka yang dibutuhkan proyek.
karena menghasilkan nilai lebih dari batas minimal Analisa juga meliputi perhitungan
yang ditetapkan. investment criteria yang populer seperti Net
Present Value (NPV), Internal Return of
Analisa Ekonomis Investment (IRR) dan Break Even Point (BEP)
Analisa ekonomis dalam penelitian ini dalam jangka waktu 10 tahun.
adalah perbandingan biaya untuk menjaga kualitas Nominal perlengkapan dan benefit :
muatan ikan antara pendinginan yang memakai Kapal : Rp. 60.000.000 ,-
bahan es balok / es batu dengan pendinginan yang Mesin : Rp. 11.000.000 ,-
menggunakan sistem RSW. Sistem RSW : Rp. 14.800.000 ,-
Es balok Trammel Net : Rp. 1.825.000 ,-
Biaya operasional saat menggunakan es Pemasukan per tahun : Rp. 133.200.000 ,-
balok dalam waktu 1 tahun Rp 5.760.000 ,-
Sistem RSW 1. Net Present Value (NPV)
Dalam operasional menggunakan sistem NPV ini untuk mengetahui kelayakan proyek
pendingin RSW tidak membutuhkan biaya untuk dijalankan, kriteria :
tambahan terkecuali biaya pembuatan. Biaya total - NPV > 0 , berarti proyek layak untuk
pembuatan sistem RSW ini Rp. 14.800.000 ,- dijalankan
Jadi untuk membuat sistem pendingin - NPV < 0 , berarti proyek tidak layak untuk
RSW ini membutuhkan waktu 2,8 tahun dari dijalankan
biaya yang dibutuhkan operasional - NPV = 0 , berarti proyek hanya kembali
menggunakan es balok. modal, tidak untung maupun rugi
Perbandingan Harga Penjualan Ikan Dari perhitungan NPV didapatkan nilai
Tabel 4.3 Harga Penjualan Ikan 963.671.919,9 yang berarti usaha tersebut layak
Harga per kg (Rp.) untuk dijalankan.
N
Jenis Ikan Dengan RSW Dengan Es
No
min. min. 2. Internal Return of Investment (IRR)
1 Suku bunga maksimal sehingga NPV bernilai
1 Manyung 7000 5000 sama dengan nol berada pada IRR = 0,4782 ≈
2 0,48
2 Sembilang 25000 20000 3. Break Even Point (BEP)
3 Proyek ini akan mengalami Break Even Point
3 Bandeng 22000 15000 pada tahun ke BEP = 1,0491 ≈ 1,05
4
4 Belanak 20000 15000

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 111


Kesimpulan Principles Theory of Refrigeration.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang Training Departemen Southeast Asian
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan Fhisheries Development Center. Thailand
beberapa informasi teknis sebagai berikut : S Widodo & S Hasan, Sistem Refrigerasi Dan Tata
1. Perancangan dan pembuatan sistem Udara, Jilid 1,Departemen Pendidikan
Refrigerated Sea Water (RSW) dengan Nasional,2008
berat mesin pendingin sekitar 242 kg dan Saputra, Anggara Hafid. 2008. Optimalisasi
kapasitas ruangan palka 0,908 m3. Refrigerated Sea Water (RSW) untuk
2. Dari hasil pengujian yang dilakukan di Sistem Pendingin Ikan Pada Kapal
lapangan, semua unit pada sistem RSW ini Ikan KM. Napoleon. Tugas Akhir ITS
dapat berfungsi dengan baik. Pada proses Surabaya
pengujian sistem pendingin ini, temperatur Thanasarnsakorn, Suthipong. 2002.
pipa evaporator membutuhkan waktu 30 Refrigeration For Lokal Fishing
menit untuk mencapai 0 C, sedangkan pada Boats.Training Department/Southeast
palka yang berisi air laut membutuhkan Asian Fisheries
waktu 75 menit untuk menghasilkan
temperatur sampai 0 0C.
3. Stabilitas kapal nelayan tradisional dengan
penambahan sistem RSW masih dalam
keadaan baik, dan tidak mengalami banyak
perubahan. Untuk nilai GZ berkurang
0,038m sedangkan untuk nilai GM
berkurang 0,098 m.
4. Biaya pembuatan sistem RSW ini sama
dengan biaya pendingin ikan menggunakan
es balok selama 2,8 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Zaenal. 2005. Kaji Teknis RSW
(Refrigerated Sea Water) untuk
Mempertahankan Mutu Ikan di Atas
Kapal. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan : Semarang
Budiarto, Untung. 2011. Teknik Pendingin dan
Tata Udara. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro : Semarang
Budihardjo. 2010. Rancang Bangun RSW
Armada Tuna Skala Kecil di Perairan
Barat Sumatera. Balai Besar
Pengembangan dan Penangkapan Ikan
: Semarang
Dossat, Roy J. 1997. Principles of Refrigeration.
London
D. R. Derrett. 2001. ” Ship Stability for Masters
and Mates”. Melbourne New Delhi.
Ilyas, Sofyan. 1988. Teknologi Refrigerasi Hasil
Perikanan, Jilid I – Teknik
Pendinginan Ikan. Jakarta
Junianto. 2003. Teknik Pendinginan Ikan.
Penebar Swadaya. Jakarta
Noname. 2005.Refrigeration Fundemental

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 112

Anda mungkin juga menyukai